Anda di halaman 1dari 27

MEKANISME

PELAKSANAAN BELANJA
PERJALANAN DINAS
DASAR HUKUM
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;

 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam


Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap
 Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya Masukan.

 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tentang Ketentuan


Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri dan Pegawai Tidak Tetap.
 Permendagri no 20 Tahun 2005 dan Permendagri No 11 Tahun 2011
PENGERTIAN PERJALANAN DINAS
 PMK 113/pmk.05/2012Pasal 1 ayat 1 :Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang
selanjutnya disebut Perjalanan Dinas adalah perjalanan ke luar tempat
kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk
kepentingan negara.
 PMK 113/pmk.05/2012Pasal 1 ayat 5: Perjalanan Dinas Jabatan adalah
Perjalanan Dinas melewati batas Kota dan/atau dalam Kota dari tempat
kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke
tempat kedudukan semula di dalam negeri.
 PMK 113/pmk.05/2012Pasal 1 ayat 6: Perjalanan Dinas Pindah adalah
Perjalanan Dinas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan
yang baru berdasarkan surat keputusan pindah.
RUANG LINGKUP PERJALANAN DINAS
 Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas
bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap yang
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah.
 Perjalanan Dinas, meliputi:

a. Perjalanan Dinas Jabatan;


b. Perjalanan Dinas Pindah.
 Pegawai Negeri, meliputi:Pegawai Negeri Sipil;Calon Pegawai Negeri
Sipil;Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan Anggota Kepolisian Negara
Republik
 Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan daerah, pemerintah daerah secara bertahap
meningkatkan akuntabilitas penggunaan belanja perjalanan
dinas melalui penerapan penganggaran dan pelaksanaan
perjalanan dinas berdasarkan prinsip kebutuhan nyata (at
cost) sekurang-kurangnya untuk pertanggungjawaban biaya
transport dan menghindari adanya penganggaran yang
bersifat “paket”.Standar satuan harga perjalanan dinas
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah
 Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi
banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar
negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta
memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan
dengan substansi kebijakan pemerintah daerah.
 Hasil studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan.
 Penganggaran biaya perjalanan dinas untuk menghadiri pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan
sumber daya manusia Pimpinan dan Anggota DPRD serta pejabat/staf
pemerintah daerah, yang tempat penyelenggaraannya di luar daerah harus
dilakukan sangat selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan
kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadiran dalam
pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya guna pencapaian
efektifitas penggunaan anggaran daerah
 Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah, pemerintah
daerah secara bertahap meningkatkan akuntabilitas penggunaan belanja perjalanan
dinas melalui penerapan penganggaran dan pelaksanaan perjalanan dinas
berdasarkan prinsip kebutuhan nyata (at cost) sekurang-kurangnya untuk
pertanggungjawaban biaya transport dan menghindari adanya penganggaran yang
bersifat “paket”
 Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuda, pertanggungjawaban
atas komponen perjalanan dinas khusus utk hal-hal sbb dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perUUan yg mengatur ttg perjadin dalam negeri bagi pejabat negara,
pegawai negeri dan ptt, yaitu:
 Sewa Kendaraan dan Biaya Transport

 Uang harian dan uang representasi

 Biaya penginapan
 Sewa Kendaraan dalam kota & biaya transport dibayarkan sesuai dgn
biaya riil;
 Uang harian & uang representasi dibayarkan secara lumpsump &
merupakan batas tertinggi;
 Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
 Dalam hal pelaksana perjadin tdk menggunakan fasilitas
hotel/penginapan lainnya, kpd ybs diberikan biaya penginapan sebesar
30% dr tarif hotel dikota tempat tujuan sesuai dgn tingkatan pelaksana
perjadin & dibayarkan secara lumpsump
PRINSIP PRINSIP

 Selektif untuk kepentingan yang prioritas terkait


penyelenggaraan pemerintah;Ketersediaan
anggaran dan kesesuaian pencapaian
kinerja;Efisiensi dan;Akuntabilitas pemberian
perintah pelaksanaan perjadin dan pembebanan
biaya.
PELAKSANAAN PERJADIN JABATAN
 Dilakukan dalam rangka :

 Pelaksanaan Tusi yang melekat pada jabatan;Mengikuti rapat, seminar dan sejenisnya;

 Pengumandahan (datasering);

 Menempuh ujian dinas/jabatan;

 Menghadap majelis penguji kesehatan pegawai negeri/ dokter penguji kesehatan yang
ditunjuk untuk mendapatkan surat keterangan dokter guna kepentingan jabatan;
 Memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan dokter karena mendapatkan
cedera pada waktu/karena melakukan tugas;Mendapatkan pengobatan berdasarkan
keputusan majelis penguji kesehatan pegawai negeri;Perjadin Jabatan
PELAKSANAAN PERJADIN JABATAN
(LANJUTAN)
 Mengikuti pendidikan setara diploma/S1/S2/S3;

 Mengikuti diklat;

 Menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman pejabat negara/pegawai


negeri yang meninggal dunia dalam melakukan perjadin;
 Menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman pejabat negara/pegawai
negeri yang meninggal dunia dari tempat kedudukan terakhir ke kota tempat
pemakaman.
KETENTUAN PEMBERIAN PERJADIN
 Dibayar lumpsum dan merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam Standar
Satuan Harga.
1. Uang Harian
2. Transportasi Dibayar sesuai dengan Biaya Riil berdasarkan fasilitas transport; Bila
perjadin menggunakan kapal laut/sungai untuk waktu paling kurang 24 jam, selama
waktu transportasi tersebut pelaksana SPD diberikan uang harian. Dibayar sesuai
dengan Biaya Riil dan berpedoman pada Standar Satuan Harga;
3. Bila perjadin dilakukan bersama-sama, seluruh pelaksana SPD dapat menginap pada
hotel/penginapan yang sama;
4. Bila biaya penginapan pada hotel/penginapan yang sama lebih tinggi dari satuan
biaya, maka pelaksana SPD menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah
pada penginapan dimaksud.
 Penginapan Dibayar Lumpsum dan merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur
dalam Standar Satuan Harga.
 Representasi Dibayar sesuai biaya riil dan berpedoman pada Standar Satuan Harga.

 Sewa Kendaraan

 Pemetian &Angkutan JenazahTermasuk pengruktian/pengurusan jenazah, dibayar


sesuai Riil.
POSISI BELANJA PERJALANAN DINAS PADA
APBD
 Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok
yaitu:
1. Belanja Administrasi Umum
2. Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik
3. Belanja Modal
4. Belanja Transfer
5. Belanja Tak Tersangka
BELANJA ADMINISTRASI UMUM ADALAH SEMUA PENGELUARAN
PEMERINTAH DAERAH YANG TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN
AKTIVITAS ATAU PELAYANAN PUBLIK.
 Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel
yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain
merupakan biaya tetap pegawai.
 Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang
dan jasa yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
 Belanja Perjalanan Dinas, merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya perjalanan
pegawai dan dewan yang  tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan
publik.
 Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan
pelayanan publik.
STUDI KASUS
DALAM
PELAKSANAAN
PERJALANAN DINAS
KAPAN UANG SAKU RAPAT DAPAT
DIBERIKAN?
 bahwa uang saku rapat diberikan sesuai ketentuan yang diatur dalam standar
biaya (mengacu pada standar biaya).Artinya dalam pelaksanaannya,
pemberian uang saku rapat menunggu/mengikuti ketetapan dalam standar
biaya.Pencantuman uang saku rapat
BIAYA PENGINAPAN DAN UANG HARIAN DAPAT DIBERIKAN 1 HARI
PADA SAAT KEDATANGAN DAN 1 HARI PADA SAAT KEPULANGAN
UNTUK PERJADIN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 JAM

 Dalam kondisi apa komponen biaya perjadin dimaksud dapat diberikan?

 Jawaban : Biaya penginapan dan Uang Harian dimaksud dapat diberikan dalam
kondisi pelaksana perjadin mengalami kesulitan transportasi sehingga memerlukan
waktu untuk menginap 1 hari sebelum dan/atau 1 hari setelah pelaksanaan
kegiatan. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan batas kewajaran yang dinilai oleh
PPK
AUDITOR YANG BERKANTOR DI BANJARMASIN MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TERHADAP SATKER YANG BERLOKASI DI MARTAPURA.
KOMPONEN BIAYA PERJADIN APA SAJA YANG DAPAT DIBERIKAN?
 diberikan Uang Harian. Berapa Uang Harian yang dapat diberikan? dan
apakah dapat diberikan biaya penginapan?
 JawabanKomponen biaya perjadin yang dapat diberikan adalah :Uang Harian
diberikan secara lumpsum sebesar 75% dari standar biaya;B
 iaya penginapan diberikan secara at cost apabila memang benar-benar
diperlukan menginap (berdasarkan penilaian kewajaran oleh PPK).
 Karena transpor lokal merupakan bagian dari uang harian, maka biaya
transpor dalam kota tidak diberikan.
 Dalam hal Pelaksana SPD meminta biaya penginapan, maka dapat
diberikan dengan pertimbangan bahwa:Prinsip selektif, ketersediaan
anggaran, efisiensi, dan akuntabilitas penggunaan belanja Daerah.
 Penginapan tersebut benar-benar diperlukan untuk pelaksanaan tugas
karena Pelaksana SPD mengalami kesulitan transportasi untuk kembali.
 Untuk itu, Pelaksana SPD dapat menginap di hotel/tempat menginap
lainnya yang dibuktikan dengan bukti pembayaran hotel/penginapan.
 Namun untuk daerah terpencil yang tidak terdapat hotel/penginapan dan
Pelaksana SPD mengalami kesulitan transportasi untuk kembali, dapat
dibayarkan biaya penggantian penginapan sebesar 30% .
APAKAH BIAYA PENGINAPAN DAPAT DIBERIKAN
UNTUK PERJADIN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 JAM?

 Jawaban : Biaya penginapan dapat diberikan untuk kegiatan Perjadin dalam


Kota lebih dari 8 jam sesuai dengan PMK 113/PMK.05/2012. Namun hanya
untuk kegiatan-kegiatan yang memang diperlukan menginap di daerah
terpencil atau mengalami kesulitan transportasi.
 Contoh:BPN mengadakan survei pengukuran tanah di daerah terpencil yang
masih dalam satu Kota/Kab. Sehingga memerlukan waktu menginap untuk
melanjutkan pelaksanaan kegiatannya.
 Misalnya Perjadin jabatan yang dilaksanakan di Kab. Tanah bumbu dan tidak
melewati batas Kab. Tanah bumbu. Sarana transportasi berupa pesawat udara
ke daerah terpencil, hanya 1 kali dalam 1 hari, sehingga memerlukan waktu
untuk menginap.
ADA ANGGAPAN BAHWA BIAYA PERJADIN MERUPAKAN
PENAMBAH PENGHASILAN, APAKAH HAL TERSEBUT BENAR?

 JawabanPelaksana SPD melaksanakan PDJ karena melaksanakan


perintah atasan, yang dibuktikan dengan penerbitan Surat Tugas
oleh Atasan langsung
 Dari pengertian di atas, maka anggapan bahwa biaya perjalanan
dinas merupakan penambah penghasilan tidak relevan lagi.
 Pelaksana SPD memperoleh biaya perjalanan dinas, hal tersebut
merupakan kompensasi atas penugasan, dimana atasan langsung
menugaskan Pelaksana SPD karena mempunyai keahlian tertentu.
BAGAIMANA PENYETARAAN TINGKAT BIAYA PERJALANAN
DINAS UNTUK PEGAWAI TIDAK TETAP/HONORER?
 Jawaban : Penyetaraan tingkat biaya Perjalanan Dinas untuk Pegawai Tidak
Tetap yang melakukan Perjalanan Dinas untuk kepentingan negara ditentukan
oleh KPA sesuai dengan tingkat pendidikan/kepatutan/tugas yang
bersangkutan.
 Selain Pejabat Negara/Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap, Pejabat penerbit
Surat Tugas dapat memerintahkan pihak lain untuk melakukan Perjalanan
Dinas.
 Penggolongan terhadap pihak lain tersebut ditentukan oleh PPK dengan
mempertimbangkan tingkat pendidikan/ kepatutan/ tugas yang
bersangkutan.
APA SAJA KOMPONEN BIAYA PDJ YANG DIBERIKAN DALAM
RANGKA MENGIKUTI DIKLAT APABILA DALAM PELAKSANAAN
DIKLAT TERSEBUT TIDAK DISEDIAKAN ASRAMA/ PENGINAPAN.
 Jawaban : Apabila dalam pelaksanaan diklat tidak disediakan asrama/
penginapan, maka peserta diklat diberikan biaya sebagai berikut:
 Uang harian secara lumpsum sesuai standar biaya;
 Biaya penginapan (at cost)/ sesuai bukti riil;
 Biaya transpor (at cost) hanya pada saat 1 hari pada saat kedatangan dan
1 hari pada saat kepulangan.
APAKAH PDJ DIPERBOLEHKAN MULAI HARI JUM’AT ATAU SATU HARI
SEBELUM HARI LIBUR, ATAU DILAKSANAKAN MULAI HARI LIBUR,
ATAU HARI YANG DINYATAKAN LIBUR?

 Biasanya hal-hal tersebut diatur dalam peraturan internal K/L


masing-masing.
 Mengingat kepentingan/pencapaian kinerja, pelaksanaan PDJ tidak
dapat dibatasi hal-hal tersebut di atas.
 Contoh : untuk pelaksanaan survei, sensus, penanganan
bencana/kejadian luar biasa dimungkinkan untuk dilaksanakan
mulai hari libur. Namun untuk pelaksanaan PDJ yang memerlukan
koordinasi dengan instansi pemerintah daerah/pusat, pelaksanaan
PDJ sebagaimana hal-hal tersebut di atas menjadi tidak efektif.
AKUN APA YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBEBANAN
BIAYA PEMETIAN DAN ANGKUTAN JENAZAH,
PEMBATALAN BIAYA PDJ, DAN TAMBAHAN BIAYA PDJ

 Seluruh komponen biaya PDJ dibebankan pada akun belanja


perjalanan dinas (Akun 5241xx), termasuk biaya pemetian dan
angkutan jenazah, pembatalan biaya PDJ, dan tambahan biaya
PDJ.
Demikian, semoga bermanfaat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai