Anda di halaman 1dari 60

PANDUAN PENYUSUNAN

IKHTISAR HASIL PEMERIKSAAN DAERAH


(IHPD)

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI


2020

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 2


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Dasar Hukum ........................................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 5
D. Sistematika............................................................................................................. 5
BAB II PENYUSUNAN IHPD ......................................................................................... 6
A. Lingkup Penyusunan ............................................................................................ 6
B. Bahan Penyusunan................................................................................................ 6
C. Panduan Penyusunan IHPD ................................................................................ 6
1. Kata Pengantar .................................................................................................. 6
2. Daftar Isi............................................................................................................. 7
3. Tentang BPK...................................................................................................... 7
4. Ringkasan Eksekutif ....................................................................................... 11
5. Pendahuluan .................................................................................................... 17
6. Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan ......................................................... 25
7. Hasil Pemeriksaan Kinerja ............................................................................. 32
8. Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu ............................................... 40
9. Hasil Pemantauan............................................................................................ 49
10. Lampiran .......................................................................................................... 54
11. Daftar Singkatan dan Akronim...................................................................... 54
12. Glosarium ......................................................................................................... 54
BAB III KERANGKA PENYAJIAN IHPD ................................................................. 57
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 58
A. Pemberlakuan Dan Perubahan Panduan ......................................................... 58
B. Mekanisme Penyusunan IHPD .......................................................................... 58
C. Penyampaian IHPD ............................................................................................ 58
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM .................................................................. 59

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 3


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sambutan Anggota VI BPK dalam Pembahasan Tindak Lanjut Rekomendasi Laporan
Hasil Pemeriksaan (TLRLHP) BPK Perwakilan Wilayah Timur yang diselenggarakan
pada tanggal 14 Juli 2020, antara lain menyatakan bahwa:
“… Menindaklanjuti ketentuan tersebut BPK telah secara rutin menyampaikan
Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran kepada DPR dan Pemerintah, dua
kali setahun. Sejalan dengan hal tersebut, mulai semester II Tahun 2020, diharapkan
kita juga dapat menyampaikan Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Keuangan
Daerah Semester I Tahun 2020 pada pemerintah daerah di wilayah Provinsi yang
bersangkutan. Laporan tersebut diharapkan mampu menjadi etalase yang
mencerminkan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh BPK pada semester
berkenaan pada entitas di wilayah Provinsi, sehingga masing-masing entitas dapat
melakukan evaluasi dan benchmarking di antara mereka dan menjadi media
monitoring Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah atas
penatausahaan keuangan daerah pada pemerintah kota/kabupaten di wilayahnya …”
B. Dasar Hukum
Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah pada lingkungan BPK Perwakilan
Wilayah Timur dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
berikut ini.
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
Pasal 91 Ayat (2) huruf d disebutkan bahwa:
“Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimasud pada
ayat (1) gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas melakukan
evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD,
APBD perubahan APBD, pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, tata ruang
daerah, pajak daerah dan retribusi daerah”;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam:
a. Pasal 18:
1) Ayat (1) disebutkan bahwa: “Ikhtisar hasil pemeriksaan semester
disampaikan kepada lembaga perwakilan selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sesudah berakhirnya semester yang bersangkutan”;
2) Ayat (1) disebutkan bahwa: “Ikhtisar hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disampaikan pula kepada Presiden/Gubernur/
Bupati/Walikota selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya
semester yang bersangkutan”.
b. Penjelasan Bab Umum huruf D menyebutkan bahwa:
“BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan
selama 1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada Presiden serta

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 4


gubernurbupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh informasi
secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan”.
C. Tujuan
Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah pada satuan kerja di lingkungan BPK
Perwakilan Wilayah Timur bertujuan untuk memberikan informasi kepada:
1. Gubernur untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah kabupaten/kota
2. Bupati dan Walikota untuk melaksanakan evaluasi dan benchmarking; dan
3. DPRD untuk mengawasi pelaksanaan APBD.
D. Sistematika
Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah bagi BPK Perwakilan
Wilayan Timur disajikan sebagai berikut:
1. Pendahuluan;
2. Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah;
3. Kerangka Penyajian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah; dan
4. Penutup

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 5


BAB II PENYUSUNAN IHPD

A. Lingkup Penyusunan
1. IHPD disusun untuk kurun waktu selama satu tahun periode pemeriksaan;
2. IHPD disampaikan kepada Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) dan DPRD
sesuai kewenangannya;
3. IHPD berisi ikhtisar LHP untuk semua entitas pemeriksaan selama satu tahun dan
atas LHP yang telah disampaikan kepada DPRD dan Kepala Daerah; dan
4. IHPD disampaikan kepada DPRD dan Kepala Daerah pada saat penyerahan LKPD
unaudited oleh Pemerintah Daerah kepada BPK untuk diperiksa.
B. Bahan Penyusunan
Bahan berupa data dan informasi uang diperlukan untuk menyusun IHPD antara lain
bersumber dari:
1. Matrik Temuan LHP Semester I dan Semester II yang telah dievaluasi dan dibahas
oleh Direktorat EPP. Jika Matrik Temuan LHP Semester II belum dievaluasi dan
dibahas oleh Direktorat EPP, maka data yang digunakan adalah Matrik Temuan
LHP yang disampaikan ke Direktorat EPP;
2. Laporan Hasil Pemeriksaan yang diterbitkan selama satu tahun, baik Laporan Hasil
Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu. Jika ada Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif dan Laporan
Perhitungan Kerugian Negara/Daerah tidak perlu dimasukkan sebagai bahan
penyusunan IHPD;
3. Laporan Hasil Pemantauan Penyelesaian Kerugian Daerah Semester I dan
Semester II;
4. Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
Semester I dan Semester II; dan
5. Bahan dari Sumber Lain yang Relevan, seperti Provinsi/Kabupaten/Kota Dalam
Angka yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, dan bahan lainnya.
C. Panduan Penyusunan IHPD
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah yang disusun oleh BPK Perwakilan Wilayah
Timur, minimal berisi bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kata Pengantar
Kata pengantar disusun oleh Kepala Perwakilan yang didalamnya memuat maksud
dan tujuan, serta harapan diterbitkannya IHPD. Contoh ilustrasi kata pengantar
sebagai berikut:
KATA PENGANTAR

BPK setiap semester telah menyusun Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran


yang disampaikan kepada DPR RI, DPD RI, dan DPRD. Dalam rangka
meningkatkan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah, kami
memandang perlu untuk menerbitkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah
(IHPD). Penyusunan IHPD ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada:
(1) Gubernur untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota dan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 6


Tugas Pembantuan oleh Daerah kabupaten/kota; (2) Bupati dan Walikota untuk melaksanakan
evaluasi dan benchmarking; dan (3) DPRD untuk mengawasi pelaksanaan APBD.
Berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara, BPK melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan pengelolaan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan
negara yang meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu (PDTT). Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dilaksanakan berdasarkan standar
pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan BPK memuat opini atas laporan keuangan, simpulan, dan rekomendasi
kinerja pelaksanaan/pelayanan/kegiatan/program pemerintah daerah, serta simpulan atas
penerapan sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan. IHPD Tahun XXX di Provinsi YYY juga mencakup hasil pemeriksaan atas BUMD
[jika ada], serta menyajikan hasil pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan
pemantauan penyelesaian ganti kerugian daerah di Provinsi YYY.
IHPD Tahun XXX berisi informasi hasil pemeriksaan pada pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dan BUMD di Provinsi YYY yang disajikan berdasarkan
pengelompokkan jenis pemeriksaan, tema dan fokus pemeriksaan, serta pengelola anggaran.
Pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dikelompokkan menurut tema dan
fokus pemeriksaan sesuai dengan rencana strategis BPK.
Kami berharap IHPD Tahun XXX dapat memberikan informasi kepada pemangku
kepentingan sehingga dapat dijadikan acuan dalam perbaikan pengelolaan keuangan daerah yang
lebih transparan dan akuntabel di Provinsi YYY.

[domisili kantor], [tgl-bln-tahun]


Kepala Perwakilan,
[ttd]

[nama]

2. Daftar Isi
Bagian ini berisi Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik, Daftar Gambar, dan Daftar
Lampiran

3. Tentang BPK
Bagian ini menjelaskan profil singkat BPK wide dan BPK Perwakilan. Profil dapat
disajikan dalam satu halaman ilustrasi (one page), jika memungkinkan, berupa
gambar/tabel/chart/ lainya yang memuat informasi terkait:
a. BPK Wide, disajikan informasi sebagai berikut:
• Dasar hukum
• Visi dan Misi BPK
• Tujuan Strategis dan Sasaran Strategis BPK
• Arah Kebijakan BPK
• Pembagian Tugas dan Wewenang BPK (dibatasi dengan cukup
menjelaskan wewenang Anggota VI)

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 7


b. BPK Perwakilan, disajikan informasi sebagai berikut:
• Tugas dan wewenang BPK Perwakilan
• Sejarah Kepala Perwakilan sejak berdiri
• SOTK BPK Perwakilan
Contoh penyajian infografis dan ilustrasi Tentang BPK sebagai berikut:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 8


Gambar 1. Contoh infografis BPK Wide

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 9


Gambar 2. Contoh infografis BPK Perwakilan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 10


4. Ringkasan Eksekutif
Bagian ini memuat:
a. Infografis (one page) yang eye catching memuat beberapa hal di Bab ini yang
menjadi penekanan
b. Ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang berisi jumlah LHP, TP, Rekomendasi
per Pengelolaan Anggaran dan per Jenis pemeriksaan seperti contoh berikut.

c. Ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang berisi rekapitulasi hasil pemeriksaan


BPK berdasarkan matriks TP yang klasifikasinya mengacu pada juknis
kodering seperti contoh berikut.

d. Narasi (Penjelasan) dari tabel


Penjelasan disajikan per tema pemeriksaan bukan per entitas pemeriksaan,
dengan urutan penyajian sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Keuangan, minimal menyajikan:
a) jumlah entitas per opini; dan
b) permasalahan yang menjadi pertimbangan untuk memberikan opini
WDP/TW/TMP atau pertimbangan lain dan rekomendasi. Jika
semua pemda dalam wilayah pemeriksaan BPK Perwakilan telah
memperoleh opini WTP, dapat disajikan permasalahan yang
dianggap signifikan.
2) Pemeriksaan Kinerja, minimal menyajikan:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 11


Kluster LHP berdasarkan TSAO misalnya tema Pendidikan, Kesehatan,
Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi, Kualitas Layanan Publik dsb.
Penyajian juga dikelompokkan berdasarkan keluasan tema yaitu:
a) Tematik Nasional: simpulan, permasalahan signifikan/
pertimbangan lain dan rekomendasi secara singkat;
b) Tema Lokal: simpulan, permasalahan signifikan/pertimbangan lain
dan rekomendasi secara singkat;
3) Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu, minimal menyajikan:
Kluster LHP berdasarkan TSAO misalnya tema Pendidikan, Kesehatan,
Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi, Kualitas Layanan Publik dsb
yang berisi:
a) Simpulan hasil pemeriksaan; dan
b) Permasalahan signifikan dan rekomendasi secara singkat.
e. Pemantauan TLRHP
Bagian ini disajikan dalam bentuk ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang
berisi persentase status telah sesuai, belum sesuai, belum ditindaklanjuti dan
tidak dapat ditindaklanjuti baik jumlah rekomendasi maupun rupiah.
f. Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Daerah
Bagian ini disajikan dalam bentuk ilustrasi berupa grafik/cart/dll hanya status
telah ditetapkan menurut tingkat penyelesaian yaitu total, lunas, angsuran,
penghapusan, sisa baik jumlah kasus maupun rupiah
Informasi tambahan:
Jika diperlukan dapat ditambahkan penyajian informasi terkait dengan:
a. penyetoran ke kas daerah sebagai tindak lanjut atas TP pada saat pelaksanaan
pemeriksaan; dan
b. penekanan atas hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian pemerintah
daerah.
Contoh penyajian infografis dan ilustrasi Ringkasan Eksekutif sebagai berikut:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 12


Gambar 3. Contoh Infografis Ringkasan Eksekutif

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 13


Contoh penyajian Ringkasan Eksekutif:
RINGKASAN EKSEKUTIF

-------------------------Infografis Ringkasan Eksekutif----------------------------


BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara adalah salah satu unsur pelaksana BPK yang mempunyai tugas
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada 11 entitas pemerintah daerah di wilayah
Provinsi Maluku Utara. Entitas pemeriksaan kami terdiri dari pemerintah provinsi, 2 pemerintah kota dan 8
pemerintah kabupaten termasuk BUMD dan lembaga terkait lainnya di lingkungan entitas tersebut.
Pemeriksaan yang kami lakukan adalah dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan misi BPK yang
dirumuskan dalam satu tujuan, yaitu “Meningkatnya Tata Kelola Keuangan Negara Yang Berkualitas
Dan Bermanfaat”. Untuk memenuhi tujuan tersebut, BPK menerapkan kebijakan sistem pengendalian mutu
yang ketat dalam pelaksanaan pemeriksaan, sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Temuan, dan Rekomendasi Tahun 2020
Selama tahun 2020, kami melaksanakan 29
kegiatan pemeriksaan yang meliputi 11
pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD), 6 pemeriksaan
kinerja dan 12 pemeriksaan dengan tujuan
tertentu yang terdiri dari 1 pemeriksaan
kepatuhan Pengelolaan Pendapatan Asli
Daerah dan 11 pemeriksaan kepatuhan atas pertanggungjawaban dana bantuan partai politik. Dari
pemeriksaan tersebut kami menerbitkan 18 LHP, yang secara keseluruhan mengungkapkan 217 temuan dan
dengan 463 rekomendasi.

Permasalahan
Dari 18 LHP yang diterbitkan untuk kegiatan pemeriksaan Tahun 2019, kami mengungkapkan setidaknya
280 permasalahan yang secara garis besar dibagi dalam dua kategori, yakni 1) permasalahan kepatuhan, dan
2) permasalahan kinerja. Masalah ketidakpatuhan sebanyak 249 masalah, terdiri dari 145 masalah
ketidakpatuhan yang berdampak finansial (kerugian, potensi kerugian atau kekurangan penerimaan) bernilai
Rp56,63milyar, 38 masalah ketidakpatuhan penyimpangan administrasi, dan 66 masalah kelemahan
pengendalian internal. Sedangkan masalah kinerja berjumlah 41 masalah, seluruhannya merupakan masalah
dalam kategori ketidakefektifan.

Pemeriksaan Keuangan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 14


Permasalahan yang menyebabkan opini WD atas LKPD 2019 adalah pengelolaan dan pencatatan aset,
kelemahan dalam pengendalian intern pengelolaan kas, dan ketidakpatuhan dalam pertanggungjawaban
belanja barang dan jasa daerah, sehingga berdampak terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.
Sedangkan permasalahan yang menyebabkan opini TMP, adalah tidak tersedianya dokumen dan/atau
catatan yang dapat diandalkan pada akun Kas Daerah, yang tidak memungkinkan pemeriksa melakukan
pengujian untuk dapat memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan keuangan
pemerintah daerah bersangkutan.

Pemeriksaan Kinerja

Pemeriksaan kinerja bidang pendidikan dilakukan pada dua entitas yaitu Pemerintah Provinsi Maluku Utara
dan Pemkab Halmahera Tengah, dengan fokus kualitas pembelajaran dalam rangka mewujudkan wajib
belajar 12 tahun. Masalah signifikan yang ditemukan adalah kelemahan proses validasi data dan informasi
yang digunakan untuk menjalankan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, dan penerapan pembelajaran yang
belum sepenuhnya sesuai Kurikulum 2013. Oleh karena itu, kami mendorong instansi terkait melakukan
koordinasi, pengawasan dan evaluasi yang dapat memastikan sistem penjaminan mutu pendidikan berjalan
efektif dalam mewujudkan program Wajib Belajar 12 Tahun.
Pemeriksaan kinerja bidang kesehatan dilakukan pada dua entitas yaitu Pemerintah Kabupaten Morotai dan
Kabupaten Kepulauan Sula dengan fokus pada penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kami
mengidentifikasi pemanfaatan dana kapitasi yang tidak disertai pertimbangan skala prioritas, dan
pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan yang belum tepat sasaran. Oleh karena itu, kami merekomendasikan
adanya sosialisasi tentang perencanaan dan penggunaan dana kapitasi secara menyeluruh kepada para
pengelola dana kapitasi, dan evaluasi dan koordinasi berkala dengan para pengelola DAK Bidang Kesehatan
untuk memastikan terpenuhinya target kinerja pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan kinerja PFM dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur dengan fokus pada
reformasi keuangan negara. Kami mendapati bahwa program/kegiatan pemda masih belum memberikan
prioritas yang semestinya kepada sektor-sektor yang dapat mendorong peningkatan pembangunan manusia.
Untuk itu kami merekomendasikan kepada pemda bersangukutan untuk selektif dalam menentukan prioritas
program pembangunan dengan mendasarkan kriteria yang semestinya.
Sedangkan pada pemeriksaan kinerja penyelenggaraan pemilu pada Pemerintah Kota Ternate, kami
menyoroti tidak cukup efektifnya kinerja penyelenggara pemilu terkait pemutakhiran data pemilih dan juga
perencanaan serta pendistribusian logistik pemilu, sehingga kami sarankan kepada penyelenggara pemilu di
daerah untuk melakukan pengendalian dan pengawasan yang semestinya pada proses pemutakhiran data
pemilih dan urusan logistik di daerah bersangkutan.

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Hasil pemeriksaan kepatuhan atas pengelolaan PAD menunjukkan permasalahan signifikan berupa
tunggakan pajak daerah (hotel, restoran, reklame dan hiburan serta pajak mineral bukan logam) dan hasil
penerimaan retribusi pasar yang tidak disetorkan ke kas daerah dalam jumlah sebesar Rp1,082juta.
Sehubungan dengan hal tersebut kami mendorong untuk dilakukan pengendalian dan pengawasan intensif
pada kegiatan pemungutan pajak dan retribusi daerah terkait. Selain itu, dilakukan penagihan kepada
penunggak pajak daerah serta meminta pertanggungjawaban berupa penyetoran ke kas daerah, sebagai
upaya pemulihan atas hak daerah. Selain itu, pemeriksaan dengan tujuan tertentu juga dilakukan terhadap
109 laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan partai politik.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 15


Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Sampai dengan akhir Tahun 2020, BPK telah menerbitkan 11.054
rekomendasi bernilai Rp1.425.483juta. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 8.432 rekomendasi (76,28%) bernilai Rp443.870juta
telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi. Sedangkan
sisanya sebanyak 2,622 rekomendasi (23,72%) atau
Rp379.867juta, terdiri dari 2.101 rekomendasi dengan status
tindak lanjut yang belum sesuai (dalam proses), 365 rekomendasi
bernilai Rp82,235juta yang belum ditindaklanjuti, dan 156
rekomendasi bernilai Rp106,824juta dengan status tidak dapat
ditindaklanjuti dengan alasan yang sah.

Penyelesaian Ganti Kerugian Daerah


Sampai dengan akhir Tahun 2020, terdapat 21 kasus kerugian
daerah yang telah mempunyai kekuatan hukum bernilai Rp2.323
juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga kasus bernilai Rp433,3
juta telah dilakukan pengembalian, sedangkan sisanya sebanyak
18 kasus dengan nilai sebesar Rp1.882,5juta dalam proses
penyelesaian.
Kami mengidentifikasi kendala dalam penyelesaian ganti kerugian tersebut, yaitu 1) tidak
tersedianya/belum ditetapkannya panduan/petunjuk teknis untuk penyelesaian kerugian daerah, dan 2) tidak
optimalnya Tim Penyelesaian Kerugian Daerah (TPKD) dan Majelis Pertimbangan TP-TGR dalam
menyelesaikan pengembalian dan pelunasan kasus kerugian yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang kami lakukan sepanjang Tahun 2020, yang kesemuanya merupakan
bagian dari upaya pencapaian visi BPK ‘Menjadi Lembaga Pemeriksa Tepercaya yang Berperan Aktif
dalam Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Negara yang Berkualitas dan Bermanfaat untuk Mencapai
Tujuan Negara’, yang dengannya kualitas dan manfaat dari hasil pemeriksaan kami akan berdampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di Provinsi Maluku Utara.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 16


5. Pendahuluan
Bagian ini diawali dengan penyajian Infografis (one page) yang eye catching
memuat beberapa hal di Bab ini yang menjadi penekanan, misalnya peta provinsi
beserta nama kab/kota disertai beberapa info yang dianggap perlu. Informasi yang
disajikan dalam bagian ini minimal sebagai berikut:
a. Indikator Makro Ekonomi
Bagian ini memuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT),
Indeks Gini (Gini Ratio), Pertumbuhan Ekonomi, Peringkat Kemiskinan, dan
indikator makro lainnya yang tersedia. Indikator Nasional dapat disajikan
sebagai komparasi untuk Provinsi/Kab/Kota. Sumber data/informasi terkait
dengan indikator makro tersebut dalam diperoleh diantaranya dari Pemda
Dalam Angka yang diterbitkan oleh BPS dan/atau sumber resmi lainnya.
Sumber kutipan disebutkan dalam IHPD.
Narasi atau penjelasan umum tentang Indikator Ekonomi (IE) dapat disajikan
dalam bentuk grafik/tabel/chart/lainnya, misalnya disajikan seperti contoh
berikut.
Peringkat di Peringkat di
Pemda Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/Turun
Provinsi Nasional
AAA
BBB
CCC

b. Ringkasan LRA dan Neraca


Bagian ini diawali dengan penyajian tabel ringkasan informasi dari Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan posisi keuangan (Neraca), seperti dalam contoh
berikut.

Contoh Tabel Ringkasan Neraca dan LRA

Selanjutnya ditambahkan narasi atau penjelasan berupa rasio-rasio yang


disajikan dalam ilustrasi yaitu:
1) Indeks Kemandirian Fiskal
2) Rasio Kemandirian Daerah
3) Rasio Pertumbuhan PAD

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 17


4) Rasio Efektifitas PAD
5) Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja
6) Rasio-rasio lainnya jika diperlukan.
c. BUMD
Jumlah BUMD berdasarkan bidang usahanya per Pemda dan berdasarkan
persentase kepemilikan terbesar. Dapat pula ditambahkan informasi seperti:
1) Permasalahan BUMD, misalnya: beroperasi, tidak beroperasi, proses
pailit, sedang dalam proses gugatan pihak lain, dan lain-lain; dan
2) Rincian nama-nama BUMD dari masing-masing Pemda yang disajikan
dalam lampiran
d. BLUD
Jumlah BLUD dan nama-nama OPD atau SKPD yang telah ditetapkan menjadi
BLUD dan secara rinci dapat disajikan dalam lampiran. Jika dianggap perlu,
dapat ditambahkan penjelasan mengenai informasi atau permasalahan
signifikan terkait dengan BLUD.
Contoh infografis dan ilustrasi narasi Pendahuluan disajikan sebagai berikut:

Gambar 4. Infografis Pendahuluan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 18


Contoh ilustrasi narasi Pendahuluan:

BAB I PENDAHULUAN

--------------------Infografis Pendahuluan------------------------

A. Indikator Makro Ekonomi


Ekonomi makro merupakan gambaran perubahan ekonomi yang mempengaruhi masyarakat,
perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat difungsikan sebagai alat bagi Pemerintah Daerah untuk
menentukan dan mengevaluasi arah kebijakan dalam mengalokasikan sumberdaya ekonomi dan target
pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Indikator
Sosial Ekonomi Pemerintah Daerah se Provinsi Bali Tahun 2020 disajikan di bawah ini. (sumber data
BPS)
1. Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan (TK) atau Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis
kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar
minimum kebutuhan - kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu
untuk hidup layak. Makin tinggi angkanya, makin parah kemiskinannya.
Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Nasional, Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota se
Provinsi Bali, Realisasi pencapaian TK Provinsi/Kabupaten/Kota se Provinsi Bali Tahun 2020
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

2. Tingkat Pengangguran Terbuka


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja. Penganggur terbuka, terdiri dari: (i) mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari
pekerjaan. (ii) mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. (iii) Mereka yang tak
punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, dan (iv) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerj. Makin tinggi
angkanya makin banyak penganggurannya.
Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Nasional, Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota se
Provinsi Bali, Realisasi pencapaian TPT Provinsi/Kabupaten/Kota se Provinsi Bali Tahun 2020
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 19


3. Indek Gini (Gini Ratio)
Indek Gini atau Gini Ratio adalah merupakan alat analisis yang digunakan untuk menghitung atau
mengukur distribusi pendapatan masyarakat suatu negara atau daerah tertentu pada suatu periode
tertentu. Indek Gini sama dengan 0, menunjukkan distribusi pendapatan merata sempurna/mutlak,
dimana setiap golongan penduduk menerima bagian pendapatan yang sama sedangkan Indek Gini
sama dengan 1, artinya distribusi pendapatan tidak merata mutlak/timpang, dimana bagian
pendapatan hanya dinikmati satu golongan tertentu saja.
Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Nasional, Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota se-
Provinsi Bali, Realisasi pencapaian Gini ratio Provinsi/Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali Tahun
2020 dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. IPM dibentuk oleh 3
dimensi dasar yaitu harapan hidup/ umur panjang dan sehat (a long and healthy life), pengetahuan
(knowledge), dan standar hidup layak (decent standart of living). Sesuai dengan UNDP Indeks
tersebut dikategorikan menjadi empat, yaitu:
a. Rendah (< 60)
b. Sedang (60≤IPM<70)
c. Tinggi (70 ≤IPM<80)
d. Sangat Tinggi (>80).
Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Nasional, Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota se-
Provinsi Bali, Realisasi pencapaian IPM Provinsi/Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali Tahun 2020
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 20


5. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
menggambarkan sejauh mana aktivitas perekonomian suatu wilayah dalam menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada periode tertentu. Sedangkan aktivitas perekonomian merupakan suatu
proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output. Proses penggunaan faktor produksi
akan menghasilkan balas jasa. Oleh karenanya dengan adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan
pendapatan masyarakat meningkat, sebab masyarakat pemilik faktor produksi. Pertumbuhan
ekonomi dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010. Sesuai dengan data pada Badan
Pusat Statistik Nasional, Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali, Realisasi pencapaian
PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali Tahun 2020 dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

6. Inflasi
Selain ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, perekonomian Nasional, Provinsi Bali dan
Kabupaten/Kota se Provinsi Bali dapat dilihat melalui tingkat inflasi yang terjadi. Inflasi merupakan
salah satu indikator ekonomi yang mengukur fluktuasi harga beberapa komoditas pokok yang
menyangkut kebutuhan hidup masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi merupakan gejala buruk bagi
suatu perekonomian namun apabila besaran inflasi dapat dikendalikan melalui berbagai kebijakan
harga serta distribusi barang dan jasa maka inflasi dapat menjadi pendorong bagi pembangunan.
Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Nasional, Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota se-
Provinsi Bali, tingkat inflasiTahun 2020 sebagai berikut.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 21


B. Neraca dan LRA
1. Neraca
Neraca Pemerintah Daerah terdiri dari pos-pos yang menggambarkan kondisi mengenai Harta atau
Aset. Kewajiban dan Ekuitas. Neraca menunjukkan harta atau aset diperoleh dengan bersumber dari
dana yang berasal dari kewajiban dan kekayaan sendiri atau ekuitas. Berikut Neraca per 31
Desember TA 2019 Pemerintah Daerah Se-Provinsi Bali.

Total Aset per 31 Desember 2019 pada pada Pemerintah daerah……,…….,…….mengalami


kenaikan dibandingkan total Aset per 31 Desember 2018, sebahagian lagi mengalami penurunan
pada pemerintah daerah….,…..,…….

2. LRA
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Berikut LRA TA 2019
Pemerintah Daerah se-Provinsi Bali.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 22


Dari Tabel di atas dapat diketahui hal-hal sebagai berikut.
a. Pada bagian pendapatan, target tercapai pada Pemda…..,……sebesar ≥ 100% dari anggaran
yang ditetapkan. Sedangkan pemda yang tidak mencapai target 100% adalah pemda……Jika
dibandingkan dengan Tahun 2018 realisasi pendapatan 2018 pada pemda…..,…… mengalami
kenaikan dan Pemda…..,…… mengalami penurunan
b. Capaian Belanja pada Pemerintah daerah…..,……,…dibandingkan dengan tahun 2018
mengalami penurunan, sedangkan pada pemerintah daerah……,……,….. mengalami kenaikan.

3. Kemandirian Fiskal
Reviu atas kemandirian fiskal daerah merupakan salah satu bentuk evaluasi atas transparansi dan
akuntabilitas pemda dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Reviu atas Kemandirian fiskal
tahun 2019 dilaksanakan dengan metode reviu melalui perhitungan Indeks Kemandirian Fiskal
(IKF) setiap pemda. Adapun hasil reviu atas kemandirian fiskal tersebut tergambar dalam tabel di
bawah ini:

Dari table di atas diketahui bahwa kesenjangan kemandirian fiskal antar daerah di Provinsi Bali
sangat tinggi/tinggi/merata. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan IKF yang mencolok/tdk
mencolok antara IKF tertinggi pemkab/kota….. dengan IKF terendah pemkab/Kota…. di provinsi
Bali.

C. BUMD
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di wilayah Provinsi Bali terdiri dari Bank, PDAM, Bank
Perkreditan Rakyat, dan lainnya dengan jumlah masing-masing sebagai berikut:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 23


Dari BUMD tersebut, terdapat yang telah berstatus tidak aktif atau tidak beroperasi, yaitu:
1. ................ dst;
2. ................ dst.

D. BLUD
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di wilayah Provinsi Bali terdiri dari Rumah Sakit Umum
Daerah dan puskesmas dengan jumlah masing-masing sebagai berikut:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 24


6. Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan
Bagian ini diawali dengan penyajian Infografis (one page) yang eye catching
memuat beberapa hal di Bab ini yang menjadi penekanan. Informasi yang disajikan
minimal:
a. Opini
Narasi opini atas LKPD disajikan seperti contoh berikut:
Contoh Pengantar Opini
“Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan
dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk memperoleh
keyakinan memadai sehingga Pemeriksa mampu memberikan opini bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, atas kesesuaian dengan standar akuntansi, kecukupan pengungkapan,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK juga menggunakan akuntan publik yang untuk dan atas nama BPK;
Opini merupakan pernyataan profesional Pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan. Pemberian opini didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan (SAP), (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan (iv) efektivitas SPI. Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh
Pemeriksa, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian
(qualified opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini
(disclaimer of opinion).”

Selanjutnya disajikan informasi:


1) Perkembangan Opini
Ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang memuat perkembangan opini
dalam 3 (tiga) tahun terakhir dan penjelasan singkat kenaikan/penurunan
opini tahun terakhir;
2) Akun yang Disajikan Tidak Sesuai dengan SAP dan/atau Tidak Didukung
dengan Bukti yang Cukup.
Bagian ini menyajikan permasalahan secara singkat pada akun yang
menjadi dasar opini (i) pengecualian, (ii) tidak wajar, dan (ii) disclamer.
Sedangkan jika semua sudah mendapatkan opini WTP, tidak perlu
disajikan permasalahan signifikan terkait dengan ketidaksesuaian SAP.

b. Sistem Pengendalian Intern


Bagian ini menyajikan Ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang terdiri dari
informasi jumlah temuan dan permasalahan: (i) Kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan; (ii) Kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja; dan (iii) Kelemahan Struktur
Pengendalian Intern. Ilustrasi memuat secara lengkap semua LHP berdasarkan
Matrik Temuan LHP. Penyajian diawali dengan uraian paragraf pengantar
seperti contoh berikut.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 25


Contoh Pengantar SPI
Selain memberikan opini atas laporan keuangan, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem
pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem
Pengendalian Intern dalam kerangka pelaporan keuangan adalah suatu proses integral yang dirancang
dan diimplementasikan oleh entitas untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian
tujuan entitas terkait dengan: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi, (b) Keandalan dari laporan
keuangan, (c) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (d) Pengamanan aset. Adapun
pemahaman atas SPI bertujuan mengkaji pengendalian intern yang diterapkan oleh entitas dalam
menjalankan kegiatannya secara efektif dan efisien serta mengkaji kemungkinan terjadinya kesalahan
(error) dan kecurangan (fraud).

Penyajian dilakukan per klasifikasi temuan sesuai juknis kodering bukan per
entitas pemeriksaan, yaitu:
1) Permasalahan yang signifikan atau pertimbangan lain terkait kelemahan
SPI berdasarkan Matrik Temuan LHP, dapat disajikan seperti contoh
berikut.
Jumlah
Permasalahan
Pemda
Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan
a. Pencatatan belum disajikan atau tidak akurat
- Persediaan obat dan barang habis pakai (BHP) alat kesehatan 2
belum disajikan dalam neraca
- Kartu persediaan benda berharga antara lain beruap karcis tidak 1
pernah dimutakhirkan dan atas yang bereda tidak dilaporkan
- Kapitalisasi aset tetap belum disajikan pada aset induk 5
b. Dll
- dll
- dll

2) Akibat, sebab, tanggapan dan rekomendasi secara umum (ringkas).

c. Kepatuhan terhadap ketentuan Perundang-Undangan


Bagian ini menyajikan Ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang terdiri dari
informasi jumlah temuan dan permasalahan: (i) Kerugian; (ii) Potensi
Kerugian; (iii) Kekurangan Penerimaan dan; (iv) Penyimpangan Administrasi.
Penyajian diawali dengan uraian paragraf pengantar seperti contoh berikut.

Contoh Pengantar Kepatuhan


Pemeriksaan kepatuhan merupakan pemeriksaan untuk menilai apakah hal pokok (subject matter)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (yang digunakan sebagai kriteria).
Tujuan pemeriksaan kepatuhan adalah untuk menyediakan informasi ke pengguna (intended user)
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) apakah entitas yang diperiksa mengikuti/mematuhi peraturan
perundang-undangan, keputusan legislatif, kontrak, dan kode etik (codes of conduct) yang ditetapkan.
Kepatuhan terhadap Peraturan perundang-undangan yang dituangkan dalam LHP merupakan hasil
pengujian kepatuhan yang dirancang oleh Pemeriksa untuk memberikan keyakinan memadai guna
mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan, mendeteksi kesalahan/kekeliruan
yang material dalam laporan keuangan sebagai akibat langsung dari adanya unsur perbuatan
melanggar/melawan hukum yang material, dan untuk menumbuhkan kewaspadaan terhadap
kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan melawan hukum baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penyajian dilakukan per klasifikasi temuan sesuai juknis kodering bukan per
entitas pemeriksaan yaitu:
1) Permasalahan yang signifikan atau pertimbangan lain terkait kepatuhan
berdasarkan Matrik Temuan LHP, dapat disajikan seperti contoh berikut.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 26


Permasalahan Jumlah Pemda Nilai (Rp ribu)
Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
- Pengadaan tanah 2 55.000
- Pekerjaan peralatan mesin 3 153.900
- Pekerjaan gedung dan bangunan 2 2.345.00
- Pekerjaan jalan, irigasi, jembatan 5 456.000
- Pekerjaan aset tetap lainnya 4 45.987
- dll
- dll

2) Akibat, sebab, tanggapan dan rekomendasi secara umum (ringkas).


Informasi tambahan:
Jika diperlukan dapat ditambahkan penyajian terkait dengan informasi:
a. penyetoran ke kas daerah sebagai tindak lanjut atas TP pada saat pelaksanaan
pemeriksaan; dan
b. penekanan atas hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah
dan/atau masyarakat.
Contoh penyajian infografis dan ilustrasi narasi penjelasan sebagai berikut (data
dalam ilustrasi adalah data dummy):

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 27


Gambar 5. Contoh Infografis Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 28


Contoh penyajian Hasil Pemeriksaan Keuangan:
BAB II HASIL PEMERIKSAAN KEUANGAN

-----------------infografis Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan -----------------

A. Opini
Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan
dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk
memperoleh keyakinan memadai sehingga Pemeriksa mampu memberikan opini bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, atas kesesuaian dengan standar
akuntansi, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
efektivitas sistem pengendalian intern. Dalam pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK juga dapat
menggunakan akuntan publik yang untuk dan atas nama BPK.
Opini merupakan pernyataan profesional Pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan. Pemberian opini didasarkan pada kriteria: (i) kesesuaian dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii)
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas SPI. Terdapat 4 (empat) jenis
opini yang dapat diberikan oleh Pemeriksa, yakni (i) opini Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified
opinion), (ii) opini Wajar Dengan Pengecualian (qualified opinion), (iii) opini Tidak Wajar (adversed
opinion), dan (iv) opini Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer of opinion).
Hasil pemeriksaan atas LKPD TA 2019 pada pemerintah daerah se-provinsi Papua diketahui bahwa 19
entitas memperoleh opini WTP, 8 entitas memperoleh opini WDP, dan 3 entitas memperoleh opini
TMP. Perkembangan opini atas laporan keuangan pemerintah daerah se-Provinsi Papua tanggal 31
Desember 2019 disajikan pada Tabel berikut.

Terhadap pemberian opini WDP dan TMP, BPK menemukan permasalahan yang bernilai dampak
material sehingga memengaruhi kewajaran penyajian atas laporan keuangan, yaitu pada akun belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial, kas di bendahara pengeluaran, dan aset
tetap. Akun-akun tersebut disajikan tidak sesuai dengan SAP dan/atau tidak didukung dengan bukti
yang cukup dan tepat.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 29


B. Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern dalam kerangka pelaporan keuangan adalah suatu proses integral yang
dirancang dan diimplementasikan oleh entitas untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap
pencapaian tujuan entitas terkait dengan: (i) efektivitas dan efisiensi operasi, (ii) keandalan dari laporan
keuangan, (iii) ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (vi) pengamanan aset. Adapun
pemahaman atas SPI bertujuan mengkaji pengendalian intern yang diterapkan oleh entitas dalam
menjalankan kegiatannya secara efektif dan efisien serta mengkaji kemungkinan terjadinya kesalahan
(error) dan kecurangan (fraud).
Hasil pemeriksaan mengungkapkan 145 temuan sistem pengendalian intern yang memuat dua kategori
permasalahan: (i) kelemahan pengendalian intern dalam akuntansi dan pelaporan; dan (ii) kelemahan
pengendalian intern dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, yaitu:

Sebagai akibatnya terhadap permasalahan yang bernilai dampak signifikan atau material, BPK tidak
dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap penyajian angka tersebut yang disajikan
dalam laporan keuangan. Permasalahan tersebut disebabkan antara lain (i) para kepala daerah tidak
menetapkan PPK dan PPTK serta belum menganggap penting pemisahan fungsi bendahara pengeluaran,
(ii) kepala OPD terkait tidak optimal dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanan anggaran dan
kegiatan pada satuan kerjanya, dan (iii) PPK maupun pelaksana kegiatan tidak cermat dalam
melaksanakan tugasnya. Atas permasalahan tersebut, kepala daerah menyatakan akan menindaklanjuti
temuan sesuai ketentuan.
BPK telah merekomendasikan kepada para kepala daerah antara lain agar (i) menarik kendaraan dinas
yang dikuasai mantan pejabat dan pensiunan untuk selanjutnya digunakan dalam operasional
pemerintahan, (ii) memerintahkan kepala OPD terkait untuk melakukan perbaikan dan penertiban
penatausahaan barang persediaan dan aset tetap, dan (iii) menginstruksikan pelaksana kegiatan dan/atau

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 30


bendahara pengeluaran untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan atau dana
bantuan sosial termasuk melakukan penyetoran kembali ke Kas Daerah.

C. Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan


Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang dituangkan dalam LHP merupakan hasil
pengujian kepatuhan yang dirancang oleh Pemeriksa untuk memberikan keyakinan memadai guna
mendeteksi ketidakberesan dan kesalahan/kekeliruan yang material dalam laporan keuangan.
Hasil pemeriksaan mengungkapkan 96 temuan ketidakpatuhan yang memuat empat kategori
permasalahan: (i) kelebihan pembayaran; (ii) kekurangan volume pelaksanaan kontrak; (iii) kekurangan
penerimaan dan; (iv) penyimpangan administrasi, yaitu:

Sebagai akibatnya terhadap permasalahan yang bernilai dampak signifikan atau material, BPK tidak
dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap penyajian angka tersebut yang disajikan
dalam laporan keuangan. Permasalahan tersebut disebabkan antara lain (i) para kepala daerah tidak
menetapkan keputusan terkait langkah-langkah pengamanan akhir tahun atas pengendalian kas dan
realisasi belanja yang melampaui kemajuan fisik pekerjaan, (ii) kepala OPD terkait tidak optimal dalam
mengawasi pelaksanan anggaran dan kegiatan pada satuan kerjanya, (iii) PPK maupun pelaksana
kegiatan tidak cermat dalam melaksanakan tugasnya, dan (iv) belum dibentuk TPP tambahan
penghasilan ASN pemda. Atas permasalahan tersebut, kepala daerah menyatakan akan menindaklanjuti
temuan sesuai ketentuan.
BPK telah merekomendasikan kepada para kepala daerah antara lain agar memerintahkan: (i) kepala
OPD terkait untuk menginstruksikan PPK masing-masing OPD terkait untuk memroses penyetoran ke
Kas Daerah atas kelebihan pembayaran dari pencairan realisasi belanja yang melebihi nilai prestasi fisik
sebesar Rp85.780,00 juta dan dari kekurangan volume sebesar Rp104.290,00 juta, memroses pengenaan
dan pemungutan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp10.265,00 juta, dan memroses
perpanjangan berlakunya jaminan pelaksanaan, dan (ii) memerintahkan Kepala Badan Kepegawaian
Daerah untuk melakukan koordinasi dan rekonsiliasi dengan PT Taspen guna memroses kelebihan
pembayaran gaji dan tunjangan kepada pensiunan sebesar Rp7.375,00 juta, serta (iii) membentuk TPP
tambahan penghasilan ASN untuk melaksanakan tahapan proses persetujuan dari Menteri Dalam
Negeri.
Atas permasalahan ketidakpatuhan tersebut, selama proses pemeriksaan, entitas yang diperiksa telah
menindaklanjuti dengan menyerahkan aset atau menyetorkan uang ke Kas Daerah sebesar Rp50.045,00
juta.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 31


7. Hasil Pemeriksaan Kinerja
Bagian ini menyajikan Infografis (one page) yang eye catching memuat beberapa
hal di Bab ini yang menjadi penekanan. Penyajian diawali dengan uraian paragraf
pengantar seperti contoh berikut.
Contoh Pengantar Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah suatu pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan/atau efektivitas, serta aspek
kinerja lainnya atas suatu hal pokok yang diperiksa dengan maksud untuk memberikan rekomendasi yang
dapat mendorong ke arah perbaikan. Tujuan pemeriksaan kinerja adalah memberikan kesimpulan atas aspek
ekonomi, efisiensi dan/atau efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta memberikan rekomendasi untuk
memperbaiki aspek tersebut.

Selanjutnya disajikan Ilustrasi berupa grafik/chart/tabel yang berisi informasi


jumlah LHP, jumlah temuan dan permasalahan berdasarkan Matrik Temuan LHP.
Penyajian dilakukan per klasifikasi temuan/tema sesuai juknis kodering bukan per
entitas pemeriksaan, yaitu berdasarkan Kluster LHP berdasarkan TSAO seperti
tema Pendidikan, Kesehatan, Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi, Kualitas
Layanan Publik, dan sebagainya. Penyajian untuk masing-masing tematik
dilengkapi dengan tujuan pemeriksaan.
Penyajian urutan ikhtisar:
a. Tematik Nasional
1) Infografis secara nasional (kalau tersedia data - IHPS)
2) LHP Perwakilan
Simpulan, Permasalahan yang signifikan/pertimbangan lain, Akibat, Sebab,
Tanggapan dan Rekomendasi secara umum (ringkas).
b. Tema Lokal
Simpulan, Permasalahan signifikan/pertimbangan lain, Akibat, Sebab,
Tanggapan dan Rekomendasi secara umum (ringkas).
c. Jika masing-masing tema pemeriksaan hanya terdapat satu entitas
pemeriksaan, maka dapat disajikan untuk masing-masing tema pemeriksaan
berupa temuan signifikan yang dapat diambil menjadi lesson learned untuk
tingkat pemerintah daerah di wilayah provinsi.
Informasi tambahan
Jika diperlukan dapat ditambahkan penyajian terkait
a. penyetoran ke kas daerah sebagai tindak lanjut atas TP pada saat pelaksanaan
pemeriksaan; dan
b. Jika ada capaian yang bisa dijadikan benchmarking/best practices, dalam
rangka lesson learned dapat disajikan.
Contoh penyajian infografis dan ilustrasi narasi penjelasan sebagai berikut (data
dalam ilustrasi adalah data dummy):

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 32


Gambar 6. Contoh Infografis Hasil Pemeriksaan Kinerja

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 33


Contoh penyajian Hasil Pemeriksaan Kinerja:
BAB III HASIL PEMERIKSAAN KINERJA

-----------------infografis Hasil Pemeriksaan Kinerja -----------------

Pemeriksaan kinerja adalah suatu jenis pemeriksaan dengan tujuan untuk memberikan kesimpulan atas
aspek ekonomi, efisiensi dan/atau efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta memberikan rekomendasi
untuk memperbaiki aspek tersebut
Pada Semester II Tahun 2019 BPK Perwakilan Provinsi Bali telah menyampaikan hasil pemeriksaan kinerja
3 objek pemeriksaan tematik nasional dan 1 objek pemeriksaan tematik lokal sebagai berikut.

A. Tematik Nasional
1. Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Penguatan Penjaminan Mutu Pendidikan dan
Implementasi Kurikulum 2013 dalam Mewujudkan Terselenggaranya Wajib Belajar 12 Tahun pada
Provinsi Bali dan Kabupaten Klungkung
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai efektivitas upaya Pemerintah Provinsi Bali dan
Kabupaten Klungkung dalam peningkatan kualitas pembelajaran melalui penguatan penjaminan
mutu pendidikan dan implementasi Kurikulum 2013 dalam mewujudkan terselenggaranya Wajib
Belajar 12 Tahun dengan hasil pemeriksaan sebagi berikut.

Secara lebih rinci masing-masing temuan pemeriksaan signifikan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Klungkung belum menjalankan siklus penjaminan
mutu pendidikan berdasarkan data dan informasi yang valid.
Dalam rangka menunjang penjaminan mutu pendidikan telah dibentuk sistem aplikasi
Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) yang mengintegrasikan seluruh data dan informasi terkait
hasil pendidikan, isi pendidikan, proses pendidikan, penilaian pendidikan, guru dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan dan pengelolaan
pendidikan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang menyebabkan data dan
informasi yang termuat dalam aplikasi PMP tidak valid antara lain (a) satuan pendidikan belum
sepenuhnya memahami cara menyajikan potret sekolah atas capaian standar pendidikan dalam
instrumen penjaminan mutu, dan (b) Dinas Pendidikan melalui pengawas sekolah belum
optimal melakukan validasi isian penjaminan mutu secara akurat dan sesuai kondisi riil satuan
pendidikan.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 34


Permasalahan tersebut mengakibatkan rapor mutu pendidikan yang dihasilkan dari aplikasi
PMP belum sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan. Hal tersebut
terjadi karena satuan pendidikan belum mampu dan memiliki pemahaman yang seragam atas
pelaksanaan penjaminan mutu dan pengisian instrumen penjaminan mutu sesuai kondisi riil.
Selain itu Kepala Dinas Pendidikan belum secara tertib memantau kehadiran pengawas sekolah
ke satuan pendidikan serta pengawas sekolah belum optimal dalam melakukan
pengawasan/pendampingan terkait dengan penjaminan mutu pada sekolah, termasuk validasi
dan verifikasi atas isian instrumen penjaminan mutu.
Pemerintah Provinsi Bali dan dan Pemerintah Kabupaten Buleleng sepakat dengan hasil
pemeriksaan BPK.
BPK merekomendasikan Kepala Daerah agar Kepala Dinas Pendidikan:
1) Melakukan sosialisasi pengisian instrumen penjaminan mutu kepada satuan pendidikan
untuk meningkatkan kemampuan dalam pengisian instrumen penjaminan mutu sesuai
kondisi riil; dan
2) Melalui pengawas sekolah mendampingi responden penjaminan mutu dalam pengisian
rapor mutu serta melakukan validasi dan verifikasi atas isian instrumen penjaminan mutu
agar sesuai kondisi riil satuan pendidikan.
b. ……….. Dan seterusnya.

2. Efektivitas Pengelolaan Dana Bidang Kesehatan dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Dasar
pada Pemerintah Kabupaten Buleleng
Pemeriksaan kinerja ini bertujuan untuk menilai efektivitas pengelolaan dana bidang kesehatan
dalam mendukung pelayanan kesehatan dasar Tahun 2018 dan Semester I Tahun2019 pada
Pemerintah Kabupaten Buleleng yang meliputi kegiatan: (a) pengelolan dana kapitasi, (b)
pengelolaan DAK Bidang Kesehatan, (c) pengelolaan dana bidang kesehatan lainnya (selain dana
kapitasi dan DAK Bidang Kesehatan) dalam APBD, dan (d) pengelolaan dropping barang dari
APBN dan APBD Provinsi serta penempatan tenaga kesehatan (Nusantara Sehat) dengan hasil
pemeriksaan sebagai berikut.

Secara lebih rinci masing-masing temuan pemeriksaan signifikan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Rencana Pemanfaatan Dana Kapitasi untuk Mendukung Pelayanan Kesehatan Dasar Belum
Sepenuhnya Mempertimbangkan Ketersediaan Sumber Daya dan Kebutuhan Puskesmas. Hal
ini terlihat dari beberapa hal sevagai berikut.
1) Bendahara JKN memiliki rangkap tugas sebagai pemegang program dan juga menjadi
pejabat fungsional. Tugas sebagai bendahara JKN merupakan tugas tambahan, sehingga
yang diprioritaskan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas. Oleh karena perangkapan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 35


tugas tersebut mengakibatkan hasil realisasi belanja dalam setahun tidak terealisasi secara
optimal.
2) Puskesmas belum memiliki personil yang berfungsi sebagai pejabat pengadaan dan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK). Hambatan tersebut menyebabkan puskesmas tidak mampu
melakukan pengadaan secara mandiri, sehingga harus meminta bantuan Dinas Kesehatan .
Penambahan tugas terkait pengadaan obat, alat kesehatan, dan barang medis habis pakai
(BMHP) dari puskesmas membebani Dinas Kesehatan, sehingga proses pengadaan
terhambat.
3) Banyaknya anggaran belanja modal pada puskesmas yang tidak direalisasikan karena tidak
menjadi kebutuhan puskesmas atau salah penginputan saat menyusun RKA.
Permasalahan tersebut mengakibatkan pelayanan kesehatan dasar dan pemanfaatan dana di
puskesmas menjadi tidak optimal.
Hal tersebut disebabkan oleh:
1) Kepala Dinaas Kesehatan belum menetapkan PPK pada puskesmas dan pejabat pengadaan
untuk pelaksanaan kegiatan di puskesmas;
2) Kepala Puskesmas beserta tim perencanaan puskesmas kurang optimal dalam menyusun
proses perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan puskesmas
BPK merekomendasikan Bupati Buleleng agar Kepala Dinas Kesehatan:
1) Menetapkan PPK pada puskesmas;
2) Menetapkan pejabat pengadaan untuk pelaksanaan kegiatan di puskesmas; dan
3) Melalui kepala puskesmas beserta tim perencanaan puskesmas lebih optimal dalam
menyusun proses perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan puskesmas.

3. Pengelolaan Belanja Daerah Untuk Meningkatkan Pembangunan Manusia


Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai efektivitas pengelolaan belanja daerah untuk
meningkatkan pembangunan manusia. Lingkup pemeriksaan atas efektivitas pengelolaan belanja
tersebut meliputi program dan kegiatan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang
merupakan dimensi-dimensi pengukuran IPM. Lingkup pemeriksaan ini juga meliputi upaya
pemerintah daerah melalui penerbitan dan implementasi peraturan-peraturan daerah yang dapat
mendorong peran swasta dan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian yang
dapat meningkatkan pembangunan manusia di daerah. Tahun anggaran yang dilakukan penilaian
meliputi pengelolaan belanja pada tahun 2016 sampai dengan 2018.

Hasil pemeriksaan BPK menunjukkan beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki dan
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a. Transparansi Keuangan Publik

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 36


Salah satu permasalahan yang terkait dengan transparansi keuangan publik adalah masalah
capaian kinerja pelayanan publik Organisasi Perangkat Daerah (OPD) belum disusun hingga
mengukur pencapaian output dan outcome. Hal ini terlihat dari dua hal berikut.
1) Pemerintah Kabupaten Karangasem Belum Menyusun Indikator Kinerja Program dan
Kegiatan yang Selaras Antar Dokumen Perencanaan
Dokumen perencanaan pembangunan daerah terdiri dari RPJMD, Renstra, KUA, PPAS, dan
RKA. Pada masing-masing dokumen tersebut tercantum program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Pemerintah daerah menyusun indikator pencapaian pada dokumen
perencanaan sebagai bentuk acuan pemerintah daerah untuk melaksanakan program
kegiatan pada masing-masing OPD. Harapannya, indikator pelaksanaan program kegiatan
pada level OPD mampu menjawab indikator program prioritas yang disusun pada dokumen
RPJMD yang menjadi target capaian dalam waktu 5 tahun. Akan tetapi, pemeriksa tidak
menemukan hal tersebut.
2) Pemerintah Kabupaten Karangasem Belum Menyusun Indikator Kinerja Program dan
Kegiatan Urusan Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi yang Terukur Dalam RPJMD,
Renstra RKPD, KUA PPAS, dan RKA dalam Rangka Pembangunan Manusia.
Hasil pemeriksaan menunjukkan indikator kinerja program kegiatan yang disusun
Pemerintah Kabupaten Karangasem pada dokumen perencanaan tidak dapat dibandingkan.
Hal ini terjadi karena perbedaan satuan dan output/outcome nya. Selain itu, Hasil analisis
dokumen perencanaan antara rencana strategis (Renstra), RKPD, dan DPA pada Dinas
Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan TA 2018 terdapat
40 kegiatan yang tercantum dalam Renstra namun tidak tercantum dalam dokumen RKPD
dan/atau DPA.
Permasalahan tersebut mengakibatkan Pemerintah Kabupaten tidak dapat mengukur
ketercapaian program dan kegiatan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah sesuai target
dalam RPJMD.
Hal tersebut disebabkan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem tidak memiliki panduan
standar dalam menerjemahkan sasaran perencanaan pembangunan daerah di RPJMD menjadi
sasaran pelaksanaan belanja di RKA.
Atas permasalahan tersebut Bupati Karangasem menyatakan sependapat dengan temuan BPK.
BPK merekomendasikan Bupati Karangasem agar Kepala Bappelitbangda menyusun panduan
standar dalam menerjemahkan sasaran perencanaan pembangunan daerah di RPJMD menjadi
sasaran pelaksanaan belanja di RKA OPD.
b. ……. Dan seterusnya.

B. Tematik Lokal
1. Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan
dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan
informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain. Administrasi kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat
memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam pelayanan publik serta
memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan dokumen kependudukan tanpa ada
perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Capaian hasil atas penyelengaraan administrasi kependudukan dilihat dari dua perspektif, mencakup
penyelenggaraan kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, serta pemanfaatan data.
Kedua hal tersebut diyakini merupakan faktor yang memberikan pengaruh signifikan terhadap
keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan administrasi kependudukan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai efektivitas penyelenggaraan administrasi kependudukan
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan ketersediaan data dan informasi

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 37


administrasi kependudukan yang lengkap, akurat, mutakhir dan tepat waktu, serta dimanfaatkan
untuk pembangunan.

Hasil pemeriksaan menunjukkan beberapa permasalahan terkait tata kelola penyelenggaraan


pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang perlu mendapat perhatian, antara lain:
a. Capaian atas Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
Beberapa permasalahan terkait penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
adalah sebagai berikut:
1) Target cakupan pelayanan administrasi kependudukan disdukcapil belum seluruhnya
mengacu pada RPJMD Tahun 2016 – 2021. Target cakupan pelayanan administrasi
kependudukan Disdukcapil yang tertuang dalam Renstra Disdukcapil Tahun 2016 – 2021
berbeda dengan RPJMD Tahun 2016 – 2021 khususnya untuk target kecamatan Denpasar
Utara dan Denpasar Selatan.
2) Disdukcapil belum menetapkan target cakupan penerbitan dokumen kependudukan
sesuai Permendagri Nomor 69 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 62
Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di
Kabupaten/Kota yaitu penerbitan KK (100% tahun 2015), penerbitan KTP (100% tahun
2015), penerbitan Akta Kelahiran (90% tahun 2020), dan penerbitan kutipan angka
kematian (70% tahun 2020).
3) Perhitungan capaian cakupan pelayanan belum sesuai dengan ketentuan dan tidak didukung
dengan data yang valid dan akurat, yaitu rumus yang digunakan untuk menghitung cakupan
pelayanan penerbitan KK, penerbitan KTP-el, pelayanan penerbitan Akta Kelahiran dan
penerbitan Akta Kematian tidak sesuai dengan Lampiran II Permendagri Nomor 69 Tahun
2012.
Permasalahan di atas mengakibatkan kinerja pelayanan administrasi kependudukan yang
diberikan oleh Disdukcapil tidak terukur.
Hal tersebut disebabkan:
1) Kepala Disdukcapil kurang cermat dalam menyusun Renstra Tahun 2016 – 2021;
2) Kepala Seksi Pengolahan dan Penyajian Data Bidang PIAK kurang cermat dalam
melakukan perhitungan capaian cakupan penerbitan dokumen kependudukan;
3) Kepala Sub Bagian Perencanaan kurang cermat dalam menghimpun data sumber
perhitungan capaian cakupan penerbitan dokumen kependudukan dan menyusun LKjIP
Tahun 2018.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Disdukcapil menyatakan sependapat dengan kondisi yang
diungkapkan. Selain itu, Disdukcapil merupakan OPD yang berfungsi sebagai dinas pencatatan
berdasarkan permohonan yang masuk, dengan demikian kami menggunakan pembagi
berdasarkan permohonan berkas yang masuk untuk kemudian diterbitkan dokumen
kependudukan dan catatan sipilnya.
BPK merekomendasikan kepada Walikota Denpasar agar Kepala Disdukcapil untuk
kedepannya:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 38


1) Menyusun harmonisasi Renstra dan RPJMD dan peraturan di atasnya;
2) Melakukan perhitungan capaian cakupan penerbitan dokumen kependudukan sesuai dengan
ketentuan dengan menggunakan rumus yang tepat dan data sumber yang akurat.
b. ………. Dan seterusnya.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 39


8. Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Bagian ini menyajikan Infografis (one page) yang eye catching memuat beberapa
hal di Bab ini yang menjadi penekanan (ilustrasi infografis tersaji dalam Gambar
7).
Selanjutnya, penyajian diawali dengan uraian paragraf pengantar seperti contoh
berikut.

Contoh Pengantar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu


Pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau PDTT adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di
luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. PDTT bertujuan untuk memberikan kesimpulan sesuai
dengan tujuan pemeriksaan yang ditetapkan.Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu adalah pemeriksaan
kepatuhan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

Ilustrasi dalam uraian berupa grafik/chart/tabel yang berisi informasi jumlah LHP,
jumlah temuan dan permasalahan berdasarkan Matrik Temuan LHP. Penyajian
dilakukan per klasifikasi temuan/tema sesuai juknis kodering (misalnya temuan
SPI dan temuan kepatuhan) bukan per entitas pemeriksaan, yaitu berdasarkan
Kluster LHP berdasarkan TSAO, seperti tema Pendidikan, Kesehatan, Tata Kelola
dan Reformasi Birokrasi, Kualitas Layanan Publik, dan sebagainya. Penyajian
untuk masing-masing tematik dilengkapi dengan tujuan pemeriksaan. Nilai yang
ditampilkan dalam infografis disajikan dalam jutaan rupiah.
Penyajian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok obyek PDTT yaitu:
a. Obyek PDTT Tematik dan Non Tematik, minimal berisi informasi:
Simpulan, Permasalahan signifikan/pertimbangan lain, Akibat, Sebab,
Tanggapan dan Rekomendasi secara umum dan dapat ditambahkan Ilustrasi
berupa grafik/chart/table, dan lain-lain. Temuan signifikan adalah temuan
pemeriksaan yang menjadi dasar untuk merumuskan kesimpulan. Jika
kesimpulannya adalah sesuai kriteria, maka pemilihan temuan signifikan yang
akan disajikan dalam IHPD diserahkan kepada pertimbangan masing-masing
BPK Perwakilan, misalnya yang menjadi perhatian masyarakat dan nilainya
signifikan.
Jika kesimpulan atas hasil pemeriksaan DTT berbeda-beda maka disajikan
secara umum, diikuti dengan ringkasan temuan-temuan signifikan yang
menjadi dasar pemberian kesimpulan (jika kesimpulannya selain ‘sesuai
dengan kriteria’).
Jika masing-masing tema pemeriksaan hanya terdapat satu entitas
pemeriksaan, maka dapat disajikan untuk masing-masing tema pemeriksaan
berupa temuan signifikan yang dapat diambil menjadi lesson learned untuk
tingkat pemerintah daerah di wilayah provinsi.
Informasi tambahan
Jika diperlukan dapat ditambahkan penyajian terkait:
1) penyetoran ke kas daerah sebagai tindak lanjut atas TP pada saat
pelaksanaan pemeriksaan; dan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 40


2) penekanan atas hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.
b. Obyek PDTT Bantuan Keuangan Partai Politik, minimal berisi informasi:

Simpulan Jumlah
Pemda Sesuai Tidak
Tidak
Sesuai dengan Memberikan
Sesuai
Pengecualian Simpulan
Prov
Kota A
Kota B
Kabupaten C
Kabupaten D
Kabupaten E

Lampiran ditambahkan tabel atau matriks yang menyajikan nama-nama partai


politik, baik yang menyampaikan LPJ, yang tidak menyampaikan LPJ dan
yang tidak memperoleh kursi di DPRD, dengan penyajian sumbu vertikal
nama pemda, dan sumbu horisontal nama partai politik.
Dapat ditambahkan penjelasan:
1) LPJ Banparpol yang tidak diperiksa (jika ada) karena Parpol tidak
menyerahkan LPJ dengan alasan (misalnya) sudah tidak mendapatkan
kursi lagi di periode pemilu terakhir.
2) Permasalahan yang menyebabkan simpulan tidak sesuai/sesuai dengan
pengecualian
3) Permasalahan lain yang menjadi penekanan.
Contoh infografis dan ilustrasi narasi penjelasan sebagai berikut (data dalam
ilustrasi adalah data dummy):

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 41


Gambar 7. Contoh Infografis Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 42


Contoh penyajian Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu:
BAB IV HASIL PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU

-----------------infografis Hasil PDTT -----------------


Pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau PDTT adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. PDTT bertujuan untuk memberikan
kesimpulan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang ditetapkan. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan
tertentu adalah pemeriksaan kepatuhan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan
investigatif.
PDTT dilaksanakan secara tematik berdasarkan tujuan pemeriksaan strategis tentative (tentative
strategic audit objectives/TSAO) sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis BPK 2016-2020. Ihktisar
Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Bali Tahun 2019 memuat pemeriksaan dengan tujuan tertentu
(PDTT) atas 15 objek pemeriksaan, yang meliputi 2 objek pemeriksaan tematik nasional (pengelolaan Dana
Desa) dan 13 objek pemeriksaan tematik lokal (termasuk 10 objek LPJ Banparpol).
Secara lebih rinci, hasil pemeriksaan mengungkapkan 55 temuan yang memuat permasalahan
sebesar Rp57.649.979.141,33. Permasalahan tersebut meliputi 32 kelemahan sistem pengendalian intern, 15
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sebesar Rp57.598.490.706,74, dan 8
permasalahan ekonomis, efisiensi, dan efektivitas sebesar Rp51.488.434,59. Rekapitulasi hasil pemeriksaan
DTT pada pemda dan BPD menurut kelompok temuan pemeriksaan disajikan sebagai berikut:

A. Tematik Nasional
Pada Semester II Tahun 2019 BPK Perwakilan Provinsi Bali telah menyampaikan hasil pemeriksaan
atas pengelolaan Dana Desa dilakukan terhadap 2 entitas pada 2 pemerintah daerah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan atas Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Dana Desa Tahun Anggaran 2018 dan 2019 (sd
Semester I) pada Pemerintah Kabupaten Bangli.
2. Pemeriksaan atas Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Dana Desa Tahun Anggaran 2018 dan 2019 (sd
Semester I) pada Pemerintah Kabupaten Badung.
Tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan adalah untuk menilai kepatuhan pengelolaan kegiatan dana
desa Tahun 2018 dan 2019.
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan Dana Desa pada 2 pemerintah daerah mengungkapkan 21 temuan
meliputi 13 kelemahan sistem pengendalian intern, 2 permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan sebesar Rp825.531.005,73 dan 8 permasalahan ekonomis, efisiensi, dan
efektivitas (3E). Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian yaitu:

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 43


Dari tabel tersebut terdapat permasalahan signifikan yaitu:
Pemeriksaan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Desa Tidak dilakukan di wilayah Kabupaten
Bangli
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan desa, salah satu tugas Kepala Desa yaitu mengoordinasikan
pemeriksaan tahap perkembangan dan tahap akhir kegiatan infrastruktur Desa. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara memeriksa dan menilai sebagian dan/atau seluruh hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan
infrastruktur Desa. Berdasarkan hasil wawancara kepada Perbekel (Kepala Desa), Sekretaris Desa, dan
Ketua TPK dan penelusuran dokumen pengeluaran terkait dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pada 31 desa yang diuji petik diketahui hal sebagai berikut:
1. Opname atas hasil pekerjaan fisik belum memadai.
2. Mekanisme pengadaan barang/jasa belum sesuai dengan ketentuan Pemerintah
3. Bukti pengeluaran pelaksanaan pekerjaan tidak lengkap dan tidak valid
4. Kelebihan pembayaran atas pekerjaan pembangunan fisik sebesar Rp281.152.876,96 dan
pemborosan sebesar Rp51.488.434,59.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik secara uji petik atas penggunaan dana desa berupa pekerjaan
pembangunan fisik diketahui terdapat kelebihan pembayaran. Hal tersebut terjadi pada enam desa,
dengan nilai total sebesar Rp212.238.974,40.
Selanjutnya ditemukan juga kelebihan pembayaran atas pembelian bahan material serta atas pekerjaan
pembangunan dan pengelolaan air bersih skala lokal sebesar Rp37.936.020,00 pada Desa Belantih dan
sebesar Rp30.977.882,21 pada Desa Kutuh. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan hasil pengujian
nota pada SPJ diketahui bahwa nota yang dilampirkan bukan merupakan nota asli dari penyedia. Selain
itu juga terdapat pemborosan atas pekerjaan fisik sebesar Rp51.488.434,59 pada Desa Susut.
Permasalahan ini terjadi dikarenakan pihak desa melakukan pembayaran ke penyedia bahan material
sesuai dengan harga yang telah tertera di RAB, walaupun TPK telah melakukan negosiasi harga secara
tertulis ke beberapa penyedia bahan material dengan harga yang lebih rendah dari harga yang tertera di
RAB. Sehingga pihak desa harus membayar bahan material yang lebih mahal dari harga negosiasi
sehingga terjadinya kelebihan pembayaran sejumlah Rp281.152.876,96 serta pemborosan keuangan
desa sebesar Rp51.488.434,59. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa: a. Pasal 73 Ayat (1) yang menyatakan
bahwa “Kepala Desa mengoordinasikan pemeriksaan tahap perkembangan dan tahap akhir kegiatan
infrastruktur Desa”. Permasalahan tersebut mengakibatkan hasil pelaksanaan pembangunan desa tidak
sesuai perencanaan dan terdapat kekurangan volume fisik dan terjadi kelebihan pembayaran atas
pekerjaan pembangunan fisik sebesar Rp281.152.876,96 dan pemborosan keuangan desa sebesar

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 44


Rp51.488.434,59. Hal tersebut disebabkan Perbekel dan TPK tidak melakukan pemeriksaan tahap
perkembangan dan akhir pelaksanaan kegiatan .
Atas permasalahan tersebut maka Perbekel Desa memberikan tanggapan bahwa pemerintah desa
mengakui masih terdapat beberapa kelemahan dan kedepannya akan menjadi perhatian dalam
melakukan pengelolaan dana desa sesuai peraturan yang berlaku. Selanjutnya BPK merekomendasikan
Bupati Bangli melalui Kepala DPMD agar Perbekel dan TPK melakukan pemeriksaan tahap
perkembangan dan akhir pelaksanaan kegiatan serta Perbekel Desa Pinggan untuk melakukan
pemulihan ke Kas Desa atas kelebihan pembayaran sebesar Rp82.232.750,56.

B. Tematik Lokal
Pada Semester II Tahun 2019 BPK Perwakilan Provinsi Bali telah menyampaikan hasil pemeriksaan
atas pemeriksaan tematik lokal yaitu pengelolaan PAD pada 2 entitas dan Pengelolaan Bank
Pemerintah Daerah (BPD) pada 1 entitas dengan urain sebagai berikut:
1. Pengelolaan PAD
Pemeriksaan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilakukan terhadap 2 objek pemeriksaan yaitu:
a. Pemeriksaan Kepatuhan atas Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah TA 2018 dan 2019 (sd 31
Agustus 2019) pada Pemerintah Kabupaten Badung.
b. Pemeriksaan Kepatuhan atas Pengelolaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan
Pajak Air Tanah Tahun Anggaran 2018 dan 2019 (sd 31 Agustus 2019) pada Pemerintah
Kabupaten Gianyar.
Tujuan pemeriksaan kepatuhan atas pengelolaan PAD TA 2019 (sd 31 Agustus 2019) untuk
menilai apakah pengelolaan PAD telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan pendapatan daerah pada 2 pemerintah daerah
mengungkapkan 15 temuan dengan 19 permasalahan yang meliputi 13 kelemahan sistem
pengendalian intern, 5 permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan sebesar Rp56.772.959.701,01, dan 1 permasalahan 3E. Beberapa permasalahan yang
perlu mendapat perhatian yaitu:

Dari tabel tersebut terdapat permasalahan signifikan dengan uraian sebagai berikut:
a. Kegiatan Pemungutan Dan Pemeriksaan Pajak Dengan Sistem Self Assessment Belum
Memadai
Kegiatan pemungutan dan pemeriksaan pajak dengan sistem self assessment pada
Bapenda/Pasedahan Agung Kabupaten Badung menunjukkan permasalahan sebagai berikut: 1)
terdapat WP hotel, restoran, hiburan, dan/atau parkir yang kurang dalam menghitung,
melaporkan, dan membayarkan pajak terutang sesuai ketentuan, 2) pemungutan pajak hiburan
insidentil belum memadai, dan 3) pemeriksaan pajak belum mengoptimalkan pemanfaatan
data/informasi hasil perekaman sistem/alat yang terpasang pada WP. Kondisi tersebut tidak

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 45


sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2012, Pasal 8, 28, dan 36 yang mengakibatkan
antara lain kekurangan pendapatan pokok pajak senilai Rp13.695.158.042,05, bunga
keterlambatan minimal sebesar Rp3.565.972.181,82, dan sanksi administrasi sebesar
Rp277.788.422,25. Penyebab utama permasalahan ini adalah karena Kepala Bidang Penetapan
pada Bapenda/Pasedahan Agung belum melaksanakan pemeriksaan pajak secara berkala untuk
menguji kepatuhan WP dengan sistem self assessment, dan belum segera melaksanakan
penerbitan SKPDKB atas potensi kekurangan pendapatan pajak untuk WP yang masih dalam
proses pemeriksaan pajak. Atas permasalahan ini, BPK merekomendasikan Bupati Badung agar
Kepala Bapenda/Pasedahan Agung antara lain 1) menerbitkan SKPDKB atas potensi
kekurangan pendapatan pokok pajak dan bunga keterlambatan; dan 2) melaksanakan penagihan
pajak daerah berdasarkan SPKDKB.
b. Kekurangan Pembayaran Pokok dan Denda Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan
Masing-Masing Sebesar Rp30.853.832.346,14 dan Rp6.978.557.748,06
Pengujian kepatuhan Pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan atas 103 WP di Kabupaten Gianyar
menunjukkan kekurangan pembayaran pajak daerah dengan kondisi sebagai berikut: 1) WP
melaporkan omzetnya lebih rendah dari yang senyatanya, 2) WP tidak mengenakan pajak atas
objek pajak tertentu, dan 3) pengenaan tarif pajak yang lebih rendah dari tarif seharsunya yang
mengakibatkan kekurang penerimaan daerah dari pokok dan denda Pajak Hotel Pajak Restoran,
dan Pajak Hiburan masing-masing sebesar Rp30.853.832.346,14 dan Rp6.978.557.748,06.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan antara lain Parturan Bupati Nomor 141 Tahun 2015 Pasal
32 ayat (1). Permasalahan tersebut disebabkan antara lain Kepala BPKAD Kabupaten Gianyar
yang kurang optimal dalam mengendalikan dan mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan oleh WP. Selama proses penyusunan LHP sejumlah WP telah menindaklanjuti
masalah kekurang penerimaan tersebut dengan menyetorkan ke Kas Daerah total sebesar
Rp999.706.272,27. BPK merekomendasikan Bupati Gianyar agar antara lain memantau
penyelesaian secara optimal oleh WP atas kekurangan pembayaran pokok dan denda pajaknya.
c. …..dan seterusnya
2. Operasional Bank Pembangunan Daerah
Pada semester II tahun 2019 BPK Perwakilan Provinsi Bali telah menyampaikan hasil pemeriksaan
atas Pengelolaan Kredit pada bank daerah yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD Bali).
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk tahun buku 2018 dan 2019 (semester I 2019).
Tujuan pemeriksaan adalah menilai apakah kegiatan Pengelolaan Kredit Produktif Tahun Buku
2018 dan 2019 (Semester I) pada Bank BPD Bali telah sesuai dengan kriteria yang berlaku.
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan kredit produktif Tahun Buku 2018 dan 2019 (semester I) pada
BPD Bali telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
semua hal yang material. Simpulan tersebut didasarkan atas kelemahan-kelemahan yang terjadi
dalam pengelolaan baik pada aspek pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan. Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian yaitu:

Dari tabel tersebut terdapat permasalahan signifikan dengan uraian sebagai berikut:
a. Agunan atas Fasilitas Kredit kepada PT DKP Digunakan untuk Usaha Tanpa Persetujuan Bank
Kredit yang diberikan oleh Bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya Bank
harus memperhatikan azas-azas perkreditan yang sehat. Jaminan/agunan adalah hak dan
penguasaan atas barang bergerak maupun tidak bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 46


yang diserahkan oleh debitur kepada Bank guna menjamin pelunasan pinjamannya kepada
Bank. Pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen kredit yang masih outstanding per Juni
2019 dan pengujian fisik di lapangan menunjukkan bahwa pemantauan/monitoring atas jaminan
kredit PT DKP belum sepenuhnya dilakukan secara memadai. Fasilitas kredit yang diberikan
PT DKP tersebut mengalami kemacetan karena banyak proyek yang dibiayai oleh PT DKP
belum dibayar oleh bowheer sehingga mengalami kesulitan likuiditas. Atas permasalahan
tersebut, debitur telah mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu KMK.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 8 ayat (1) menyatakan
“Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan
serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Permasalahan tersebut mengakibatkan potensi
menimbulkan boundary events antara risiko kepatuhan, risiko operasional, risiko kredit, risiko
hukum dan resiko reputasi atas tanah dan bangunan yang dijadikan agunan/jaminan digunakan
untuk hal lain tanpa persetujuan bank. Hal ini disebabkan oleh Kepala Divisi Kredit kurang
optimal melaksanakan supervisi terkait pemantauan kredit. Atas permasalahan tersebut BPK
merekomendasi Direktur Utama Bank BPD Bali agar Kepala Divisi Kredit meningkatkan
supervisi terkait pemantauan kredit.
b. Pemberian Kredit Modal Kerja Belum Sepenuhnya Dilakukan Analisa yang Memadai
Setiap pemberian kredit mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya setiap pengusul
harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat (Credit Worthiness) dan prinsip kehati-
hatian. Untuk mengurangi risiko kredit, maka dalam memberikan kredit Bank wajib mempunyai
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan
debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan
yang diperjanjikan. Pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen kredit yang masih
outstanding per Juni 2019 dan meminta keterangan kepada analis kredit serta hasil konfirmasi
kepada debitur atas proses pemberian kredit yang dilakukan terhadap aspek permohonan kredit,
analisis kredit, dan persetujuan kredit menunjukkan bahwa analisis dalam pemberian kredit
kepada empat debitur pada Bank BPD Bali Cabang Badung belum sepenuhnya memadai.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 8
ayat (1) menyatakan “Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan
kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Permasalahan tersebut mengakibatkan
hasil analisa kredit belum dapat memberikan informasi yang valid dan akurat dalam
pertimbangan persetujuan kredit dan pemberian kredit berpotensi menjadi bermasalah. Hal ini
disebabkan oleh Kepala Bank BPD Bali Cabang Badung belum optimal melaksanakan supervisi
terkait pemberian kredit. Atas permasalahan tersebut, Direktur Utama Bank BPD Bali
menjelaskan bahwa hal tersebut akan menjadi perhatian Bank dalam melakukan analisa dan
peningkatan kualitas fungsi supervisi dalam memeriksa pekerjaan staf. BPK merekomendasi
Direktur Utama Bank BPD Bali agar Kepala Bank BPD Bali Cabang Badung meningkatkan
supervisi terkait pemberian kredit.
c. ...dan seterusnya

C. Pemeriksaan Bantuan Keuangan Partai Politik


Pada semester II tahun 2019, BPK Perwakilan Provinsi Bali melakukan pemeriksaan atas 68 laporan
pertanggungjawaban (LPJ) bantuan keuangan partai politik (banparpol) dari Dewan Pimpinan
Daerah/Cabang (DPD/C). Pemeriksaan ini dilaksanakan untuk memenuhi amanat Undang-Undang
(UU) Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
yaitu Pasal 34A, dan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 dan Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Bantuan Keuangan kepada Partai Politik, khususnya pada Pasal 13 dan 14.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 47


Menurut ketentuan perundangan, banparpol digunakan sebagai dana penunjang kegiatan pendidikan
politik dan operasional sekretariat, serta diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi
anggota parpol dan masyarakat.
Pemeriksaan atas banparpol adalah pemeriksaan kepatuhan dengan tujuan untuk memberikan
kesimpulan atas kesesuaian LPJ banparpol yang bersumber dari APBD dengan ketentuan yang berlaku.
Sedangkan sasaran pemeriksaan atas LPJ banparpol adalah: (1) Kesesuaian antara nomor rekening yang
digunakan untuk menerima banparpol dan rekening kas umum parpol atau rekening parpol penerima
bantuan keuangan; (2) Kesesuaian antara jumlah banparpol yang disalurkan pemerintah dan dilaporkan
di dalam LPJ; (3) Kelengkapan dan keabsahan bukti pendukung yang dilampirkan dalam LPJ; dan (4)
Kesesuaian prioritas penggunaan banparpol dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan kondisi yang
ditemukan pada sasaran pemeriksaan tersebut, selanjutnya BPK melakukan penarikan simpulan hasil
pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan atas 68 LPJ banparpol dari APBD mengungkapkan masih terdapat DPD/C parpol
yang mempertanggungjawabkan jumlah banparpol tidak melampirkan bukti pertanggungjawaban yang
lengkap dan sah pada LPJ yang disampaikan kepada BPK, dan penggunaan banparpol tidak
diprioritaskan untuk pelaksanaan pendidikan politik bagi anggota parpol dan masyarakat.
Hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban banparpol yang bersumber dari APBD tahun 2018
menghasilkan kesimpulan bahwa pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran banparpol oleh
DPD/C telah sesuai dengan kriteria yang berlaku dengan semua hal yang material.

Tabel di atas menunjukkan bahwa Pemda se-Provinsi Bali telah memberikan bantuan kepada 69 partai
politik yang berada di wilayahnya masing-masing total sebesar Rp10.021.923,00 dan semuanya telah
menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) untuk diperiksa oleh BPK. Dari 69 LPJ tersebut,
BPK berkesimpulan 44 LPJ sesuai dengan kriteria yang berlaku, 23 LPJ sesuai dengan pengecualian,
satu LPJ tidak sesuai dengan kriterian yang berlaku, dan satu LPJ tidak memberikan simpulan. Secara
umum, LPJ dengan simpulan SDP disebabkan bukti yang tidak lengkap dan sah, serta belanja yang
tidak sesuai prioritas.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 48


9. Hasil Pemantauan
Bagian ini menyajikan Infografis (one page) yang eye catching memuat beberapa
hal di Bab ini yang menjadi penekanan. Penyajian dapat ditambah tampilan grafik
batang per entitas dan disajikan berdasarkan urutan capaian tertinggi ke terendah.
a. Tindak Lanjut Rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan.
Penyajian diawali dengan uraian paragraf pengantar seperti contoh berikut.
Contoh Pengantar TLRLHP
Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP), baik pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai
dengan kewenangannya ditindaklanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait. Untuk
itu BPK memantau secara periodik tindak lanjut hasil pemeriksaan dan menyampaikan hasil
pemantauannya kepada lembaga perwakilan dan pihak yang bertanggung jawab. Tujuan pemantauan
tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah meningkatkan efektivitas pelaporan hasil pemeriksaan serta
membantu lembaga perwakilan dan pemerintah dalam memperbaiki tata kelola.

Selanjutnya diuraikan secara ringkas informasi berikut:


1) Prolog berupa definisi rekomendasi, klasifikasi status Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) berdasarkan aplikasi Sistem
Manajemen Pemeriksaan (SMP) dan Sistem Informasi Pemantauan
Tindak Lanjut (SIPTL) berupa Status telah sesuai, belum sesuai, belum
ditindaklanjuti dan tidak dapat ditindaklanjuti karena alasan yang sah, baik
jumlah rekomendasi maupun nilai rupiah mulai 2005 s.d. periode
penyusunan IHPD.
Infomasi ini juga dapat disajikan dalam bentuk Ilustrasi berupa
grafik/chart/tabel yang menarik.
2) Dapat disajikan pula kendala pelaksanaan tindak lanjut sehingga belum
mencapai jumlah yang ditargetkan oleh BPK.
b. Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
Bagian ini hanya mengungkapkan penyelesaian ganti kerugian negara / daerah
dengan status telah ditetapkan baik Tuntutan Perbendaharaan, TGR maupun
Pihak Ketiga berupa total, angsuran, pelunasan, penghapusan dan sisa baik
jumlah kasus maupun rupiah.
Infomasi ini juga dapat disajikan dalam bentuk Ilustrasi berupa
grafik/chart/tabel yang menarik.
Dapat pula disajikan tambahan informasi berupa:
- Kendala penyelesaian kerugian daerah
- Ditambahkan progres Tuntutan Perbendaharaan yang dilakukan oleh
BPK pada entitas di Perwakilan (jika ada)
Contoh penyajian infografis dan ilustrasi narasi penjelasan sebagai berikut (data
dalam ilustrasi adalah data dummy):

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 49


Gambar 8. Contoh Infografis TLRHP dan Penyelesaian Kerugian Daerah

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 50


Contoh Penyajian Hasil Pemantauan:

BAB V HASIL PEMANTAUAN

-----------------infografis Hasil Pemantauan -----------------

Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan dan Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti
Kerugian Negara/Daerah, berwenang melakukan pemantauan atas tindak lanjut rekomendasi Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) serta pemantauan atas penyelesaian kerugian negara/daerah.
Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya yang ditujukan kepada
orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan. UU Nomor 15 Tahun
2004 menyatakan secara tegas bahwa pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam LHP dan wajib
memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi tersebut. Pejabat
yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK dapat
dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian dan/atau sanksi pidana. Jawaban atau penjelasan tentang tindak lanjut rekomendasi
disampaikan oleh pejabat yang diperiksa dan/atau pejabat yang bertanggung jawab kepada BPK.
Selanjutnya BPK menelaah jawaban tersebut untuk menentukan apakah jawaban/penjelasan pejabat
tersebut telah dilakukan sesuai dengan rekomendasi BPK. Menurut Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2017
tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK, status tindak lanjut
diklasifikasikan kedalam 4 kategori yaitu:1) tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi; 2) tindak lanjut
belum sesuai dengan rekomendasi; 3) rekomendasi belum ditindaklanjuti; dan 4) rekomendasi tidak dapat
ditindaklanjuti.
Sejak tanggal 6 Januari 2017, BPK secara bertahap telah menerapkan Sistem Informasi Pemantauan
Tindak Lanjut (SIPTL). Sistem ini dapat dimanfaatkan oleh entitas untuk menyampaikan dokumen bukti
pendukung pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan BPK secara lebih cepat dan
terdokumentasi dengan baik. Bagi BPK, aplikasi SIPTL ini diharapkan dapat mempercepat proses penetapan
status rekomendasi. Selain itu, penggunaan aplikasi SIPTL ini dapat menghasilkan data TLRHP yang lebih
mutakhir, akurat, dan informatif.

A. Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP)


Hasil Pemantauan tindak lanjut di wilayah Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan
Semester I Tahun 2020 menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah temuan sebanyak 4.349 temuan senilai Rp775.202.095.727,00 dengan jumlah rekomendasi
sebanyak 10.576 rekomendasi senilai Rp449.860.604.271,83.;
2. Tindak lanjut entitas yang sudah sesuai rekomendasi sebanyak 8.074 rekomendasi senilai
Rp196.856.787.510,11 atau 76,34 %;
3. Tindak lanjut entitas yang belum sesuai rekomendasi sebanyak 1.931 rekomendasi senilai
Rp243.791.572.262,23 atau 18,26 %;
4. Rekomendasi yang belum ditindaklanjuti sebanyak 521 rekomendasi senilai Rp7.454.512.622,55
atau 4.93%;
Rekomendasi yang tidak dapat ditindaklanjuti dengan alasan yang sah sebanyak 50 rekomendasi senilai
Rp1.757.731.876,94 atau 0,47 %.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 51


Grafik XX. Tingkat penyelesaian TLRHP

Pemantauan TLRHP s.d. Semester I Tahun 2020

4,93% 0,47% TL Sesuai Rekomendasi


8.074 rekomendasi
Rp196.856.787.510,11
18,26%
TL Belum Sesuai Rekomendasi
1.931 rekomendasi
Rp243.791.572.262,23

Belum Ditindaklanjuti
521 rekomendasi
Rp7.454.512.622,55

Tidak Dapat Ditindaklanjuti


50 rekomendasi
76,34% Rp1.757.731.876,94

Tabel XX. Tingkat Penyelesaian TLRHP Untuk Masing-Masing Entitas

B. Pemantauan Kerugian Daerah


UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 60 ayar (1) menyatakan bahwa setiap kerugian negara wajib dilaporkan
oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu
diketahui. dan Pasal 62 ayat (1), menyatakan bahwa pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap
bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sedangkan Pasal 62 ayat (2) menyatakan bahwa
pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh
menteri/pimpinan lembaga/ gubernur/bupati/walikota. Pasal 23 ayat (2) UU Nomor 15 Tahun 2004
menyatakan bahwa BPK memantau penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap
pegawai negeri bukan bendahara dan/atau pejabat lain pada kementerian negara/lembaga/ pemerintah
daerah
Hasil pemantauan atas penyelesaian kerugian negara/daerah di wilayah Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat sampai dengan Semester I Tahun 2020 menunjukkan bahwa posisi kerugian
negara/daerah sebanyak 141 (seratus empat puluh satu) kasus senilai Rp221.826.409.705,83 dan

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 52


USD11.709.282,89, yang telah disetor sebesar Rp49.382.274.848,74 sehingga masih terdapat sisa
sebesar Rp172.444.134.857,09 dan USD11.709.282,89 dengan rincian sebagai berikut.
1. Kasus kerugian daerah yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap melalui Surat Ketetapan
Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) dan Surat Ketetapan Pembebanan (SKP) sebanyak 443 kasus
kerugian senilai Rp4.120.669.196,94 yang telah disetor senilai 3.753.685.025,00 dengan sisa senilai
Rp366.984.171,94.
2. Kasus kerugian daerah yang masih dalam proses penetapan pembebanan sebanyak 32 (tiga puluh
dua) kasus senilai Rp153.541.771.521,07; yang telah disetor senilai Rp38.061.595.425,00 dengan
sisa senilai Rp115.480.176.096,07.
3. Kasus kerugian daerah yang masih berupa informasi TGR dari LHP BPK dan Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat sebanyak 101 (seratus satu) kasus senilai Rp67.014.001.384,76 dan
USD11.709.282,89; yang telah disetor senilai Rp11.108.179.423,74 dengan sisa senilai
Rp55.905.821.961,02 dan USD11.709.282,89.

Tabel XX. Kasus Kerugian Daerah Yang Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap
Melalui Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM)

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 53


10. Lampiran
Bagian ini memuat Tabel dan/atau narasi yang dibutuhkan untuk memperjelas
uraian yang dimuat dalam Bab I, II, III, IV, dan V. Lampiran disajikan sesuai
kebutuhan.

11. Daftar Singkatan dan Akronim


Bagian ini berisi singkatan yang dimuat dalam IHPD dan kepanjangannya. Daftar
Singkatan dan Akronim disajikan sesuai kebutuhan.

12. Glosarium
Bagian ini memuat definisi yang dibutuhkan terkait dengan penyajian suatu istilah
dalam Bab II agar para pembaca dapat memahami makna yang terkandung di
dalamnya. Glosarium disajikan sesuai kebutuhan.
Contoh ilustrasi penyajian Glosarium sebagai berikut:

GLOSARIUM
A
Akurat Ketepatan bukti yang digunakan dalam pemeriksaan.
Anggota Tim Peran yang dimiliki Pemeriksa dengan tugas melaksanakan
Pemeriksaan pemeriksaan dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.
B
Badan Sebutan untuk BPK-RI yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan
Anggota BPK.
D
DEP Database Entitas Pemeriksaan; merupakan kumpulan data terkait
entitas yang menjadi objek pemeriksaan.
E
Entitas Pemeriksaan Unit organisasi yang menjadi objek pemeriksaan BPK.
H
Harapan Penugasan Keinginan dari yang memberi tugas, dhi. PTP, terhadap
pelaksanaan tugas pemeriksaan.
Hasil Pemeriksaan Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri dari LHP
dan IHPS.
I
IHPS Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester; dokumen yang disusun yang
memuat ringkasan mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan,
hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
dan hasil pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian
negara/daerah dalam satu semester.
J
Jabatan Fungsional Jabatan yang mempunyai lingkup, tugas, tanggung jawab, dan
Pemeriksa wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang diduduki oleh (JFP)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan BPK

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 54


K
KAP Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
mendapatkan izin usaha berdasarkan UU tersebut (Pasal 1 angka 5
UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik).
Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam tema pemeriksaan
Pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana pemeriksa BPK selama
periode tertentu.
Ketua Tim Peran yang dimiliki Pemeriksa yang bertindak sebagai coordinator
pemeriksaan di lapangan dan bertanggun jawab kepada Pengendali
Teknis atas pelaksanaan pemeriksaan di lapangan.
Kerugian Negara/Daerah Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai (Pasal 1 Angka 22 UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara).
KKP Kertas Kerja Pemeriksaan; catatan-catatan yang dibuat dan data
yang dikumpulkan oleh Pemeriksa secara sistematis pada saat
melaksanakan tugas pemeriksaan mulai tahap perencanaan
pemeriksaan sampai dengan tahap pelaporan pemeriksaan.
L
LHP Laporan Hasil Pemeriksaan; bentuk pertanggungjawaban tertulis
dari proses pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas temuan
pemeriksaan yang diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan.
LHPP Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan adalah bentuk
pertanggungjawaban tertulis dari pelaksanaan pemahaman objek
pemeriksaan yang menjadi bahan penyusunan konsep program
pemeriksaan.
O
Objek Pemeriksaan Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran
pemeriksaan.
Opini Pendapat yang dikeluarkan Pemeriksa terhadap laporan keuangan
entitas yang diperiksa.
P
Pemeriksa Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK
(UU Nomor 15 Tahun 2006 Bab I Pasal 1 angka 10).
Pemeriksaan Pemeriksaan lapangan pada pemeriksaan kinerja dan
Pendahuluan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) yang dilakukan
dalam rangka perencanaan pemeriksaan.
Pemeriksaan Tematik Pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan dilakukan sesuai
tema yang terdapat pada Kebijakan dan Strategi Pemeriksaan BPK
atas program pemerintah dalam suatu bidang yang diselenggarakan
oleh berbagai entitas pemeriksaan.
Pemilik Kepentingan Seseorang/perwakilan yang memiliki hak untuk menentukan masa
(Stakeholders) depan entitas atau lembaga yang dimiliki.
Penanggung Pemeriksaan PFP yang berperan sebagai Pengendali Mutu atau PSP Jawab yang
ditunjuk untuk menyetujui dan menandatangani LHP serta
bertanggung jawab menjamin keseluruhan mutu yang ditugaskan
kepada PFP di bawahnya.
PSP Pejabat Struktural Pemeriksaan adalah pejabat pelaksana unit
pemeriksa yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 55


pemeriksaan dan menjamin mutu pemeriksaan sesuai dengan
lingkup wilayah kerja pemeriksaannya.
PTP Pemberi Tugas Pemeriksaan adalah Badan yang terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota atau pejabat yang diberikan penugasan
secara tertulis oleh Badan yang bertanggung jawab memberikan
arah dan penugasan pemeriksaan kepada PSP dan PFP, serta
menandatangani LHP (kecuali ditugaskan kepada Penanggung
Jawab) dan menyerahkan LHP dan Surat Keluar kepada lembaga
perwakilan dan entitas yang diperiksa.
R
Rencana Aksi Merupakan aksi yang akan dilaksanakan oleh entitas yang
diperiksa berdasarkan rekomendasi BPK yang termuat dalam
LHP.
RKP Rencana Kegiatan Pemeriksaan adalah dokumen yang memuat
rencana pemeriksaan yang meliputi urutan pengelompokan tema
pemeriksaan, waktu, kebutuhan Pemeriksa, anggaran, dan
infrastruktur lainnya.
S
Sekretariat Unit Kerja Sekretariat AKN pada Kantor BPK Pusat/Subbag Tata Usaha
Pemeriksaan pada Kantor BPK Perwakilan/Subbag Tata Usaha dan Humas
pada Kantor BPK Perwakilan/Subbagset Anggota adalah unit
kerja pelaksana tugas kesekretariatan yang bertanggung jawab
untuk mendukung administrasi pemeriksaan serta melaksanakan
kegiatan manajemen intern pada lingkup unit kerja pemeriksaan.
SPKN Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah standar
pemeriksaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pemeriksaan keuangan negara.
Surat Tugas Surat penugasan kepada Pemeriksa untuk melakukan kegiatan
pemeriksaan pada suatu entitas dan dalam waktu tertentu.
T
Temuan Pemeriksaan Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan di
lapangan.
Tenaga Ahli Orang dengan keahlian tertentu yang diperlukan dalam suatu
pemeriksaan serta memenuhi persyaratan profesionalisme yang
dibutuhkan BPK.
Tim Pemeriksaan Terdiri dari Pengendali Mutu yang bertindak sebagai
Penanggung Jawab, Pengendali Mutu lainnya (jika diperlukan),
Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
U
Unit Kerja Pemeriksaan AKN atau BPK Perwakilan yang melaksanakan tugas
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 56


BAB III KERANGKA PENYAJIAN IHPD

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah disajikan dengan struktur atau kerangka penyajian
sebagai berikut:
1. Halaman Sampul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Tentang BPK
5. Ringkasan Eksekutif
6. Bab I Pendahuluan
7. Bab II Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan
8. Bab III Hasil Pemeriksaan Kinerja
9. Bab IV Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
10. Bab V Hasil Pemantauan
11. Lampiran-lampiran
12. Daftar Singkatan dan Akronim
13. Glosarium

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 57


BAB IV PENUTUP

D. Pemberlakuan Dan Perubahan Panduan


Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah (IHPD) ini mulai
berlaku untuk hasil pemeriksaan yang dilaksanakan pada tahun 2020. Perubahan atas
Panduan Penyusunan IHPD akan dilakukan sesuai dengan arahan Anggota VI, arahan
Tortama Keuangan Negara VI, masukan dari pihak-pihak terkait, dan/atau
memperhatikan perkembangan yang terjadi.

E. Mekanisme Penyusunan IHPD


BPK Perwakilan dapat membentuk Tim Penyusun Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Daerah (IHPD) melalui penugasan dari masing-masing Kepala Perwakilan. Dalam
rangka percepatan penyusunan IHPD, masing-masing tim pemeriksa, membuat
ringkasan dari setiap pemeriksaan yang dilakukan, untuk disampaikan kepada Tim
Penyusunan IHPD.

F. Penyampaian IHPD
IHPD disampaikan kepada lembaga perwakilan (DPRD) dan Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati, dan Walikota) selambat-lambatnya pada saat penyerahan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) unaudited. IHPD yang telah disampaikan
kepada lembaga perwakilan dan kepala daerah, juga disampaikan kepada Tortama KN
VI. Jika kondisi tidak memungkinkan penyerahan secara langsung (tatap muka/luring)
dikarenakan adanya wabah pandemi atau keadaan kahar lainnya, penyerahan IHPD
dilakukan secara daring (online) atau melalui media lainnya.

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 58


DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

A
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
B
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPS Badan Pusat Statistik
BUMD Badan Usaha Milik Daerah
D
DPD Dewan Perwakilan Daerah
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
E
EPP Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan
I
IE Indikator Ekonomi
IHPS Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran
IPM Indeks Pembangunan Manusia
L
LHP Laporan Hasil Pemeriksaan
LKPD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
LPJ Laporan Pertanggungjawaban
LRA Laporan Realisasi Anggaran
O
OPD Organisasi Perangkat Daerah
P
PAD Pendapatan Asli Daerah
PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto
PDTT Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Perda Peraturan Daerah
R
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 59


S
SAP Standar Akuntansi Pemerintahan
SIPTL Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMP Sistem Manajemen Pemeriksaan
SOTK Struktur Organisasi dan Tata Kerja
SPI Sistem Pengendalian Intern
T
TGR Tuntutan Ganti Rugi
TLRHP Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
TMP Tidak Memberikan Pendapat
TP Temuan Pemeriksaan
TPT Tingkat Pengangguran Terbuka
TSAO Tentative Strategic Audit Objectives
TW Tidak Wajar
W
WDP Wajar Dengan Pengecualian
WTP Wajar Tanpa Pengecualian

Panduan Penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah – AKN VI | 60

Anda mungkin juga menyukai