Anda di halaman 1dari 43

Tinjauan Pustaka

RINOSINUSITIS JAMUR

dr. Rama Mandela

Pembimbing
dr. Yoan Levia Magdi,Sp.T.H.T.K.L.(K).,FICS
 

KSM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDAHULUAN

Rhinosinusitis jamur adalah kondisi patologis pada sinus paranasal


disertai inflamasi sinus yang disebabkan oleh infeksi jamur.

Infeksi jamur biasanya terjadi pada individu dengan sistem kekebalan


tubuh yang kurang.

Berdasarkan histopatologi invasi jamur ke jaringan, rhinosinusitis jamur


terbagi dua menjadi yang non invasif dan invasif

Albu S. Chronic Rhinosinusitis-An Update on Epidemiology, Pathogenesis and Management.  JClin Med. 2020;9(7):2285. DOI:10.3390/jcm9072285/
Montone KT. Pathology of Fungal Rhinosinusitis: A Review. Head Neck Pathol. 2016;10(1):40-46. DOI: 10.1007/s12105-016-0690-0\Suresh S, Arumugam D, Zacharias G, Palaninathan S, Vishwanathan R, Venkatraman V.
Prevalence and clinical profile of fungal rhinosinusitis. Allergy Rhinol (Providence). 2016;7(2):115-120. DOI:10.2500/ar.2016.7.0156,
KEKERAPAN

2016  Rinosinusitis merupakan suatu penyakit kondisi yang dapat


(Suresh S et al.) terjadi pada semua kelompok usia. Di Amerika, insidensinya
diperkirakan 12,3%, di Eropa 10,9%, dan di China 13%

2013  Penelitian yang dilakukan pada 100 pasien rinosinusitis,


(Johnson JT et al) didapatkan 30% adalah rinosinusitis jamur. Jamur yang paling
banyak adalah jenis Mucor sebanyak 50%.

Johnson JT et al. Fungal Rhinosinusitis. In : Bailey;s Head and Neck Otolarynglogy. 5th edition. 2013. 1315=44Suresh S, Arumugam D, Zacharias G, Palaninathan S, Vishwanathan R, Venkatraman V. Prevalence and clinical profile of
fungal rhinosinusitis. Allergy Rhinol (Providence). 2016;7(2):115-120
ANATOMI

Behrbohm H, Kaschke O, Nawka T, Swift A. Chapter II. Nose, Nasal Sinuses and Face. In : Ear, Nose and Throat Disease With Head and Neck Surgery. 3 rd Ed. Thieme: New York. 2009.p.116-24
Albu S. Chronic Rhinosinusitis-An Update on Epidemiology, Pathogenesis and Management.  JClin Med. 2020;9(7):2285. DOI:10.3390/jcm9072285,
CRS and Fungal Rhinosinusitis

https://epos2020.com/Documents/supplement_29.
DIAGNOSIS
MANIFESTASI
KLINIS

AGEN JAMUR HISTOPATOLOGI

BAGAIMANA CARA
DIAGNOSA ?

ENDOSKOPI RADIOLOGI

Waghray J. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2018 Sep;4(5):1307-1312.


Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Arshad et al. An update on the criteria for diagnosing allergic fungal rhinosinusitis: a review of the literature. J Otol Rhinol. 2019;8(2):1-5.
KLASIKASI RINOSINUSITIS JAMUR

Fungal
Rhinosinusitis

Non-Invasive
Invasive Fungal
Fungal
Rhinosinusitis
Rhinosinusitis
(IFR)
(NIFR)

Saprophytic Chronic
Fungus Ball Allergic Fungal Acute Invasive Granulomatous
Fungal Fulminant
Infestation(RS (RS Bola Rhinosinusitis Fungal Invasive Fungal
jamur) (AFRS) Invasive Rhinosinusiti Rhinosinusitis
Kolonisasi Rhinosinusitis
Lokal) s

Waghray J. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2018 Sep;4(5):1307-1312.


Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Arshad et al. An update on the criteria for diagnosing allergic fungal rhinosinusitis: a review of the literature. J Otol Rhinol. 2019;8(2):1-5.
Non-Invasive Fungal Rhinosinusitis (NIFR)
Saprophytic Fungal
Gejala klinis

Tanpa gejala, kadang tidak terdiagnosis. Terkadang dilaporkan


tercium bau tidak enak pada hidung

Etiologi

Infeksi fungal saprofitik muncul ketika spora jamur menempel


dimana mana dan menyebar dimukus yang keras akibat gagalnya
drainase mukus di dalam kavitas sinus.

Pemeriksaan

Nasoendoskopi : tampak materi jamur yang tumbuh pada krusta


hidung, mukosa yang eritem, edema dan disertai adanya pus

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Deutsch PG, Whittaker J, Prasad S. Invasive and non invasive fungal rhinosinusitis- a review and update of the evidence. Medicina. 2019;55(319):1-14.
Saprophytic Fungal Infestation
Histologi:
Jamur dicirikan oleh massa organisme jamur yang tertanam dalam eksudat fibrinosa,
nekrotik, dengan reaksi inflamasi mukosa minimal tanpa invasi jaringan atau inflamasi
granulomatosa.

Patogen
• Spesies Patogen paling respon pada kondisi ini ( A. flavus, A. fumigates )
• Inhalasi (spora terhirup) diikuti sequestrasi ke saluran sinonasal

Tatalaksana
• Lakukan cuci hidung dengan menggunakan nasal saline
• Pengangkatan krusta yang mengering dan lakukan evaluasi endoskopi tiap minggu

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
FUNGUS BALL (MISETOMA)
Pengertian :
Kumpulan hifa jamur yang berbentuk seperti bola atau massa tanpa disertai adanya invasi
jamur ke jaringan. Prevalensi : Sinus maksila 94%, sinus sfenoid 60%, immunocompetent

Patofisiologi :
Diperkirakan terbentuk selama periode gangguan fungsi mukosiliar. Fungal ball biasanya terjadi
pada pasien dengan imunitas baik (immunocompetent) dan lebih sering ditemukan pada wanita
usia dewasa

Gejala klinis :
Sumbatan hidung kronis, kakosmia, demam, batuk, hidung tersumbat, sekret hidung, dan sakit
kepala, kadang disertai nyeri wajah

Waghray J. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2018 Sep;4(5):1307-1312.


Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approach nad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
FUNGUS BALL (MISETOMA)

https://epos2020.com/Documents/supplement_29.pdf
FUNGUS BALL (MISETOMA)

Kriteria De Shazo :
1. Evidence radiologi pada sinus = opasifikasi dengan tanpa kalsifikasi flokululan terkait
2. Bahan mukopurulen, cheesy atau seperti tanah liat di dalam sinus
3. Konglomerasi padat dari hifa kusut dan terpisah tentang berdekatan dengan mukosa
pernafasan sinus
4. Respon inflamasi kronis dengan intensitas bervariasi pada mukosa yang berdekatan dengan
elemen jamur
5. Tidak ada bukti histologis invasi jamur mukosa, atau tulang  mendasari divisualisasi secara
mikroskopis pada gomori metenamin silver atau pewarnaan khusus untuk jamur

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
FUNGUS BALL (MISETOMA)
Nasoendoskopi

 menunjukkan adanya sinusitis minimal dengan mukosa eritem, edema, disertai


ada atau tidak adanya polip dan sekret mukopurulen
 dapat mengungkap peradangan mukosa normal hingga ringan tanpa mengungkap
ciri lainnya

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Arshad et al. An update on the criteria for diagnosing allergic fungal rhinosinusitis: a review of the literature. J Otol Rhinol. 2019;8(2):1-5.
FUNGUS BALL (MISETOMA)
Radiologi

Ct-ScanHISTOLOGI
:
secara spesifik dapat menunjukkan batas tipis antara jaringan lunak
sepanjang dinding tulang
dengan ditemukannya sinus yang
hifa jamur yangterpisah
terlibatdengan
dimana hampir
mukosa
keseluruhannya teropasifikasi
sinus serta tidak adanya infiltrasi sel radang atau perubahan
granulomatosa pada mukosa, tulang atau pembuluh darah
sekitarnya

Adanya gambaran
metalik atau densitas
Kalsifikasi Opasifikasi

Watkinson J, Clarke R. Scott-Brown’s Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery. Vol 1. Basic Sciences, Endocrine Surgery, Rhinology. CRC Press : Boca USA. 2018
Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approach nad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
FUNGUS BALL (MISETOMA)

Surgical Anti fungal Kortikosteroid

Dalam berapa studi


Tidak ada penelitian tidak diperlukan, tapi
- FESS yang mendukung, ada yang mengatakan
selama jamur tidak ada keuntungannya
- Drainase fungsi sinus malakukan invasi ke yaitu mengurangi
dalam mukosa edema post oeprasi
Allergic Fungal Rhinosinusitis (AFRS)
Rinosinusitis alergi jamur timbul setelah terhirup dan terperangkapnya
spora jamur yang memungkinkan terbentuknya reaksi hipersensitivitas
tipe 1 dan tipe 3 terhadap antigen jamur

Gejala klinis : Obstruksi nasal unilateral, anosmia, postnasal drip, dan


produksi mukus yang tebal dan gelap.

Musin dapat menunjukkan adanya sel inflamasi


eosinofilik dan kristal Charcot-Leyden

Diagnosis rinosinusitis jamur alergi dapat ditegakkan


berdasarkan klinis, radiologis dan temuan histopatologis

Biasa pada individu atopik (70%), Rinitis alergi (90%), serum


IgE yang meningkat pada asma (50%)
.
Arshad et al. An update on the criteria for diagnosing allergic fungal rhinosinusitis: a review of the literature. J Otol Rhinol. 2019;8(2):1-5.
Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approach nad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
Glass D, Amedee R. Allergic fungal rhinosinusitis: a review. The Ochsner Journal. 2011;11:271–75.
KRITERIA BEHN DAN KUNT
Musin
Nasal Jamur eosinofilik
Polyposis pada tanpa invasi
Pewarnaan jamur ke
jaringan sinus
5 Kriteria Mayor Diagnostic Bent-Kuhn
(bila terdapat 3 dari 5 pada CRSWNP)

Tipe I Karakteristik CT scan


temuannya adanya
hipersensitif perbedaan densitas
jaringan lunak &
terhadap unilateral /
keterlibatan sinus
jamur secara anatomis

Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approach nad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
Glass D, Amedee R. Allergic fungal rhinosinusitis: a review. The Ochsner Journal. 2011;11:271–75.
Allergic Fungal Rhinosinusitis (AFRS)

Local Genetic
Mucostasis Environmental Atopy
Anatomic Fungal exposure T-lym
anomaly susceptibil
ity

Exposure
Fungal proliferation
Antigen exposure
Anatomic
factors Edema Inflammatory trigger
Obstruction Allergic Gell & Coombs I/III
Stasis mucin T-cell
Decreased Other
ventilation
Bacterial
infection Inflammation
Eosophillic inflammation
(MBP, ECP, etc)

Marple, Laryngoscope 2001;111:1006-109


Allergic Fungal Rhinosinusitis (AFRS)

Endoskopi :
Terdapat sekret musin alergi dan didapatkan juga ada
gambaran polip

Histologi :
Crystal Charcot Leyden
Lapisan kulit bawang / kluster nekrotik + degranulasi eosinophil
Fragmen hifa tersebar tidak ada invasi jamur ke jaringan

Radiologi :
CT-Scan tampak double density, dapat ditemukan erosi
tulang

Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approach nad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
Glass D, Amedee R. Allergic fungal rhinosinusitis: a review. The Ochsner Journal. 2011;11:271–75.
Allergic Fungal Rhinosinusitis (AFRS)

https://epos2020.com/Documents/supplement_29.pdf
Allergic Fungal Rhinosinusitis (AFRS)

Surgical Kortikosteroid Anti jamur

• Terapi utama dari • Dapat dianjurkan • Itraconazole


AFRS karena dapat topical
• Jenis operasi yang menekan angka
dapat digunakan rekurensi setelah
adalah FESS pembedahan

Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approach nad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
Glass D, Amedee R. Allergic fungal rhinosinusitis: a review. The Ochsner Journal. 2011;11:271–75.
Invasive Fungal Rhinosinusitis (IFR)
Infasive Fungal Rhinosinusitis (IFR)
Sering pada pasien dengan
penurunan imunitas

Hifa jamur dapat ditemukan Pola infiltasi atau invasi “classic-


dalam jaringan mukosa angio”

Jamur pada pembuluh darah dan Trombosis, infark mukosa, nekrosis


RSF Invasif Angio invasi hifa jamur
lumen vaskuler jaringan

Kronik (indolen) penderita


rinosinusitis yang imunokompeten

Akut (fulminan)penderita
Jenis
dengan immunocompromised

Granulomatosa

Naros A et al. Fungus ball of the maxillary sinus modern treatment by osteoplastic approachnad functional endoscopic sinus surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2019;77:546-54.
Glass D, Amedee R. Allergic fungal rhinosinusitis: a review. The Ochsner Journal. 2011;11:271–75.
Acute Fulminant Invasive Rhinosinusitis

Dominan pada pasien immunocompromised

Gejala klinis :
Pasien mungkin mengeluh Rinorea, Sakit kepala, Nyeri Wajah atau Diplopia, demam (rutin dilaporkan)
sebagai temuan ter sering ada, (50%-90%) sebelum menetapkan diagnosis AFIRS, dan yang lebih penting
berhubungan dengan gangguan fungsi netrofil

Patogen :
Aspergilus & family Mucoraceae  Mucor, Rhizomucor, Absidia (jamur tersering)

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Deutsch PG, Whittaker J, Prasad S. Invasive and non invasive fungal rhinosinusitis- a review and update of the evidence. Medicina. 2019;55(319):1-14.
Valera, F. C. P., Lago, T. do, Tamashiro, E., Yassuda, C. C., Silveira, F., & Anselmo-Lima, W. T. (2011). Prognosis of acute invasive fungal rhinosinusitis related to underlying disease. International Journal of Infectious Diseases, 15(12)
Acute Fulminant Invasive Rhinosinusitis

HISTOLOGI RADIOLOGI ENDOSKOPI

Waghray J. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2018 Sep;4(5):1307-1312.


Arshad et al. An update on the criteria for diagnosing allergic fungal rhinosinusitis: a review of the literature. J Otol Rhinol. 2019;8(2):1-5.
Chakrabarti A, Denning DW, Ferguson BJ, et al. Fungal rhinosinusitis: a categorization and definitional schema addressing current controversies. Laryngoscope. 2009;119(9):1809-1818. DOI:10.1002/lary.20520.
Acute Fulminant Invasive Rhinosinusitis
 ESS untuk dilakukannya
debridement dan fungsi irigasi
sinus.
 Surgical juga menjadi hal penting
untuk prognosis yang baik

> Sebaiknya dihindari, untuk


mencegah potensiasi efek dari
imunosupresi walaupun dapat
mengurang edema pre atau post
operasi. Hal ini tidak ada penelitian
yang mendukung

 Merupakan terapi yang penting


dalam penangan IFRS 
ampothericim B
 Aspergillus  vericonazole
merupakan terapi yang
direkomendasi
Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Deutsch PG, Whittaker J, Prasad S. Invasive and non invasive fungal rhinosinusitis- a review and update of the evidence. Medicina. 2019;55(319):1-14.
Watkinson J, Clarke R. Scott-Brown’s Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery. Vol 1. Basic Sciences, Endocrine Surgery, Rhinology. CRC Press : Boca USA. 2018
Chronic Invasive Fungal Rhinosinusitis

Gambaran spesifik infeksi jamur jenis ini


adalah adanya invasi jamur ke dalam
Rinosinusitis invasif kronik memiliki proses jaringan mukosa sinus. Infeksi jamur tipe
destruksi perlahan lebih dari 12 minggu ini dapat diawali oleh misetoma sinus
yang paling sering pada sinus etmoid dan (fungal ball) kemudian menjadi invasif
sfenoid, tetapi bisa juga mengenai oleh karena perubahan status imun
beberapa sinus paranasal. penderita
Chronic Invasive
Fungal
Rhinosinusitis
Invasi dapat terjadi melalui sinus Rinosinusitis invasif kronik dapat ditandai
maksilaris yang menyebabkan perubahan dengan adanya sekret darah, obstruksi
pada kulit, atau kedalam fosa anterior nasal unilateral, kakosmia atau massa pada
kranial yang menyebabkan timbulnya kavum nasi atau sinus paranasal yang dapat
gejala neurologis menyebabkan proptosis

Johnson JT et al. Fungal Rhinosinusitis. In : Bailey;s Head and Neck Otolarynglogy. 5th edition. 2013. 1315=44.
Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464.
Watkinson J, Clarke R. Scott-Brown’s Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery. Vol 1. Basic Sciences, Endocrine Surgery, Rhinology. CRC Press : Boca USA. 2018.
Ozge T, Asli B, Irem H, Murat T. Chronic Invasive Nongranulomatous Fungal Rhinosinusitis in Immunocompetent Individuals. Case Report in Otolaryngology. 2016
Chronic Invasive Fungal Rhinosinusitis

RADIOLOGI

ENDOSKOPI

HISTOLOGI
Chronic Invasive Fungal Rhinosinusitis

Ampothericim B
Non. Apeergillus
ANTI JAMUR
Posaconazole atau
Itraconazole.
Voriconazole Apeergillus
TATALAKSANA DEBRIDEMENT

PEMBEDAHAN FESS

Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings RW, Kern R, Reftsma S et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. 2020;29:1-464
Waghray J. Int J Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2018 Sep;4(5):1307-1312Dykewicz M, Rodrigues J. Slavin R. Allergic fungal rhinosinusitis. J Allergy Clin Immunol. 2018;142(2):341-51
Ozge T, Asli B, Irem H, Murat T. Chronic Invasive Nongranulomatous Fungal Rhinosinusitis in Immunocompetent Individuals. Case Report in Otolaryngology. 2016.
Granulomatous Invasive Fungal Rhinosinusitis

CT-SCAN

HISTOLOGI CT-Scan pasien dengan


rinosinusitis jamur
invasif granulomatosa
Invasi jamur ke jaringan, pada kavum nasi kanan
reaksi granulomatosa dengan destruksi
dengan fibrosis yang tulang sinus paranasal
Rinosinusitis jamur invasif cukup besar. Ini terbukti dan melebar ke orbita
granulomatosa dari adanya granuloma kanan
dideskripsikan sesuai non-caseating dengan
dengan onset lebih dari 12 benda asing atau sel
minggu raksasa tipe Langerhans,
vasculitis sesekali, & hifa
jarang
Granulomatous Invasive Fungal Rhinosinusitis

Pendekatan konservatif terhadap


GIFRS lebih menyukai anti jamur
sistemik pada mereka dengan
penyakit yang luas dan
imunokompromis

Apabila keadaan umum tidak


Terapi pembedahan memungkinkan untuk dilakukannya
Tatalaksana merupakan terapi pilihan Tindakan oepratif atau debridement
maka terapi menggunakan anti jamur
utama dalam tatalaksana disarankan dahulu sambal menunggu
keadaan umum membaik

Penggunaan kortikosteroid
oral dapat dihindari terkait
dengan efek potensial
imunosupresan
KESIMPULAN

• Ditemukan jamur
pada jaringan sekitar
Rinosinusitis (mukosa, pembuluh gold standar
jamur invasif darah, bahkan pemeriksaan yaitu
sampai ke tulang)
histopatologis
dari jamur

Rinosinusitis • tidak ditemukan


jamur non keterlibatan dari
invasif jaringan sekitar.
Tatalaksana
utama :
Pembedahan
TERIMA
KASIH
FUNGUS BALL (MISETOMA)
Teknik pembedahan fungus ball
FUNGUS BALL (MISETOMA)
Medikamentosa fungus ball
Invasive Fungal Rhinosinusitis

DOSIS AMPHOTERICIM B
Invasive Fungal Rhinosinusitis

Akut fulminan mucor mikosisi biasanya ada suatu sign yang kita sebut dengan sblack scar sdimana konka inferior tampak
kehitamna. Seperti kayu. Trombisois cavernosus, bolanya matanya kempis disebabkan adaqnya thrombus pada daerah
cavernosus. Biasanya didapatkan pada potongan sagittal pada sinus etmoid bvagian lateral terdapat gambaran
keputihan. Biasanya progresivitas sangat cepat menmyababkan kematian. Mucor merupakan salah satu penybab utama.

Yang membedakan dengan kronika invasive biasanya tidak destreuktif luas, progresnya berjalan lebih dari 3 bulan. Pada
gambaran infeksi jamur yang disebabkan cadida krusei dan galbrata tampakm gambaram krusta agakmkehiaytaman
pada paranasal kadang sampai menembus daerah palatum.

Ampotericim dijampur dextrose 5% Cuma sedikit yang literatur yang menyebutkan manfaat dari ini. Ada suatu literatur
yang menyebutkan bahwa tampon madu dapat menyebabkan `
mempercepat jaringan granulasi dan peneymbuhan .

Take home massage : diagnose merupakan heandling pentingd alm tatalaksana RSK jamur. Pengiriman specimen jamur
yag baik merupakan hal penting juga. Spesimen diambil, kemudian dimasukkan kedalam Nacl 0.9% kemudian dimiirim
kebagian mikologi dan jaringan yang dimasukkan kedalam formalin di kirim ke PA.
Invasive Fungal Rhinosinusitis

Tatalaksana oleh dr, Robert

Empat Langkah terpai dari inasive RS : Diagnosa awal. 2. memperbaiki risk factor. surgiv[cal debrdemnat 4. anti
fungal.

Kemudian hal penti ng lain adalab tentukan apakah ini muco ataukah ini aspergillus.vbagimana kita menentuka : 1.
kultur kemudian direk mikroskopis. Atau gampangnya kita lihat dari gambaran hifa, apabila hifanya bersekat lebih
aspergilosis kalo tidak bersekat berarti mucoor. Atau kita cek galaktiomnan apabila ketemu pada pemeriksaan
galaktomanan (+) berarti aspergillus. Hal ini penting karena menetukan terapi dari anti jamur. Untuk mucor yang
paling sering ditemukan kita gunakan anti jamur ampetericim B, yang walaupun sebenernya diluar negeri tidak
dianjurkan. Sampai kapan : secara global pun akan susah untuk menjawab pertanyaan ini karen belum ada trial
yang dilakukan untuk membuktikan sampai kapan kita menggunakan anti jamur, tapi sampai kapan sampai kita
tidak menemui klinis dari invasi RS jamur lagi baik dari klinis ataupun dari gambaran CT-Scan baru ikta hendtikan
nah apa selama itu perlu kita terus memberikan ampotericim B, kita da[pat menggan ti dengan sediaan oral yaitu
fosaconazole ataunitraconazole. Tapi di Indonesia kita tidak punya, jadi kita berikan inermikten dari ampotericim
B hi gga target tercapai. Sedangkan pada aspergillus kita dapat berikan ampotericim B tapii ada yang bisa
membantu yaitu voriconazole 6-12 minggu
Ada satu obat yang akan masuk di tahun 2021 yaitu Isavuconazole, sangat baik karena terapi dapat diberikan kepada
dua jenis jamur aspergillkus dan mucor. Termasuk kedalam golongan asol. Dan ada dua sediaan yaitu oral dan injeksi.
Sedangkan ampotericim B hanya oral saja

Anda mungkin juga menyukai