1. KONFLIK ANTAR SUKU/ETNIK DAN ANTAR FAKSI DALAM ETNIK YANG SAMA
2. KONFLIK ANTAR PEMELUK AGAMA
3. KONFLIK ANTAR ELIT DAN KONSTITUEN PARTAI POLITIK
4. KONFLIK ANTAR KANDIDAT DAN PENDUKUNG KANDIDAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
5. KONFLIK TENURIAL (PENGUASAAN, PEMANFAATAN DAN PEMILIKAN SUMBERDAYA ALAM DAN AGRARIA).
KONFLIK VERTIKAL
1. KONFLIK ANTAR KELAS SOSIAL, YAKNI ANTAR KELAS SOSIAL BORJUIS (PEMILIK MODAL) DAN KELAS
SOSIAL PROLETARIAT (BURUH, RAKYAT JELATA, DLL)
2. KONFLIK ANTAR MASYARAKAT DAN NEGARA (PEMERINTAH/PEMERINTAH DAERAH)
3. KONFLIK ANTAR KELOMPOK INFRA-STRUKTUR POLITIK (KELOMPOK-KELOMPOK MASYARAKAT) DAN
SUPRA STRUKTUR POLITIK (LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN)
PERANSERTA PARTAI POLITIK
PENGERTIAN PARTAI POLITIK
2. PARTISIPASI POLITIK
Keikut-sertaan rakyat untuk menuntut dan mewujudkan hak untuk bersaing memperebutkan suatu
jabatan dalam pemerintahan.
3. REKRUITMEN POLITIK
Menggalang dukungan politik dari rakyat dan mengorbitkan kader-kader pengikut/pengurus Parpol
untuk bersaing memperbutkan jabatan-jabatan publik.
4. KOMUNIKASI POLITIK
Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian
rupasehingga kesimpangsiura pendapat dalam masyarakat berkurang. Fungsi ini dijalankan
bersama dengan struktur lain, yaitu komunikasi informasi, isu dan gagasan politik
5. ARTIKULASI KEPENTINGAN
Menyatakan kepentingan kepada badan-badan politik dan pemerintah melalui kelompok-
kelompok yang dibentuk bersama orang lain yang memiliki kepentingan yang sama.. Bentuk
artikulasi kepentingan yang paling umum di semua sistem politik adalah pengajuan permohonan
secara individual kepada anggota dewan/ parlemen, pejabat pemerintah, atau dalam masyarakat
tradisional kepada kepala desa.
6. AGREGASI KEPENTINGAN
7. PEMBUATAN KEBIJAKAN
Ikut mempengaruhi, mengatur dan merumuskan proses pembentukan kebijakan pemerintah
BAGAIMANA PARPOL MENCIPTAKAN “SULTRA YANG
DAMAI”
1. MEMBERIKAN PENDIDIKAN POLITIK KEPADA RAKYAT DENGAN CONTOH TAULADAN YANG BAIK
4. MENGHINDARI PENGGUNAAN STRATEGY “RETRIBALISME” ATAU MEMINJAM ISU SUKU DAN AGAMA
UNTUK MEMBANGUN SENTIMEN KELOMPOK MASYARAKAT TERTENTU
6. MENGABAIKAN DIKOTOMI POLITIK DARATAN DAN KEPULAUAN DALAM KONSTELASI POLITIK SULTRA
7. MENEKAN SEKUAT MUNGKIN MEREBAKNYA TERMINOLOGI PUTRA DAERAH DAN BUKAN PUTRA
DAERAH DALAM KONSTELASI PILKADA LANGSUNG DI DAERAH-DAERAH