Anda di halaman 1dari 28

JURNAL

Masive Open Online Course (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA(PPPK)

DISUSUN OLEH
SELLY RUKSANAN, S. Pd
NIPPPK 199304242022212007
T.T.L : Kendari, 24 April 1993
GOLONGAN : IX
JABATAN : AHLI PERTAMA - GURU GEOGRAFI
INSTANSI : SMA NEGERI 5 KENDARI

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA(LAN)


REPUBLIK INDONESIA

2023
i
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi pembaca yang tengah mengikuti langkah-langkah perkembangan dunia
kepegawaian, terutama rekan-rekan Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja (PPPK) di tanah air.
Dengan penuh dedikasi, saya ingin menghadirkan suatu karya yang tak hanya menggali hukum
formal, melainkan lebih dari itu sebuah eksplorasi mendalam mengenai identitas kebangsaan, nilai-
nilai Bela Negara, dan peran strategis Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam NKRI.
Jurnal Massive Open Online Course (MOOC) ini tidak sekadar sebuah rangkuman
administratif; melainkan sebuah panggilan kepada rekan-rekan PPPK untuk melihat diri mereka
sebagai pelaku utama dalam membentuk perubahan positif di sektor publik.
Berangkat dari wawasan kebangsaan yang mendalam, kita akan menjelajahi teropong analisis
isu-isu terkini, memahami dimensi kesiapsiagaan Bela Negara, hingga meresapi nilai-nilai dasar
yang menjadi pondasi setiap langkah seorang ASN. Melalui bahasan-bahasan ini, saya mengajak
rekan-rekan pembaca untuk melebihi rutinitas pekerjaan dan menggali makna sejati dari peran
sebagai abdi negara.
Jurnal ini bukan sekadar kumpulan pemikiran, melainkan semangat pembaharuan. Saya
yakin, seorang PPPK, lebih dari sekadar pekerja, adalah agen perubahan yang membentuk dan
membawa perubahan. Dengan membaca jurnal ini, saya berharap rekan-rekan pembaca tidak hanya
mendapatkan pengetahuan, tetapi juga inspirasi untuk melangkah lebih jauh dalam pengembangan
diri dan pengabdian kepada negara.
Akhirnya, saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada diri sendiri dan
segala upaya yang telah saya lakukan untuk mewujudkan jurnal ini. Semoga perjalanan ke arah
perubahan yang positif dan progresif senantiasa menyertai kita semua.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I. WAWASAN KEBANGSAAN ................................................................................... 1
A. Umum................................................................................................................... 1
B. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia....................................................... 1
C. Pengertian Wawasan Kebangsaan ...................................................................... 1
D. 4 (empat) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara ..................................... 1
E. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan........................... 2
BAB II. NILAI-NILAI BELA NEGARA .............................................................................. 3
A. Umum................................................................................................................... 3
B. Sejarah Bela Negara ............................................................................................ 3
C. Ancaman .............................................................................................................. 3
D. Kewaspadaan Dini ............................................................................................... 3
E. Pengertian Bela Negara ....................................................................................... 3
F. Nilai Dasar Bela Negara ...................................................................................... 4
G. Pembinaan Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan .................................. 4
H. Indikator Nilai Dasar Bela Negara ..................................................................... 4
I. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi ASN .................................................. 5
BAB III. ANALISIS ISU KONTEMPORER ....................................................................... 6
Resume Agenda 1 ....................................................................................................... 6
BAB IV. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA .................................................................... 7
Resume Agenda 1 ....................................................................................................... 7
BAB V. NILAI-NILAI DASAR PNS..................................................................................... 8
Resume Agenda 2 ....................................................................................................... 8
BAB VI. KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI ............................................. 20
Resume Agenda 3 ....................................................................................................... 20
A. SMART ASN ........................................................................................................ 20
B. MANAJEMEN ASN ............................................................................................. 21
BAB VII. PENUTUP ............................................................................................................. 23
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 25

iii
Judul Materi : Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Nama Peserta : Selly Ruksanan, S.Pd
Kelas :E
Unit Kerja : SMA Negeri 5 Kendari
Agenda 1

BAB I. WAWASAN KEBANGSAAN

Resume Agenda 1

A. Umum
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding fathers)
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal
pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga
menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
B. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Sejarah pergerakan kebangsan perlu secara lengkap disampaikan kepada peserta Latsar CPNS meskipun
pada pendidikan formal sebelumnya sudah mereka peroleh, namun pemahaman yang dibutuhkan adalah
untuk menjadi dasar pemahaman tentang wawasan kebangsaan secara lebih komprehensif. Fakta-fakta
sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses
panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan
keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
C. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap
sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

D. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara

1. Pancasila
Sebelum lahirnya Indonesia, masyarakat yang menempati kepulauan yang sekarang menjadi
wilayah geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dikenal sebagai masyarakat
religius dengan pengertian mereka adalah masyarakat yang percaya kepada Tuhan, sesuatu yang
memiliki kekuatan yang luar biasa mengatasi kekuatan alam dan manusia. Hal ini terbukti dengan
adanya berbagai kepercayaan dan agama-agama yang ada di Indonesia antara kira-kira tahun 2000
SM zaman Neolitikum dan Megalitikum. Antara lain berupa“Menhir” yaitu sejenis tiang atau tugu
dari batu, kubur batu, punden berundak- undak yang ditemukan di Pasemah pegunungan antara
wilayah wilayah Palembang dan Jambi, di daerah Besuki Jawa Timur, Cepu, Cirebon, Bali dan
Sulawesi. Menhir adalah tiang batu yang didirikan sebagai ungkapan manusia atas zat yang
tertinggi, yang Tunggal atau Sesuatu Yang Maha Esa yaitu Tuhan.

2. Undang-Undang Dasar 1945


Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing membuktikan bahwa sejak
semula salah satu gagasan dasar dalam membangun sokoguru Negara Indonesia adalah
konstitusionalisme dan paham Negara hukum. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya
atas demokrasi konstitusional, Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak- hak warga Negara terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme.

3. Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih nyata masa
Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana
mencapai puncak tertinggi perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana didharmakan
pada dua loka di Waleribersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra
mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA = Jnyanabajreswara atau
Jnyaneswarabajra. Inilah fakta bahwa Singhasari merupaakn embrio yang menjiwai keberadaan

1
dan keberlangsungan kerjaan Majapahit. Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma
Mangrwa olehMpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara
kerajaan Majapahit kala itu.

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam sidang periode
II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi dan
keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

E. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi
kebudayaanyang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan
kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah
Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama. Bendera Negara yang dikibarkan pada
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka
Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.

2. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah
bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan
sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa,
kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah
dan antarbudaya daerah.) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa
resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan
nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.

3. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara adalah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Garuda dengan perisai sebagaimana
dimaksud dalam memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan. Garuda memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal
ekor berbulu 19, dan leher berbulu45.

4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lagu Kebangsaan
adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Rayayang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman

2
BAB II. NILAI-NILAI BELA NEGARA
Resume Agenda 1

A. Umum
Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota Yogyakarta dan menwawan Soekarno Hatta
tidak meluruhkan semangat perjuangan Bangsa Indonesia. Perjuangan untuk mempertahankan
kemerdekaan dilaksanakan baik dengan hard power (perang gerilya) maupun soft power (Pemerintahan
darurat) di Kota Buktinggi. Yang menjadi sejarah Bela Negara, Semua Negara dan bangsa memiliki
ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia sehingga dibtuhkan kewaspadaan dini untuk
mencegah potensi ancaman menjadi ancaman. Dengan sikap dan perilaku yang didasarkan pada
kesadaran bela Negara dan diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai..

B. Sejarah Bela Negara


Perintah Kilat No.1 itu secara langsung kepada seluruh Angkatan Perang RI untuk
melaksanakan siasat yang telah ditentukan sebelumnya, yakni Perintah Siasat No.1
Panglima Besar.Bunyi Perintah Kilat No.1 Panglima Besar sebagaimana sebagai berikut:
1. Kita telah diserang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerangYogyakarta dan Lapangan
Terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untukmenghadapi serangan
Belanda.

C. Ancaman
Ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau
hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung
atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau yang sudah nyata dapat membahayakan tatanan serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Ancaman adalah
adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan
dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. usaha dan kegiatan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik
aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun aspek pertahanan dan keamanan. Ancaman
juga dapat terjadi dikarenakan adanya konflik kepentingan (conflict of interest), mulai dari kepentingan
personal (individu) hingga kepentingan nasional. Benturan kepentingan di fora internasional, regional
dan nasional kerap kalibersimbiosis melahirkan berbagai bentuk ancaman. Potensi ancaman kerap tidak
disadari hingga kemudian menjelma menjadi ancaman. Dalam konteks inilah,kesadaran bela Negara
perlu ditumbuhkembangkan agar potensi ancaman tidak menjelma menjadi ancaman.

D. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap potensi
ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit
menular dan konflik sosial. Peserta Latsar CPNS diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan,
dan antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman. Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak dapat dihindarkan terjadinya benturan atau konflik kepentingan antar kelompok atau
golongan yang dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta kelangsungan hidup
bangsa. Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan kesadarantemu dan lapor cepat (Tepat Lapat) yang
mengandung unsur 5W+1H (When, What, Why, Who, Where dan How) kepada aparat yang berwenang.
Setiap potensi ancaman di tengah masyarakat dapat segera diantisipasi segera apabila warga Negara
memilikikepedulian terhadap lingkungannya, memiliki kepekaan terhadap fenomena atau gejala yang
mencurigakan dan memiliki kesiagaan terhadap berbagai potensi ancaman.

E. Pengertian Bela Negara


Bela negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau teori perjanjian sosial tentang
terbentuknya negara. Dalam pandangan para penganut kontrak teori sosial dinyatakan bahwa negara
terbentuk karena keinginan warganegara atau masyarakat untuk melindungi hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat agar supaya terjalin hubungan yang harmonis, damai, dan tentram. Setiap
warga negara memiliki kepentingan masing-masing, setiap kepentingan pasti berpotensi menimbulkan
konflik kepentingan di tengah masyarakat.

3
F. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan SumberDaya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.

G. Pembinaan Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan


Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan
Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang ditujukan bagi Warga Negara yang bekerja pada :
lembaga Negara, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan pemerintah daerah, Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, badan usaha miliknegaralbadan usaha milik
daerah, badan usaha swasta, dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

H. Indikator nilai dasar Bela Negara


1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanyasikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupunpolitik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai denganperaturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya denganadanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya denganadanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuanbangsa dan
negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidaksia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikanTuhan Yang Maha
Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.

I. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya
pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan

4
Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional, dengan sikap dan perilaku
meliputi :
1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antaralain :
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c. Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang wilayah Indonesia baik
ruang darat, laut maupun udara dari berbagai ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan,
ancaman pencurian sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain.
d. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengahmasyarakat dalam
menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikapdan
perilaku, antara lain :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik tingkat daerah
maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi pelopor dalam penegakan
peraturan/perundangan di tengah-tenagh masyarakat.
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranyapemilihan umum yang
mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional, akuntabel,
efektif dan efisien.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengansikap dan
perilaku, antara lain :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila ditengah kehidupan
sehari-hari.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengansikap
dan perilaku, antara lain :
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,akurat, berdaya guna,
berhasil guna, dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuanbangsa dan Negara
sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagaimacam ancaman.
d. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadipionir pemberdayaan
masyarakat dalam pembangunan nasional.
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan programpemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkanwawasan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidupsehat serta menjaga
keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikanTuhan Yang Maha
Esa.

5
BAB III. ANALISIS ISU KONTEMPORER

Resume Agenda 1

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan peradaban manusia.
Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami
apa itu perubahan, dan bagaimana konsep perubahan dimaksud.

Menurut DePorter (2009:172), selain dapat meningkatkan daya ingat terhadap suatuinformasi, mind
mapping juga mempunyai manfaat lain, yaitu sebagai berikut.
1. Fleksibel Anda dapat dengan mudah menambahkan catatan-catatan baru di tempatyang sesuai dalam
peta pikiran tanpa harus kebingungan dan takut akan merusak catatan yang sudah rapi.
2. Dapat Memusatkan Perhatian Dengan peta pikiran, Anda tidak perlu berpikiruntuk menangkap setiap
kata atau hubungan, sehingga Anda dapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasan intinya.
3. Meningkatkan Pemahaman Dengan peta pikiran, Anda dapat lebih mudah mengingat materi pelajaran
sekaligus dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran tersebut. Karena melalui peta
pikiran, Anda dapat melihat kaitan-kaitan antar setiap gagasan.
4. Menyenangkan Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas sehingga menjadikan pembuatan dan
pembacaan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan. di gunakan untuk belajar.
Dalam melakukan teknik mind mapping, terdapat 7 langkahpemetaan sebagai berikut.
1. Mulai dari Bagian Tengah. Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisinya panjang dan
diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak Anda untuk
menyebarkan kreativitas ke segala arah dengan lebih bebas dan alami.
2. Menggunakan Gambar atau Foto untuk Ide Sentral Gambar bermakna seribu kata dan membantu
Anda menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat Anda tetap
terfokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
3. Menggunakan Warna Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta
pikiran lebih hidup, menambah energi pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
4. Menghubungkan Cabang-cabang Utama ke Gambar Pusat Hubungkan cabang- cabang utama ke
gambar pusat kemudian hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan
seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau
empat) hal sekaligus. Jika kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan
mengingat.
5. Membuat Garis Hubung yang Melengkung, Bukan Garis Lurus Garis lurus akan membosankan otak.
Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik
bagi mata.
6. Menggunakan Satu Kata Kunci untuk Setiap Garis Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya
dan flesibilitas kepada peta pikiran. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda,
menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri.
7. Menggunakan Gambar Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jika anda hanya
mempunyai gambar di dalam peta pikiran, maka petapikiran siswa sudah setara dengan 10.000 kata
catatan (Buzan, 2008:15-16).

6
BAB IV. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Resume Agenda 1

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa darisegala bentuk ancaman yang
pada hakikatnya mendasari proses nation and character building.Proses nation and character building
tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta
memiliki semangat cinta tanah air,kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi
negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara. Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk
menangkal faham-faham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa
Indonesia, merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi
ancaman sebagai dampak dari dinamika perkembanganlingkungan strategis yang juga mempengaruhi
kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara
fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan
(kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik,
yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung
nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara
tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mentalyang mumpuni, serta
memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan local.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di berbagai lingkungan:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk menaati
tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukandengan baik, maka dapat diambil manfaatnya
antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturankegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesamarekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotismesesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendirimaupun kelompok dalam materi
Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut olehindividu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalammelaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulianantar sesama.

7
Judul Materi : Nilai-Nilai Dasar PNS
Nama Peserta : Selly Ruksanan, S.Pd
Kelas :E
Unit Kerja : SMAN 5 KENDARI
Agenda 2

BAB V. NILAI-NILAI DASAR PNS

Resume Agenda 2

1. BERORIENTASI PELAYANAN

Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok
akan menjadi lebih baik dari hari ini(doing something better and better).” Berorientasi Pelayanan
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa
setiap ASN harusberkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul
ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang
semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri
dari:
a. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. melakukan perbaikan tiada henti.

Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip- prinsip yang digunakan untuk merespons
berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi. Berbagai literatur
administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah perlu melibatkan
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus
menyediakan akses bagiwarga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait denganpelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya.
Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar- besarnya untuk mempertanyakan dan
menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan
kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenispelayanan publik yang
mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi
dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga
negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti status
sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan
sejenisnya.

e. Mudah dan Murah


Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan
membayar biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkanprinsip mudah,
artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah
dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau
oleh seluruh warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat
konstitusi.

8
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkantujuan-tujuan yang hendak dicapainya
(untuk melaksanakanmandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negaradalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga
kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara
yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat,
gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkaudalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya
dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya
manusia yang dibiayaioleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu, semua
bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit
organisasi yang lebih tinggi secara vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak
maupun elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebutsebagai social
accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah
satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh
warga negara yang lain. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampumenghadirkan rasa keadilan bagi kelompok
lemah ketikaberhadapan dengan kelompok yang kuat.

Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1)
penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima
layanan.

Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan


kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepatdan tepat waktu;
melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta
melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.

Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan
hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and better).

9
2. AKUNTABEL

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakankepadanya. Amanah seorang ASN
menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021
adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam
konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
 Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi.
 Kemampuan menggunakan kekayaan dan barangmilik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien
 Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah
kepadapemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum,
dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas
horizontal adalah pertanggungjawaban kepadamasyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada parapejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan komisi
investigasi legislatif.
 Tingkatan Akuntabilitas

Bagan 1 Tingkatan Akuntabilitas

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas


individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
 Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-
nilaiyang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,integritas, moral dan etika.
 Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubunganantara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
 Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok.
 AkuntabilitasOrganisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik
pelaporanyang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
 Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak

10
yangmemberikan masukan, saran, dan kritik terhadapkinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder
adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang
adil, responsif dan bermartabat.

AKUNTABILITAS DAN INTEGRITAS


Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi
negara sebagai dua aspek yang sangatmendasar harus dimiliki dari seorang pelayan
publik. Namun,integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayanpublik
untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini
dapat diartikan secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas
organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan
sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai
menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2)transparansi, 3) integritas, 4) tanggung
jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan,
dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu
Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan
Akuntabilitas kebijakan.
Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalamMenciptakan Framework Akuntabilitas

Bagan 2 Framework Akuntabilitas

Berikut adalah 5 langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di
lingkungan kerja PNS:
 Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
 Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.
 Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai. Hal tersebutpenting
dilakukan untuk mengetahui hambatan dari impelementasi kebijakan atau programyang telah
dilakukan.
 Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu. Hal ini perlu
dilakukan sebagai wujud untuk menjalankan akuntabilitas dalam menyediakan dokumentasi
dengan komunikasi yang benar serta mudah dipahami.
 Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk memperbaikikinerja
yang telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat korektif.

3. KOMPETEN

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) danstandar kompetensi dari International
Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensimeliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan
Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)

11
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkanterkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harusdipenuhi setiap pemegang Jabatan,
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pengembangan kompetensi bagi Pegawai PemerintahDengan Perjanjian Kerja (PPPK), berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai berikut:
1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas, PPPK diberikan
kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
2. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam pengembangan kompetensi
3. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pengembangan kompetensi pada
InstansiPemerintah.
4. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi, prioritas diberikan dengan
memper-hatikan hasil penilaian kinerja PPPK yang bersangkutan.

KOMPETEN

Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN
merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,kompetensi, dan
berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS, bahwa salah satu
pertimbangan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yang selanjutnya disingkat Undang-Undang ASN adalah untuk mewujudkan ASN
profesional, kompeten dan kompetitif, sebagai bagian dari reformasi birokrasi. ASN sebagai
profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen ASN.

 Meningkatkan Kompetensi Diri

Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan.
Melaksanakan belajar sepanjang hayat merupakan sikap yang bijak. Setiap orang termasuk ASN
selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang
dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge Economy). Pembelajar yang relevan saat ini adalah
mereka yang memiliki kemampuan untuk secara efektif dan kreatif menerapkan keterampilan dan
kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu berubah dan kompleks.
Berkinerja yang BerAkhlak:

1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dankinerja. Selain ciri tersebut
ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik. Perilaku etika profesional secara
operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogiatau disebut juga sebagai teori
“net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dariInternet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para pakar/konsultan,
yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam
interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.

3. Membantu Orang Lain Belajar:


 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan” atau

12
forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandungdalam dokumen kerja seperti
laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori di mana ia
dapat dengan mudah, disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk
pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, danmencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman
(lessonslearned).
4. Melakukan kerja terbaik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan
lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang
menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

4. HARMONIS

Pengertian Harmonis
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan sebagai having a pleasing
mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious antara lain canorous, euphonic, euphonious,
harmonizing, melodious, musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan lawan kata dari
harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious, tuneless, unmelodious,
unmusical. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dan tulisan kata ‘harmonis’ yang
benar:
 har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
 meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
 peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
 ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan; keserasian: dalam rumah
tangga perlu dijaga

Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengansesama
kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas. Semoga kita semua dapat
menerapkan dan meciptakan keharmonisan tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan
pelayanan public, dan kehidupan bermasyarakat.

Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja
nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:

a. Membuat tempat kerja yang berenergi


Sebagian besar karyawan atau orang dalam organisasi menghabiskan separuh hidupnya di tempat
kerja. Untuk itu tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa agar karyawan tetap senang dan nyaman
saat bekerja. Tata ruang yang baik dan keberadaan ruang terbuka sangat disarankan. Desain ruang
terbuka dapat meningkatkan komunikasi, hubungan interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus
optimal mengurangi terjadinya disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi.
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
Hal tersebut mampu meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki karyawan dalam sebuah bisnis
atau organisasi.
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tak dapat dielakkan jika pendapatan adalah salah satu motivator terbaik di lingkungan kerja.
Demikian juga rasa memiliki. dengan membagi kebahagiaan dalam organisasi kepada seluruh
karyawan dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para karyawan.
Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis
1. Pengertian Etika dan kode Etik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the dicipline dealing with what
is good and bad and with moral duty and obligation”.
Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etka sebagai “an idea or
moral belief that influences the behaviour, attitudes and philosophy of life of a group of people”.
Oleh karena itu konsep etika sering digunakan sinonim dengan moral.
13
Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang
lain di dalam institusi yang adil. Dengan demikian etika lebih difahami sebagai refleksi atas
baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuanketentuan tertulis.

2. Kode Etik ASN


Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik dan kode perilaku
yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;


d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintaha
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

3. Perilaku ASN
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak hanya
saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal.
Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh pejabat publik. Perubahan mindset
ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting, setidaknya mencakup tiga aspek penting
yakni:

a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;


b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung
jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

4. Budaya Harmonis

Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita lingkungan
selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya. Oleh karena itu
upaya menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan usaha yang dilakukan sekali dan
jadi untuk selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara
terus menerus.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu
organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagaibentuk
organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana
harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

14
5. LOYAL

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN
menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki
dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan
eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme danpengabdian,
yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi, hendaknya beberapa hal berikutdilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara daripada kepentingansendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya
terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui
pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal
seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada
bangsa dan negara.

15
 Loyal dalam Core Values ASN
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
menyelenggarakan Peluncuran CoreValues dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara (ASN),
di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta pada hari Selasa tanggal 27 Juli Tahun 2021. Pada
kesempatan tersebut Presiden Joko Widodomeluncurkan Core Values dan Employer Branding
ASN. Peluncuranini bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN
yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel,Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut
harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi Pemerintah sebagaimana diamanatkan
dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatus Sipil Negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untukmengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan
keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu
usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.
c) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam
berbagai bentuk, baikberupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial
atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan
efisien.
d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuanyang diikat sikap-sikap politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan
prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupanbermasyarakat dan bernegara.
e) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga
sebagai perwujudankesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu
dilakukan dengan ikhlas.

6. ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan
mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan
di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang
terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain
sebagainya.
 Komitmen Mutu

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di sektornya
masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai tuntutan pelayanan
terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang berkualitasnya layanan selalu muncul dalam
berbagai bentuk narasi, seperti misalnya (1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya program pembangunan sarana fisik
yang terbengkalai, sebagai cerminan ketidak-efektifan roda pemerintahan; (3) kecenderungan
pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai
cerminan tidak adanya kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih adanya keluhan
masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu layanan aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan
layanan yang kurang bermutu.

 Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi seperti artificial
intelligence (AI), Internet of Things (IoT), BigData, otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri

16
bahwa teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja
birokrasi serta sektor bisnis. Pada masa di manateknologi sudah menjadi tulang punggung seluruh
business process di sektor bisnis maupun pemerintahan, maka penggunaan metode konvensional
dalam bekerja sudah seyogyanya ditinggalkan. Peralihan ini tidak saja bertumpu pada pembangunan
infrastruktur teknologi, tetapi juga memastikan SDM, budaya kerja, mentalitas, danyang tidak kalah
penting yaitu tingkat aksesibilitas yang memastikan keadilan bagi warga negara untuk mendapatkan
hak pelayanan.

Social media
The
Cybersecurity
digitization of
government

Technology- Big Data and


AI

Gambar 4. Technology-related

Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan
dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri
penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
a. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
b. Mendorong jiwa kewirausahaan;
c. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan
organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya
organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi,
karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di
antaranya tujuan organisasi.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi
yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder
dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budayayang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai
sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.

17
7. KOLABORATIF

Definisi kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.

 Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)


Collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance
“sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksisaling menguntungkan antar aktor
governance .

Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam
melakukan assessment terhadaptata kelola kolaborasi yaitu :
1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) Merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

Gambar Kerangka Pikir dalam melakukan Assessment Tata Kelola Kolaborasi


Ansen dan Gash 2012 p 550) menjelaskan terkait modelcollaborative governance. Menurutnya
starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari
membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process, pemahaman bersama, serta
pengambangan outcome antara. Desain kelembagaan yang salah satunya proses transparansi serta faktor
kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang
diharapkan.Hal tersebut diilustrasikan dalam gambar berikut ini.

 Whole-of-Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. Pengertian dari
USIP merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan
pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama.

Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan,
pembagiankekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian
kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari
dkk (2019) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar
organisasi pemerintah. Penelitian tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi
pemerintah dalampenertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi.

18
Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan
Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan”.

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan
b. Penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;
c. Dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. Apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang diperlukan dari
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. Jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan
fasilitas yang besar dan tidak mampuditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan dalam
rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah, menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya;
b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. Pengelolaanbarang milik/kekayaan negara yang menjaditanggung jawabnya; dan
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.

19
Judul Materi : Kedudukan Dan Peran Pns Dalam NKRI
Nama Peserta : Selly Ruksanan, S.Pd
Kelas :E
Unit Kerja : SMAN 5 KENDARI
Agenda 3

BAB VI. KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


Resume Agenda 3

1. SMART ASN

Literasi Digital:

 Definisi: Literasi digital mengacu pada keterampilan dan pengetahuan individu dalam menggunakan
teknologi digital dengan efektif dan bertanggung jawab.
 Unsur Utama: Mencakup pemahaman tentang perangkat keras dan perangkat lunak, keamanan
online, evaluasi informasi, dan partisipasi etis di dunia digital.

Pilar Literasi Digital:


Terdapat empat pilar literasi digital, keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya,
keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia
digital meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-
hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari.

Implementasi Literasi Digital:


 Pendidikan Formal:
 Integrasi literasi digital dalam kurikulum sekolah.
 Pelatihan guru untuk menyampaikan materi literasi digital.
 Pelatihan Luar Sekolah:
 Program pelatihan untuk masyarakat umum, termasuk orang dewasa dan pekerja.
 Kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi terkait.
 Kerjasama Industri:
 Partisipasi perusahaan dan platform digital untuk meningkatkan literasi digital.
 Penyediaan sumber daya dan alat pembelajaran online.
Implikasi Literasi Digital:
 Pengurangan Kesenjangan Digital:
 Meningkatkan akses dan keterampilan untuk mengurangi kesenjangan digital.
 Mempromosikan inklusivitas digital.
 Peningkatan Keamanan dan Etika:
 Mengurangi risiko keamanan online dan penipuan.
 Membentuk masyarakat yang lebih etis di dunia digital.
 Pemberdayaan Individu:
 Membantu individu untuk mengelola dan memanfaatkan teknologi dengan percaya diri.
 Memberdayakan mereka untuk berkontribusi positif dalam masyarakat digital.

Ringkasan ini mencakup poin-poin kunci mengenai literasi digital, pilar-pilar yang
membentuknya, implementasinya dalam pendidikan dan masyarakat, serta implikasinya terhadap
individu dan masyarakat secara umum.

20
Resume Agenda 3

2. MANAJEMEN ASN

1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN


a. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
b. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman.
c. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b) Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
d. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan
oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik.
e. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a)
Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan pemersatu bangsa.
f. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
g. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku
ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang
diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

2. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN


Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan
kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-
prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas
kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

3. Mekanisme Pengelolaan ASN


a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan
perjanjian kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

21
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling
lama 5 (lima) tahun.
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
maupun atas inisiatif sendiri.
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps
profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar
pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional
dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative.

22
BAB VII. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Materi pada Bab I, menggambarkan pentingnya wawasan kebangsaan
sebagai landasan pemahaman bagi Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja
(PPPK) di Indonesia. Sejarah pergerakan kebangsaan menjadi bukti
nyata tentang tekad para pendiri bangsa dalam mengedepankan
kepentingan bersama di atas segala kepentingan kelompok atau
golongan. Dari konsensus dasar hingga simbol-simbol negara seperti
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan, setiap
elemen tersebut merangkum makna yang mendalam sebagai pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi bangsa. Pemahaman akan nilai-nilai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi landasan bagi
Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawab mereka dengan penuh kesadaran terhadap keberagaman
dan cita-cita bangsa. Dengan demikian, pemahaman wawasan
kebangsaan tidak hanya menjadi tugas formal, tetapi juga landasan etika
dan moral yang membimbing peran strategis PPPK dalam membangun
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
2. Materi pada Bab II menggambarkan pentingnya nilai-nilai Bela Negara
bagi Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja (PPPK), yang mendasari sikap
dan perilaku dalam menjalankan tugas negara. Sejarah Bela Negara,
terutama dalam menghadapi Agresi Militer II Belanda, menunjukkan
semangat perjuangan yang tidak luntur meskipun dihadapkan pada
situasi sulit. Ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri, dijelaskan
sebagai kondisi atau tindakan yang dapat membahayakan tatanan dan
kelangsungan hidup bangsa. Kewaspadaan dini menjadi kunci dalam
menghadapi potensi ancaman tersebut. Nilai dasar Bela Negara, seperti
cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila,
rela berkorban, dan kemampuan awal Bela Negara, menjadi pedoman
bagi ASN dalam melaksanakan tugasnya. Kesadaran bela Negara
diharapkan dapat ditanamkan melalui pembinaan dan aktualisasi nilai-
nilai tersebut, menjadikan ASN sebagai agen perubahan yang mampu
memberikan kontribusi positif untuk kemajuan bangsa dan negara.
3. Bab III membahas pentingnya pemahaman mengenai perubahan dalam
konteks lingkungan strategis, dengan fokus pada konsep perubahan dan
penerapan teknik mind mapping. DePorter (2009) menyatakan bahwa
mind mapping tidak hanya meningkatkan daya ingat, tetapi juga
memberikan fleksibilitas, memusatkan perhatian, meningkatkan
pemahaman, dan meningkatkan kreativitas. Teknik mind mapping
melibatkan tujuh langkah, seperti memulai dari bagian tengah,
menggunakan gambar atau foto sebagai ide sentral, penggunaan warna,
menghubungkan cabang-cabang utama, membuat garis hubung yang
melengkung, menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis, dan

23
menggunakan gambar. Pendekatan ini dijelaskan sebagai cara yang
efektif untuk menyusun informasi secara visual, meningkatkan
kreativitas, dan memudahkan pemahaman konsep perubahan serta
lingkungan strategis.
4. Bab IV membahas kesiapsiagaan bela negara sebagai aktualisasi nilai-
nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kesiapsiagaan ini merupakan bagian dari proses nation and
character building yang berdasarkan sejarah perjuangan bangsa,
kesadaran akan ancaman nasional, semangat cinta tanah air, dan nilai-
nilai bela negara. Salah satu nilai dasar bela negara adalah kemampuan
awal bela negara, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti menjaga
kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani serta menjaga etika, moral, dan
kearifan lokal. Dalam konteks sehari-hari, contoh bela negara mencakup
menciptakan suasana rukun dalam keluarga, meningkatkan iman dan
takwa, menjaga keamanan kampung, mematuhi peraturan hukum, dan
lainnya. Pelaksanaan kesiapsiagaan bela negara diharapkan dapat
membentuk sikap disiplin, kebersamaan, solidaritas, mental dan fisik
yang tangguh, serta nilai-nilai kepemimpinan dan kepedulian antar
sesama.
5. Bab V membahas nilai-nilai dasar Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan
fokus pada orientasi pelayanan. PNS diharapkan memberikan layanan
yang terus ditingkatkan dan melebihi harapan masyarakat, dengan
komitmen untuk pelayanan prima. Prinsip pelayanan publik yang baik,
seperti partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah,
murah, efektif, efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan, menjadi
landasan dalam penyelenggaraan pelayanan. Terdapat tiga unsur kunci
dalam pelayanan publik, yaitu penyelenggara (ASN/Birokrasi), penerima
layanan (masyarakat, stakeholders, atau sektor privat), dan kepuasan
yang menjadi fokus utama. Nilai-nilai ini penting untuk dipahami dan
diimplementasikan oleh setiap ASN dalam tugasnya.
6. Bab VI membahas kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan fokus pada
manajemen ASN. Smart ASN ditekankan melalui literasi digital,
mencakup pemahaman perangkat keras, perangkat lunak, keamanan
online, evaluasi informasi, dan partisipasi etis. Literasi digital
diimplementasikan melalui pendidikan formal, pelatihan luar sekolah,
dan kerjasama industri, dengan dampak mengurangi kesenjangan digital,
meningkatkan keamanan online, dan memberdayakan individu dalam
masyarakat digital. Manajemen ASN membahas kedudukan, peran, hak,
kewajiban, dan kode etik ASN, serta konsep sistem merit dalam
pengelolaan ASN untuk mencapai tujuan organisasi dan mendorong
kinerja yang berintegritas. Mekanisme pengelolaan ASN melibatkan
manajemen PNS dan PPPK, dengan berbagai aspek seperti pengadaan,
pangkat, jabatan, penilaian kinerja, dan perlindungan, serta pengisian
jabatan pimpinan tinggi yang terbuka dan kompetitif. Sistem informasi
ASN juga diperlukan untuk efisiensi dan akurasi manajemen ASN.

24
B. Saran
Aktiflah dalam MOOC PPPK untuk kembangkan keterampilan,
manfaatkan diskusi, terapkan konsep baru, dan berikan umpan balik. Dengan
terlibat, Anda tidak hanya tingkatkan kompetensi pribadi, tapi juga
berkontribusi sebagai agen perubahan yang efektif dalam meningkatkan
kualitas sektor publik.

25

Anda mungkin juga menyukai