Anda di halaman 1dari 12

NILAI ETIKA DALAM MELAKUKAN

ANALISIS KEBIJAKAN

Kelompok 2 :

ANITA ULFATUN NISA WAHYU SYABANI A


LAELA QURROTUL’ AINI M NUR HASAN FADLI
SARAH NURUL FATIMAH SABILA CITRA AYU
NOVITA KARTIKA AAL FARABI
WAHYUNING NDRAHA ARIENDA WIDY PRADINA
IRMA DEWI ISTIQOMAH  

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER TERAPAN PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
TAHUN 2020/2021
Main
1. Menginformasikan
Poin proses 2. Menginformasikan hasil
pembentukan kebijakan kebijakan
• Akuntabilitas • Libertarianisme
• Inklusivitas • Egalitarianisme
• Transparansi • Utilitarianisme
• Rasionabilitas • Deantologi
• Responsive
Akuntabilitas Transformasi nilai ke praktik
Prinsip akuntabilitas memiliki arti bahwa proses Pekerja sosial dalam penyusunan
pembentukan kebijakan harus mencakup penyelesiaan kasus di sebuah Lembaga
mekanisme khusus untuk meminta orang Pelayanan Sosial X diharapkan dapat
bertanggung jawab atas tindakan mereka dalam menerapkannya sesuai dengan mekanisme,
proses tersebut. Sistem akuntabilitas prosedure, dan langkah, serta dapat
menyediakan check and balances untuk dipertanggung jawabkan atas tindakan yang
memastikan bahwa pengambilan keputusan etis sudah dipilih dan disepakati bersama. Selain
dipertahankan selama proses kebijakan itu, pekerja sosial harus memastikan bahwa
(Thompson et al., 2006). Check and balances ini pengambilan keputusan dalam kebijakan
meningkatkan kepercayaan di antara mereka yang harus etis dipertahankan dan sesuai dengan
terpengaruh oleh keputusan kebijakan (Daniels & check and balance. Dalam melaksanakan
Sabin, 2002). Akuntabilitas mencerminkan dua kebijakan pekerja sosial diharapkan juga
nilai inti pekerjaan sosial: integritas dan mampu menerapkan nilai integritas
kompetensi. Dalam hal integritas, proses (kejujuran) dan kompetensi yang bertujuan
kebijakan harus berpedoman pada gagasan bahwa kebijakan yang diambil itu bermanfaat
kepercayaan dan kejujuran daripada eksploitasi, buat lembaga pelayanan dan masyarakat pada
tipu daya, atau korupsi (Torda, 2006). Orang yang umunya.
berkontribusi dalam pembentukan kebijakan
harus kompeten dalam perannya, misalnya
sebagai fasilitator kebijakan, ahli, atau analis.
Akuntabilitas menyediakan sistem untuk
memantau kompetensi dan membuat koreksi,
sesuai kebutuhan.
Inklusivitas Transformasi nilai ke praktik
Prinsip Inklusivitas mengacu bahwa keputusan Pekerja sosial dalam merumuskan kebijakan
kebijakan dibuat dengan mempertimbangkan harus melibatkan stakeholder dan pihak-pihak
pandangan pemangku kepentingan (Levine et al., terkait yang dapat membantu dalam
2007). Prinsip inklusif dibangun di atas nilai menunjang keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan sosial yang menghormati martabat dan program. Misalnya dalam merumuskan
harga diri semua orang. Dengan menghormati sebuah program desa ramah pendidikan yang
prinsip inklusif, pembuat kebijakan mengakui bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
bahwa semua pemangku kepentingan memiliki pendidikan sehingga memutus rantai putus
pandangan yang valid dan penting untuk sekolah. Dalam pelaksanaan perumusan
dipertimbangkan. Lebih lanjut, mereka memiliki kebijakan, maka perlu dilibatkan berbagai
hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan pihak seperti stakeholder di masyarakat
keputusan atas hal-hal yang mempengaruhi tersebut, dinas pendidikan daerah terkait,
kehidupan mereka (serupa dengan hak individu pihak penyelenggara paket penyetara,
klien untuk menentukan nasib sendiri). maupun perwakilan masyarakat. Pelibatan
berbagai elemen dimaksudkan untuk
memberikan masukan-masukan dalam
penyusunan kebijakan, agar kebijakan yang
dihasilkan dapat lebih efektif dan tepat untuk
berbagai pihak.
Transparansi Transformasi nilai ke praktik
Kementerian sosial dalam membuat kebijakan
Prinsip transparansi menyarankan bahwa orang
tentang program kesejahteraan sosial pastinya
yang terpengaruh oleh keputusan kebijakan harus
akan merencanakan dan mengkaji program
memiliki akses ke informasi tentang proses dan
bersama para pakar analisa kebijakan dan juga
dasar pengambilan keputusan (Thompson et al.,
perlunya disetujui oleh badan-badan
2006). Sementara pekerja sosial menghargai
berwenang inilah bentuk transparansi antar
privasi dan kerahasiaan sehubungan dengan
pemangku kepentingan karena akan
bekerja dengan klien individu, keterbukaan dan
berhubungan dengan penggunaan anggaran
pengungkapan adalah prinsip utama dalam
negara juga sebagai bentuk integritas
proses kebijakan publik.
kementerian sosial sebagai tonggak
Transparansi sangat penting pada saat krisis ketika
kesejahteraan sosial.
kerjasama publik mungkin penting untuk
Sedangkan, masyarakat sebagai sasaran
keberhasilan implementasi keputusan kebijakan.
program juga berhak tau bagaimana bentuk
Dengan kata lain, transparansi menawarkan
program yang akan mereka rasakan
kesempatan kepada pemangku kepentingan
manfaatnya melalui sosialisasi tentang siapa
untuk menilai kewajaran keputusan.
saja yang memang diprioritaskan didalam
program dan apa saja syarat yang harus
dipenuhi. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan
maka penolakan ataupun konflik akan
merebak diantara masyarakat itu sendiri,
karena dianggap tidak transparan dan
pemangku kepentingan tidak bersikap adil
serta tidak berintegritas dalam melaksanakan
program.
Rasionabilitas Transformasi nilai ke praktik
Prinsip reasonableness memiliki arti bahwa Pekerja sosial dalam membuat keputusan atau
keputusan atau kebijakan harus didasarkan pada kebijakan untuk menyelesaikan sebuah kasus
faktor-faktor yang diyakini kebenarannya oleh di sebuah Lembaga Pelayanan Sosial
pihak yang berkepentingan secara relevan dan diharapkan dapat menerapkan nilai
valid (Thompson et al., 2006). reasonableness. Pekerja sosial harus
Beberapa pertimbangan dalam menilai mengumpulkan informasi relevan dan diyakini
reasonableness dalam membuat suatu keputusan kebenarannya untuk mendukung penyelesaian
atau kebijakan antara lain : kasus yang sedang ditangani. Selain itu,
1. Mengumpulkan informasi yang relevan untuk pekerja sosial harus bisa memastikan bahwa
keperluan dalam pertimbangkan suatu keputusan atau kebijakan yang diambil untuk
keputusan atau kebijakan menyelesaikan sebuah kasus harus bisa
2. Menjelaskan informasi dengan cara yang diterima oleh orang lain.
rasional
3. Membuat pilihan keputusan atau kebijakan
berdasarkan kriteria yang bisa diterima oleh
orang banyak
4. Menerapkan kriteria pengambilan keputusan
dan kebijakan secara konsisten
5. Menggunakan keterampilan berpikir kritis,
tanpa mengandalkan asumsi, bias, atau logika
yang salah (Paul & Elder, 2006)
Responsif Transformasi nilai ke praktik
Prinsip responsiveness menyarankan bahwa Pekerja sosial dalam menginformasikan proses
proses kebijakan harus mencakup mekanisme pembentukan kebijakan dalam penerapan prinsip
untuk menerima dan bereaksi terhadap informasi responsiveness yakni merespon informasi tidak
dan masalah baru. Responsiveness menyoroti hanya mendengarkan tanggapan tetapi juga
pentingnya tidak hanya mendengarkan, tetapi menanggapi dengan menjawab. Sehingga dalam
juga menjawab. Responsiveness tidak prakteknya, pekerja sosial harus mampu
mengharuskan pembuat kebijakan untuk menerima masukan dengan baik dan
memberikan jawaban yang memuaskan semua menggunakannya untuk meninjau atau
orang, tugas yang mustahil. Responsivitas, mempertimbangkan kembali masalah dan
bagaimanapun, menyarankan bahwa pembuat keputusan terhadap kebijakan yang akan
kebijakan harus menerima masukan dengan itikad ditetapkan. Pekerja sosial mampu menghargai
baik, menggunakannya untuk meninjau kembali harkat dan martabat dari semua orang yang
dan mempertimbangkan kembali masalah dan terlibat dalam pembentukan kebijakan termasuk
keputusan kebijakan (Thompson et al., 2006). beberapa pemangku kepentingan, dan mampu
Daya tanggap sesuai dengan nilai pekerjaan sosial menanggapi serta memberikan rasa hormat atas
yang menghargai martabat dan harga diri semua pandangan yang disampaikan. Metode yang
orang. Dengan mengakui dan menanggapi umpan dapat digunakan misalnya adalah dengan
balik dari pemangku kepentingan, pembuat melakukan audiensi yang dihadiri oleh pihak-
kebijakan menunjukkan rasa hormat atas pihak yang terlibat dalam proses pembuatan
pandangan, kepentingan, dan posisi mereka. kebijakan, kemudian menanggapi langsung
pertanyaan, kekhawatiran yang masih dirasakan
secara tertulis ataupun langsung.
Libertarianisme Transformasi nilai ke praktik
Libertarianisme adalah filosofi sosial yang Dalam penentuan kebijakan ditribusi vaksin
menekankan pentingnya hak dan kebebasan covid-19, maka pemerintah memainkan peran
individu. Libertarian percaya bahwa negara yang sangat terbatas dan perusahaan swasta
seharusnya tidak menjalankan kontrol atas atau pasar bebas yang menentukan berapa
kehidupan individu, tetapi lebih mendukung hak banyak vaksin yang akan diproduksi, kapan
setiap individu untuk menjalankan kontrol penuh dan berapa harganya. Berdasarkan prinsip ini
atas hidupnya (Locke , 1689; Nuffield Council on bahwa mereka yang mampu membayar akan
Bioethics, 2007). membayaranya, sedangkan mereka yang tidak
Dalam hal kebijakan sosial dan distribusi sumber mampu membayar akan termotivasi untuk
daya, libertarianisme menawarkan tiga prinsip bekerja lebih keras. Tetapi disisi lain prinsip
penting: jasa social mengizinkan pemerintah untuk
1. Otonomi: Individu harus diizinkan untuk tetap memberikan bantuan terhadap individu
berperilaku sesuai keinginan mereka (secara yang dianggap layak mendapatkan.
otonom, bukan dikendalikan oleh pemerintah
atau orang lain).
2. Kemampuan Membayar: Distribusi barang dan
akses ke layanan harus sesuai dengan
kemampuan membayar masing-masing individu.
3. Manfaat Sosial: Manfaat sosial adalah kriteria
yang dapat diterima untuk mengalokasikan
sumber daya dalam masyarakat, komunitas, atau
organisasi.
Egalitarianisme Transformasi nilai ke praktik
Egalitarianisme adalah filosofi sosial yang Sebuah perusahaan membuat kebijakan
menekankan kesetaraan hukum, sosial, dan bahwa siapa pun yang hamil dapat di pecat.
ekonomi bagi semua orang. Egalitarianisme Wanita mungkin beragumen bahwa kebijakan
mungkin didasarkan pada berbagai teori lain, ini sanggatlah seksis secara sepintas kebijakan
termasuk teori hak menyatakan bahwa semua ini memperlakukan pria dan wanita secara
orang memiliki hak (atau hak) tertentu. sama, jika seorang wanita hamil maka dia kan
Nilai pekerjaan sosial "menghormati martabat di pecat begiti juga dengan pria jika peria
dan nilai semua orang" berarti bahwa pekerjaan hamil maka akan di pecat.
sosial harus mendukung kebijakan sosial atas Efek dari kebijakan ini bagaimanapun pria
dasar hak dan tanggung jawab individu. Akan tidaklah hamil sehingga kebijakan tersebut
tetapi, pendapat bahwa menghormati martabat memiliki efek yang jauh berbeda bagi pria di
dan nilai datang melalui promosi kebijakan yang bandingkan dengan wanita ( beaudhamp &
memperlakukan semua orang secara setara. chilldrees, 2009)
Egalitarianisme menolak prinsip libertarian Perinsip Kesetaraan dan prinsif. ketika orang-
yang mengalokasikan sumber daya berdasarkan orang berada dalam stuasi yang sama, maka
prestasi sosial atau kemampuan membayar. harus diperlakukan sama. Ketika orang berada
Nilai pekerjaan sosial dari “akses” menunjukkan dalm keadaan yang berbeda maka keadilan –
bahwa semua orang memiliki hak atas sumber keadilan mungkin memerlukan perlakuan
daya yang dibutuhkan, tidak hanya orang yang yang berbeda
mampu atau orang yang memiliki kedudukan
tinggi dalam komunitas
Utilitarianisme Transformasi nilai ke praktik
Menurut Hormer dan Kelly, 2007, utilitarianisme Pemberian vaksin untuk pencegahan pandemi
menyarankan mengalokasikan sumber daya covid-19 harus diprioritaskan kepada orang
menurut kebaikan terbesar untuk jumlah yang sangat rentan terserang virus tersebut di
terbesar; yaitu, bagaimana organisasi, komunitas, lingkungan masyarakat, dengan pemberian
atau masyarakat dapat mengalokasikan sumber berdasarkan penilaian objektif sehingga orang
daya yang terbatas dengan cara memaksimalkan yang sangat rentan terserang virus akan
manfaat (atau utilitas) untuk kebaikan terbesar. memberikan manfaat kebaikan bagi orang
Artinya sumber daya yang akan digunakan akan banyak dengan tidak mengidap penyakit virus
menitik beratkan kepada pihak pihak yang sangat sehingga tidak menularkan. Kebaikan yang
membutuhkan berdasarkan  pertimbangan dan akan diterima orang banyak adalah
penilaian yang objektif, sehingga kebijakan yang terhindarkan dari penyebaran virus.
akan diterapkan akan memiliki manfaat kebaikan
yang sangat besar apabila kebijakan tersebut
mampu mengatasi permasalahan pihak yang
sangat rentan terdampak dari sebuah peristiwa. 
Konsep kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar
yang membutuhkan penilaian objektif dan
rasional tentang konsekuensi dari tindakan yang
berbeda ini
Deantologi Transformasi nilai ke praktik
Deontologi fokus pada apakah perilaku tersebut Pekerja sosial terlibat dalam penyelesaian
konsisten dengan aturan moral dan kewajiban kita masalah konflik yang terjadi pada keluarga
berutang kepada orang lain (Beckett & Maynard, yang KDRT, maka penerapan prinsip ini
2005; Healy, 2007). Deontologists percaya bahwa diterapkan pekerja sosial untuk menyelesaikan
etika apapun perilaku harus ditentukan oleh masalah itu adalah dengan menyusun
apakah seseorang bermaksud untuk bertindak kebijakan yang dapat menyelesaikan masalah
secara moral; dengan kata lain, apakah orang dengan damai tanpa menimbulkan kekerasan.
tersebut berniat berbuat baik untuk orang lain? Menggunakan mediasi dan berperan sebagai
Kant, salah satu kontributor utama deontologi, mediator dalam menangani masalah dalam
menyarankan bahwa orang harus dipandu oleh keluarga yang mengalami KDRT. Pekerja sosial
aturan universal atau hukum alam (Wood, 2006). menyusun kebijakan yang dapat membela
Dia percaya bahwa meskipun orang memiliki korban dengan baik tanpa menghakimi
keinginan bebas (kemampuan untuk memilih dengan kekerasan pihak pelakunya.
bertindak sesuka mereka), mereka harus
bertindak atas dasar niat baik (Kant 1964 /
orig.1785)
Menurut Kant, contoh imperatif kategoris antara
lain tidak pernah mencuri, tidak pernah
berbohong, dan tidak pernah mengingkari janji.
Moralitas perilaku ditentukan oleh kewajiban kita
kepada orang lain (Kant 1964 / orig.1785).

Anda mungkin juga menyukai