Anda di halaman 1dari 26

Mensikapi Sakit Dan Penyakit

Dr. Agusri, M.Kes

Sakit adalah pandangan atau persepsi seseorang bila


merasa kesehatannya terganggu.
Sakit adalah hal yang tidak mengenakan atau nyeri yang
pasti dirasakan seseorang.
Penyakit adalah proses fisik dan patofisiologis yang
sedang berlangsung dan dapat menyebabkan keadaan
tubuh atau pikiran menjadi abnormal.
Sakit dan penyakit itu berbeda.
Seseorang dapat merasa sehat (tidak ada sakit maupun
penyakit), namun jika merasa tidak sehat, itulah sakit.
Dengan cara serupa, seseorang yang fisiknya
tidak sehat bisa mengidap penyakit, namun jika
merasa sepenuhnya sehat, mereka tidak sehat.
Orang dapat mengidap tekanan darah tinggi
 yang berbahaya, maupun ancaman serangan
jantung  maupun stroke yang fatal, meskipun
masih merasa sehat.
Model biopsikososial menjelaskan perbedaan
antara proses patologis aktual yang
menyebabkan penyakit, dan persepsi pasien
atas kesehatan dan pengaruh sakit
terhadapnya, disebut sakit.
Sakit adalah berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian
tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut,
dan sebagainya).
Penyakit adalah :
1 sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan
pada makhluk hidup; 
2 gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri,
virus, atau kelainan sistem faal atau jaringan pada
organ tubuh (pada makhluk hidup); 
3 kebiasaan yang buruk; sesuatu yang mendatangkan
keburukan: suka membual itulah yang menjadi -nya;
mobil ini banyak -nya; 
4 kas kurang ajar (kata afektif dalam makian);
bangsat:-
Sehat dan Sakit

Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan
merupakan bahasa kita sehari-hari.
Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di
semua kebudayaan.
Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita
artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita
rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian
akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap
konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat.
Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk
adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi
kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight.
Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman
dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam
masyarakat.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab
“ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari
cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata
sehat dapat diartikan pula:
(1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-
bagiannya (bebas dari sakit), waras,
(2) mendatangkan kebaikan pada badan,
(3) sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-
shihhah yaitu al-‘afiah yang berarti ash-shihhah at-
tammah (sehat yang sempurna ).
Kedua kata ash-shihah dan al-afiah  sering digabung
digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah,
yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’
dan  artinya sehat secara sempurna.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas
dari sakit.
Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan
ekonomis.
konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”.
Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit
atau cacat.
Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat.
Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental,
maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini
merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis,
psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat
melakukan aktifitas secara optimal.
Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung
3 karakteristik yaitu :
Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan
ektersnal.
Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan
penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi
merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses
disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap
fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi
fisik, mental, dan sosial
Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan
meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi.
Sehat fisik  yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan
berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Sehat mental (jiwa), mencakup:
-          Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni
mampu berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
-          Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan
terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari
praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik
yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang
untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalian
diri yang baik.
Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain secara baik atau
mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain
tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau
kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan
atau menghasilkan secara ekonomi.
Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak
bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah
bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku
produktif secara sosial.
Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar
dalam penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti
yang berbeda.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan
dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.
Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat
dipertahankan.
Keadaan sakit terjadi pada saat  seseorang tidak lagi berada dalam
kondisi sehat yang normal.
Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika tubuhnya mampu
beradaptasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada
dalam keadaan sakit.
Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa
penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan
baru secara lengkap melainkan perluasan dari proses-proses
kehidupan normal pada individu.
Dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi
yang sudah diubah.
Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis.
Bila tidak diketahui dan tidak berhasil ditangani dengan
baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut menurut pola
gejalanya yang khas.
Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau
dapat sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa
intervensi sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah
benar-benar sembuh.
Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah
menimbulkan perubahan pada metabolisme atau
mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan
munculnya tanda dan gejala.
Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti
konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan produksi
lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang)
Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa
tahap :
-          Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran
-          Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak
terlihat tanda atau gejala
-          Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)
-          Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas
penuh dan kemungkinan menimbulkan komplikasi, fase ini
disebut juga sebagai fase akut subklinis)
-          Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian
penyakit dan biasanya akan diikuti oleh fase akut lain)
-          Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah
kesembuhan sesudah perjalanan berhenti)
-          Kesembuhan (recovery)  pada kondisi ini pasien kembali
sehat dan tubuhnya sudah berfungsi normal kembali serta tidak
terlihat tanda atau gejala penyakit yang tersisa.
Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti
perubahan dalam kehidupan seseorang.
(stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua
mekanisme :
-          Adaptasi yang berhasil baik
-          Kegagalan beradaptasi)
Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik.
Stressor fisik seperti terkena racun, dapat menimbulkan
respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya keadaan
sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang dapat
dikenali.
Stressor psikologik seperti kehilangan orang yang dicintai
ataupun hal lain yang dapat menyebabkan gangguan  yang
bersifat psikologik dapat menimbulkan respon maladaptif.
Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan dari
beberapa penyakit kronik.
Seorang perintis dalam pengkajian tentang
stress dan penyakit Hans Selye, menguraikan
stadium adaptasi terhadap kejadian yang
menimbulkan stress, alarm, resistensi dan
pemulihan (recovery), atau kelelahan
(exhaustion). 
Dalam kehidupan manusia pasti akan menerima berbagai
cobaan dari Allah.
Salah satunya adalah diberikan sakit, entah itu penyakit
ringan atau penyakit ganas.
Penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-
kesalahan yang pernah dilakukan oleh seluruh indera
manusia.
Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari
dosa yang pernah dilakukan.
Lalu, bagaimana menyikapi sakit sesuai ajaran Islam? 
Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah
yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuura: 30).
Islam mengajarkan manusia bagaimana menyikapi sakit yang
sedang kita hadapi.
Bukan dengan mengeluh, bukan juga dengan selalu meratapi
sakit yang dirasakan. Beberapa cara yang harus dilakukan saat
sedang sakit.

1. Ikhlas
Menerima bahwa segala ketetapan hanyalah dari Allah dan
segala yang dilalui seorang hamba adalah jalan takdir terbaik
yang sudah digariskan.
Jadikan semuanya sebagai lahan untuk beribadah kepadaNya
sehingga apapun sakit yang dialami akan menjadi kebaikan
dan keberkahan.
"Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadah ku, hidup ku, dan
mati ku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS Al
Bayyinah : 5).
2. Tawakkal
Bukan tawakkal yang berdiam diri, cari pengobatan yang baik
semampunya, tetap jalin silaturahmi dan kasih sayang terhadap orang
terdekat serta sesama, serta banyak mencari ilmu tentang penyakit yang
dialami sehingga menjadi jalan ikhtiar untuk kesembuhan.

3. Sabar
Cara menyikapi sakit menurut islam tentu saja dengan cara bersabar.
Setiap orang yang diciptakan Allah memiliki ujian sendiri sendiri, belum
tentu ujian yang menimpa seseorang lebih ringan dari ujiian orang yang
lain. Tetap sabar dan memperbanyak ikhtiar serta doa.

4. Berdoa
Berdoa adalah cara untuk berkomunikasi secara langsung kepada Allah.
Dengan berdoa, hati akan menjadi tenang dan segala urusan akan terasa
mudah karena sudah menyampaikan segalanya kepada yang Maha
Penolong.
"Berdoalah kepada ku pastilah aku kabulkan untukmu”. (QS Al Mukmin :
40).
5. Percaya takdir Allah
Percaya bahwa garis hidup sudah ditentukan, termasuk kondisi sakit yang
saat ini menimpa.
Tak perlu menyalahkan keadaan atau menyalahkan penyebab sakit. Cukup
jadikan sebagai pelajaran dan bagikan kepada orang lain agar orang lain
tidak terkena hal yang sama.

6. Instropeksi diri
Jangan lupa instropeksi diri, jika mungkin pernah berbuat salah atau
menyakiti orang lain hingga orang tersebut mendoakan keburukan maka
wajib segera meminta maaf dan menebus kesalahan semampunya. Juga
instropeksi diri mengenai ibadah kepada Allah.

7. Percaya pertolongan Allah


Allah tentu tidak pernah membebani seseorang dengan ujian yang melebihi
kemampuannya.
Allah yang lebih mengerti kemampuan hambaNya.
Cara menyikapi  menurut islam, wajib melaksanakan hal tersebut, wajib
percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata.
Setiap makhluk di dunia ini pasti pernah mengalami
sakit. Sebagai umat Islam harus dapat menyikapi sakit
sesuai dengan syariat Islam.
Ada dua persepsi dalam menyikapi sakit.
Pertama, sakit sebagai ujian dan sakit sebagai hukuman.
“Kita harus melihat sakit sebagai ujian dan kesempatan
memperbaiki diri,” ujar Hasan.
Ujian dalam sakit adalah bagian untuk meningkatkan
derajat ketakwaan.
Perilaku dan perbuatan yang dilakukan selalu ada
dampaknya, baik positif maupun negatif.
“Perilaku yang buruk biasanya mendapatkan teguran,
jika sudah tidak dapat ditegur oleh sesama manusia,
maka Allah SWT bisa saja menegur mereka,” ujarnya.
Sakit dapat terjadi akibat dari kesalahan manusia
sendiri.
“Sakit bisa karena diri sendiri yang melakukan
kezaliman,”.
Orang yang tetap memakan makanan, padahal
telah mengetahui makanan tersebut berbahaya
dan berpengaruh pada kesehatan.
Berarti dia menzalimi tubuhnya sendiri.
Allah yang memberikan sakit sebagai hukuman
dan musibah bagi mereka yang menzalimi diri
sendiri.
Maka, sebaiknya dalam menyikapi sakit tersebut
secepatnya memohon ampun dan beristighfar.
Ada pula sakit yang memang karena mendapatkan
azab dari Allah SWT menimpa satu daerah dengan
wabah penyakit.
Hal itu merupakan penyakit yang berasal dari luar
diri, maka itu merupakan teguran.
Kedua sebab penyakit tersebut sebaiknya disikapi
sebagai sebuah kesempatan menyadari diri.
Segala hal yang merugikan diri pasti bersumber dari
perbuatan buruk yang telah dilakukan.
Namun, setiap penyakit memang ada obatnya
sehingga dibutuhkan usaha bagi orang yang sakit
untuk mencari pengobatan yang halal untuk
mengobati penyakitnya, baik dengan pergi ke dokter
maupun pengobatan sesuai syariat Islam.
“Pada akhirnya Allah SWT yang menyembuhkan
segala jenis peyakit meskipun dengan berbagai
perantara pengobatan,”.
Jika memang berbagai cara pengobatan belum juga
disembuhkan oleh Allah, hal itu dapat dijadikan
sebagai penggugur dosa.
“Setiap desahan napas orang sakit dapat
menggugurkan dosa-dosanya,”.
Dalam sakit seharusnya selalu panjatkan doa dan
yakin Allah akan menyembuhkan dan mengangkat
penyakitnya.
Banyak orang mengeluh pada sakit yang dideritanya, baik itu
ringan ataupun berat.
Rasa sakit terkadang membuat sebagian orang menyerah dengan
penyakitnya.
Mereka mengeluh dan meminta belas kasihan dari orang lain
seakan penyakitnya sudah paling berat dia rasakan. 
Perbuatan tersebut tidak dibenarkan dalam Islam.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki
penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah
akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku
api menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR Muslim)  
Sakit tidak selamanya berarti musibah.
Sakit bisa menjadi sebuah nikmat yang bisa kita ambil hikmahnya. 
Hikmah yang bisa diambil dari sakit,  yaitu sebagai
berikut:  
Pertama, sakit bisa menghindari kita dari siksa api neraka.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang
mukmin dan api neraka.” (HR al-Bazzar)  

Kedua, sakit bisa menjadi penghapus dosa bagi kita.


Seperti sabda Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim,
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus
menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan,
bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya,
melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” 
Ketiga, sakit bisa menjadi sumber kebaikan bagi seseorang jika dia
bersabar.
Hal tersebut sejalan dengan sebuah hadist di mana Rasulullah Saw
bersabda: 
“Sungguh semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi
kecuali bagi orang mukmin.
Jika ia mendapapt kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan
kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan
ini merupakan kebaikan baginya.” (HR Muslim)  

Keempat, sakit bisa membuat kita kembali mengingat Allah. Sebagaimana


yang diketahui, kadang kita hanya ingat Allah di kala kesusahan dan diberi
cobaan.
Sementara saat diberikan kebahagiaan, kita mendadak lupa dengan Rabb
semesta alam.
Allah SWT telah berfirman: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus (para
Rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka
dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka
memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS al-An’am:
42)  
Kelima, sakit bisa membuat kita lebih optimis
untuk bertahan hidup.
Salah satu moral yang harus dimiliki oleh
seorang mukmin ialah tidak boleh menyerah
dengan sakitnya.
Dia harus berusaha untuk sembuh dari
penyakitnya, dia pun harus optimis dengan
dirinya sampai Allah mengatakannya untuk
berhenti.  

Anda mungkin juga menyukai