Keluarga Lain adalah di luar dari keluarga inti (suami, istri, anak /
suami, istri / suami, anak/ istri, anak) Baik yang berhubungan darah
ataupun yang tidak.
Contoh : Sepupu, Kakak, Adik, ART, dll
Pengertian Individu
Individu adalah semua orang yang tinggal dalam bangunan termasuk
keluarga lain
Langkah-Langkah pelaksanaan (1)
1. Ketua RT, Ketua Kelompok PKK RT dan Kader Dasawisma mendaftar setiap
bangunan beserta jumlah Rumah Tangga, Jumlah Keluarga, dan Jumlah
individunya.
2. Menggambar Peta Bangunan se-RT
3. Membagi/ Menentukan setiap kelompok dasawisma di RT tersebut (dengan
memberikan warna berbeda di masing-masing kelompok pada Peta Bangunan
RT)
4. Jika Peta Bangunan se-RT (seperti poin 2 dan 3) tidak memungkinkan untuk
dibuat karena jumlah bangunan terlalu banyak, maka buat Peta Bangunan per-
Kelompok Dasawisma.
Langkah-Langkah pelaksanaan (2)
6. Memberikan kode jenis bangunan yang ada di setiap kelompok dengan ketentuan sebagai
berikut”:
7. Menentukan kader Dasawisma yang akan ditugaskan per kelompok Dasawisma dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jika kondisi Jumlah Ketua Kelompok Dasawisma sama dengan jumlah kelompok Dasawisma, maka Ketua
Kelompok Dasawisma ditugaskan dalam 1 Kelompok Dasawisma
Jika kondisi Jumlah Ketua Kelompok Dasawisma tidak sama dengan jumlah kelompok Dasawisma, maka
Ketua Kelompok Dasawisma dapat ditugaskan lebih dari 1 kelompok Dasawisma (maksimal 3 kelompok),
dengan ketentuan :
1.Ketua Kelompok Dasawisma dapat ditugaskan lebih dari 1 kelompok Dasawisma pada wilayah RT yang sama
2.Ketua Kelompok Dasawisma tidak boleh ditugaskan di beberapa kelompok Dasawisma dari wilayah RT / RW yang
berbeda
Satu Ketua Kelompok Dasawisma dapat ditugaskan pada kelompok yang berbeda dengan wilayah RT
domisilinya, dengan ketentuan :
1. Penugasan kader mempertimbangkan kuota kader di tingkat Kelurahan
2. Penugasan kader lintas RW/RT harus diketahui dan tertuang dalam surat keterangan dari Ketua RW/ RT yang bersangkutan.
Langkah-Langkah pelaksanaan (5)
Bangunan
Nomor Urut Nomor Urut 7Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan
Kelompok Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis
a Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan
Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan
Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut Nomor Urut
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan
Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis Kode Jenis
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan Masjid Bangunan
Jami’ Al Aqsa
Kelompok 1 6 7 12 13 14 Melati.001.001.004
Dasawism A A A A A A
a
2 5 8 11 16 15
A A A A H A
3 4 9 10 17
A C H H Masjid A
Jami’ Al Aqsa
19
Kantor 20 19 18
Lurah K A
A A
Contoh 4 3 2 1 1 6 7 12 13 14
DATA KELOMPOK DASAWISMA
Peta A A B A A A A A A A
WARNA NAMA KELOMPOK
Kelompok 2 5 8 11 16 15
Melati.001.001.001
Melati.001.001.002
Dasawism 5 6 7 8
A
H
A
Melati.001.001.003
A A A A
a A A A Melati.001.001.004
Tingkat 12 11 10 9 3 4 9 10 17
RT A A C H A C H H Masjid Jami’
Al Aqsa A
13 14 Tanah 7 Kantor 20 19 18
Kosong Lurah
A A H K A A
15 16 1 6 8 9 8 7 6 1
A A A A A A A A A A
17 18 2 5 10 11 9 10 5 2
A C A A A A A A A A
19 20 3 4 12 13 12 11 4 3
A A A A A A A A A A
Penyampaian hasil penetapan sasaran pendataan tingkat
RT kepada Kelurahan
• Form Penetapan Sasaran Pendataan tingkat RT yang sudah ditandatangani oleh
Ketua RT disampaikan kepada Sekretaris Kelurahan / Sekretaris PKK Kelurahan
dalam format PDF untuk diinput di sistem Pendataan Bangunan
• Ketua RT, Kelompok PKK RT dan Kader dasawisma menyimpan Form Penetapan
Sasaran Pendataan tingkat RT
• Pelaksanaan Penetapan Sasaran Pendataan tingkat RT dan Pemetaan
Kelompok Dasawisma mulai tanggal 1-5 April 2021
• Batas penyampaian Form Penetapan Sasaran Pendataan tingkat RT kepada
Sekretaris PKK Kelurahan adalah tanggal 5 April 2021
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Di wilayah RT A, ada bangunan yang sebelumnya terdiri dari 2 rumah, ditempati oleh satu kepala keluarga
dengan nomor rumah berbeda. Kondisi sekarang, 2 bangunan rumah tersebut batas temboknya sudah dijebol.
Untuk kondisi seperti ini, dihitung berapa bangunankah kondisi tersebut.
A:
“Jika ada 2 bangunan rumah dijadikan 1 (misal karena tembok sudah dijebol) seperti kondisi di atas, maka
didata sebagai 1 bangunan”
Q:
Bagaimana jika ada satu KRT memiliki dua bangunan terpisah (hanya dibatasi oleh jalan / gang), maka
berapa jumlah bangunan tersebut?
A:
Jumlah bangunan dihitung satu bangunan, karena kader harus memilih salah satu dari dua bangunan
tersebut yang lebih dominan atau bangunan yang lebih sering digunakan untuk aktivitas.
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Bagaimanai jika ada satu KRT memiliki dua bangunan terpisah namun ada penghubung / jembatan
antara dua bangunan tersebut, maka berapa jumlah bangunan tersebut?
A:
Jumlah bangunan dihitung satu bangunan, karena sudah ada penghubung antara dua bangunan
tersebut.
Q:
Ada 1 bangunan kontrakan petak (satu atap) terdiri dari 3 pintu, dengan nomor rumah yang sama, masing-
masing pintu dihuni oleh masing-masing Rumah Tangga. Untuk kondisi ini, berapa jumlah bangunan dan
jumlah rumah tangga?
A:
“Kontrakan petak dengan 1 atap dihitung menjadi 1 bangunan dengan masing-masing pengontrak di hitung
sebagai 1 KRT.
Pada kondisi di atas, 1 bangunan kontrakkan petak dengan satu atap tersebut dihitung sebagai 1 bangunan. Untuk jumlah KRT, karna
kontrakkan tersebut terdiri dari 3 pintu, dan masing-masing pintu terdiri dari 1 Kepala Rumah Tangga, maka jumlah KRT nya dihitung 3 KRT”
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Ada 1 bangunan kontrakan petak (satu atap) terdiri dari 3 pintu, dengan nomor rumah yang sama, masing-
masing pintu dihuni oleh masing-masing Rumah Tangga. Untuk kondisi ini, berapa jumlah bangunan dan
jumlah rumah tangga?
A:
“Kontrakan petak dengan 1 atap dihitung menjadi 1 bangunan dengan masing-masing pengontrak di hitung
sebagai 1 KRT.
Pada kondisi di atas, 1 bangunan kontrakkan petak dengan satu atap tersebut dihitung sebagai 1 bangunan. Untuk jumlah KRT, karna
kontrakkan tersebut terdiri dari 3 pintu, dan masing-masing pintu terdiri dari 1 Kepala Rumah Tangga, maka jumlah KRT nya dihitung 3 KRT”
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Ada sebuah kos-kosan di RT B, dimana di dalamnya ada 4 kamar yang disewakan. Dari 4 kamar yang ada,
2 kamar yang diisi oleh masing-masing pasangan pasutri, dan 2 kamar lainnya diisi masing-masing oleh 1
individu yang masih single. Bagaimana cara menghitung jumlah bangunannya, KRT nya dan KK nya?
A:
Kos-kosan dengan satu atap dihitung 1 bangunan, dengan penetapan KRT sebagai berikut :
• Jika ada satu keluarga (pasutri) yang menyewa maka dianggap sebagai 1 KRT sendiri
• Tetapi jika individu yang tinggal didalam Kos-kosan masih berstatus single, maka dimasukkan kedalam
KRT pemilik kosan, atau
• Jika pemilik kosan tidak tinggal disitu, untuk individu (yang masih berstatus single) yang tinggal dipilih
salah satunya untuk jadi KRT, sehingga individu yang lainnya dimasukkan kedalam KRT tersebut
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Jika di sebuah rumah terdapat anak yang tinggal bersama dengan orang tuanya, namun yang bertanggung
jawab atas semua kebutuhan dirumah tersebut adalah sang anak. Bagaimana menentukan KRT, jumlah
bangunan dan jumlah KK?
A:
l Untuk jumlah bangunan dihitung satu bangunan, karena secara fisik terdapat satu bangunan.
l Untuk jumlah KRT berjumlah 1, karena si anak yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dalam
bangunan tersebut.
l Untuk jumlah KK terdapat 2 KK, karena terdapat 2 keluarga didalam rumah tersebut.
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Siapa saja yang termasuk keluarga dalam pendataan?
A:
Keluarga adalah suami, istri, anak / suami, istri / suami, anak/ istri, anak
Q:
Siapa saja yang termasuk non-keluarga (keluarga lain) dalam pendataan?
A:
Keluarga lain adalah di luar dari keluarga inti (suami, istri, anak / suami, istri / suami, anak/ istri, anak) Baik
yang berhubungan darah ataupun yang tidak.
Contoh : Sepupu, Kakak, Adik, ART, dll
Q & A (Contoh Kasus)
Q:
Bagaimana cara mengidentifikasi nama pemiliki untuk suatu bangunan?
A:
l Untuk kos-kosan, nama pemilik diisi dengan nama pemilik bangunan kos-kosan tersebut
l Untuk kontrakkan petak, diisi dengan nama penghuni
l Untuk pemilik kontrakkan yang satu bangunan, diisi dengan nama pemilik sah bangunan, jika dia tinggal
disitu.
Q:
Bagaimana dengan pemilik kontrakkan satu bangunan yang pemiliknya tidak tinggal disitu?
A:
Kontrakan tersebut diisi dengan nama pihak yang paling dominan di kontrakkan tersebut.