Anda di halaman 1dari 59

Program Studi Magister Hukum

REGULASI SEKTOR Peminatan Hukum Keuangan Publik


Pascasarjana Fakultas Hukum
PERBANKAN DAN Universitas Indonesia

TRANSAKSI Semester Genap

KEUANGAN Tahun Akademik 2020/2021

Dr. Kusumaningtuti S. Soetiono, S.H., LL.M. Senin 22 Maret 2021


1
TIM PENGAJAR
DOSEN TETAP
+ Dr. Yuli Indrawati, S.H., L.LM.
+ Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
+ Henry Darmawan Hutagaol, S.H., L.LM.

DOSEN TIDAK TETAP


+ Dr. Kusumaningtuti S. Soetiono, S.H., L.LM.

DOSEN TAMU
+ Dr. Sugiarto, MBA (Menteri BUMN 2004-2007) 2
OUTLINE
A. PENTINGNYA REGULASI DALAM TRANSAKSI KEUANGAN & PERBANKAN
I. Rule Making Rule & Tahapan Pembuatan Regulasi di OJK
II. Pembentukan Peraturan & Tahapan Pembuatan Regulasi di Bank Indonesia
III. Ketentuan Pelaporan Perbankan & Lembaga Keuangan Lainnya

B. KETENTUAN GOVERNANCE, RISK MANAGEMENT DAN COMPLIANCE


I. Good Corporate Govenance Pada Perbankan
II. Good Corporate Governance Pada Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
III. Manajemen Risiko Pada Perbankan
IV. Manajemen Risiko Pada Lembaga Keuangan Lainnya

C. BEBERAPA ASPEK HUKUM PADA PELAKSANAAN PENGATURAN & PENGAWASAN SEKTOR JASA KEUANGAN
I. Pengawasan Terintegrasi terhadap Industri Jasa Keuangan
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan

3
OUTLINE
D. PERUBAHAN LANDSCAPE & ECOSYSTEM INDUSTRI PERBANKAN
I. Digitalisasi Perbankan
II. Shadow Banking
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-line Transaction dan On-line Credit Proposal

E. LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN INDONESIA


I. Hubungan Literasi dan Inklusi Keuangan dengan Lembaga Keuangan & Perbankan
II. Trilogi Kebijakan yang Mendasari dan Peraturan yang Berkenaan dengan Literasi & Inklusi Keuangan
III. Penanganan Literasi & Inklusi Keuangan

4
A. PENTINGNYA REGULASI
DALAM TRANSAKSI
KEUANGAN & PERBANKAN
I. Rule Making Rule & Tahapan Pembuatan Regulasi di OJK
II. Pembentukan Peraturan & Tahapan Pembuatan Regulasi di
Bank Indonesia
III. Ketentuan Pelaporan Perbankan & Lembaga Keuangan
Lainnya

5
RULES
RULES 01 PDK
Ditetapkan oleh dewan komisioner mengikat di
lingkungan internal OJK

MAKING
MAKING 02 POJK
Ditetapkan oleh dewan komisioner mengikat secara umum dan
diundangkan ke dalam lembaga negara Republik Indonesia

RULES
RULES Pelaksanaan PDK

PERATURAN
03 SE DK
Ketentuan hukum tertulis yang
diatur dalam PDK OJK Pelaksanaan pedoman teknis serta
04 SE OJK petunjuk pelaksanaan POJK

I. Kondisi Mendesak :
PROLEG Suatu keadaan perlu segera dilakukan pembentukan peraturan
06
Tahunan OJK II. Konversi Peraturan :
yaitu perubahan bentuk PP & Perundang - undangan sektor jasa keuangan
6
Ringkasan Urutan 6 Persetujuan Dewan Komisioner dalam Rapa
Dewan Komsioner
Tahap Pembuatan 5
5 Harmonisasi Ketentuan dan
Peraturan di Legal Drafting

OJK 4
Kompilasi,Penelaahan,dan Penyesuaian Rancangan POJK

3
Jajak Pendapat Satuan Kerjadan Pemangku Kepentingan

2
Public Expose selama 10-60 Hari

1 Pembentukan Kajian Rancangan OJK

7
Pembentukan Peraturan di

PBI No
PADG
PBI PDG PADG
18/42/PBI/2016 INTERN
tentang Pembentukan
Ditetapkan oleh Anggota
Peraturan di Bank Ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan
Ditetapkan oleh Ditetapkan oleh Dewan Gubernur yang
“Dewan Gubernur” Anggota Dewan memuat aturan intern
Indonesia tanggal 28 mengikat setiap orang atau
badan dan dimuat dalam
yang memuat aturan Gubernur sebagai Bank Indonesia sebagai
intern Bank peraturan peraturan pelaksanaan PBI
Lembaran Negara Republik
November 2016 Indonesia
Indonesia pelaksanaan PBI dan atau PDG

8
Tahapan Pembentukan Peraturan di Bank Indonesia untuk PBI

06
02 04
Penyusunan Penetapan Penyebarluasan

01 03
Perundangan
Forum Legal Review
Perencanaan 05

9
Tahapan Pembentukan Peraturan di Bank
Indonesia untuk PDG, PADG dan
PADG Intern

01 03 05

Perencanaan Forum Legal Review Penyebarluasan

02 04

Penyusunan Penetapan
10
Pembentukan Peraturan di Bank Indonesia dengan memerhatikan
beberapa aspek yaitu:

Prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan dan asas umum pemerintahan yang baik; sesuai
fungsi-tugas dan wewenang yang dimiliki; dan memenuhi akuntabilitas publik 1
Harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan
2
3
Kesesuaian dengan pertsetujuan RDG bagi PBI dan PDG atau ADG bagi PADG

11
III. Ketentuan Pelaporan Perbankan &
Lembaga Keuangan Lainnya

01 18 LAPORAN PERBANKAN YANG


DISAMPAIKAN RUTIN SECARA ONLINE

12 LAPORAN PERBANKAN YANG


02 DISAMPAIKAN RUTIN SECARA
1.Laporan Perbankan MANUAL
yang Disampaikan :
20 LAPORAN PERBANKAN YANG
04
SECARA INSIDENTIL DISAMPAIKAN
SECARA ONLINE

32 LAPORAN PERBANKAN YANG


05
SECARA INSIDENTIL DISAMPAIKAN
SECARA ONLINE
12
2. Regulasi Pelaporan Keuangan Pada Lembaga Keuangan

PDK 2/PDK.05/2014

POJK 10/OJK.05/2014 SEDK mengenai Pedoman


sistem pengawasan berbasis
risiko
Pengaturan
SE OJK mengenai Pengaturan
pedoman penilaian
Pengawasan tingkat risiko
Pengawasan SEDK mengenai Quality
Assurance pengawasan
Eksternal: lembaga keuangan Internal:
PDK 3/PDK.05/2014
POJK 11/POJK.05/2014
SEDK mengenai pedoman
pemeriksaan langsung lembaga
keuangan
13
B. KETENTUAN GOVERNANCE, RISK
MANAGEMENT DAN COMPLIANCE
I. Good Corporate Govenance Pada Perbankan

II. Good Corporate Governance Pada Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

III. Manajemen Risiko Pada Perbankan

IV. Manajemen Risiko Pada Lembaga Keuangan Lainnya

14
I. Good Corporate Govenance Pada Perbankan

T ransparency A ccountability R esponsibility I ndependency F airness

• Harus bisa • Harus bisa membuat • Harus selalu • Harus dapat • Harus bisa
mengungkapkan program kerja dan menerapkan prinsip mengambil memperhatikan
informasi dengan tanggung jawab tiap- kehati- keputusan yang kepentingan seluruh
jelas, lugas, akurat, tiap satuan tugas hatian (prudential objektif dan bebas jajaran pemegang
dan dapat dengan jelas yang banking practice), dari tekanan oleh saham dengan adil
diperbandingkan mencerminkan visi tertama yang pihak manapun dan merata
• Walau demikian, bank dan misi serta strategi berkaitan dengan
juga harus bisa perusahaan data-data nasabah
memegang data-data dan pengelolaan
sensitif dana

POJK No. 55/POJK.03/2016


15
Semakin kompleksnya risiko yang
dihadapi bank

Pertimbangan yang
Guna meningkatkan kinerja bank mengemuka mengapa Tata
Kelola (good corporate
governance) diterapkan pada
Upaya untuk memperkuat kondisi perbankan
internal perbankan nasional 2
1 1
Terdapat dinamika yang perlu
direspon secara proporsional
16
17
Pelaksanaan tugas dan tanggung
1 jawab Direksi dan Penyediaan dana kepada
Dewan Komisaris
5 pihak terkait dan
penyediaan dana besar
4. Penerapan Prinsip- Kelengkapan dan pelaksanaan
tugas Komite dan Satuan Kerja
Prinsip Tata Kelola yang 2 yang menjalankan

Baik fungsi pengendalian intern


6 Rencana strategis

Penerapan fungsi kepatuhan,


3 audit intern dan
audit ekstern

Transparansi kondisi
7 keuangan dan non
SPenerapan manajemen keuangan
4 risiko

18
Melakukan penilaian
terhadap penerapan Tata
Kelola Bank

POJK No. 55/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum tanggal
7 Desember 2016

19
Pemegang saham,perlu siap menginjeksi
01
modal

3 Pihak yang Bertanggung Manajemen, harus yang lebih sigap dalam mengelola krisis dan
02 menegakkan good corporate governance (GCG)
Jawab di Masa Pandemi:

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), harus melakukan deteksi


03 dini (early warning system) secara akurat

20
II. Good Corporate Govenance Pada Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya

Peraturan Tata Kelola Perusahaan yang baik bagi Perusahaan Pembiayaan :

Tata cara pelaksanaan tuigas dan tanggung Kebijakan dan prosedur


a jawab Dewan Komisaris dan Direksi d penerapan manajemen risiko
termasuk sistem pengendalian
intern Tata cara penyusunan
Kelengkapan & tata cara pelaksanaan tugas g rencana jangka panjang
b komite-komite dan satuan e Kebijakan remunerasi serta rencana kerja &
kerja terkait fungsi pengendalian intern anggaran tahunan

Kebijakan dan prosedur penerapan


Kebijakan transparansi kondisi keuangan dan
c audit ekstern
fungsi kepatuhan, audit intern, dan f non keuangan

POJK No. 30/POJK.05/2014 Tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan
21
Pembiayaan
R RUPS Perusahaan wajib diselenggarakan sesuai dengan

U ketentuan peraturan perundang-undangan dan anggaran


dasar Perusahaan yang transparan dan dapat

P
dipertanggungjawabkan

S
Perusahaan wajib memiliki satuan kerja atau pegawai yang Tata Kelola Pembiayaan
bertanggung jawab terhadap:

a) Menyelenggarakan fungsi pemasaran, penerapan prinsip mengenal


nasabah, analisis pembiayaan, pemantauan kualitas piutang
pembiayaan, penagihan, penanganan pengaduan debitur;

b) Menyusun dan menerapkan standar dan prosedur operasional


pembiayaan, dan

c) Menyusun dan menerapkan sistem dan prosedur pengendalian


internal 22
a) Pengunduran diri atau pemberhentian auditor
eksternal

b) Transaksi material dengan pihak terkait


PERUSAHAAN WAJIB
c) Benturan kepentingan yang sedang berlansung
MENGUNGKAPKAN KEPADA dan/atau yang mungkin akan terjadi
OJK MENGENAI HAL-HAL
d) Informasi material lain mengenai Perusahaan
PENTING, PALING SEDIKIT
MELIPUTI:

Keterbukaan Informasi

23
Etika Bisnis
Perusahaan wajib membuat pedoman tentang perilaku
etis, yang memuat nilai etika berusaha sebagai panduan
bagi organ dan seluruh karyawan Perusahaan

Pelaporan
Perusahaan wajib menyusun laporan pelaksanaan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
pada setiap akhir tahun buku dan disampaikan
paling lambat tanggal 30 April
24
Kasus PT Asuransi Jiwasraya Dilihat Dari Perspektif Penerapan Good Corporate Governance

Kasus permasalahan finansial yang


berakibat macetnya ekuitas perusahaan
2019 hingga tidak mampu membayar kewajiban
klaim polis JS Saving Plan

Kasus skandal keuangan ini dapat diatribusikan terhadap kurang efektifnya tata kelola
perusahaan, terkhusus dari perspektif GCG. Dibuktikan dengan :

Menggunakan dana yang dititipkan


nasabahnya melalui JS Saving Plan untuk
berinvestasi di saham perusahaan yang
berisiko tinggi
Tidak mampu
memenuhi klaim
polis dari
Tidak pernah mengungkapkan kepada
nasabahnya
nasabah maupun pemerintah penggunaan
dari dana yang dikumpulkan dari JS
Saving Plan

25
III. Manajemen Risiko Pada Perbankan
a) Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami
perkembangan pesat yang akan diikuti oleh semakin kompleksnya risiko bagi
kegiatan usaha perbankan

b) Semakin kompleksnya risiko akan meningkatkan kebutuhan praktek tata


kelola yang baik, fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan POJK No. 18/POJK.03/2016
pengendalian risiko bank
Tentang Penerapan
c) Peningkatan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalan risiko Manajemen Risiko Bank
dimaksudkan agar aktivitas usaha yang dilakukan oleh bank tidak menimbulkan Umum
kerugian yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu
kelangsungan usaha bank

d) Pengelolaan setiap aktivitas fungsional bank harus sedapat mungkin


terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang
akurat dan komprehensif
26
Serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengindentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan
Manajemen Risiko risko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Risiko
adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa
tertentu

Risiko Risiko Risiko Risiko Operasional


Kredit Pasar Likuiditas

Risiko Risiko Risiko


Kepatuhan Hukum Strategi

27
OJK dapat melakukan penilaian terhadap
Bank wajib menerapkan penerapan manajemen risiko pada bank
manajemen risiko baik dalam kewajiban bank untuk
secara individu maupun pengungkapan manajemen risiko dalam
laporan publikasi tahunan bank.
secara konsolidasi Pengungkapan tersebut paling sedikit
dengan perusahaan anak. mencakup kinerja manajemen risiko dan
arah kebijakan manajemen risiko

28
Mempermudah melakukan penilaian dalam hal risiko
kerugian yang dihadapi bank yang dapat
mempengaruhi permodalan, serta sebagai dasar
penilaian dalam menentukan strategi dan pengawasan
bank.

Fungsi
Manajemen Meningkatkan shareholder value
Risiko
Menyediakan informasi pada pengelola bank
kemungkinan terjadinya kerugian di masa datang

Meningkatkan metode dan pengambilan


keputusan yang sistematis berdasarkan informasi
yang tersedia 29
Kebijakan ekonomi makro yang stabil
1

Ketersediaan infrastruktur yang memadai


2

Disiplin pasar yang efektif


3

Prosedur penyelesaian

Faktor-Faktor yang
4 permasalahan yang efektif

Mempengaruhi Efektivitas
Penyediaan jaring pengaman yang
Sistem Pengawasan Bank
5 memadai.

30
Kasus Lemahnya Manajemen Risiko di Perbankan

Bank Negara Indonesia (BNI) 1946 Cabang Utama


Ambon mengalami kehilangan dana nasabah yang
diperkirakan sebesar Rp 58,9 miliar, para pelaku yang
terlibat berasal dari internal bank

Manajemen risiko belum diterapkan secara efektif,


karena fraud dilakukan oleh manajemen secara
internal, yang berarti sistem pengawasan berjenjang
di internal tidak berjalan dengan baik

31
IV. Manajemen Risiko Pada Lembaga
Keuangan Lainnya
a. Pemahaman lembaga keuangan – memahami profil perusahaan,
kegiatan usaha dan kondisi keuangan perusahaan

b. Pengukuran dan pengkinian tingkat risiko – mengukur dan meng-update tingkat


risiko berdasarkan aktivitas pengawasan

c. Penetapan status pengawasan – menentukan status pengawasan


berdasarkan tingkat risiko

d. Aktivitas pengawasan – Melakukan aktivitas pengawasan antara lain berupa


pemeriksaan langsung, pemeriksaan tidak langsung dan rapat eksekutif

POJK No. 10/POJK.05/2014 Tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Keuangan Bank dan
Pengawasan Berbasis Risiko Terhadap Lembaga Keuangan Lainnya
32
Jenis Risiko menurut POJK No. 1/POJK.05/2015 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Lembaga Jasa Keuangan Non- Bank

Risiko Aset Risiko


Risiko Risiko dan Kepengurusan
Strategi Operasional Liabilitas

Risiko Risiko Risiko Risiko


Tata Dukungan Asuransi Pembiayaan
Kelola Dana

33
Strategi

Risiko bawaan dan Operasional


manajemen &
pengendalian Asset dan Liabilitas

Asuransi
Kerangka Kerja
Pemeringkatan Pembiayaan
Risiko

Kepengurusan

Risiko Bersih
Tata Kelola

Dukungan Dana 34
Nilai Risiko

Score 0,0 < NRK 1.0 Rendah

Score 1- NRK 1,5 Sedang Rendah

Score 1.5 NRK 2.0 Sedang Tinggi

Score 2.0 NRK 3.0 Tinggi

Score 3.0 NRK 4,0 Sangat Tinggi


35
STATUS PENGAWASAN LEMBAGA
KEUANGAN

Restrukturisasi
Pengawasan Penyehatan
Intensif
Normal 4
3
2
1

36
C. BEBERAPA ASPEK HUKUM PADA
PELAKSANAAN PENGATURAN DAN
PENGAWASAN PADA SEKTOR JASA
KEUANGAN

I. Pengawan Terintegrasi terhadap Industri Jasa


Keuangan
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan

37
I. Pengawasan Terintegrasi terhadap Industri Jasa
Keuangan
1. Latar Belakang
Mengapa timbul pengaturan baru Perlunya keberadaan lembaga OJK
yang sangat fundamental?
1) Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan di bidang 1. Terdapatnya konglomerasi
teknologi informasi serta inovasi finansial telah keuangan;
menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks,
dinamis dan saling terkait antar sub sektor keuangan 2. Integrasi produk dan jasa
baik dalam hal produk maupun kelembagaan;   keuangan yang semakin kuat;
2) Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki
hubungan kepemilikan di berbagai subsektor 3. Hybrid product dengan
keuangan (konglomerasi) telah menambah keberadaan teknologi yang Melakukan pengawasan lebih efektif
kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga
mendorong industri jasa terhadap transaksi dan produk
jasa keuangan di dalam sistem keuangan;  
3) Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan semakin canggih; keuangan yang melibatkan intragroup
keuangan yang meliputi tindakan moral hazard,
4. Terjadinya arbitrase peraturan dan lintas sektoral untuk
belum optimalnya perlindungan konsumen jasa
keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem antara bank yang padat dengan mengidentifikasi lebih dini risiko
keuangan semakin mendorong diperlukannya regulasi sementara IKNB lebih terhadap stabilitas sektor jasa
pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa
keuangan yang terintegrasi. longgar; keuangan. Pelaksanaan program
5. Diperlukan koordinasi lintas pemulihan ekonomi nasional yang
sektor yang lebih mudah; dewasa ini sedang dihadapi dan
6. Dibutuhkannya perlindungan sedang diupayakan juga dapat
konsumen keuangan. dilakukan secara lebih terintegrasi.
38
I. Pengawasan Terintegrasi terhadap Industri Jasa
Keuangan
2. Dasar Hukum Pelaksanaan

2014 POJK mitigasi dampak COVID-19 diantaranya:


Pengawasan
Terintegrasi
- POJK No. 14 Tahun 2020 tentang kebijakan
countercyclical dampak penyebaran Covid-
Dalam kondisi Pandemi Covid-19,
19 bagi lembaga jasa keuangan non-bank; kebijakan diperkuat Perpu Nomor 1
- - POJK No. 15 Tahun 2020 tentang
POJK No. 17 Tahun 2014
penyelenggaraan rapat umum pemegang Tahun 2020 tentang Kebijakan
tentang manajemen
risiko terintegrasi, -
saham (RUPS) perusahaan terbuka;
POJK No. 16 Tahun 2020 tentang
Keuangan Negara dan Stabilitas
- POJK No. 18 Tahun 2014 pelaksanaan RUPS perusahaan terbuka Sistem Keuangan untuk Penanganan
tentang tata kelola secara elektronik;
terintegrasi, serta - POJK No. 17 Tahun 2020 tentang transaksi Pandemi Covid-19.
- POJK No. 26 Tahun 2015 material dan perubahan kegiatan usaha;
- POJK No. 18 Tahun 2020 tentang perintah
tentang permodalan
tertulis untuk penanganan permasalahan
terintegrasi. bank.

39
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
1. Ketentuan OJK tentang Konsolidasi Perbankan

1) OJK berupaya agar dapat mengikuti dan


menyesuaikan dengan perkembangan ecosystem
perbankan Indonesia yang saat ini telah bergerak
sedemikian cepat dan dinamis didukung oleh
kemajiuan teknologi yang terus berkembang.
POJK N0. 12 Tahun 2020 Dua pokok pengaturan utama
Perubahan tersebut mengharuskan sektor
perbankan untuk lebih adaptif, inovatif, dan menciptakan struktur perbankan kebijakan konsolidasi bank
berdaya saing. yang kuat, memperbesar skala pengaturan mengenai peningkatan
usaha serta peningkatan daya modal minimum bagi bank umum dan
2) Besarnya biaya investasi penerapan teknologi
pendukung ini memerlukan tuntutan penguatan saing melalui kemampuan inovasi, peningkatan Capital Equivalency
modal dan peningkatan skala usaha yang serta dapat berkontribusi signifikan Maintained Assets (CEMA) minimum
berkelanjutan. dalam perekonomian nasional bagi kantor cabang dari Bank yang
3) Kebijakan strategis OJK mengenai konsolidasi bank
berkedudukan di luar negeri (KCBLN)
ini akan sangat relevan dengan dinamika
perekonomian yang saat ini mengalami tekanan
akibat downside risk dari penyebaran Covid-19
yang dihadapi seluruh dunia termasuk Indonesia.
40
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
2. Kebijakan Konsolidasi yang mengesampingkan (override) Kebijakan Single Present Policy & Merupakan Lex
Specialis Terhadap Ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT)
Pasal 3 dari POJK No. 12 Tahun 2020
1) Konsolidasi Bank dilakukan melalui skema: a. Penggabungan, Peleburan, atau Integrasi; b. Pengambilalihan yang
diikuti dengan Penggabungan, Peleburan, atau Integrasi; c. Pembentukan KUB terhadap Bank yang telah dimiliki; d.
Pembentukan KUB karena Pemisahan UUS; atau e. Pembentukan KUB karena Pengambilalihan.
2) Skema konsolidasi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berlaku bagi pihak yang telah menjadi PSP
Bank, baik antar Bank yang dimiliki olej PSP yang sama atau dengan Bank yang dimiliki oleh PSP lain. 
3) Skema konsolidasi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku bagi pihak yang: a. telah menjadi PSP
Bank, dan melakukan Pengambilalihan 1 (satu) Bank atau lebih; atau b. yang melakukan Pengambilalihan 2 (dua) Bank
atau lebih, yang diikuti dengan Penggabungan, Peleburan, atau Integrasi.
4) Skema konsolidasi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berlaku bagi: a. PSP berupa Bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a yang memiliki 1 (satu) Bank atau lebih; atau b. PSP berupa badan hukum
lembaga keuangan bukan Bank, badan hukum bukan lembaga keuangan, perorangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d, atau PSP berkedudukan di luar negeri, yang memiliki 2 (dua) Bank atau
lebih.
5) Skema konsolidasi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berlaku bagi BUK yang melakukan Pemisahan
UUS. (6) Skema konsolidasi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e berlaku bagi pihak yang telah menjadi
41

PSP Bank dan melakukan Pengambilalihan 1 (satu) Bank atau lebih.


II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
Bagaimana POJK Konsolidasi Bank ini mengesampingkan (override) kebijakan regulator sebelumnya mengenai Single
Present Policy ?

POJK No. 39 Tahun 2017

Sudah tidak sesuai lagi. Banyak bank bank yang ingin melakukan konsolidasi tanpa perlu melakukan merger setelah proses
akuisisi. Merger bank besar dengan bank kecil tidak akan otomatis memberikan manfaat ekonomi, sementara konsolidasi
antara bank kecil dibawah kontrol bank besar jauh lebih baik dari segi manfaat ekonomi dan sinergi bagi bank kecil akan
lebih baik, karena bank induk dapat menambah modal bila anak usahanya membutuhkan. Jadi bank besar akan ambil alih
bank kecil masuk ke dalam skema konsolidasi nya untuk dijadikan bank khusus digital atau bank khusus UMKM misalnya

kebijakan konsolidasi bank ini juga memberikan insentif pada pihak-pihak yang telah melaksanakan skema konsolidasi dan
memenuhi modal inti minimum melalui pengecualian dari ketentuan single present policy (SPP) dan ketentuan batas
maksimum kepemilikan saham serta ketentuan terkait lainnya.

42
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
Bagaimana POJK Konsolidasi Bank ini merupakan Lex Specialis Terhadap Ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas (PT)?

Undang-undang No. 40 Tahun 2007 PBI No. 9 Tahun 2007 yang kemudian menjadi POJK No. 39 Tahun
tentang Perseroan Terbatas (UU PT) 2017 tentang kepemilikan tunggal pada bank, Perpu Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Kewenangan untuk melakukan merger, Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19, POJK No. 12 Tahun
akuisisi atau konsolidasi berdasarkan 2020 tentang Konsolidasi Bank
suara pemegang saham dalam RUPS.

Maka ketentuan dalam UU PT oleh ketentuan-ketentuan yang baru dikesampingkan berdasarkan azas Lex Specialis.

PBI No. 9 Tahun 2007 telah dimuat aturan bahwa bila


bank tidak memenuhi jumlah modal inti minimum maka
Bank Indonesia akan memberlakukan pembatasan
kegiatan usaha terhadap bank tersebut.
BANK
43
D. PERUBAHAN LANDSCAPE &
ECOSYSTEM INDUSTRI PERBANKAN

I. Digitalisasi Perbankan
II. Shadow Banking
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-line
Transaction dan On-line Credit Proposal

44
I. Digitalisasi Perbankan
Bank menghadapi persaingan
UMKM berupa perusahaan non-bank
yang menyediakan super app

FINTECH BANK
untuk memberikan layanan
keuangan
P2P LENDING
Fintech telah memungkinkan model bisnis berupa Jumlah bank konvensional dan
peminjaman/lending atau layanan pendanaan yang jaringan kantor nya terus
dikenal dengan nama peer to peer lending, mengalami penurunan seiring
pembayaran dan perencanaan keuangan. Fintech juga dengan proses konsolidasi dan
memungkinkan melakukan bisnis dengan waktu yang proses transformasi digital.
lebih singkat dan merupakan solusi ekonomi usaha
mikro kecil dan menengah yang seringkali menemui
hambatan dan kekurangan akses serta kekurangan
pemahaman pengelolaan finansial.

45
I. Digitalisasi Perbankan
1. Pelaksanaan Digitalisasi Perbankan

Ekspektasi stakeholder sektor layanan perbankan digital adalah


keuangan terus meningkat dan layanan atau kegiatan perbankan
hanya bank-bank yang adaptif
dengan menggunakan sarana
terhadap ekspektasi nasabah yang
akan survive. elektronik atau digital milik bank,
dan/atau melalui media digital milik
nasabah bank yang dilakukan secara
Tidak terdapat lagi ruang yang bagi
bank-bank dengan skala usaha kecil mandiri
yang tidak memiliki kemampuan
untuk mereformasi diri kearah
layanan digital
POJK No. 12 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Layanan Perbankan
Digital oleh Bank Umum

46
I. Digitalisasi Perbankan
2. Digital Bank Bank Baru
Full Digital

Dua jenis pendirian Bank digital


Bank Existing
Transformasi Digital
Draft POJK Bank Baru
- Pendirian Bank Digital baru harus memiliki modal Rp 10 triliun dan memiliki 1 (satu) kantor pusat di Indonesia;
- Syarat permodalan untuk transformasi bank eksisting menjadi Bank digital dibagi menjadi dua yaitu; a) minimal Rp 3 triliun bagi bank yang berdiri sendiri; dan b) Rp 1 triliun
untuk bank yang merupakan bagian dari 1 group perbankan – misal pengembangan Bank Digital BCA;
- Bank yang akan konversi menjadi Bank Digital dipersyaratkan memiliki model bisnis yang realistis, penggunaan teknologi yang inovatif dana man, memiliki tata kelola bank yang
prudent dan berkesinambungan, memiliki kapasitas dalam menjalankan manajemen risiko, serta memiliki aspek kompeensi dimana minimal 1 orang Direksi nya memiliki
kompetensi IT;

Draft POJK mengenai pendirian Bank Digital baru yang


diperkirakan baru akan selesai pada pertengahan tahun 2021

• POJK Bank Digital • Mengatur ekosistem digital banking.


• Undang-undang mengenai
• Harus memenuhi consumer data connection,
Pengembangan dan
Penguatan Sektor Keuangan standarisasi iT yang terkonek dengan bank
(P2SK) dan sebagainya
47
Konsep bisnis layanan digital Bank Jago tidak akan berkompetisi dengan
layanan digital yang sudah dimiliki oleh bank-bank lain melainkan
bekerjasama dengan semua platform dalam ekosistem digital

• Fintech lending seamless antara tabungan dan e-money

• Digital payment

• Online shop
• Travel
• E-commerce
• Transportasi

Layanan e-money yang biasanya digunakan setiap hari


Sementara itu, pengembangan layanan dari dan memerlukan top-up saldo tidak diikuiti oleh Bank
Bank Digital ini menggunakan konsep kerjasama Jago. Layanan yang diterapkan adalah mengurangi
payment yang terhubung dengan saldo sehingga
dengan partner dan pendekatan dengan nasabah tidak perlu lagi top-up, dan dibuat seamless
ekosistem digital yang sudah mempunyai jumlah antara tabuingan dan e-money.
nasabah yang besar. Belanja modal digunakan Layanan yang diberikan kepada nasabah tidak semata-
untuk pengembangan layanan aplikasi mata kebutuhan hari ini tetapi juga masa depan. Dari
sisi pembiayaan segmen yang disasar adalah
sementara infrastruktur teknologi cloud akan menengah dan massal dimana sebagian besar adalah
menggunakan jasa pihak ketiga. pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
48
II. Shadow Banking
INDUSTRI 4.0

Perkembangan digital telah mengubah proses


• internet of things (IOT) produksi di era industri 4.0 termasuk telah
• artificial intelligence, membuat binis jasa keuangan yang diakukan
• blockchain, oleh bank dan lembaga keuangan lainnya
diambil alih oleh fintech dan memunculkan
• distributed ledger technology (DLT), risiko shadow banking.
• robotic

SHADOW BANKING
Shadow banking merupakan aktivitas regulator perlu mendukung
keuangan dan perbankan yang
digitalisasi perbankan sebagai
dilakukan oleh lembaga non-bank di • crowdfunding
luar jangkauan regulator. Produk bank
lembaga utama dalam ekonomi-
diberikan oleh non-bank yang tidak • peer to peer lending keuangan digital melalui open-
masuk dalam pengaturan, hal mana banking maupun pemanfaatan
berisiko merugikan baik bank maupun teknologi digital dan data dalam
nasabah. bisnis keuangan.
49
II. Shadow Banking

Bank Indonesia misalnya mengemukakan


upaya untuk menghindari dengan perlunya
melakukan transformasi digital dalam
perbankan kemudian diintegrasikan
dengan teknologi finansial. Oleh karena
itu, regulator perlu mendukung digitalisasi
perbankan sebagai lembaga utama dalam Selanjutnya, bank sentral perlu menjamin interlink
ekonomi-keuangan digital melalui open- antara perusahaan fintech dengan perbankan
banking maupun pemanfaatan teknologi melalui pengaturan teknologi digital seperti
digital dan data dalam bisnis keuangan. application programming interface/API, kerjasama
bisnis, maupun kepemilikan perusahaan.

50
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-
line Transaction dan On-line Credit Proposal
1. Legalitas Digital Signature
UU ITE Pasal 11 ayat (1),
kekuatan hukum digital identity
Landasan hukum digital signature seperti tanda tangan elektronik
Indonesia tidak jauh berbeda dengan
• Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2016 tanda tangan dan data dari
tentang Perlindungan Data Pribadi yang identitas konvensional. Jadi,
mulai berlaku tanggal 1 Desember 2016. apabila pihak yang melakukan
Pasal 1 Undang-undang No. 82 Tahun • Undang-undang No. 82 Tahun 2012 penandatangan maupun
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem tentang Penyelenggaran Sistem dan perjanjian dengan menggunakan
dan Transaksi Elektronik Transaksi Elektronik digital identity yang valid, maka
• Surat Edaran OJK No. 18/SEOJK.02/2017 akan memiliki kekuatan hukum
tentang Tata Kelola dan Manajemen yang tetap. Kedua undang-
“Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan Risiko Teknologi Informasi pada Layanan undang tersebut berlaku juga
yang terdiri atas informasi elektronik yang juga untuk menjamin kebenaran
dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis
informasi elektronik lainnya yang digunakan Teknologi Informasi isi dari identitas digital tersebut.
sebagai alat verifikasi dan autentikasi.” • Undang-undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi 51
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-
line Transaction dan On-line Credit Proposal
2. On-line Transaction dan On-line Credit Proposal

Transaksi online dan persetujuan kredit online dilakukan melalui metode yang disebut payment gateway. Payment
gateway itu sendiri adalah gerbang atau medum transaksi yang disediakan oleh sebuah layanan aplikasi e-commerce
yang dapat memberikan otorisasi pemerosessan kartu kredit maupun pembayaran langsung bagi konsumennya dalam
aktivitas bisnis elektronik atau online.

Midtrans adalah payment gateway yang menerima


Doku adalah channel yang menyediakan pembayaran dengan sangat bervariatif seperti BCA klikpay,
Finpay adalah layanan payment gateway CIMB Clicks, XL tunai, Mandiri Clickpay dan T-Cash
layanan jasa untuk mempermudah
yang merupakan cabang dari
transaksi. Doku berguna saat
perusahaan Telkom Indonesia. FinPay
melangsungkan proses pembayaran
secara online lewat aplikasi online juga sudah bekerjasma dengan berbagai
bank di Indonesia terutama sebagai
tertentu. Doku sudah kerjasama dengan
provider kartu kredit seperti Mastercard
sekitar 800 platform bisnis di Indonesia
dan Visa.
diantaranya Garuda Indonesia, Air Asia, 52
UNICEF dan WWF.
E. LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN
INDONESIA
I. Hubungan Literasi dan Inklusi Keuangan dengan Lembaga Keuangan
& Perbankan

II. Trilogi Kebijakan yang Mendasari dan Peraturan yang Berkenaan


dengan Literasi & Inklusi Keuangan

III. Penanganan Literasi & Inklusi Keuangan


53
I. Hubungan Literasi dan Inklusi Keuangan dengan
Lembaga Keuangan & Perbankan

Krisis keuangan di tahun Perbankan dan lembaga


Literasi Keuangan Memiliki 1997 – 1998 ditengarai Undang-undang No. 21 keuangan lainnya memiliki
peranan penting dalam
Tujuan Jangka Panjang terjadi karena belum Tahun 2011 tentang usaha meningkatkan
bagi seluruh golongan diterapkannya kebijakan Otoritas Jasa Keuangan kesejahteraan masyarakat
masyarakat makroprudensial yang (OJK), dan mendorong
pertumbuhan ekonomi
efektif secara global

Fungsi mikroprudensial
Kebijakan yang berkaitan
Meningkatkan literasi yang terkait dengan Trilogi pemberdayaan
dengan dinamika di sektor
seseorang yang kesehatan, kinerja, dan konsumen yang terdiri
keuangan yang bersumber
sebelumnya less literate kelangsungan usaha dari literasi keuangan,
dari interaksi antara makro
atau bahkan not literate, individual bank dialihkan inklusi keuangan, dan
ekonomi dengan mikro
menjadi well literate kepada Otoritas Jasa perlindungan konsumen
ekonomi
Keuangan

54
II. Trilogi Kebijakan yang Mendasari dan Peraturan yang Berkenaan
dengan Literasi & Inklusi Keuangan

Hasil penelitian Robust (Sharma tahun Kebijakan


2014 dan Hall tahun 2008) Perlindunga
Kebijakan n Konsumen
Literasi
Keuangan

Terdapat hubungan yang erat antara


Kebijakan
literasi dan inklusi keuangan dengan Keuangan
kesejahteraan masyarakat dan stabilitas Inklusif
sistem keuangan

Stabilitas Sistem Keuangan yang berkesinambungan dan


Kesejahteraan Masyarakat 55
III. Penanganan Literasi & Inklusi Keuangan
Literasi dan inklusi Data IMF Tahun 2014 Pengaruh Literasi dan
Pendidikan literasi
keuangan memiliki menunjukkan tingkat Inklusi keuangan
keuangan sangat
korelasi yang erat antara Inklusi Keuangan Dunia terhadap Perekonomian
dibutuhkan
satu sama lain Rendah Dunia
• Mendidik generasi • Kenaikan tingkat literasi • 2,5 miliar penduduk • Isu literasi dan inklusi
milenial sejak dini keuangan masyarakat dunia yang belum keuangan telah menjadi
• Literasi keuangan telah akan mendorong memiliki akses keuangan perhatian berbagai
menjadi program kesejahteraan • Di Indonesia, kelompok otoritas negara dan
pemerintah yang telah masyarakat well literate masih lembaga internasional
didukung oleh semua • Kenaikan tingkat literasi rendah • Inisiatif dan kebijakan
pihak keuangan akan yang mendukung
• Literasi keuangan, salah 1 mengurangi peningkatan literasi dan
dari 6 literasi dasar yang kesenjangan inklusi keuangan
sudah harus diajarkan (inequality) dan dipandang harus segera
dan dikenalkan sejak dini rigiditas low income diambil
kepada seluruh anak trap
Indonesia • Kenaikan tingkat inklusi
keuangan akan
memberikan kontribusi
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
56
lokal dan nasional
QUIZ & CASE STUDY
1. Proses penyusunan regulasi atau yang lazim disebut Rule Making Rule (RMR) di Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dan pembentukan peraturan di Bank Indonesia diatur secara tertib. Berikan highlight masing-
masing tahapan RMR di OJK dan di Bank Indonesia, dan sampaikan pandangan Anda apakah
hal-hal tersebut memadai ?
2. Jelaskan secara singkat menurut Anda mengapa di dalam industri perbankan dan lembaga jasa
keuangan lainnya penting untuk memperhatikan faktor-faktor :
+ Good Corporate Governance (GCG) atau Tata Kelola yang Baik; dan
+ Risk Management atau Manajemen Risiko ?
3. Pengawasan terintegrasi sektor jasa keuangan menjadi suatu kebutuhan sebagai lesson-learnt dari
Krisis Perbankan tahun 1997 -1998 dan Krisis Keuangan Global tahun 2008.

Sebutkan alasan diperlukannya lembaga pengawasan terintegrasi terhadap lembaga jasa keuangan
dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan sebutkan menurut
Anda relevansinya dengan perkembangan industri jasa keuangan terkini ?
4. Ceritakan dengan singkat pemahaman Anda tentang mengapa terjadi perubahan landscape dan
ecosystem industri perbankan. 57
QUIZ & CASE STUDY
5. Pendalaman pasar keuangan merupakan aspek yang penting agar terjaga kondisi stabilitas sistem keuangan yang
berkesinambungan dan dengan demikian dapat mendukung secara optimal pertumbuhan perekonomian Nasional.
Oleh karena itu, pengaturan dan pengawasan terhadap perbankan, pasar modal dan lembaga jasa keuangan lainnya tidaklah
semata-mata pada prudential atau prinsip kehati-hatian yaitu yang bertujuan untuk memastikan kesehatan lembaga jasa
keuangan tersebut, tetapi juga pengaturan dan pengawasan pada market conduct yaitu bertujuan untuk memastikan perilaku
lembaga jasa keuangan dalam memberikan layanan terhadap konsumennya yang juga memperhatikan aspek-aspek
perlindungan konsumen keuangan.
Keseluruhannya ini berkaitan dengan literasi atau pemahaman jasa keuangan dan inklusi atau akses keuangan masyarakat
Indonesia. Semakin besar tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap layanan dan produk jasa keuangan dan semakin
menyeluruh tingkat akses layanan dan produk jasa keuangan akan mewujudkan pendalaman pasar keuangan, dan yang lebih
terpenting lagi dapat memperkuat pemeliharaan stabilitas sistem keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia secara merata.
Uraikan secara singkat mengenai literasi dan inklusi keuangan menurut pemahaman Anda.

Dalam mengerjakan tugas tersebut di atas, Anda dapat:


a. Melihat referensi hanya dari Peraturan Perundang-undangan terkait, Bahan PPT dan Catatan Kuliah;
b. Menuliskan pada lembar kertas folio minimal 2 halaman maksimal 4 halaman;
c. Menyampaikan jawabannya pada hari Senin tanggal 29 Maret 2021 dengan mengirimkan ke alamat email:
tituk2008@gmail.com

Selamat bekerja. 58
TERIMA KASIH
Dr. Kusumaningtuti S. Soetiono, S.H., L.LM.

tituk2008@gmail.com

59

Anda mungkin juga menyukai