DOSEN TAMU
+ Dr. Sugiarto, MBA (Menteri BUMN 2004-2007) 2
OUTLINE
A. PENTINGNYA REGULASI DALAM TRANSAKSI KEUANGAN & PERBANKAN
I. Rule Making Rule & Tahapan Pembuatan Regulasi di OJK
II. Pembentukan Peraturan & Tahapan Pembuatan Regulasi di Bank Indonesia
III. Ketentuan Pelaporan Perbankan & Lembaga Keuangan Lainnya
C. BEBERAPA ASPEK HUKUM PADA PELAKSANAAN PENGATURAN & PENGAWASAN SEKTOR JASA KEUANGAN
I. Pengawasan Terintegrasi terhadap Industri Jasa Keuangan
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
3
OUTLINE
D. PERUBAHAN LANDSCAPE & ECOSYSTEM INDUSTRI PERBANKAN
I. Digitalisasi Perbankan
II. Shadow Banking
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-line Transaction dan On-line Credit Proposal
4
A. PENTINGNYA REGULASI
DALAM TRANSAKSI
KEUANGAN & PERBANKAN
I. Rule Making Rule & Tahapan Pembuatan Regulasi di OJK
II. Pembentukan Peraturan & Tahapan Pembuatan Regulasi di
Bank Indonesia
III. Ketentuan Pelaporan Perbankan & Lembaga Keuangan
Lainnya
5
RULES
RULES 01 PDK
Ditetapkan oleh dewan komisioner mengikat di
lingkungan internal OJK
MAKING
MAKING 02 POJK
Ditetapkan oleh dewan komisioner mengikat secara umum dan
diundangkan ke dalam lembaga negara Republik Indonesia
RULES
RULES Pelaksanaan PDK
PERATURAN
03 SE DK
Ketentuan hukum tertulis yang
diatur dalam PDK OJK Pelaksanaan pedoman teknis serta
04 SE OJK petunjuk pelaksanaan POJK
I. Kondisi Mendesak :
PROLEG Suatu keadaan perlu segera dilakukan pembentukan peraturan
06
Tahunan OJK II. Konversi Peraturan :
yaitu perubahan bentuk PP & Perundang - undangan sektor jasa keuangan
6
Ringkasan Urutan 6 Persetujuan Dewan Komisioner dalam Rapa
Dewan Komsioner
Tahap Pembuatan 5
5 Harmonisasi Ketentuan dan
Peraturan di Legal Drafting
OJK 4
Kompilasi,Penelaahan,dan Penyesuaian Rancangan POJK
3
Jajak Pendapat Satuan Kerjadan Pemangku Kepentingan
2
Public Expose selama 10-60 Hari
7
Pembentukan Peraturan di
PBI No
PADG
PBI PDG PADG
18/42/PBI/2016 INTERN
tentang Pembentukan
Ditetapkan oleh Anggota
Peraturan di Bank Ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan
Ditetapkan oleh Ditetapkan oleh Dewan Gubernur yang
“Dewan Gubernur” Anggota Dewan memuat aturan intern
Indonesia tanggal 28 mengikat setiap orang atau
badan dan dimuat dalam
yang memuat aturan Gubernur sebagai Bank Indonesia sebagai
intern Bank peraturan peraturan pelaksanaan PBI
Lembaran Negara Republik
November 2016 Indonesia
Indonesia pelaksanaan PBI dan atau PDG
8
Tahapan Pembentukan Peraturan di Bank Indonesia untuk PBI
06
02 04
Penyusunan Penetapan Penyebarluasan
01 03
Perundangan
Forum Legal Review
Perencanaan 05
9
Tahapan Pembentukan Peraturan di Bank
Indonesia untuk PDG, PADG dan
PADG Intern
01 03 05
02 04
Penyusunan Penetapan
10
Pembentukan Peraturan di Bank Indonesia dengan memerhatikan
beberapa aspek yaitu:
Prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan dan asas umum pemerintahan yang baik; sesuai
fungsi-tugas dan wewenang yang dimiliki; dan memenuhi akuntabilitas publik 1
Harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan
2
3
Kesesuaian dengan pertsetujuan RDG bagi PBI dan PDG atau ADG bagi PADG
11
III. Ketentuan Pelaporan Perbankan &
Lembaga Keuangan Lainnya
PDK 2/PDK.05/2014
14
I. Good Corporate Govenance Pada Perbankan
• Harus bisa • Harus bisa membuat • Harus selalu • Harus dapat • Harus bisa
mengungkapkan program kerja dan menerapkan prinsip mengambil memperhatikan
informasi dengan tanggung jawab tiap- kehati- keputusan yang kepentingan seluruh
jelas, lugas, akurat, tiap satuan tugas hatian (prudential objektif dan bebas jajaran pemegang
dan dapat dengan jelas yang banking practice), dari tekanan oleh saham dengan adil
diperbandingkan mencerminkan visi tertama yang pihak manapun dan merata
• Walau demikian, bank dan misi serta strategi berkaitan dengan
juga harus bisa perusahaan data-data nasabah
memegang data-data dan pengelolaan
sensitif dana
Pertimbangan yang
Guna meningkatkan kinerja bank mengemuka mengapa Tata
Kelola (good corporate
governance) diterapkan pada
Upaya untuk memperkuat kondisi perbankan
internal perbankan nasional 2
1 1
Terdapat dinamika yang perlu
direspon secara proporsional
16
17
Pelaksanaan tugas dan tanggung
1 jawab Direksi dan Penyediaan dana kepada
Dewan Komisaris
5 pihak terkait dan
penyediaan dana besar
4. Penerapan Prinsip- Kelengkapan dan pelaksanaan
tugas Komite dan Satuan Kerja
Prinsip Tata Kelola yang 2 yang menjalankan
Transparansi kondisi
7 keuangan dan non
SPenerapan manajemen keuangan
4 risiko
18
Melakukan penilaian
terhadap penerapan Tata
Kelola Bank
POJK No. 55/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum tanggal
7 Desember 2016
19
Pemegang saham,perlu siap menginjeksi
01
modal
3 Pihak yang Bertanggung Manajemen, harus yang lebih sigap dalam mengelola krisis dan
02 menegakkan good corporate governance (GCG)
Jawab di Masa Pandemi:
20
II. Good Corporate Govenance Pada Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya
POJK No. 30/POJK.05/2014 Tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan
21
Pembiayaan
R RUPS Perusahaan wajib diselenggarakan sesuai dengan
P
dipertanggungjawabkan
S
Perusahaan wajib memiliki satuan kerja atau pegawai yang Tata Kelola Pembiayaan
bertanggung jawab terhadap:
Keterbukaan Informasi
23
Etika Bisnis
Perusahaan wajib membuat pedoman tentang perilaku
etis, yang memuat nilai etika berusaha sebagai panduan
bagi organ dan seluruh karyawan Perusahaan
Pelaporan
Perusahaan wajib menyusun laporan pelaksanaan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
pada setiap akhir tahun buku dan disampaikan
paling lambat tanggal 30 April
24
Kasus PT Asuransi Jiwasraya Dilihat Dari Perspektif Penerapan Good Corporate Governance
Kasus skandal keuangan ini dapat diatribusikan terhadap kurang efektifnya tata kelola
perusahaan, terkhusus dari perspektif GCG. Dibuktikan dengan :
25
III. Manajemen Risiko Pada Perbankan
a) Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami
perkembangan pesat yang akan diikuti oleh semakin kompleksnya risiko bagi
kegiatan usaha perbankan
27
OJK dapat melakukan penilaian terhadap
Bank wajib menerapkan penerapan manajemen risiko pada bank
manajemen risiko baik dalam kewajiban bank untuk
secara individu maupun pengungkapan manajemen risiko dalam
laporan publikasi tahunan bank.
secara konsolidasi Pengungkapan tersebut paling sedikit
dengan perusahaan anak. mencakup kinerja manajemen risiko dan
arah kebijakan manajemen risiko
28
Mempermudah melakukan penilaian dalam hal risiko
kerugian yang dihadapi bank yang dapat
mempengaruhi permodalan, serta sebagai dasar
penilaian dalam menentukan strategi dan pengawasan
bank.
Fungsi
Manajemen Meningkatkan shareholder value
Risiko
Menyediakan informasi pada pengelola bank
kemungkinan terjadinya kerugian di masa datang
Prosedur penyelesaian
Faktor-Faktor yang
4 permasalahan yang efektif
Mempengaruhi Efektivitas
Penyediaan jaring pengaman yang
Sistem Pengawasan Bank
5 memadai.
30
Kasus Lemahnya Manajemen Risiko di Perbankan
31
IV. Manajemen Risiko Pada Lembaga
Keuangan Lainnya
a. Pemahaman lembaga keuangan – memahami profil perusahaan,
kegiatan usaha dan kondisi keuangan perusahaan
POJK No. 10/POJK.05/2014 Tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Keuangan Bank dan
Pengawasan Berbasis Risiko Terhadap Lembaga Keuangan Lainnya
32
Jenis Risiko menurut POJK No. 1/POJK.05/2015 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Lembaga Jasa Keuangan Non- Bank
33
Strategi
Asuransi
Kerangka Kerja
Pemeringkatan Pembiayaan
Risiko
Kepengurusan
Risiko Bersih
Tata Kelola
Dukungan Dana 34
Nilai Risiko
Restrukturisasi
Pengawasan Penyehatan
Intensif
Normal 4
3
2
1
36
C. BEBERAPA ASPEK HUKUM PADA
PELAKSANAAN PENGATURAN DAN
PENGAWASAN PADA SEKTOR JASA
KEUANGAN
37
I. Pengawasan Terintegrasi terhadap Industri Jasa
Keuangan
1. Latar Belakang
Mengapa timbul pengaturan baru Perlunya keberadaan lembaga OJK
yang sangat fundamental?
1) Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan di bidang 1. Terdapatnya konglomerasi
teknologi informasi serta inovasi finansial telah keuangan;
menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks,
dinamis dan saling terkait antar sub sektor keuangan 2. Integrasi produk dan jasa
baik dalam hal produk maupun kelembagaan; keuangan yang semakin kuat;
2) Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki
hubungan kepemilikan di berbagai subsektor 3. Hybrid product dengan
keuangan (konglomerasi) telah menambah keberadaan teknologi yang Melakukan pengawasan lebih efektif
kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga
mendorong industri jasa terhadap transaksi dan produk
jasa keuangan di dalam sistem keuangan;
3) Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan semakin canggih; keuangan yang melibatkan intragroup
keuangan yang meliputi tindakan moral hazard,
4. Terjadinya arbitrase peraturan dan lintas sektoral untuk
belum optimalnya perlindungan konsumen jasa
keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem antara bank yang padat dengan mengidentifikasi lebih dini risiko
keuangan semakin mendorong diperlukannya regulasi sementara IKNB lebih terhadap stabilitas sektor jasa
pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa
keuangan yang terintegrasi. longgar; keuangan. Pelaksanaan program
5. Diperlukan koordinasi lintas pemulihan ekonomi nasional yang
sektor yang lebih mudah; dewasa ini sedang dihadapi dan
6. Dibutuhkannya perlindungan sedang diupayakan juga dapat
konsumen keuangan. dilakukan secara lebih terintegrasi.
38
I. Pengawasan Terintegrasi terhadap Industri Jasa
Keuangan
2. Dasar Hukum Pelaksanaan
39
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
1. Ketentuan OJK tentang Konsolidasi Perbankan
Sudah tidak sesuai lagi. Banyak bank bank yang ingin melakukan konsolidasi tanpa perlu melakukan merger setelah proses
akuisisi. Merger bank besar dengan bank kecil tidak akan otomatis memberikan manfaat ekonomi, sementara konsolidasi
antara bank kecil dibawah kontrol bank besar jauh lebih baik dari segi manfaat ekonomi dan sinergi bagi bank kecil akan
lebih baik, karena bank induk dapat menambah modal bila anak usahanya membutuhkan. Jadi bank besar akan ambil alih
bank kecil masuk ke dalam skema konsolidasi nya untuk dijadikan bank khusus digital atau bank khusus UMKM misalnya
kebijakan konsolidasi bank ini juga memberikan insentif pada pihak-pihak yang telah melaksanakan skema konsolidasi dan
memenuhi modal inti minimum melalui pengecualian dari ketentuan single present policy (SPP) dan ketentuan batas
maksimum kepemilikan saham serta ketentuan terkait lainnya.
42
II. Pelaksanaan Konsolidasi Sektor Jasa Perbankan
Bagaimana POJK Konsolidasi Bank ini merupakan Lex Specialis Terhadap Ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas (PT)?
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 PBI No. 9 Tahun 2007 yang kemudian menjadi POJK No. 39 Tahun
tentang Perseroan Terbatas (UU PT) 2017 tentang kepemilikan tunggal pada bank, Perpu Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Kewenangan untuk melakukan merger, Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19, POJK No. 12 Tahun
akuisisi atau konsolidasi berdasarkan 2020 tentang Konsolidasi Bank
suara pemegang saham dalam RUPS.
Maka ketentuan dalam UU PT oleh ketentuan-ketentuan yang baru dikesampingkan berdasarkan azas Lex Specialis.
I. Digitalisasi Perbankan
II. Shadow Banking
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-line
Transaction dan On-line Credit Proposal
44
I. Digitalisasi Perbankan
Bank menghadapi persaingan
UMKM berupa perusahaan non-bank
yang menyediakan super app
FINTECH BANK
untuk memberikan layanan
keuangan
P2P LENDING
Fintech telah memungkinkan model bisnis berupa Jumlah bank konvensional dan
peminjaman/lending atau layanan pendanaan yang jaringan kantor nya terus
dikenal dengan nama peer to peer lending, mengalami penurunan seiring
pembayaran dan perencanaan keuangan. Fintech juga dengan proses konsolidasi dan
memungkinkan melakukan bisnis dengan waktu yang proses transformasi digital.
lebih singkat dan merupakan solusi ekonomi usaha
mikro kecil dan menengah yang seringkali menemui
hambatan dan kekurangan akses serta kekurangan
pemahaman pengelolaan finansial.
45
I. Digitalisasi Perbankan
1. Pelaksanaan Digitalisasi Perbankan
46
I. Digitalisasi Perbankan
2. Digital Bank Bank Baru
Full Digital
• Digital payment
• Online shop
• Travel
• E-commerce
• Transportasi
SHADOW BANKING
Shadow banking merupakan aktivitas regulator perlu mendukung
keuangan dan perbankan yang
digitalisasi perbankan sebagai
dilakukan oleh lembaga non-bank di • crowdfunding
luar jangkauan regulator. Produk bank
lembaga utama dalam ekonomi-
diberikan oleh non-bank yang tidak • peer to peer lending keuangan digital melalui open-
masuk dalam pengaturan, hal mana banking maupun pemanfaatan
berisiko merugikan baik bank maupun teknologi digital dan data dalam
nasabah. bisnis keuangan.
49
II. Shadow Banking
50
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-
line Transaction dan On-line Credit Proposal
1. Legalitas Digital Signature
UU ITE Pasal 11 ayat (1),
kekuatan hukum digital identity
Landasan hukum digital signature seperti tanda tangan elektronik
Indonesia tidak jauh berbeda dengan
• Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2016 tanda tangan dan data dari
tentang Perlindungan Data Pribadi yang identitas konvensional. Jadi,
mulai berlaku tanggal 1 Desember 2016. apabila pihak yang melakukan
Pasal 1 Undang-undang No. 82 Tahun • Undang-undang No. 82 Tahun 2012 penandatangan maupun
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem tentang Penyelenggaran Sistem dan perjanjian dengan menggunakan
dan Transaksi Elektronik Transaksi Elektronik digital identity yang valid, maka
• Surat Edaran OJK No. 18/SEOJK.02/2017 akan memiliki kekuatan hukum
tentang Tata Kelola dan Manajemen yang tetap. Kedua undang-
“Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan Risiko Teknologi Informasi pada Layanan undang tersebut berlaku juga
yang terdiri atas informasi elektronik yang juga untuk menjamin kebenaran
dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis
informasi elektronik lainnya yang digunakan Teknologi Informasi isi dari identitas digital tersebut.
sebagai alat verifikasi dan autentikasi.” • Undang-undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi 51
III. Legalitas Digital Signature/Face Recognition, On-
line Transaction dan On-line Credit Proposal
2. On-line Transaction dan On-line Credit Proposal
Transaksi online dan persetujuan kredit online dilakukan melalui metode yang disebut payment gateway. Payment
gateway itu sendiri adalah gerbang atau medum transaksi yang disediakan oleh sebuah layanan aplikasi e-commerce
yang dapat memberikan otorisasi pemerosessan kartu kredit maupun pembayaran langsung bagi konsumennya dalam
aktivitas bisnis elektronik atau online.
Fungsi mikroprudensial
Kebijakan yang berkaitan
Meningkatkan literasi yang terkait dengan Trilogi pemberdayaan
dengan dinamika di sektor
seseorang yang kesehatan, kinerja, dan konsumen yang terdiri
keuangan yang bersumber
sebelumnya less literate kelangsungan usaha dari literasi keuangan,
dari interaksi antara makro
atau bahkan not literate, individual bank dialihkan inklusi keuangan, dan
ekonomi dengan mikro
menjadi well literate kepada Otoritas Jasa perlindungan konsumen
ekonomi
Keuangan
54
II. Trilogi Kebijakan yang Mendasari dan Peraturan yang Berkenaan
dengan Literasi & Inklusi Keuangan
Sebutkan alasan diperlukannya lembaga pengawasan terintegrasi terhadap lembaga jasa keuangan
dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan sebutkan menurut
Anda relevansinya dengan perkembangan industri jasa keuangan terkini ?
4. Ceritakan dengan singkat pemahaman Anda tentang mengapa terjadi perubahan landscape dan
ecosystem industri perbankan. 57
QUIZ & CASE STUDY
5. Pendalaman pasar keuangan merupakan aspek yang penting agar terjaga kondisi stabilitas sistem keuangan yang
berkesinambungan dan dengan demikian dapat mendukung secara optimal pertumbuhan perekonomian Nasional.
Oleh karena itu, pengaturan dan pengawasan terhadap perbankan, pasar modal dan lembaga jasa keuangan lainnya tidaklah
semata-mata pada prudential atau prinsip kehati-hatian yaitu yang bertujuan untuk memastikan kesehatan lembaga jasa
keuangan tersebut, tetapi juga pengaturan dan pengawasan pada market conduct yaitu bertujuan untuk memastikan perilaku
lembaga jasa keuangan dalam memberikan layanan terhadap konsumennya yang juga memperhatikan aspek-aspek
perlindungan konsumen keuangan.
Keseluruhannya ini berkaitan dengan literasi atau pemahaman jasa keuangan dan inklusi atau akses keuangan masyarakat
Indonesia. Semakin besar tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap layanan dan produk jasa keuangan dan semakin
menyeluruh tingkat akses layanan dan produk jasa keuangan akan mewujudkan pendalaman pasar keuangan, dan yang lebih
terpenting lagi dapat memperkuat pemeliharaan stabilitas sistem keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia secara merata.
Uraikan secara singkat mengenai literasi dan inklusi keuangan menurut pemahaman Anda.
Selamat bekerja. 58
TERIMA KASIH
Dr. Kusumaningtuti S. Soetiono, S.H., L.LM.
tituk2008@gmail.com
59