AGUS WAHYUDI
TURAH SLAMET
PRINSIP ADISI ALKALIMETRI ATAU TITRASI ASAM BASA
Prinsip dari titrasi asam basa ini adalah melibatkan asam maupun basa sebagai penitran atau titer
ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa begitu juga sebaliknya
kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam. Asam secara paling sederhana
didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air akan mengalami disosiasi dengan
pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif.
Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen yang artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, dalam hal ini biasanya ditandai dengan berubahnya warna
indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir
titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen.
CARA UMUM MENENTUKAN TITIK EKUIVALEN
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa yaitu:
• Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurvatitrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalent”.
• Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
prosestitrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Indikator yang digunakan titrasi asam basa
6
Tahap 1
-
Sesudah penambahan 10 mL NaOH 0,1 M pada 25
mL HCl 0,1 M. Volume total larutan menjadi 35 mL
jumlah mol NaOH dalam 10 mL adalah 1 x 10-3 mol
dan jumlah mol HCl dalam 25 ml adalah 2,5 x10-3
Jadi, jumlah mol HCl yang tersisa adalah 1,5 x 10-3
mol. Kemudian konsentrasi ion H+ dalam 35 mL
larutan adalah:
× = 0,0429 M HCl
[H+] = 0,0429 M
pH = -log 0,0429 = 1,37
7
Tahap 2
8
Tahap 3
-
Sesudah penambahan 35 mL NaOH 0,1 M pada 25
mL HCl 0,1 M. Volume total larutan menjadi 60 mL
jumlah mol NaOH dalam 10 mL adalah 3,5 x 10-3 mol
dan jumlah mol HCl dalam 25 ml adalah 2,5 x10-3
Jadi, jumlah mol NaOH yang tersisa adalah 1 x 10-3
mol. Kemudian konsentrasi ion OH- dalam 60 mL
larutan adalah:
× = 0,0167 M NaOH
[H+] = 0,0167 M
pOH = -log 0,0167 = 1,78
pH = 14,00 – 1,78
pH = 12,22
9
Titrasi asam kuat dan basa
lemah
Proses titrasi basa lemah dan asam kuat terjadi hampir samadengan
proses titrasi asam lemah dengan basa kuat. Hal ini dikarenakan
salah satu dari larutan adalah larutan elektrolit lemah yang tidak
mampu terionisasi secara sempurna. Karena dalam reaksi ini
larutan basa yang tidak dapat bereaksi secara sempurna, garam
hasil reaksi ini menjadi memiliki sifat asam. Oleh karena itu, pada
proses titrasi basa lemah dengan asam kuat titik ekivalennya terjadi
ketika pH campuran kurang dari 7.
Contoh titrasi asam kuat dengan basa lemah:
Titrasi HCl asam kuat, dengan NH3 basa lemah berikut:
HCl(aq) + NH3(aq) → NH4Cl(aq)
atau
H+(aq) + NH3(aq) → NH4+(aq)
Pada titik ekuivalen,pHnya lebih kecil dari 7 karena hidrolisis ion NH 4+
NH4+(aq) + H2O(l) ↔ NH3(aq) + H3O+(aq)
atau
NH4+(aq) ↔ NH3(aq) + H+(aq)
Hitung pH pada titik ekuivalen bila 25 mL NH3 0,1 M ditritasi oleh larutan HCl 0,1 M.
Pada titik ekuivalen, jumlah mol NH3 yang bereaksi sama dengan HCl. Jumlah mol NH3 dalam 25
mL larutan 0,1 M ialah 2,5 x 10-3 mol.
HCl(aq) + NH3(aq) → NH4Cl(aq)
2,5 x 10-3 mol 2,5 x 10-3 mol 2,5 x 10-3 mol
11
Tahap 1
13
Thanks!
Any questions?
14