Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SPESIES DAN SPESIASI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evolusi


Dosen Pengampu: Nuryunita Dewantari, M.Pd.

Disusun oleh:

Rudi Susilo (1710303046)

Rina Dwik Atanti (1710303048)

Nur Azizah (1710303059)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

BAB III PENUTUP.............................................................................................16

16

B. Saran16

17

18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan perkembangannya sangat


luas. Para ahli biologi evolusi meneliti evolusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti
genetika molekuler, morfologi dan embriologi. Para ahli bekerja dengan
peralatan yang beragam seperti dengan larutan kimia di dalam tabung reaksi,
tingkah laku hewan di hutan rimba, fosil yang dikoleksi dari daerah-daerah
purbakala dan batu-batu karang atau gunung-gunung batu.
Evolusi adalah perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama akibat
seleksi alam pada variasi gen dalam suatu individu spesies yang menghasilkan
perkembangan spesies baru. Segala makhluk hidup yang sekarang ditemukan
adalah hasil perkembangan berangsur-angsur pada masa silam. Di dunia ini
banyak sekali ragam hewan dan tumbuh-tumbuhan yang diperkirakan ada dua
juta spesies.
Sudah banyak spesies di muka bumi ini yang punah dan hilang entah
kemana. Karena pengaruh lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.
Spesies yang tidak bisa menyusuaikan dengan lingkungannya akan punah dan di
gantikan dengan spesies baru yang sesuai dengan lingkungan saat ini. Sangat di
sayangkan sekali apabila spesies yang dulunya ada harus hilang karena pengaruh
lingkungan yang tidak sesuai.
Setelah bermunculan pendapat dari para ahli biologi. Para ahli biologi
menyatakan bahwa makhluk hidup senantiasa mengalami perubahan secara
berangsur-angsur dalam waktu yang sangat lama. Perubahan-perubahan itu
mengakibatkan munculnya sifat-sifat baru, sifat-sifat yang dimiliki oleh nenek
moyangnya. Tetapi kemudian pada generasi selanjutnya, penyimpangan-
penyimpangan itu semakin banyak sehingga timbullah spesies baru.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan spesies?
2. Apakah yang dimaksud dengan Spesiasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan spesies.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan spesiasi.
D.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Spesies
Dalam bahasa latin spesies berarti ‘’jenis’’ atau ‘’penampakan’’. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies merupakan suatu
kelompok organisme yang hidup dialam dengan bebas, melakukan perkawinan
secara bebas, dan mendapakan anak yang fertile dan vertilisas mirip induknya
(Waluyo, 2005). Menurut mayden (1997) spesies saat ini sekurang kurangnya
ada 22 konsep untuk mendefinisikan spesies yang semuanya tampak beda.
Artinya para ahli memilki pandangan yang berbeda beda mengenai spesies.
Menurut Campbell (2000) spesies dibagi menjadi 6 konsep yaitu:
a) Konsep spesies biologis
Kemampuan onggota spesies untuk saling mengkawini satu sama lain, tetapi
tidak dengan anggota yang lain. Menurut ernets mayr (1942) konsep spesies
biologi merupakan sekolompok populasi spesias yang anggotanya memiliki
potensi untuk saling kawin dan menghasilkan keturunan.
b) Konsep spesies morfologi
Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar spesies. Para ahli
taksonomi mengidentifikasi spesies telah dikelompokan menjadi spesies
terpisah berdasarkan kriteria morfologi.
c) Konsep spesies pengenalan
Menenkankan proses adaptasi perkawinan yang sudah mantap dalam suatu
populasi. Karena individu-individu akan mengenali ciri-ciri tertentu dengan
pasangan yang akan dikawini.

3
d) Konsep spesies kohesi
Menekankan penyatuan spesies berdasarkan kohesi fenotip dengan masing-
masing spesies ditentukan gennya.
e) Konsep spesies ekologi
Menekankan pada fungsi, peran, dan posisi dilingkungan.
f) Konsep spesies evolusioner
Menekankan pada keturunan evolusi dan peranan ekologinnya.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian spesies yaitu
sekelompok populasi yang anggotanya memiliki keinginan atau potensi untuk
saling kawin dialam yang bebasdan menghasilkan keturunan yang fertile.

B. Spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses perkembangbiakan secara alami dalam suatu
kerangka evolusi yang dapat mengakibatkan pembentukan spesies baru yang
berbeda dengan spesies sebelumnya. Spesiasi dan evolusi saling berkaitam,
keduanya merupakan proses perubahan secara gradual, sedikit demi sedikit, dan
berangsur-angsur secara perlahan. Namun, Spesiasi ini lebih menekankan pada
perubahan populasi jenis tertentu. Cepat atau lambatnya spesiasi maupun
kepunahan sebagian tergantung pada ukuran geografis dalam daerah tertentu.
Tingkat kepunahan cenderung lebih rendah di daerah yang luas, sehingga jenis di
daerah tersebut mengalami spesiasi lebih cepat. Sedangkan di daerah yang tidak
cukup luas akan menigkatkan kepunahan suatu jenis. Oleh karena itu, jumlah
jenis akan mengalami spesiasi lebih lambat. Terbentuknya spesies baru atau
spesiasi dapat terjadi karena adanya isolasi reproduksi, isolasi geografi, dan
perubahan genetila (Campbell, 2003). Proses spesiasi ini dapat berlangsung
secara lama hingga berjuta-juta tahun maupun tercadi secara cepat.
. Spesiasi merupakan pembentukan spesies baru yang berbeda dari spesies
sebelumnya dalam suatu kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung dapat
berlangsung secara lama hingga berjuta-juta tahun maupun tercadi secara cepat.

4
Setiap populasi terdiri atas kumpulan individu yang menempati suatu lokasi yang
sama serta sejenis (satu spesies). Suatu populasi dapat terpisah satu sama lain,
kemudian masing-masing beradaptasi dengan lingkungan baru. Dalam waktu
yang lama, populasi yang terpisah terpisah tersebut berkembang menjadi spesies
baru, sehingga tidak dapat lagi menghasilkan keturunan fertil setelah melakukan
perkawinan. Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat terjadi karena adanya
isolasi reproduksi, isolasi geografi, dan perubahan genetika.
1. Syarat Terjadinya Spesiasi
a) Terjadinya Perubahan Lingkungan
Evolusi dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan. Misalnya,
bencana alam dapat menyebabkan kepunahan massal di bumi. Bencana
alam seperti vulkanisme, glasiasi, maupun akibat pergesaran benua, serta
proses-proses lainnya menimbulkan perubahan global yang menyebabkan
kepunahan massal di bumi. Kepunahan massal akan memunculkan
relung-relung kosong yang dalam waktu lama, relung-relung tersebut
baru terisi. Apabila tidak ada relung yang kosong, maka tidak ada tempat
bagi suatu spesies untuk mengalami proses spesiasi.
b) Adanya Relung yang Kosong
Relung yaitu tempat hidup dan interaksi suatu organisme. Suatu
spesies selalu menempati relung tertentu. Pada umumnya, suatu relung
hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan dapat
memunculkan relung kosong. Relung yang kosong tersebut
mengakibatkan organisme lain untuk berusaha menempati relung tersebut
dalam jangka waktu yang lama.
c) Adanya Keaneka Ragaman Suatu Kelompok Organisasi
Sejumlah organisme akan selalu ada yang mencoba mengisi relung
yang kosong. Keberhasilan suatu organisme dalam mengisi relung
ditentukan oleh seberapa besar kecocokan suatu organisme tersebut
dengan persyaratan kondisi relung yang kosong.

5
2. Faktor Utama Spesiasi
1. Isolasi Geografi
Faktor awal dalam proses spesiasi menurut pandangan mayoritas
ahli biologi adalah pemisahan geografis, hal tersebut dikarenakan selama
populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan secara langsung
ataupun tidak langsung, gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai
populasi di dalam sistem bisa menyimpang di dalam beberapa sifat
sehingga mengakibatkan variasi intraspesies. Campbell dkk (2003)
mengungkapkan bahwa proses-proses geologis bisa memisahkan populasi
tertentu menjadi 2 maupun lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan
dapat muncul dan secara pelan-pelan memisahkan populasi organisme
yang hanya dapat menempati dataran rendah, suatu glasier yang bergerak
(bergeser) secara perlahan-lahan dapat membagi suatu populasi, maupun
suatu danau besar dapat surut kemudian menjadi danau yang kecil
sehingga menyebabkan populasi terisolasi. Jika suatu populasi yang
awalnya continue dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan
bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi
bertukar susunan gennya & evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri.
Seiring berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan semakin berbeda
dikarenakan masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-
masing (Widodo dkk, 2003).
Perkiraan terjadinya penyimpangan isolasi geografi dari sistem
populasi dikarenakan kedua sistem populasi yang terpisah tersebut
mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, pengaruh tekanan seleksi
dari lingkungan yang berbeda, terjadi mutasi, serta adanya pergeseran
susunan genetis (genetic drift). Hal tersebut memunculkan peluang untuk
terbentuknya suatu populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu barier (penghalang) adalah keadaaan fisis ekologis yang
bisa mencegah terjadinya perpindahan spesies tertentu melewati batas ini

6
serta barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies
yang lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis dapat
menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan 2
spesies yang berbeda.
2. Isolasi Reproduksi
Pada mulanya isolasi reproduksi muncul akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi
untuk melakukan interbreeding dan masih bisa dikatakan sebagai satu
spesies. Selanjutnya kedua populasi tersebut menjadi sangat berbeda
secara genetis. Sehingga gene flow tidak akan berlangsung efektif lagi
jika keduanya bercampur kembali. Apabila titik pemisahan tersebut bisa
tercapai, maka kedua populasi tersebut telah menjadi 2 spesies yang
terpisah
Pengaruh dari isolasi geografis dalam spesiasi bisa terjadi karena
adanya pencegahan gene flow diantara 2 sistem populasi yang berdekatan
akibat faktor ekstrinsik/geografis. Sesudah kedua populasi berbeda,
terjadi pengumpulan perbedaan dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga bisa menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik
dapat mencegah bercampurnya 2 populasi ataupun mencegah
interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul kembali sesudah
batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi diawali dengan adanya penghambat dari luar yang
mengakibatkan kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik/mempunyai
tempat yang berbeda) dan keadaan seperti ini belum sempurna sampai
suatu populasi mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya mereka
tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah walaupun mereka
dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).

7
Mekanisme isolasi intrinsik yang kemungkinan dapat timbul yaitu
isolasi sebelum perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier) dan
sesudah perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier).
a. Isoalsi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi ini menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur apabila anggota-anggota spesies yang
berbeda berusaha saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1. Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh eksternal
barrier (penghambat luar), suatu ketika mempunyai karakteristik
yang khusus untuk berbagai kondisi lingkungan walaupun
eksternal barrier tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan
simpatrik. Setiap populasi tidak dapat hidup pada tempat dimana
populasi lain berada, mereka bisa mengalami perubahan pada
perbedaan-perbedaan genetik yang tetap dapat memisahkan
mereka. Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di
dalam batas-batas daerah sendiri serta iklim dari keduanya
sangat berbeda, maka dari itu setiap spesies tidak mungkin hidup
di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-
perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies
pada keadaan yang alami. Misalnya pada pohon Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah serta Platanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat,
kedua spesies ini bisa disilangkan dan menghasilkan hibrid yang
kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda
serta fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
2. Isolasi Tingkah Laku (behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam pertumbuan
(courtship) dan perkawinan (mating). Selain itu, tingkah laku

8
juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang berbeda
sehingga perkawinan mendapatkan hambatan oleh terjadinya
inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
keberhasilannya perkawinan tersebut. Misalnyanya  pada hewan
jantan dalam suatu spesies tertentu memiliki pola perilaku yang
spesifik dalam menarik, mendekati serta mengawini
pasangannya. Perkawinan dapat mengalami kegagalan karena
pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan
oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Perilaku yang
spesifik misalnya ditunjukkan oleh burung bower yang mana
hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh
dengan aksesoris tertentu supaya burung betina mau dikawini.
Isolasi perilaku sangat tergantung terhadap produksi dan
penerimaan stimulus oleh pasangan dari 2 jenis kelamin yang
berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk keberhasilan
perkawinan diantaranya yaitu :
a. Stimulus visual: warna, bentuk, dan karakter morfologi
lain dapat mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan
seperti ikan, burung, dan serangga menunjukkan bahwa
stimulus visual dominan mempengaruhi ketertarikan
pasangan seksualnya. Misalnya pada bebek liar Amerika
Serikat yang simpatrik mempunyai warna yang mencolok
pada bebek jantan serta courtship display yang baik.
Fungsinya yaitu untuk memperkecil kesempatan bebek
betina memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b. Stimulus adaptif: bunyi nyanyian ataupun suara lain yang
spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis
kelamin yang merujuk pada proses terjadinya perkawinan
intra maupun interspesies. Suara atau bunyi yang

9
dikeluarkan oleh burung , insekta, reptilia, dan mamalia
banyak yang spesifik untuk masing-masing spesies.
c. Stimulus kimia atau feromon: feromon adalah signal kimia
yang bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan
untuk menarik serta membedakan pasangannya. Selain itu,
feromon juga dapat bertindak sebagai tanda bahaya.
Molekul ini spesifik pada individu betina yang bisa
merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai
molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina
untuk menolak individu jantan. Contohnya
pada Drosophila melanogaster feromon memiliki
pengaruh pada tingkah laku perkawinan, dengan adanya
feromon yang dilepaskan oleh individu betina membuat
individu jantan melakukan aktivitas sebagai wujud
responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3. Isolasi Musim
Gametnya tidak akan pernah mencampur jika dua spesies
kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau tahun).
Contohnya hewan Spilogale gracilis (singung berbintik) yang
sangat mirip dengan S. putorius ini tidak akan saling mengawini
karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas sedangkan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal serupa juga terjadi
pada tiga (3) spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup
di musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena
ketiga spesies ini berbunga pada waktu (hari) yang berbeda.
4. Isolasi Mekanik (mechanical)
Jika terdapat perbedaan struktural diantara 2 populasi yang
sangat berdekatan mengakibatkan terhalangnya perkawinan antar
spesies, maka diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene

10
flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik ditunjukkan oleh
inkompatibilitas alat reproduksi antara 2 spesies yang berbeda
sehingga pada waktu terjadinya perkawinan salah satu
pasangannya menderita. Mekanisme seperti ini terlihat pada
Molusca sub-famili Polygyrinae. Struktur genetalianya
menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili
yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini nampak pada tanaman
sage hitam yang mempunyai bunga kecil yang hanya bisa
diserbuki oleh lebah yang kecil. Berbeda dengan tanaman sage
putih yang mempunyai struktur bunga yang besar yang hanya
bisa diserbuki oleh lebah yang besar.
5. Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi karena
susunan kimiawi dan molekul yang berbeda antara 2 sel gamet,
seperti spermatozoa yang mengalami kerusakan pada daerah
traktus genital organ betina dikarenakan adanya reaksi antigenik,
menjadi immobilitas, serta mengalami kematian sebelum
mencapai atau bertemu dengan sel telur. Misalnya pada
persilangan Drosophila americana dan Drosophila virilis .
Sperma berhenti bergerak ketika sampai pada alat kelamin
betina, atau apabila tidak rusak, maka sperma akan mengalami
kematian. Contoh lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur
ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma
dari spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung suatu
protein tertentu yang hanya bisa mengikat molekul sel sperma
dari spesies yang sama.
d. Isoasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi apabila sel sperma dari satu spesies membuahi
ovum yang berasal dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan

11
mencegah zigot hibrida itu untuk bisa berkembang menjadi
organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini
bisa terjadi melalui:
1. Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma spesies lain
(zigot hibrid) seringkali tidak berkembang secara regular pada
setiap stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas
serta tidak mencapai tahapan maturitas yang baik maupun
mengalami kematian pada stadia pada awal perkembangannya.
Diantara banyak spesies katak yang termasuk kedalam
genus Rana, beberapa diantaranya hidup di daerah dan habitat
yang sama, serta kadang-kadang mereka dapat berhibridisasi.
Namun, keturunan yang dihasilkan pada umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya & akan mengalami kematian.
2. Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Dalam beberapa kasus ketika suatu spesies berbeda
melakukan kawin silang, keturunan hibrid generasi yang pertama
bisa bertahan hidup dan fertil, akan tetapi ketika hibrid tersebut
kawin satu sama lain maupun dengan spesies induknya,
keturunan pada generasi berikutnya akan menjadi lemah serta
mandul. Misalnya, spesies kapas yang berbeda bisa
menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi kerusakan
terjadi pada generasi setelahnya pada saat keturunan hibrid itu
mati ketika berbentuk biji maupun tumbuh menjadi tumbuhan
yang cacat dan lemah.
3. Sterilitas hibrid
Pada beberapa spesies, hibridasi dapat menghasilkan
keturunan yang sehat dan hidup normal namun hibrid tersebut
mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas seperti ini disebabkan

12
oleh inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga tidak bisa
menurunkan keturunannya. Contoh dari hibrid yang steril antara
lain : tiglon (hibrid anatara macan dan singa), mule (hibrid antara
keledai dan kuda), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda), cama
(hibrid antara onta dan ilama).
3. Jenis Spesiasi
1) Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik merupakan spesiasi yang terjadi ketika anggota
populasi menjadi terasing dari stau sama lain secara geografis, sehingga
mengakibatkan adanya gangguan dalam proses pertukaran genetik
melalui perkawinan. Hal ini dapat terjadi karena perubahan geografis,
seperti pemisah habitat oleh gletser dan sungai, formasi pulau,
fragmentasi habitat yang disebabkan oleh aktivitas manusia, atau
pembentukan gunung oleh gunung berapi. Selain itu, juga dapat terjadi
karena anggota spesies dapat beremigrasi dan menghasilkan pemisahan
populasi dengan penyebaran, hal ini umumnya dikenal sebagai vicariance.
Populasi yang terpisah akan mengalami divergensi dalam sifat
fenotip atau genotip yang diakibatkan oleh tekanan selektif pada populasi
dengan tekanan berbeda. Hal ini menyebabkan seleksi alam
mengakibatkan pergeseran genetik di dalam populasi ketika mutasi
muncul. Seiring berjalannya waktu, populasi yang terpisah dapat
beradaptasi dengan lingkungan baru mereka sehingga dapat
mengembangkan fitur morfologis yang berbeda. Karakteristik populasi
tersebut dapat menjadi sangat berbeda dari sebelumnya, sehingga dapat
membentuk spesies baru karena terjadi isolasi reproduktif yang mencegah
kawin sedarah populasi. Apabila populasi menjadi cukup berbeda maka
mereka dapat dikelompokkan menjadi spesies baru, namun tidak cukup
berbeda untuk isolasi reproduktif untuk terjadi, spesies dapat kembali
bersentuhan dan kawin, menghasilkan hibrida.

13
Kemampuan organisme dalam melakukan penyebaran dapat
mempengaruhi besarnya pengaruh hambatan geografis terhadap populasi
tertentu, seperti formasi baru sungai dalam lanskap akan menciptakan
penghalang yang tidak dapat dilewati bagi mamalia terestrial kecil, reptil
dan serangga. Akan tetapi, burung dan mamalia yang lebih besar
kemungkinan dengan mudah dapat menyebar ke seberang sungai.
Contoh elegan dari spesiasi alopatrik yang menginspirasi Charles
Darwin untuk mengembangkan teori seleksi alam dan evolusi untuk
pertama kali yaitu populasi burung kutilang yang berbeda yang mendiami
Kepulauan Galapagos, dan dikenal sebagai ‘kutub Darwin’. Darwin
memperhatikan bahwa masing-masing di Kepulauan Galapagos terdapat
populasi burung finch yang memiliki kemiripan dalam morfologi
dibandingkan dengan spesies burung lain, hal ini menunjukkan perbedaan
kecil dalam fitur seperti warna dan panjang atau bentuk paruh, ataupun
ukuran tubuh, Darwin menuliskan bahwa terdapat sumber makanan yang
tidak sama yang tersedia untuk burung-burung di pulau masing-masing
yang berbeda, dan didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan pada bentuk
paruh disebabkan oleh adanya proses adaptasi suatu burung untuk
memperoleh sumber makanan tertentu.

14
Evolusi Burung Finch
2) Spesiasi Simpatrik
Proses evolusi di mana spesies terbentuk dari spesies leluhur
tunggal saat menghuni wilayah geografis yang sama dinamakan dengan
spesiasi simpatrik. Evolusi melalui simpatrik menghasilkan rentang
distribusi spesies yang mungkin identik atau hanya tumpang tindih. Hal
ini terjadi bukan karena adanya jarak geografis yang mendorong
pengurangan aliran gen antar populasi, akan tetapi terjadi ketika anggota
satu populasi memanfaatkan niche baru. Misalnya, jika spesies tanaman
baru diperkenalkan ke rentang geografis spesies atau jika serangga
herbivora mulai memakan sumber tanaman baru yang tidak terkait
dengan nenek moyang. Karena serangga umumnya bertelur atau
bereproduksi dalam jenis buah yang dilahirkan, semakin lama individu
akan mengkhususkan diri dalam memberi makan dan kawin pada buah-
buahan tertentu. Oleh karena itu, aliran gen antara populasi yang
berspesialisasi dalam buah yang berbeda akan berkurang, yang mengarah
ke isolasi reproduktif dari populasi. Terdapat kemungkinan jika populasi
dapat mengembangkan perbedaan morfologi karena mereka beradaptasi
dengan mengeksploitasi paling efektif pada ceruk baru. Spesiasi simpatrik
jarang terjadi dalam organisme multisel besar, walaupun spesiasi
simpatrik kadang-kadang dapat terjadi. Contoh spesiasi simpatrik terjadi
pada lalat cacing apel (Rhagoletis pomonella).
3) Spesiasi Parapatrik
Kasus spesiasi yang sangat langka yang terjadi ketika populasi
terus didistribusikan dalam area geografis tanpa hambata khusus untuk
aliran gen merupakan spesiasi parapatrik. Walaupun demikian, individu
lebih sering kawin dengan tetangga geografis terdekatnya, menghasilkan
aliran gen yang tidak merata, populasi tidak berpasangan secara acak di
dalam populasi. Dimorfisme dalam populai dapat meningkat karena

15
adanya perkawinan non-acak, di mana bentuk morfologi yang bervariasi
dari spesies yang sama ditampilkan. ‘Spesies adik’ adalah hasil spesiasi
parapatrik yang merupakan satu atau lebih sub-populasi yang berbeda,
yang memiliki tumpang tindih kecil yang terus menerus secara genotip
dimorfik dan dalam rentang biogeografi mereka. Contoh rumput Agrostis
tenuis dan Anthoxanthum odoratum.
4) Spesiasi Peripatrik
Bentuk spesiasi alopatrik yang terjadi ketika populasi yang telah
menjadi terisolasi memiliki sangat sedikit individu dinamakan dengan
spesiasi peripatrik. Proses ini mengakibatkan penduduk mengalami
hambatan genetik. Dalam sub populasi kecil, sedikitnya variasi pada
perilaku dan morfologi terjadi karena organisme yang dapat bertahan
hidup di lingkungan baru dapat membawa gen yang jarang di dalam
populasi utama. Melalui perkawinan berulang, sangat jarang gen
meningkat dalam populasi kecil. Hal ini disebut dengan ‘efek pendiri’.
Spesies terisolasi yang secara evolusi berbeda dari populasi utama,
disebabkan karena karakteristik yang ditentukan oleh gen menjadi tetap
dalam populasi. Contoh evolusi beruang kutub dari beruang coklat.
5) Spesiasi Buatan
Bentuk spesiasi yang dapat dicapai oleh input pengaruh manusia
disebut dengan spesies buatan. Pencegahan pembiakan dapat dilakukan
dengan dengan pemisahan populasi, atau dengan sengaja membiakkan
individu dengan genotip atau sifat morfologi yang diinginkan, manusia
dapat menciptakan spesies baru yang berbeda. Hal ini dikenal sebagai
‘seleksi buatan’; kebanyakan tanaman dan hewan jinak modern
merupakan hasil seleksi buatan.
Meskipun evolusi hewan dan tanaman modern telah terjadi
selama ribuan tahun, hal ini mungkin untuk memvisualisasikan proses
seleksi buatan pada spesies yang memiliki siklus hidup yang pendek.

16
Spesies Fruit Fly (Drosophila melanogaster) merupakan spesiasi buatan
yang telah terbukti paling efektif. Eksperimen ini menggunakan lalat
yang ditempatkan ke dalam lingkungan yang mengandung sumber daya
atau tempat tinggal yang berbeda menunjukkan perubahan yang terjadi
ketika lalat beradaptasi dengan lingkungan masing-masing. Lalat
dipindahkan dari zona percobaan dan dibiarkan hidup bersama setelah
beberapa generasi, walaupun populasi lalat tersebut tidak dapat kawin
karena proses isolasi reproduktif yang terjadi selama isolasi.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Spesies merupakan suatu kelompok organisme yang hidup dialam dengan
bebas, melakukan perkawinan secara bebas, dan mendapakan anak yang
fertile dan vertilisas mirip induknya (Waluyo, 2005). Menurut Campbell
(2000) spesies dibagi menjadi 6 konsep yaitu: Konsep spesies biologis,
morfologi, pengenalan, kohesi, ekologi, dan evolusioner.
2. Spesiasi merupakan pembentukan spesies baru yang berbeda dari spesies
sebelumnya dalam suatu kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung secara
lama hingga berjuta-juta tahun maupun terjadi secara cepat. Setiap populasi
terdiri atas kumpulan individu yang menempati suatu lokasi yang sama serta
sejenis (satu spesies).

B. Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan secara
mendalam. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sehingga penulis dapat memperbaki pada penulisan makalah
selanjutnya.
C.

18
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., jane B. Reece, Lisa A, Urry, Michael L, Cain, Steven A,
Waserman, Peter V, dkk. 2000. Biologi 8th Edition. U.S: pearson Benjamin
Cummings, Inc.
Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Mayr, Ernst. 1942. Systematic and the origin of spesies , from the viepoint of a
zoologist. Cambridge. Harvard university
Mayden, R.L. 1997. A hierarchy of spesies concept: the denoumenet in the saga of
the species problem. Pp 381-424. In claridge, M.F,. H.A. Dawah and M.R
Wilson. Species: the units og biodifersity. Champman H hall. London
Waluyo L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, H., Lestari,U., & Aminn M. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: UM.
Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher Inc.

19
LAMPIRAN

Gambar: tingkat plagiarisme materi spesies

20
Gambar. Tingkat plagiarisme pada materi pengertian spesiasi

Gambar. Tingkat plagiarisme pada materi jenis spesiasi

21
Gambar. Tingkat plagiarisme pada pengertian spesiasi, syarat terjadinya spesiasi, dan
isolasi geografi

22

Anda mungkin juga menyukai