Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

“FILARIASIS”
DOSEN PENGAMPU : Ns.ERNY FORWATY, S.Kep, M.Kep

OLEH :
AGUS RAHMAT NUR ALFARIDA
ANNISA NAFISAH SEPTIANI MUSDALIFAH
FARRAH ADINDA SITI LESTARI
FERLY DEWITA TIARA PRATIWI
INDAH PUJI WELIATI HILZA
NADIA RAMADANI YULIANI
NOVIA YULITA
Defenisi Filariasis
Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami
infeksi sitemik bersifat kronis dan menahun.

Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu


penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan
sekarang muncul kembali.

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit


yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang
menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas
penderitanya karena terjadi gangguan fisik.
Masa Inkubasi

Masa Inkubasi Masa berkembangnya larva infektif di dalam


tubuh manusia sampai terjadinya gejala klinis dalam waktu antara
8 – 12 bulan. Setelah orang terhisap nyamuk infeksius yang
membawa mikrofilaria hisapan nyamuk pertama dari vektor.
Epidemiologi Filariasis
 Epidemiologi filariasis yaitu tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Asia,
Pasifik Selatan, danAmerika Selatan. Telah diketahui lebih dari 200 spesies filarial, dari
200 spesies tersebut hanya sedikit yang menyerang manusia. 80% penduduk dapat
mengalami infeksi tetapi 10 - 20% populasi yang menunjukkan gejala klinis infeksi.
 Seluruh dunia, angka perkiraan infeksi filaria mencapai 250 juta orang. Di Asia, filarial
endemik terjadi di Indonesia, Myanmar, India, dan Sri Lanka.Di Indonesia filariasis lebih
banyak ditemukan di daerah pedesaan. Di daerah kota hanya W. bancrofti yang telah
ditemukan, seperti di kota Jakarta, Tangerang, Pekalongan dan Semarang.
ETIOLOGI
• Filariasis disebabkan oleh cacing filarial yang
menyerupai benang yang hidup didalam tubuh
manusia. Cacing ini dapat bertahan hidup selama
4-6 tahun dalam kelenjar getah bening ( bagian
tubuh yang melindungi kita dari penyakit)
Cacing ini berkembang biak di dalam tubuh daan
menghasilkan jutaan anak cacing yang beredar
dalam darah. Filariaais disebabkan oleh
• tiga jenis cacing filarial yaitu
• Wuchereria Bancrofli, Brugia
• Malayi dan Brugia Tintori.
Vektor Filariasis
 Nyamuk Anophelini dan Non Anophelini dapat berperan sebagai vektor filariasis limfatik
pada manusia dan binatang. Parasit tersebut tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia
yang termasuk ke dalam genus Aedes, Anopheles, Culex, Mansonia, Coquilettidia dan
Armigeres.
 Ciri-ciri Nyamuk Vektor Filariasis
• Pada stadium dewasa nyamuk Non Anopheles (Culini) betina, palpiya lebih pendek daripada
probosisnya, sedangkan nyamuk culini jantan, palpinya melebihi panjang probosisnya.
• Sisik sayapnya ada yang lebar dan asimetris (Mansonia) dan ada pula yang sempit dan
panjang (Aedes, Culex).
• Kadang-kadang sisik sayap membentuk kelompok sisik yang sewarna sehingga tampak sisik
sayap membentuk bercak–bercak pada sayap berwarna putih dan kuning atau putih dan
coklat, juga putih dan hitam (speckled).
• Ujung abdomen Aedes lancip, sedangkan ujung abdomen Mansonia seperti tumpul dan
terpancung.
Lanjutan…
 Resting Places( Kebiasaan Beristirahat )
Nyamuk beristirahat di daerah vegetasi yang padat, di lubang – lubang
pohon, tempat tinggal hewan dan bebatuan. Biasanya memakan waktu 2 sampai 4
hari agar telur dapat berkembang secara utuh. Saat telur matang, nyamuk
betina terbang dari tempat peristirahatan dan pada malam hari mencari
habitat larva yang sesuai untuk meletakkan telur

 Breeding Place ( tempat perindukan )


• persawahan, rawa-rawa, tanaman air, dan genangan air
• habitat dari vektor nyamuk yaitu nyamuk Culex quinquefasciatus.
• Sedangkan daerah endemis Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural)
secara umum kondisi lingkungannya sama dengan daerah endemis
Brugiamalayi.
Lanjutan…
 Perilaku Menghisap Darah
• Perilaku menghisap darah pada nyamuk betina dikarena kebutuhan protein
untuk memproduksi telur, khususnya darah.
• sebagian besar spesies penting seperti pestatau vektor penyakit mencari
darah sesaat setelah kawin atau saat berumur 2 atau 3 hari.
• Berbeda dari nyamuk Anophelini, nyamuk Non Anophelini (Culini) ada yang
memiliki kebiasaan menghisap darah hospes pada malam saja (Culex), ada
• yang penghisapan darahnya dilakukan pada siang dan malam hari (Mansonia)
dan ada juga yang hanya pada siang hari (Aedes).
• Jarak terbang Culini biasanya pendek, mencapai jarak terbang rata-rata
beberapa puluh meter saja.
PATOFISIOLOGI
 Perkembangan penyakit filarisis dapat dipengaruhi oleh faktor mendapat
gigitan nyamuk yang sering, kerentanan individu terhadap parasit, banyak larva
infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi sekunder oleh bakteri
atau jamur.
 Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis disebabkan oleh cacing filaria
dewasa yang tinggal di saluran limfe, sehingga menimbulkan gejala pelebaran
(dilatasi) saluran limfe bukan penyumbatan (obstruksi), sehingga menjadi
gangguan fungsi limfatik.
MEKANISME INFEKSI FILARIASIS
MANIFESTASI KLINIS
 Penderita filariasis umumnya pembengkakan pada tungkai. Selain di tungkai,
pembengkakan juga bisa terjadi di bagian tubuh lainnya, seperti lengan,
kelamin, dan dada.
 Kulit pada tungkai yang bengkak akan menebal, kering, menjadi lebih gelap,
pecah-pecah, dan terkadang muncul luka. Tungkai yang sudah mengalami
pembengkakan dan perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula. Pada
kondisi ini, kaki gajah sudah memasuki fase kronik.
 Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala apa
pun. Hal ini menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit kaki
gajah (filariasis), sehingga terlambat melakukan penanganan.
 Peradangan pembuluh atau kelenjar getah bening juga dapat muncul di fase
awal, berupa pembengkakan setempat pada pembuluh dan kelenjar getah
bening.
TANDA DAN GEJALA KLINIS
 Tanpa Gejala (stadium 1)
 Gejala klinis Filariais Akuta (stadium 2)
• Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari.
• pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha.
• ketiaK (lymphadenitis) yang tampak kemerahan.
• panas dan sakit radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis).
• filarial abses
• pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema).
 Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada
tungkai,lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasisskroti). (stadium 3)
KOMPLIKASI
 Cacat atau Disabilitas. Komplikasi yang paling umum dari kaki gajah
adalah ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, seperti biasanya
karena pembengkakan yang ekstrem. Contohnya, rasa sakit dan bengkak
ini akan membuat pengidapnya sulit melakukan pekerjaan sehari-hari.
 Infeksi Sekunder. Infeksi sekunder, seperti infeksi jamur dan bakteri
juga sering dialami pengidap kaki gajah karena kerusakan pada sistem
getah bening.
 Depresi. Kaki gajah dapat menyebabkan pengidapnya khawatir akan
penampilan mereka. Nah, hal inilah yang bisa meningkatkan kecemasan
dan depresi dalam hidupnya.
Pemeriksaan Penunjang untuk Filariasis
 Tes Darah
 Jika ditemukan cacing filaria pada pemeriksaan tersebut, barulah dapat
dipastikan jika seseorang mengidap filariasis.

 Tes Urine
 Cara ini dilakukan untuk memastikan adanya kiluria dengan pemeriksaan sudan
III, penambahan eter, serta pengukuran kadar trigliserida pada urine. Metode
ini juga dapat melihat apakah terdapat cacing filaria dari urin yang dihasilkan

 Ultrasonografi
 ara ini dilakukan untuk menemukan cacing dewasa pada saluran limfatik di dalam
tubuh. Jika dari pemeriksaan tersebut terlihat banyak cacing penyebab filaria,
maka tindakan penanganan harus segera dilakukan. 
DIAGNOSIS
 Diagnostik Klinik, dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik: tanda gejala limfadenitis retrograde, limfadenitis berulang,
dan gejala menahun
 Diagnosis Parasitologi Ditemukan mikrofilaria dalam darah, sairan
hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan darah tebal.
 Radiodiagnosis Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) pada
skrotum dan kelenjar getah bening akan memberikan gambaran
cacing yang bergerakgerak.
 Diagnosis Imunologi Dengan teknik ELISA, Immunochromatografic
test (ICT), dan Immunological and polymerase chain reaction (PCR),
Ketiga teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklona
yangspesifik untuk mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi.
Hasil tes yangpositif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun
mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah.
Penatalaksanaan
 Pemberian antibiotic
 Pengikatan di daerah pembendungan untuk mengurangi
endema
 Istirahat di tempat tidur, pindah ke tempat ke daerah
dengan derajat lebih dingin untuk mengurangi serangan
akut
 Filariasis Broncofti
UPAYA PENCEGAHAN

• Hindari gigitan nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal


• Kenakan pakaian yang tertutup ketika melakukan aktivitas pada daerah endemik atau
luar ruangan yang berisiko terpapar gigitan nyamuk
• Tidak ada salahnya untuk rajin mengoleskan lotion nyamuk ketika memiliki kegiatan di
luar ruangan
• Penggunaan kelambu saat tidur juga dapat menghindarkan kamu dari risiko gigitan
nyamuk
• Bersihkan genangan air atau pot-pot yang berpotensi menjadi sarang nyamuk agar
terhindar dari penyakit kaki gajah.
Sumber

 Pusat Data dan Informasi Kementrian Keseharan RI 2020


 Handayani. (2020, Juli 23). Begini Pemeriksaan Penunjang untuk Mendeteksi
Filariasis. Retrieved from halodoc:
https://www.halodoc.com/artikel/begini-pemeriksaan-penunjang-untuk-mendeteksi
-filariasis
 Munthe, H. J. (2017). PENGKAJIAN DALAM PROSES KEPERAWATAN DENGAN
KASUS KAKI GAJAH. Jurnal Keperawatan, 1-5.
 Sukmah. (2017, oktober 11). Asuhan Keperawatan Filariasis. Retrieved from
Scribe: https://www.scribd.com/document/362017894/Askep-Filariasis
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai