Anda di halaman 1dari 26

FRAKTUR

Anggota kelompok
1. Rere Jessica 1911311046
2. Ilna Armenia Putri 1911312001
3. Attiva Zarifatul Zahra 1911313024
4. Suci Rahmadani 1911313042
Pengertian Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah ganguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang, Fraktur atau
patah tulang adalah kondisi dimana kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan terputus secara
sempurna atau sebagian yang disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis (l Fraktur adalah hilangny
a kontinuitas tulang rawan baik bersifat total maupun sebagian, penyebab utama dapat disebabkan ole
h trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitarnya
Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang disebut dengan fraktur ekst
remitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstre
mitas atas (tangan, lengan, siku, bahu, pergelangan tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki bagian ba
wah, pergelangan kaki). Fraktur dapat meimbulkan pembengkakan, hilangnya fungsi normal, deformita
s, kemerahan, krepitasi, dan rasa nyeri
• 
Klasifikasi fraktur

Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
1 a. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian luar
permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan bagian
luar.

2 b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada
daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak.
3 c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian
ekstermitas terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya
terjadi dislokasi.
Etiologi

Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari


(2010) dapat dibedakan menjadi:

1 a. Cedera traumatik 2 b. Fraktur patologik


Cedera traumatik pada tulang dapat Kerusakan tulang akibat proses
disebabkan oleh : penyakit dengan trauma minor
1) Cedera langsung adalah pukulan mengakibatkan :
langsung terhadap tulang sehingga 1) Tumor tulang adalah
tulang patah secara spontan pertumbuhan jaringan baru yang
2) Cedera tidak langsung adalah tidak terkendali
pukulan langsung berada jauh dari 2) Infeksi seperti ostemielitis
lokasi benturan, misalnya jatuh dapat terjadi sebagai akibat
dengan tangan berjulur sehingga infeksi akut atau dapat timbul
menyebabkan fraktur klavikula salah satu proses yang progresif
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi 3) Rakhitis
keras yang mendadak 4) Secara spontan disebabkan
oleh stress tulang yang terus
menerus
Patofisiologi Fraktur
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh, yaitu stress, gangguan fi sik, gangguan metabolik patologik. Kemampuan otot men
dukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Fraktur terbuka atau tertutup
akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Sel
ain itu, dapat mengenai tulang dan terjadi neurovascular neurovaskuler yang menimbulk
an nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu, fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit
(Andra & Yessie, 2013). Mendukung

Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh dar
ah sekitar, yang akan menyebabkan perdarahan. usakan

Ketika tulang rusak, periosteum dan pembuluh darah di korteks, sumsum, dan jarin
gan lunak sekitarnya terganggu. Pendarahan terj adi dari ujung tulang yang rusak dan da
ri jaringan lunak sekitarnya. Bekuan (hematoma) terbentuk di dalam saluran meduler, di
antara ujung tulang yang retak, dan di bawah periosteum.uluh
Manifestasi Klinisfraktur
1 Deformitas 
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.

Pembengkakan 
2
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar. 
3 Memar 
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur. 
Spasme otot 
4
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih
lanjut dari fragmen fraktur. 
Nyeri 
5 Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien.
Lanjutan…

Ketegangan 
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.

Kehilangan fungsi 
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.

Gerakan abnormal dan krepitasi 


Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur. 

Perubahan neurovaskular 
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular yang
terkait.

Syok 
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi dapat
menyebabkan syok
 
Komplikasi fraktur

Cedera saraf 
1 Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
menyebabkan cedera saraf

Sindroma kompartemen 
2 Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi oleh jaringan
fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan membesar jika otot
mengalami pembengkakan.

3
Kontraktur Volkman 
Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat sindroma
kompartemen yang tak tertangani.

Sindroma emboli lemak 


4
Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur dari tulang panjang seperti femur,
tibia, tulang rusuk, fibula, dan panggul. 
 
Pemeriksan Diagnostik
 Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.

 Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

 Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.

 Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada


perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon terhadap
peradangan.
Penatalaksanaan Medis

Diagnosis dan penilaian fraktur 


1 Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk
mengetahui dan menilai keadaan fraktur.

2 Reduksi 
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis
tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka.

Retensi
3 Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan.

Rehabilitasi
4 Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin.
Fase Penyembuhan Fraktur
 Inflamasi
Fase ini merupakan neovaskularisasi dan awal pengaturan bekuan darah. Tahap ini berlangsung hari kesatu
sampai hari ketujuh dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.

 Proliferasi Sel
Dalam sekitar lima hari, hematoma akan megalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin pada darah
dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi, serta ivasi fibroblast dan osteoblast.

 Pembentukan Kalus
Kalus berfungsi menstabilkan fragmen secepat mungkin –suatu pra syarat yang diperlukan untuk proses
pembentukan jembatan tulang (Apley, 1995).

 Remodelling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan structural sebelumnya.
P e r a w a t a n P o s t O p e r a s i O R I F ( O p e n R e du c t io n I n t e r na l F ix a t i o n)

Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat dilakukan
dengan cara:
 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
 Meninggikan bagian yang sakit untuk meminimalkan pembengkak.
 Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat kecemasannya tinggi, akan merespon
nyeri dengan berlebihan)
 Latihan otot, pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak
kaku dan terhindar dari pengecilan massa otot akibat latihan yang kurang.
 Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan menyarankan keluarga untuk selalu
memberikan dukungan kepada klien.

 
 
 
A S U H A N K EP ER AWATA N PA D A F R A K TU R
KASUS FRAKTUR  
Ny. H (41 tahun) dibawa ke IGD RSUP. Dr. M.Djamil Padang setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien seorang pengendara sepeda
motor mengalami kecelakaan lalu lintas, tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri kemudian pasien jatuh ke kanan dan menabrak
pembatas jalan. saat kejadian penderita dalam kondisi sadar, tanpa disertai tanda cidera kepala.
Hasil pemeriksaan TTV didapatkan : TD :120/70 mmHg, Pernapasan :20x/I, Nadi :82 x/i Suhu :36,8 oC . Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
inspeksi humerus kanan didapatkan deformitas dan jejas, tanpa adanya vulnus apertum. Pada palpasi terdapat krepitasi disertai nyeri tekan.
Pergerakan range of motion (ROM) terbatas. Pada status lokalis cruris kanan, inspeksi terdapat swelling dan deformitas tetapi tidak tampak
jejas maupun vulnus apertum. Pada palpasi terdapat nyeri tekan dan krepitasi. Pasien tidak mampu melakukan knee fleksi, dan ROM terbatas.
Pemeriksaan x-ray humerus kanan ditemukan fraktur tertutup humerus 1/3 tengah. Pemeriksaan x- ray dan CT Scan genu kanan ditemukan
tampak gambaran fraktur kominutif bicondylar dari tibial plateau posterior.X-ray Genu AP/Lateral CT Scan Genu Kanan 3 hari setelah masuk
rumah sakit (MRS) pasien menjalani operasi open reduction Internal fixation (ORIF) humerus dan tibial. Hasil pengkajian post-op didapatkan
Pasien mengatakan nyeri menusuk dan panas di bagian kaki yang siap operasi dan lamanya nyeri ±5 menit. Kaki klien tampak dibalut dengan
tensocrepe dan ferbam di sebelah kanan. Dari observasi pasien tanpak meringis dan menahan nyeri, pasien tanpak merasakan nyeri di bagian
kaki sebelah kanan yang siap operasi dengan skala nyeri 6, lmanya nyeri ±5 menit, luka tertutup perban, keadaaan perban tanpak berdarah dan
luka klien terdapat luka lembab, dengan panjang luka ± 9 cm, kulit klien tanpak memerah di bagisn luka yang siap operasi dan terasa panas.
Klien beraktifitas dibantu keluarga. Klien tampak terpasang infus RL dengan 20 tetes/menit. Kulit terasa panas di sekitar luka bekas operasi.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
b. Identitaspenanggungjawab
1.Identitas •Nama : Tn. I

• Identitaspasien •Umur : 46 tahun


• Nama : N y. H
•Hub. Denganpasien : suami
• Umur : 4 1 t ah u n
•Pekerjaan : karyawanswasta
• Agama : islam

• Jeniskelamin : perempuan
•Alamat : jl.Limau manis no.13

• Status : menikah

• Pendidikan : S LTA

• Pekerjaan : iburumah tangga

• Sukubangsa : minang

• Alamat : jl.limau manis no.13

• Ta n g g a l m as u k : 12 september 2021

• Ta n g g a l p e n g k a j i a n : 1 5 s e p t e m b e r 2 0 2 1

• No register : 423567843

• Diagnose medis : Fraktur


Lanjutan...

2. Status kesehatan

a. Status kesehatansaatini

• Keluhan utama

Nyeri pascaoperasi

• Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri, kemudian p
asien jatuh kekanan dan menabrak pembatas jalan. Saat kejadian pasien masih dalam kondisi sadar tan
pa disertai tanda cidera kepala  

• Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Keluarga membawa pasien kerumah sakit

b. Status kesehatan masa lalu

Klientidakmemilikiriwayatpenyakitterdahulu

c. Riwayatpenyakitkeluarga

Klien juga tidakmemilikiriwayatpenyakitkeluarga


3. Pola kebutuhandasar (data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi  dan manajenem  kesehatan
b. Pola nutrisi-metabolik
•  Sebelum sakit
Pasienmakan3xsehari, 1  porsi  habis. Makananyang  dikonsumsi  pasien  berupa nasi  sayur dan lauk.Kemu
dian pasien  minum 8-10 gelasperhari(1500-2000cc)  berupa air putih.
•  Selama sakit
PasienmengatakanPasienmakan3xsehari, 1  porsihabis.  Makanan  yang dikonsumsi  pasien  berupa  nasi  sa
yur dan lauk.Kemudian  pasien  minum  8-10 gel asperhari(1500-2000cc)  berupa  air putih.
c. Pola eliminasi
•  sebelum  sakit
BAB teratur  setiap  hari  pada pagi  hari.  Bentuk  dan warna feses  lunak  berwarnakuning  kecoklatan. BAK  l
ancar kurang  lebih sebanyak  5-6 kali.
•  Selama sakit
Selama dirumah  sakit pasien  BAB 2 hari  sekali. Untuk  BAK  pasien lancar sehari  5-6kali  sehari. Urine  be
rwarna  kuning jernih.
d. Pola aktivitas dan latihan
• Sebelum sakit
(1) Keadaan pernafasan
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan saatsebelum dan sesudah beraktivitas dirumah.
(2) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakitjantung.
• Selama sakit
(1) Keadaan pernafasan
Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasanteratur.
(2) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelahmelakukan aktivitas
e. Pola kognitif dan persepsi
Keadaan mental :
a) Pasien dalam keadaan compos mentis (sadarpenuh)
b) Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
c) Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
d) Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
e) Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasienpaham mengenai nyeri yang dirasakannya.
f) Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang disarankan oleh keluarganya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan merasa terganggu aktivitasnyakarena adanya nyeri.
b) Harga diri
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyaiharapan terhadap hidupnya
c) Peran diri
Pasien mengakui perannya sebagai seorang istriserta ibu, pasien mengatakan bahwa ingin segerasembuh dan berkumpul dengan keluarga.
d) Ideal diri
Pasien lebih menurut pada keluarganya
e) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
g. Pola tidur dan istirahat
• Sebelum sakit
Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasientercukupi, pasien biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.
• Selama sakit
Selama sakit pasien mengatakan ada perubahandalam pola tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih banyak waktunya unt
ukistirahat berkurang karna merasa nyeri.
h. Pola peran dan hubungan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersamasuami
i. Pola seksual-reproduksi
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
j. Pola toleransi stress-koping
Pengambilan keputusan dalam menjalankantindakan dilakukan oleh pihak keluarga, terutamapasien dan suami pasien.
k. Pola nilai-kepercayaan
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalammasyarakat, pasien memahami hal-hal yang baikdan yang benar
 
Keadaanfisik
4. Pengkajianfisik o Kepala dan leher
o Kepala : normal
a. Pemeriksaan fisik o Wajah :pucat
o Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
• Keadaanumum o Mata :konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
o Hidung :tidak adapolip, bersih
• Sakitsedang, kesadaran compos mentis o Mulut :simetris, bersih
o Telinga :tidak ada serumen, bersih
• Ta n d a - t a n d a v i t a l o Dada
-
• TD : 120/70 mmHg
o Payudara dan ketiak
• R R : 2 0 x / m en i t -
o Abdomen
• N : 82x/menit -
o Genitalia
• Suhu: 36,8°c -
oEkstrimitas
Atas :tidak ada edema
Bawah : - humerus kanan didapatkan deformitas dan jejas tanpa
adanya vulnusapertum
Terdapat krepitasi disertai nyeritekan, pergerakan Range of Motion (ROM)
terbatas
Status lokalis cruris kanan, saat di inspeksiter dapat swelling dan
deformitas tetapi tidak tampak jejasmaupunvulnusapertum
Saat dipalpasi terdapat nyeri tekan dan krepitasi. Pasien tidak mampu
melakukan knee fleksi, dan ROM terbatas
o Neurologis
-
Lanjutan...
4. Pemeriksaanpenunjang

a) Pemeriksaan x-ray humeruskananditemukan fraktur tertutuphumerus 1/3 tengah.

b) x - r a y d a n CT S c a n g e n u k a n a n d i t e m u k a n t a m p a k g a m b a r a n f r a k t u r k o m i n u t i f b i c o n d y l a r d a r i t i b i a l p l a t e a u p o s t e r i o
r.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DO :
1. - klien tampak meringis
Agen pencedera Fisik Nyeri akut
- klien menahan nyeri
 
DS :
- klien mengeluh nyeri menusuk dan panas pada bagian kaki yang siap
operasi dengan lama nyeri ± 5 menit
- pasien tampak merasakan nyeri pada kaki bagian kanan yang siap
operasi dengan skala nyeri 6, dan lamanya ± 5 menit
2. DO : Kerusakan integritas struktur Gangguan mobilitas
- Pergerakan Rage Of Motion (ROM) klien menurun tulang fisik
- gerakan klien terbatas
- klien beraktifitas dibantu keluarga
 
DS :
- nyeri saat bergerak
DO :
3. - adanya kerusan kuli/jaringan sepanjang 9 cm
Perubahan sirkulasi dan Gangguan integritas
kelembaban kulit/jaringan
- kulit klien tampak memerah di bagian luka yang siap operasi dan panas
 
DS:
- pasien tampak merasakan nyeri pada kaki bagian kanan yang siap
operasi dengan skala nyeri 6, dan lamanya ± 5 menit
4. - klien terpasang infus RL dengan 20 tetes/menit Efek prosedur invasif Resiko infeksi
- adanya kerusan kuli/jaringan sepanjang 9 cm
D I A G N O S A K E P E R A W ATA N

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan tampak
meringis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan integritas struktur tulang ditandai dengan
ROM menurun, nyeri saat bergerak
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan kelembapan ditandai dengan
adanya kerusakan kulit/ jaringan sepanjang 9 cm, nyeri,
kulit kemerahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif
Intervensi keperawatan
No Diagnosa SIKI SLKI
Nyeriakut berhubungan Manajemen Nyeri
1. dengan agen pencedera Defenisi : Mengidentifikasi dan mengelola sensorikatau
Tingkat Nyeri :
- kemampuan menuntaskan
fisik emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau aktifitas dipertahankan pada 2
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan (cukup menurun) ditingkatkan
berintesitas ringan hingga berat. pada 4 (cukup meningkat)
  - keluhan nyeri dipertahankan
Observasi pada 2 (cukup meningkat)
- identifikasi lokasikarakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, ditingkatkan pada 4 (cukup
intesitas nyeri menurun)
- identtifikasi skala nyeri - meringis dipertahankan pada 2
- identifkasi respon nyeri non verbal (cukup meningkat) ditingkatkan
- identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri pada 4 (cukup menurun)
  - gelisah dipertahankan pada 2
Terapeutik (cukup meningkat) ditingkatkan
- berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri pada 4 (cukup menurun)
- fasilitasi istirahat dan tidur
 
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- anjurkan monitor nyeri secara mandiri
 

2. Gangguan mobilitas Dukungan Ambulasi Mobilitas Fisik


fisik berhubungan Definisi : Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas - pergerakan ektremitas
dengan kerusakan berpindah dipertahankan pada 2 (cukup
integritas struktur tulang   menurun) ditingkatkan pada 4
(cukup meningkat)
Observasi - kekuatan otot dipertahankan pada
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2 (cukup menurun) ditingkatkan
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi pada 4 (cukup meningkat)
- Monitor frekuensi -rentang gersk (ROM)
 Terapeutik dipertahankan pada 2 (cukup
- Fasilitasi aktivasi ambulasi dengan alat bantu menurun) ditingkatkan pada 4
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu (cukup meningkat)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam - Nyeri dipertahankan pada 2 (cukup
meningkatkan ambulasi meningkat) ditingkatkan pada 4
 Edukasi (cukup menurun)
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi - gerakan terbatas dipertahankan
- Anjurkan Anjurkan melakukan ambulasi dini pada 2 (cukup meningkat)
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan ditingkatkan pada 4 (cukup
menurun)
3. Gangguan integritas Perawatan Integritas Kulit Integritas Kulit dan Jaringan
kulit/jaringan - kerusakan jaringan dipertahankan
berhubungan dengan Definisi : mengidentifikasi dan merawat kulit untuk pada 2 (cukup meningkat)
perubahan sirkulasi menjaga keutuhan, kelembapan dan mencegah ditingkatkan pada 4 (cukup
dan kelembapan menurun)
perkembangan mikroorgamisme - kerusakan lapisan kulit
  dipertahankan pada 2 (cukup
meningkat) ditingkatkan pada 4
(cukup menurun)
 Observasi - nyeri dipertahankan pada 2
- identifikasi penyebab gangguan imtegritas kulit (cukup meningkat) ditingkatkan
 Terapeutik pada 4 (cukup menurun)
- ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring - kemerahan dipertahankan pada
- gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada 2 (cukup meningkat) ditingkatkan
kulit sensitif pada 4 (cukup menurun)
 Edukasi - suhu kulit dipertahankan pada 2
- anjurkan minum air yang cukup (cukup memburuk) ditingkatkan
-anjurkan minghindari terpapar suhu ekstrim pada 4 (cukup membaik)
4. Resiko infeksi Pencegahan Infeksi Tingkat Infeksi
berhubungan dengan Defenisi : megidentifikasi dan menurunkan resiko terserang - kemerahan dipertahankan
efek prosedur invasif organisme patogenik pada 2 (cukup meningkat)
  ditingkatkan pada 4 (cukup
Observasi menurun)
- monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - nyeri dipertahankan pada 2
  (cukup meningkat) ditingkatkan
Terapeutik pada 4 (cukup menurun)
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
 
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi
Thank you

Anda mungkin juga menyukai