IPR Sosialisasi
IPR Sosialisasi
KAJIAN PENYUSUNAN
INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL
Tahapan pertama dengan melakukan studi literatur tentang: (1) konsep dan pengertian dari
pembangunan secara umum; (2) konsep pembangunan daerah di Indonesia; dan (3) ukuran
keberhasilan pembangunan daerah
Tahapan kedua adalah penentuan aspek penilaian pembangunan regional. Pemilihan modal
berangkat dari pendekatan secara ekonomi dimana untuk mencapai sebuah hasil diperlukan
sebuah modal
Tahapan ketiga dalam proses pembentukan IPR adalah penentuan indikator. Indikator adalah
data atau informasi yang menjelaskan kriteria secara lebih terperinci. Indikator yang dapat
digunakan dalam pembentukan IPR harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) ketersediaan
data; (2) merupakan data antar waktu dan antar daerah; dan (3) memiliki konsistensi dalam
pembangunan daerah.
Tahap keempat adalah pengumpulan data indikator, yang dilakukan dengan pengambilan data
primer dan sekunder baik produk BPS maupun hasil catatan administrasi dari institusi diluar BPS.
Tahap kelima adalah penentuan skor faktor untuk indikator-indikator dalam setiap kriteria yang
ada, dimana proses ini didasarkan atas data dasar indikator untuk setiap kriteria yang ada yang
kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis statistik. Selanjutnya ditentukan nilai
untuk masing-masing kriteria dengan menggunakan informasi yang terdapat pada hasil analisis
dan pada akhirnya dengan menggunakan nilai pembobotan, dapat diperoleh nilai IPD.
Tahap keenam adalah perhitungan Indeks Pembangunan Regional untuk setiap propinsi. Proses
perhitungan ini didasarkan pada tahapan kelima, sehingga proses perhitungan ini sangat
tergantung dari hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya.
IPR
Pemahaman
(Konsep,definsi,
arti,tujuan)
Jenis Kriteria
(input,proses,ou (Valid,Spesifik,
tput,keluaran) Sensitif, dll)
Pemilihan
Indikator
Ukuran Aspek
(absolut,
(tunggal,
prporsi, rate,
Komposit)
rasio,indeks)
Pemahaman Umum
Data Absolut
Proporsi atau Persentase
Rate atau Tingkat
Ratio atau Perbandingan
Indeks
Jenis Indikator
OECD - 2008
1. Membangun kerangka teoritis
2. Memilih variabel
3. Imputasi missing data
4. Analisis multivariate
5. Normalisasi data
6. Pembobotan dan agregasi
7. Kekuatan (robustness) dan sensitivitas
8. Kembali ke data detail
9. Keterkaitan dengan indikator lain
10. Visualisasi hasil
14
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit
1. Kerangka Teoritis
Sebagai dasar pemilihan dan penggabungan beberapa indikator dasar supaya
menjadi indikator komposit yang bermakna, misalnya berdasarkan jenis
indikator input, proses, output, dsb studi pustaka dan konsultasi ahli
2. Seleksi data
Untuk memeriksa kualitas data (kekuatan dan kelemahan) dan ketersediaan
indikator mengumpulkan data BPS (publikasi dan diolah sendiri) dan non-BPS
(via internet dan pengumpulan data sekunder di pusat dan daerah); 2007-2008
15
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit
4. Analisis multivariate
Untuk mempelajari struktur dataset secara keseluruhan dan untuk an
metode pembobotan dan agregasi)
5. Normalisasi
Supaya data dapat terbanding max-min, zscore, jarak dengan
referensi, skala kategori, threshold di atas dan di bawah rata-rata, dll)
16
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit
7. Robustness dan Sensitivitas
Identifikasi sumber data yang tidak pasti (uncertainty) dalam membangun
indikator komposit
8. Kembali ke detail data
Dekomposisi indikator komposit ke dalam beberapa kelompok indikator
dan menguji korelasi serta menggambarkan profil wilayah menurut
indikator tunggal atau kelompok sehingga dapat memberikan informasi
mengenai tinggi atau rendah terhadap indikator komposit (IPR).
9. Keterkaitan dengan indikator lain
Menggambarkan hubungan antara indikator komposit (IPR) dengan
indikator-indikator yang umum digunakan (misal : IPM, pertumbuhan
ekonomi, PDRB per kapita, angka kemiskinan, dll)
10. Visualisasi hasil
Indikator komposit harus dapat diinterpretasikan oleh penggunanya
dengan cepat dan akurat table (angka IPR, ranking), chart, GIS
17
INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL
NATURAL CAPITAL
Fasilitas 38 % rumah tangga dengan akses air bersih kualitas penggunaan air ruta
Perumahan 39 % rumah tangga dengan sumber penerangan utamakualitas
li strik pelayanan listrik thd ruta
kualitas MCK ruta terkait tingkat
40 % rumah tangga dengan sanitasi layak
kesehatan
FINANCIAL CAPITAL
% rumah tangga dengan kegiatan gotong royong hubungan antara ruta & individu dalam
5. Social Capital 46
baik dan sangat baik masyarakat
Hubungan atau
% rumah tangga dengan kegiatan silaturahmi
jaringan sosial yang Kemasyarakatan 47 hubungan individu dengan individu
sering dan sangat sering
mempunyai nilai.
Modal sosial % rumah tangga dengan kegiatan tolong hubungan ruta & individu dengan ruta dan
menunjuk pada nilai 48
menolong baik dan sangat baik individu
kolektif dari semua
hubungan atau
Kepercayaan pada pengelolaan
jaringan sosial dan 49 Kepercayaan pada kebijakan pemerintah
pemerintahan dlm arti luas
kecenderungan yang
timbul dari hubungan
atau jaringan ini Kebijakan dan Kepercayaan dalam pengelolaan keuangan oleh
Pengelolaan 50 kepercayaan pada pengelolaan keuangan
untuk saling berbuat RT,LMD, Kades
sesuatu (ada norma
hubungan timbal ba % rumah tangga dengan persepsi tingkat kepercayaan pada pengelolaan tingkat
51
keamanan baik dan sangat baik keamanan dan ketertiban lingkungan
I C T CAPITAL
6. ICT Capital 52 % ruta yang mendengarkan siaran radio % Akses informasi ruta dari radio
1. Natural Capital Natural Resources 1 luas tanam padi dan palawija ha Stat. Padi dan Palawija BPS
2 luas tanam padi dan palawija per 1.000 penduduk ha/1.000 pddk Stat. Padi dan Palawija BPS : Diolah
3 % luas tidak puso terhadap luas tanam padi dan palawija % Stat. Padi dan Palawija BPS : Diolah
4 % luas wilayah % Stat .Indonesia Depdagri : Diolah
5 % desa Pesisir % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
6 % RT perikanan tangkap % Stat .Indonesia BPS : Diolah
Environtment 7 % desa tidak mengalami pencemaran air % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
8 % desa tidak mengalami pencemaran udara % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
9 % desa tidak mengalami pencemaran tanah % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
10 % desa dengan pembuangan sampah pada tempat sampah dan diangkut % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
11 % luas hutan terhadap luas wilayah % Stat .Indonesia Dephut: Diolah
2. Human Capital Demography 12 Persentase penduduk Umur 15-64 % Inkesra BPS SUPAS : Diolah
2
13 Kepadatan Penduduk orang/km Stat .Indonesia BPS SUPAS : Diolah
14 1/(Angka Beban Ketergantungan)*100 SUPAS: Diolah SUPAS: Diolah
Education 15 MYS tahun IPM BPS Susenas : Diolah
16 AMH 15+ % Inkesra BPS Susenas : Diolah
17 Rasio Guru-Murid SMA guru/ 100 murid Inkesra Depdiknas
18 APM SMA % Inkesra BPS Susenas : Diolah
19 APM PT % Diolah BPS Susenas : Diolah
20 APS 16-18 % Inkesra BPS Susenas : Diolah
Health 21 100-Angka Morbiditas % Inkesra BPS Susenas : Diolah
22 % Penduduk yang berobat Jalan % Diolah BPS Susenas : Diolah
23 % RT mendapatkan pelayanan berobat gratis % Diolah BPS Susenas : Diolah
24 Angka Harapan Hidup tahun IPM BPS Susenas : Diolah
Labor 25 TKK % Stat .Indonesia BPS Sakernas : Diolah
26 TPAK % Stat .Indonesia BPS Sakernas : Diolah
27 % Penduduk Bekerja dengan Pendidikan Minimal SMA/sederajat % Diolah BPS Sakernas : Diolah
3. Physical Capital Infrastruktur 28 Panjang jalan (km)/1.000 pddk km/1.000 pddk Stat. Perhubungan Dephub : Diolah
29 % Panjang jalan negara dan propinsi kondisi baik % Stat. Perhubungan Dephub : Diolah
30 % luas lahan irigasi % Luas Lahan BPS: Survei Pertanian
Public Facilities 31 Jumlah Sekolah SMP /1.000 siswa SMP unit/1.000 siswa Stat. Persekolahan Depdiknas : Diolah
32 Jumlah Sekolah SM/1.000 siswa SM unit/1.000 siswa Stat. Persekolahan Depdiknas : Diolah
33 Puskesmas/100.000 pddk unit/100.000 pddk Stat .Indonesia Depkes : Diolah
34 RS/1.000.000 pddk unit/100.000 pddk Stat .Indonesia Depkes : Diolah
Housing Facilities 35 % RT dgn dinding permanen % Inkesra BPS Susenas : Diolah
36 % RT dengan sumber air bersih % Inkesra BPS Susenas : Diolah
37 % RT dengan penerangan listrik % Inkesra BPS Susenas : Diolah
38 % rumah tangga dengan sanitasi layak (septic tank dan lubang tanah) % Inkesra BPS Susenas : Diolah
5. Social Capital Society Trust 44 % rumah tangga dengan persepsi gotong royong sama baik dan lebih baik % Diolah BPS susenas modul
45 % rumah tangga mengikuti kegiatan silaturahmi sering dan sangat sering % Diolah BPS susenas modul
46 % rumah tangga dengan persepsi kegiatan tolong menolong sama baik dan lebih baik % Diolah BPS susenas modul
Government Trust 47 % rumah tangga percaya pada pemerintah dalam mensejahterakan rakyat % Diolah BPS susenas modul
48 % rumah tangga yang mengaku percaya pada ketua RT dlm mengelola keuangan % Diolah BPS susenas modul
49 % rumah tangga yang mengaku percaya pada kelompok masyarakat dlm mengelola keuangan % Diolah BPS susenas modul
50 % rumah tangga yang mengaku percaya pada lurah dlm mengelola keuangan % Diolah BPS susenas modul
51 % rumah tangga dengan persepsi tingkat keamanan lingkungan sama baik dan lebih baik % Diolah BPS susenas modul
6. Information, Information 52 % Pddk Usia 10+ mendengarkan radio % Stat. Sosial Budaya BPS susenas modul
Communication and 53 % Pddk Usia 10+ menonton TV % Stat. Sosial Budaya BPS susenas modul
Technology Capital 54 % Pddk Usia 10+ membaca koran % Stat. Sosial Budaya BPS susenas modul
Communication 55 Kantor Pos/100.000 pddk unit/100.000 pddk Stat. Perhubungan Stat perhubungan
56 % RT yang menguasai Telepon % Inkesra BPS Susenas : Diolah
57 % RT yang menguasai HP % Inkesra BPS Susenas : Diolah
Technology 58 % RT yang menguasai komputer % Inkesra BPS Susenas : Diolah
59 % RT yang mengakses internet % Inkesra BPS Susenas : Diolah
Skenario Metode Normalisasi Metode Pembobotan Metode Agregasi
1 DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
2 DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta
3 Bali Papua Barat Bali Bali Bali Bali
4 Sulawesi Utara Bali Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara
5 Jawa Tengah Sulawesi Utara Jawa Tengah Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau
6 Jawa Timur Kalimantan Timur Kepulauan Riau Kalimantan Timur Sumatera Utara Kalimantan Timur
7 Sumatera Utara Jawa Timur Jawa Timur Sumatera Utara Kalimantan Timur Sumatera Utara
8 Kepulauan Riau Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Tengah
9 Sulawesi Tengah Kepulauan Riau Sulawesi Tengah Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Timur
10 Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Maluku Sulawesi Tengah Maluku
11 Kalimantan Tengah Sumatera Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sumatera Barat Kalimantan Selatan
12 Lampung Sumatera Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Maluku Sulawesi Tengah
13 Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Lampung Papua Barat Papua Barat Papua Barat
14 Gorontalo Sulawesi Selatan Gorontalo Riau Kalimantan Selatan Riau
15 Nanggroe Aceh Darussalam Maluku Sumatera Barat Sumatera Barat Sulawesi Tenggara Sumatera Barat
16 Sumatera Barat Nanggroe Aceh Darussalam Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Tengah Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Tengah
17 Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Papua Barat Nanggroe Aceh Darussalam Riau Nanggroe Aceh Darussalam
18 Kepulauan Bangka Belitung Jawa Barat Sulawesi Selatan Lampung Lampung Lampung
19 Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Kepulauan Bangka Belitung Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara
20 Riau Bengkulu Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo
21 Kalimantan Barat Kepulauan Bangka Belitung Riau Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
22 Maluku Gorontalo Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung Maluku Utara Kepulauan Bangka Belitung
23 Bengkulu Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu
24 Papua Barat Riau Maluku Banten Banten Banten
25 Jambi Banten Jambi Jambi Bengkulu Maluku Utara
26 Jawa Barat Sumatera Selatan Jawa Barat Maluku Utara Kalimantan Barat Jambi
27 Sulawesi Barat Lampung Sumatera Selatan Sumatera Selatan Jambi Sumatera Selatan
28 Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Kalimantan Barat Jawa Barat Kalimantan Barat
29 Maluku Utara Jambi Maluku Utara Jawa Barat Sumatera Selatan Jawa Barat
30 Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Banten Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat
31 Banten Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat
32 Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur
33 Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Natural Capital (Skenario 6)
Human Capital (Skenario 6)
Physical Capital (Skenario 6)
Financial Capital (Skenario 6)
Social Capital (Skenario 6)
ICT Capital (Skenario 6)
I P R (Skenario 6)
Ranking
Provinsi PDRB per Kapita % Penduduk
IPR PDRB per Kapita IPM
tanpa Migas Tidak Miskin
DKI Jakarta 1 2 1 1 1
Jawa Barat 29 14 12 15 16
Banten 24 18 14 23 4
Jawa Tengah 8 22 26 14 22
DI Yogyakarta 2 23 22 4 20
Jawa Timur 9 10 7 18 21
Bali 3 16 11 16 2
Nusa Tenggara Barat 31 28 28 32 28
Nusa Tenggara Timur 32 31 31 31 30
Kalimantan Barat 28 21 19 29 13
Kalimantan Tengah 16 12 9 7 6
Kalimantan Selatan 11 17 13 26 3
Kalimantan Timur 6 1 2 5 9
Sulawesi Utara 4 19 16 2 10
Gorontalo 20 30 30 24 29
Sulawesi Tengah 12 20 20 22 25
Sulawesi Selatan 21 24 23 21 17
Sulawesi Barat 30 29 29 27 18
Sulawesi Tenggara 19 25 24 25 23
Maluku 10 32 32 19 31
Maluku Utara 25 33 33 28 14
Papua 33 5 5 33 33
Papua Barat 13 9 18 30 32
Masalah
• Pembobotan
• Analisis keterbandingan antar wilayah
• Analisis keterbandingan antar waktu
Terimakasih