Anda di halaman 1dari 38

DIREKTORAT ANALISIS DAN PENGEMBANGAN STATISTIK

KAJIAN PENYUSUNAN
INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL

BADAN PUSAT STATISTIK


Latar Belakang

Perkembangan tingkat pembangunan regional di


Indonesia baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota dapat digambarkan melalui ukuran-
ukuran pembangunan yang dapat diperbandingkan
antar waktu dan antar wilayah
Dibutuhkan ukuran agregat (indeks komposit) sebagai
alat ukur/evaluasi pembangunan yang meliputi unsur-
unsur pembangunan nasional dan daerah di Indonesia
yang mengacu pada konsep pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development)
Tujuan

Mengetahui tingkat pembangunan regional berdasarkan


indikator-indikator yang mampu mengukur aspek-aspek
yang relevan dengan perkembangan dan kemajuan
pembangunan daerah.
Mengatahui tingkat keterbandingan antar wilayah
dengan mengukur posisi indeks pembangunan regional
untuk masing-masing daerah dalam kurun waktu tertentu
berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan.
Sebagai dasar penyusunan kerangka kerja dalam
perencanaan pembangunan dengan melihat pada
besaran IPR atau posisi dalam kelompok modal dan
subkelompok modal.
Metodologi

 Kajian literatur teori pembangunan regional (umum & pembangunan


berkelanjutan)
 Merumuskan kelompok modal dan subkelompok modal pembangunan
yang merupakan cerminan dari tingkat kemajuan pembangunan daerah
 Pemilihan indikator-indikator yang lebih terukur agar dapat dicari datanya.
 Indikator memenuhi syarat : data antar waktu (time series) dan antar
daerah (cross section) terjamin ketersediaanya, dapat diperbandingkan
(comparable), terukur (measurable) dan memiliki skala data yang memadai
untuk pengolahan data secara statistik (statistical modeling) serta konsisten
(terkait) dengan tujuan
 Menentukan bobot masing-masing kelompak modal dan subkelompok
modal yang ditentukan dengan beberapa metode statistik
 Menyusun indeks komposit IPR
Metode Penyusunan Indeks Pembangunan Regional

 Tahapan pertama dengan melakukan studi literatur tentang: (1) konsep dan pengertian dari
pembangunan secara umum; (2) konsep pembangunan daerah di Indonesia; dan (3) ukuran
keberhasilan pembangunan daerah
 Tahapan kedua adalah penentuan aspek penilaian pembangunan regional. Pemilihan modal
berangkat dari pendekatan secara ekonomi dimana untuk mencapai sebuah hasil diperlukan
sebuah modal
 Tahapan ketiga dalam proses pembentukan IPR adalah penentuan indikator. Indikator adalah
data atau informasi yang menjelaskan kriteria secara lebih terperinci. Indikator yang dapat
digunakan dalam pembentukan IPR harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) ketersediaan
data; (2) merupakan data antar waktu dan antar daerah; dan (3) memiliki konsistensi dalam
pembangunan daerah.
 Tahap keempat adalah pengumpulan data indikator, yang dilakukan dengan pengambilan data
primer dan sekunder baik produk BPS maupun hasil catatan administrasi dari institusi diluar BPS.
 Tahap kelima adalah penentuan skor faktor untuk indikator-indikator dalam setiap kriteria yang
ada, dimana proses ini didasarkan atas data dasar indikator untuk setiap kriteria yang ada yang
kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis statistik. Selanjutnya ditentukan nilai
untuk masing-masing kriteria dengan menggunakan informasi yang terdapat pada hasil analisis
dan pada akhirnya dengan menggunakan nilai pembobotan, dapat diperoleh nilai IPD.
 Tahap keenam adalah perhitungan Indeks Pembangunan Regional untuk setiap propinsi. Proses
perhitungan ini didasarkan pada tahapan kelima, sehingga proses perhitungan ini sangat
tergantung dari hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya.
IPR

Indikator Pembangunan Regional sebagai salah satu indikator


pengukur keberhasilan pembangunan mengadopsi konsep,
definisi dan teori pembangunan secara umum, pembangunan
berkelanjutan dan pembangunan daerah di Indonesia
IPR disusun dengan pendekatan modal. Sebagaimana
kesejahteraan dicapai dengan ketersediaan aset (modal),
maka untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang baik dimasa
depan dapat kita lihat dari apa yang tersedia sekarang sebagai
titik awal. Sumberdaya apa yang kita miliki untuk kita gunakan
sekarang dan bagaimana mengelolanya untuk masa yang akan
datang.
Kerangka Metodologi Penyusunan IPR
Pemilihan Indikator

Pemahaman
(Konsep,definsi,
arti,tujuan)

Jenis Kriteria
(input,proses,ou (Valid,Spesifik,
tput,keluaran) Sensitif, dll)

Pemilihan
Indikator

Ukuran Aspek
(absolut,
(tunggal,
prporsi, rate,
Komposit)
rasio,indeks)
Pemahaman Umum

Sebagai alat ukur tentang kondisi/posisi kita,


seberapa jauh/dekat kita dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Petunjuk berupa tanda, angka, grafik atau
lainnya (apa yang sedang berubah dalam sistem)
Kriteria Pemilihan Indikator

 Relevan dengan kebijakan, mampu menjadi alat ukur dari


kebijakan yang diambil
 Spesifik, mengukur perubahan situasi yang dimaksud
 Valid atau sahih, sehingga mampu mengukur sesuatu yang
sebenarnya hanya diwakili oleh angka
 Reliable, dapat diandalkan dan dipercaya sebagai tolok ukur yang
relevan
 Sensitive atau peka sehingga mampu mendeteksi perubahan
meskipun kecil
 Measurable, terukur dan berkesinambungan penyediaan
datanya
 User-friendly, mudah dipahami
 Cost-effective, mudah-murah secara ekonomis untuk diukur
Aspek Indikator

Indikator Tunggal, indikator untuk mengukur


satu aspek, contohnya: Angka Melek Huruf
untuk mengukur kemampuan baca tulis
Indikator Komposit , mengukur dari berbagai
aspek, disusun dari beberapa indikator tunggal,
contohnya: IPM yang dihitung dari 4 indikator:
AMH, AHH, MYS, Pengeluaran per Kapita
Ukuran Indikator

Data Absolut
Proporsi atau Persentase
Rate atau Tingkat
Ratio atau Perbandingan
Indeks
Jenis Indikator

Indikator Input, biasanya langsung merupakan ukuran


dari apa yang ingin dilihat. Contohnya
Indikator Proses, mengukur bagaimana sebuah tingkat
penyediaan barang dan jasa disediakan untuk mencapai
hasil
Indikator Output, seberapa besar kuantitas barang dan
jasa dihasilkan
Indikator Keluaran, sebuah ukuran yang lebih luas dari
hasil yang telah dicapai dari ketersediaan barang dan jasa
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit

OECD - 2008
1. Membangun kerangka teoritis
2. Memilih variabel
3. Imputasi missing data
4. Analisis multivariate
5. Normalisasi data
6. Pembobotan dan agregasi
7. Kekuatan (robustness) dan sensitivitas
8. Kembali ke data detail
9. Keterkaitan dengan indikator lain
10. Visualisasi hasil

14
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit

1. Kerangka Teoritis
Sebagai dasar pemilihan dan penggabungan beberapa indikator dasar supaya
menjadi indikator komposit yang bermakna, misalnya berdasarkan jenis
indikator input, proses, output, dsb  studi pustaka dan konsultasi ahli

2. Seleksi data
Untuk memeriksa kualitas data (kekuatan dan kelemahan) dan ketersediaan
indikator  mengumpulkan data BPS (publikasi dan diolah sendiri) dan non-BPS
(via internet dan pengumpulan data sekunder di pusat dan daerah); 2007-2008

3. Imputasi missing data


Untuk estimasi data yang tidak tersedia, misalnya provinsi/kab/kota baru 
interpolasi, rasio, substitusi mean /median/modus, imputasi regresi, dll

15
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit

4. Analisis multivariate
Untuk mempelajari struktur dataset secara keseluruhan dan untuk an
metode pembobotan dan agregasi)

5. Normalisasi
Supaya data dapat terbanding  max-min, zscore, jarak dengan
referensi, skala kategori, threshold di atas dan di bawah rata-rata, dll)

6. Pembobotan dan agregasi


Pembobotan :
1.Statistik (PCA, EW)
2.Expert opinion  AHP (yad)
3. Agregasi : Linier, geometric, multi-criteria

16
Tahapan Konstruksi Indikator Komposit
7. Robustness dan Sensitivitas
Identifikasi sumber data yang tidak pasti (uncertainty) dalam membangun
indikator komposit
8. Kembali ke detail data
Dekomposisi indikator komposit ke dalam beberapa kelompok indikator
dan menguji korelasi serta menggambarkan profil wilayah menurut
indikator tunggal atau kelompok sehingga dapat memberikan informasi
mengenai tinggi atau rendah terhadap indikator komposit (IPR).
9. Keterkaitan dengan indikator lain
Menggambarkan hubungan antara indikator komposit (IPR) dengan
indikator-indikator yang umum digunakan (misal : IPM, pertumbuhan
ekonomi, PDRB per kapita, angka kemiskinan, dll)
10. Visualisasi hasil
Indikator komposit harus dapat diinterpretasikan oleh penggunanya
dengan cepat dan akurat  table (angka IPR, ranking), chart, GIS
17
INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL
NATURAL CAPITAL

Kelompok Sub-Kelompok Indikator Signifikansi


(1) (2) (3) (4)
Mencerminkan pemanfaatan luas tanah yg
Natural Capital 1 Luas tanam padi dan palawija
digunakan untuk bercocok tanam
Modal barang dan Mencerminkan ketersediaan pangan oleh
2 Luas tanam padi dan palawija per penduduk
jasa yang berkaitan pemenuhan sendiri (swasembada)
dengan pengelolaan % luas puso terhadap luas tanam padi dan Bagaimana lokal mampu mengeliminir
3
Sumber Daya palawija luasan area yg terkena puso
lingkungan dan
Alam Potensi SDA yg terkandung dari besarnya
ekosistem (SDA). 4 % luas wilayah
luas wilayah
Disisi lain jasa Proxy lembaga pengelola (desa) yg
pengelolaan terhadap 5 % desa pesisir terhadap total desa
mengeksploitasi kekayaan SDA laut
pengolahan limbah % rumah tangga perikanan tangkap terhadap Banyaknya unit pengelola (ruta) yg
6
dan lingkungan. total rumah tangga mengeksploitasi SDA laut
Pengelolaan lingkungan terkait dengan
7 % desa tidak tercemar air
limbah cair
Pengelolaan lingkungan terkait dengan
8 % desa tidak tercemar udara
limbah udara
Lingkungan Pengelolaan lingkungan terkait dengan
9 % desa tidak tercemar tanah
Hidup limbah padat
% desa dengan tempat penampungan sampah Bagaimana usaha lembaga (desa/ruta)
10
sementara kemudian diangkut dalam mengelola sampah
Rasio jumlah kawasan hutan dll terhadap luas menunjukkan kawasan konservasi, paru-
11
wilayah paru dunia dan keanekaragaman hayati
HUMAN CAPITAL
Kelompok Sub-Kelompok Indikator Signifikansi
(1) (2) (3) (4)
Berapa besar penduduk dalam usia
Human Capital 12 Komposisi penduduk usia 15-64 tahun produktif sebagai faktor pendorong
produktifi tas
Merujuk pada Apakah sudah terjadi tingkat kejenuhan
13 Kepadatan penduduk
keahlian dan Kependudukan karena padatnya penduduk
pengetahuan yang bagaimana laju pertumbuhannya dari
14 Laju pertumbuhan penduduk
tahun ke tahun
melekat pada
Berapa besar penduduk usia produktif
kemampuan seorang 15 Angka beban Ketergantungan
menanggung beban
pekerja sehingga
Rata-rata lama sekolah penduduk
mampu memproduksi 16 MYS mencerminkan tingkat pendi dikan
sebuah barang dan penduduk
jasa dengan nilai bagaimana tingkat pendidikan penduduk
17 AMH 15+
ekonomis. Keahlian usia kerja
dan pengetahuan Bagaimana tingkat partisipasi sekolah
Pendidikan 18 APS 15-24
tersebut dicapai baik penduduk usia sekolah
melalui pendidikan Ketersedi aan lembaga formal ketrampilan
19 Rasio SMK/ Total SMA
maupun pengalaman terhadap lembaga pendi dikan umum

Beban mengajar guru terhadap murid


20 Rasio Guru/ Murid 15-24
untuk melihat kualitas pendi dikan
Menujukkan seberapa besar keluhan sakit
21 % angka kesakitan yg mengganggu aktifitas sehi ngga
menurunkan kinerja
Kondisi orang dengan keluhan sakit yang
berobat mencerminkan kepedulian pada
22 % penduduk yang berobat
kesehatan atau keterseidaan asarana
kesehatan untuk berobat
Kesehatan
Pengobatan gratis mengurangi beban
23 % ruta yang mendapat pelayanan berobat gratis hidup sehingga tidak melemahkan kinerja
secara drastis
Mencerminkan taraf kesehatan
masyarakat dilihat dari faktor internal
24 Angka Harapan Hidup
(masyarakat) maupun eksternal (sarana
kesehatan)
Seberapa besar wilayah menanggung
25 TPAK beban angkatan kerja dari popul asi
penduduk usia produktif
Bagaimana peluang/kesempatan yang ada
Ketenaga
26 TKK pada tiap angkatan kerja untuk bisa
kerjaan
bekerja di wilayah
27 % pekerja dgn pendidikan SMA keatas Tingkat pendidikan pekerja di wilayah
Bagaimana rasio perubahan wilayah dari
28 % tenaga kerja di non pertanian
pertanian ke nonpertanian
PHYSICAL CAPITAL

Kelompok Sub-Kelompok Indikator Signifikansi


(1) (2) (3) (4)
Menunjukkan akses pelayanan dan
3. Physical Capital 29 rasio panjang jalan/luas wilayah kemajuan infrastruktur perhubungan
terhadap luas wilayah
Bagai mana menunjukkan aksesabilitas dan efisi ensi
30 rasio panjang jalan per penduduk
pengelolaan alam dari pembangunan infrastruktur jalan
Infrastruktur
seperti ketersediaan Pelayanan terhadap kebutuhan irigasi
sistem irigasi, waduk, 31 rasio luas daerah irigasi per l uas tanam untuk penduduk yang bekerja di sektor
jalan, pelabuhan, dll pertanian
dan biasanya merujuk Sarana perhubungan untuk mobilitas
32 rasio penumpang pesawat per penduduk
pada nilai tambah penduduk
yang dihasilkan Bagaimana ketersediaan sarana sekolah
33 rasio sekolah per murid SMP
negara dari SMP terhadap jumlah murid SMP
pemanfaatan modal Bagaimana ketersediaan sarana sekolah
natural dalam sebuah 34 rasio sekolah per murid SMU & sedrajat SMU sederajat terhadap jumlah murid
wilayah Fasilitas Publik SMU sederajat
Indikasi pelayanan kesehatan dasar
35 rasio puskesmas per penduduk
terhadap penduduk
Indikasi pelayanan kesehatan menengah-
36 rasio RS,RB,RSB per penduduk
tinggiterhadap penduduk
37 % rumah tangga dengan dinding tembok kualitas perumahan ruta

Fasilitas 38 % rumah tangga dengan akses air bersih kualitas penggunaan air ruta
Perumahan 39 % rumah tangga dengan sumber penerangan utamakualitas
li strik pelayanan listrik thd ruta
kualitas MCK ruta terkait tingkat
40 % rumah tangga dengan sanitasi layak
kesehatan
FINANCIAL CAPITAL

Kelompok Sub-Kelompok Indikator Signifikansi


(1) (2) (3) (4)
investasi dan pengeluaran pemerintah di
4. Financial Capital 41 % pengeluaran pemerintah untuk pendidikan bidang pendidikan yg diharapkan mampu
mendorong gerak sektor lainnya
Merujuk pada investasi dan pengeluaran pemerintah di
Pemerintahan 42 % pengeluaran pemerintah untuk kesehatan
pemanfaatan dana bidang kesehatan utk pelayanan publik
untuk sesuatu dalam Seberapa besar wilayah mampu
rangka peningkatan 43 Pendapatan Asli Daerah per kapita menghasilkan pendapatan untuk
dan penyediaan mendorong pembangunan
produk barang dan berapa investasi yang ditanamkan untuk
jasa 44 PMTB, Investasi peningkatan dan pembentukan modal
dalam peningkatan produksi
Sektor Swasta
Bank menjadi pendorong kemajuan sektor
45 Rasio jumlah bank per penduduk primer,sekunder dan tersier serta sebagai
lembaga yg mendronginvestasi
SOCIAL CAPITAL

Kelompok Sub-Kelompok Indikator Signifikansi


(1) (2) (3) (4)

% rumah tangga dengan kegiatan gotong royong hubungan antara ruta & individu dalam
5. Social Capital 46
baik dan sangat baik masyarakat
Hubungan atau
% rumah tangga dengan kegiatan silaturahmi
jaringan sosial yang Kemasyarakatan 47 hubungan individu dengan individu
sering dan sangat sering
mempunyai nilai.
Modal sosial % rumah tangga dengan kegiatan tolong hubungan ruta & individu dengan ruta dan
menunjuk pada nilai 48
menolong baik dan sangat baik individu
kolektif dari semua
hubungan atau
Kepercayaan pada pengelolaan
jaringan sosial dan 49 Kepercayaan pada kebijakan pemerintah
pemerintahan dlm arti luas
kecenderungan yang
timbul dari hubungan
atau jaringan ini Kebijakan dan Kepercayaan dalam pengelolaan keuangan oleh
Pengelolaan 50 kepercayaan pada pengelolaan keuangan
untuk saling berbuat RT,LMD, Kades
sesuatu (ada norma
hubungan timbal ba % rumah tangga dengan persepsi tingkat kepercayaan pada pengelolaan tingkat
51
keamanan baik dan sangat baik keamanan dan ketertiban lingkungan
I C T CAPITAL

Kelompok Sub-Kelompok Indikator Signifikansi


(1) (2) (3) (4)

6. ICT Capital 52 % ruta yang mendengarkan siaran radio % Akses informasi ruta dari radio

Suatu pola tindakan


instrumental yang Informasi 53 % ruta yang menonoton siaran televisi % Akses informasi ruta dari tel evisi
ditujukan untuk
mengurangi aspek 54 % ruta yg membaca suratkabar % Akses informasi ruta dari surat kabar
ketidakpastian dalam
hubungan sebab 55 rasio kantor pos / penduduk Pel ayanan sarana komunikasi masyarakat
akibat yang di rancang
untuk mencapai suatu
hasil tertentu yang Komunikasi 56 % rumah tangga menguasai telepon rumah Penguasaan sarana komuni kasi tetap
mempunyai dua
komponen utama
57 % rumah tangga menguasai HP Penguasaan sarana komuni kasi mobile
yaitu komponen
perangkat keras dan
komponen perangkat % ruta dengan penguasaan teknologi
58 % rumah tangga menguasai PC/laptop/notebook
lu dasar
Teknologi
% ruta dengan penguasaan teknologi tak
59 % rumah tangga dengan minimal 1 art mengakses i nternet
terbatas
Group Sub-group Indikator Satuan Publikasi Sumber Data

1. Natural Capital Natural Resources 1 luas tanam padi dan palawija ha Stat. Padi dan Palawija BPS
2 luas tanam padi dan palawija per 1.000 penduduk ha/1.000 pddk Stat. Padi dan Palawija BPS : Diolah
3 % luas tidak puso terhadap luas tanam padi dan palawija % Stat. Padi dan Palawija BPS : Diolah
4 % luas wilayah % Stat .Indonesia Depdagri : Diolah
5 % desa Pesisir % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
6 % RT perikanan tangkap % Stat .Indonesia BPS : Diolah
Environtment 7 % desa tidak mengalami pencemaran air % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
8 % desa tidak mengalami pencemaran udara % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
9 % desa tidak mengalami pencemaran tanah % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
10 % desa dengan pembuangan sampah pada tempat sampah dan diangkut % Podes 2008 BPS Podes : Diolah
11 % luas hutan terhadap luas wilayah % Stat .Indonesia Dephut: Diolah

2. Human Capital Demography 12 Persentase penduduk Umur 15-64 % Inkesra BPS SUPAS : Diolah
2
13 Kepadatan Penduduk orang/km Stat .Indonesia BPS SUPAS : Diolah
14 1/(Angka Beban Ketergantungan)*100 SUPAS: Diolah SUPAS: Diolah
Education 15 MYS tahun IPM BPS Susenas : Diolah
16 AMH 15+ % Inkesra BPS Susenas : Diolah
17 Rasio Guru-Murid SMA guru/ 100 murid Inkesra Depdiknas
18 APM SMA % Inkesra BPS Susenas : Diolah
19 APM PT % Diolah BPS Susenas : Diolah
20 APS 16-18 % Inkesra BPS Susenas : Diolah
Health 21 100-Angka Morbiditas % Inkesra BPS Susenas : Diolah
22 % Penduduk yang berobat Jalan % Diolah BPS Susenas : Diolah
23 % RT mendapatkan pelayanan berobat gratis % Diolah BPS Susenas : Diolah
24 Angka Harapan Hidup tahun IPM BPS Susenas : Diolah
Labor 25 TKK % Stat .Indonesia BPS Sakernas : Diolah
26 TPAK % Stat .Indonesia BPS Sakernas : Diolah
27 % Penduduk Bekerja dengan Pendidikan Minimal SMA/sederajat % Diolah BPS Sakernas : Diolah

3. Physical Capital Infrastruktur 28 Panjang jalan (km)/1.000 pddk km/1.000 pddk Stat. Perhubungan Dephub : Diolah
29 % Panjang jalan negara dan propinsi kondisi baik % Stat. Perhubungan Dephub : Diolah
30 % luas lahan irigasi % Luas Lahan BPS: Survei Pertanian
Public Facilities 31 Jumlah Sekolah SMP /1.000 siswa SMP unit/1.000 siswa Stat. Persekolahan Depdiknas : Diolah
32 Jumlah Sekolah SM/1.000 siswa SM unit/1.000 siswa Stat. Persekolahan Depdiknas : Diolah
33 Puskesmas/100.000 pddk unit/100.000 pddk Stat .Indonesia Depkes : Diolah
34 RS/1.000.000 pddk unit/100.000 pddk Stat .Indonesia Depkes : Diolah
Housing Facilities 35 % RT dgn dinding permanen % Inkesra BPS Susenas : Diolah
36 % RT dengan sumber air bersih % Inkesra BPS Susenas : Diolah
37 % RT dengan penerangan listrik % Inkesra BPS Susenas : Diolah
38 % rumah tangga dengan sanitasi layak (septic tank dan lubang tanah) % Inkesra BPS Susenas : Diolah

4. Financial Capital Government 39 % Pengeluaran untuk pendidikan % Stat. keuangan Depkeu


40 % Pengeluaran untuk kesehatan % Stat. keuangan Depkeu
41 Rasio PAD terhadap PDRB % Stat. keuangan Depkeu
Private Sector 42 Kontribusi PMTB terhadap PDRB % PDRB BPS : Diolah
43 Jumlah Bank per 100.000 penduduk unit/100.000 pddk Website Bank Indonesia Bank Indonesia

5. Social Capital Society Trust 44 % rumah tangga dengan persepsi gotong royong sama baik dan lebih baik % Diolah BPS susenas modul
45 % rumah tangga mengikuti kegiatan silaturahmi sering dan sangat sering % Diolah BPS susenas modul
46 % rumah tangga dengan persepsi kegiatan tolong menolong sama baik dan lebih baik % Diolah BPS susenas modul
Government Trust 47 % rumah tangga percaya pada pemerintah dalam mensejahterakan rakyat % Diolah BPS susenas modul
48 % rumah tangga yang mengaku percaya pada ketua RT dlm mengelola keuangan % Diolah BPS susenas modul
49 % rumah tangga yang mengaku percaya pada kelompok masyarakat dlm mengelola keuangan % Diolah BPS susenas modul
50 % rumah tangga yang mengaku percaya pada lurah dlm mengelola keuangan % Diolah BPS susenas modul
51 % rumah tangga dengan persepsi tingkat keamanan lingkungan sama baik dan lebih baik % Diolah BPS susenas modul

6. Information, Information 52 % Pddk Usia 10+ mendengarkan radio % Stat. Sosial Budaya BPS susenas modul
Communication and 53 % Pddk Usia 10+ menonton TV % Stat. Sosial Budaya BPS susenas modul
Technology Capital 54 % Pddk Usia 10+ membaca koran % Stat. Sosial Budaya BPS susenas modul
Communication 55 Kantor Pos/100.000 pddk unit/100.000 pddk Stat. Perhubungan Stat perhubungan
56 % RT yang menguasai Telepon % Inkesra BPS Susenas : Diolah
57 % RT yang menguasai HP % Inkesra BPS Susenas : Diolah
Technology 58 % RT yang menguasai komputer % Inkesra BPS Susenas : Diolah
59 % RT yang mengakses internet % Inkesra BPS Susenas : Diolah
Skenario Metode Normalisasi Metode Pembobotan Metode Agregasi

Max-Min Equal Weighting Linear Aggregation


I
Equal Weighting Linear Aggregation
Distance to Reference
II
Equal Weighting Linear Aggregation
Z-score
III
Linear Aggregation
Max-Min PCA
IV
Linear Aggregation
Distance to Reference PCA
V
Linear Aggregation
Z-score PCA
VI
PEMILIHAN SKENARIO
Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV Skenario V Skenario VI
Rank
(Max-Min, EW, LA) (DR Mean, EW, LA) (Zscore, EW, LA) (Max-Min, PCA, LA) (DR Mean, PCA, LA) (Zscore, PCA, LA)

1 DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
2 DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta
3 Bali Papua Barat Bali Bali Bali Bali
4 Sulawesi Utara Bali Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara
5 Jawa Tengah Sulawesi Utara Jawa Tengah Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau

6 Jawa Timur Kalimantan Timur Kepulauan Riau Kalimantan Timur Sumatera Utara Kalimantan Timur
7 Sumatera Utara Jawa Timur Jawa Timur Sumatera Utara Kalimantan Timur Sumatera Utara
8 Kepulauan Riau Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Tengah
9 Sulawesi Tengah Kepulauan Riau Sulawesi Tengah Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Timur
10 Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Maluku Sulawesi Tengah Maluku

11 Kalimantan Tengah Sumatera Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sumatera Barat Kalimantan Selatan
12 Lampung Sumatera Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Maluku Sulawesi Tengah
13 Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Lampung Papua Barat Papua Barat Papua Barat
14 Gorontalo Sulawesi Selatan Gorontalo Riau Kalimantan Selatan Riau
15 Nanggroe Aceh Darussalam Maluku Sumatera Barat Sumatera Barat Sulawesi Tenggara Sumatera Barat

16 Sumatera Barat Nanggroe Aceh Darussalam Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Tengah Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Tengah
17 Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Papua Barat Nanggroe Aceh Darussalam Riau Nanggroe Aceh Darussalam
18 Kepulauan Bangka Belitung Jawa Barat Sulawesi Selatan Lampung Lampung Lampung
19 Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Kepulauan Bangka Belitung Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara
20 Riau Bengkulu Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo

21 Kalimantan Barat Kepulauan Bangka Belitung Riau Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
22 Maluku Gorontalo Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung Maluku Utara Kepulauan Bangka Belitung
23 Bengkulu Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu
24 Papua Barat Riau Maluku Banten Banten Banten
25 Jambi Banten Jambi Jambi Bengkulu Maluku Utara

26 Jawa Barat Sumatera Selatan Jawa Barat Maluku Utara Kalimantan Barat Jambi
27 Sulawesi Barat Lampung Sumatera Selatan Sumatera Selatan Jambi Sumatera Selatan
28 Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Kalimantan Barat Jawa Barat Kalimantan Barat
29 Maluku Utara Jambi Maluku Utara Jawa Barat Sumatera Selatan Jawa Barat
30 Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Banten Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat

31 Banten Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat
32 Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur
33 Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Natural Capital (Skenario 6)
Human Capital (Skenario 6)
Physical Capital (Skenario 6)
Financial Capital (Skenario 6)
Social Capital (Skenario 6)
ICT Capital (Skenario 6)
I P R (Skenario 6)
Ranking
Provinsi PDRB per Kapita % Penduduk
IPR PDRB per Kapita IPM
tanpa Migas Tidak Miskin

Nanggroe Aceh Darussalam 17 8 15 17 27


Sumatera Utara 7 11 8 8 15
Sumatera Barat 15 13 10 9 12
Riau 14 3 4 3 11
Kepulauan Riau 5 4 3 6 7
Jambi 26 15 21 13 8
Sumatera Selatan 27 7 17 12 19
Kepulauan Bangka Belitung 22 6 6 10 5
Bengkulu 23 27 27 11 24
Lampung 18 26 25 20 26

DKI Jakarta 1 2 1 1 1
Jawa Barat 29 14 12 15 16
Banten 24 18 14 23 4
Jawa Tengah 8 22 26 14 22
DI Yogyakarta 2 23 22 4 20
Jawa Timur 9 10 7 18 21
Bali 3 16 11 16 2
Nusa Tenggara Barat 31 28 28 32 28
Nusa Tenggara Timur 32 31 31 31 30

Kalimantan Barat 28 21 19 29 13
Kalimantan Tengah 16 12 9 7 6
Kalimantan Selatan 11 17 13 26 3
Kalimantan Timur 6 1 2 5 9

Sulawesi Utara 4 19 16 2 10
Gorontalo 20 30 30 24 29
Sulawesi Tengah 12 20 20 22 25
Sulawesi Selatan 21 24 23 21 17
Sulawesi Barat 30 29 29 27 18
Sulawesi Tenggara 19 25 24 25 23

Maluku 10 32 32 19 31
Maluku Utara 25 33 33 28 14
Papua 33 5 5 33 33
Papua Barat 13 9 18 30 32
Masalah

• Strategi pembangunan yang berbeda menghasilkan output yang berbeda


(berdasarkan skala priioritas)
• Kondisi wilayah mempengaruhi strategi : Kepulauan vs Kontinent ; Kota vs
Desa ; Pesisir vs Non-Pesisir ; dll
• Wilayah tertentu sebagai Reference/Benchmark/Patokan
• Tahun tertentu sebagai tahun dasar

• Pembobotan
• Analisis keterbandingan antar wilayah
• Analisis keterbandingan antar waktu
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai