Anda di halaman 1dari 42

ILMU NUTRISI TERNAK

PERAH

Prof. Dr. Ir. FAUZIA AGUSTIN, MS


DESKRIPSI I. NUTRISI TERNAK PERAH
• 1. Membahas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
dan kualitas air susu

• 2. Membahas kebutuhan dan peranan zat-zat makanan bagi


ternak perah yang sedang tumbuh, bunting dan laktasi.

• 3. Membahas tentang cara penyusunan ransum


berdasarkan bobot badan, jumlah produksi dan kadar
lemak air susu pada ternak yang sedang laktasi.

• 4. Peranan konsentrat, hijauan dan zat additive pada ternak


perah serta gangguan metabolik pada ternak perah.
MATERI I. NUTRISI TERNAK PERAH
1. Pengertian dan ruang lingkup I.Nutrisi T.Perah.
2. Dinamika sapi laktasi
3. Kebutuhan zat-zat makanan untuk ternak perah
4. Aspek khusus nutrisi ternak perah
5. Gangguan metabolik pada ternak perah
6. Formulasi ransum ternak perah
7. Pemberian pakan pada ternak perah
8. Evaluasi ransum pada ternak perah
9. Pemeliharaan terutama manajemen pakan
ternak perah.
REFERENSI UTAMA

• 1. National research council, 1988. Nutrient


requirment of dairy science.

• 2. National research council, 2001. Nutrient


requirment of dairy science.

• 3. Sutardi T, 1982. Sapi Perah dan Pemberian


Makanannya
•.
REFERENSI PENDUKUNG
• 1. Eustice, 1991. Pedoman Pengelolaan Sapi
Perah
• 2. Bath, D. 1985. Dairy Cattle: Principles,
Practice, Problem, Profits.
• 3. Grafet. 1987. Dairy Cattle Production
• 4. Akers, M. 2002. Lactation and Mammary
Gland.
• 5. Larson. 1985. Lactation
POKOK BAHASAN MATERI KULIAH
MINGGU POKOK BAHASAN
KE

9 -10 Aspek khusus makanan:


1. Serat kasar ransum
2. Lemak ransum
3. Kandungan garam mineral
4. Asam-asam lemak rantai cabang
POKOK BAHASAN MATERI KULIAH
MINGGU POKOK BAHASAN
KE

11 Gangguan metabolik:
1. Milk fever : Penyebab, gejala dan
pencegahannya
2. Ketosis : Penyebab, gejala dan
pencegahannya.
3.Fat cow sindrom : Penyebab, gejala dan
pencegahannya
4. Retained placenta.
POKOK BAHASAN MATERI KULIAH
MINGGU POKOK BAHASAN
KE
12 -13 Formulasi Ransum:
1. Persyaratan
2. Pemilihan bahan pakan
3. Jenis ransum
4. Formulasi ransum berdasarkan jumlah
produksi susu dan kadar lemak susu

14 Pemberian Pakan:
1. Standar kebutuhan makanan
2. Pendugaan kebutuhan makanan
3. Pemberian hijauan dan konsentrat pada
sapi perah
POKOK BAHASAN MATERI KULIAH
MINGGU POKOK BAHASAN
KE

15 Evaluasi Ransum dan Pemeliharaan ternak


perah:
1. Pedet,
2. Sapi dara
3. Sapi laktasi.

16 UAS
ASPEK KHUSUS MAKANAN
• PAKAN SAPI PERAH:
• 1. HIJAUAN
• 2. KONSENTRAT
• 3. SUPLEMEN

• 1. HIJAUAN:
• Sapi perah membutuhkan hijauan mencapai 50% dari
kebutuhan bahan kering ransumnya

• Hijauan merupakan sumber serat utama ternak sapi perah.


• Hijauan dapat dipenuhi dari:
• a. Rumput, baik rumput alam maupun rumput budidaya.
• b. Leguminosa, baik leguminosa merambat maupun leguminosa
pohon.
• c. Limbah pertanian
ASPEK KHUSUS MAKANAN: 1. SERAT

• Leguminosa umumnya mengandung protein yang


lebih tinggi dibandingkan rumput.
• Kombinasi penggunaan rumput, leguminosa dan
limbah pertanian yang tepat mampu menyediakan
hijauan yang berkualitas, mengandung serat yang
cukup dan protein tinggi.

• Hijauan merupakan komponen bahan kering (BK)


ransum sapi perah yang cukup besar.
• Pemberian hijauan berkualitas rendah akan sangat
berpengaruh pada kecukupan zat-zat makanan,
yang akhirnya akan mempengaruhi produksi susu.
ASPEK KHUSUS MAKANAN: 1. SERAT

• Pemberian limbah pertanian yang berkualitas


rendah, sebaiknya tidak diberikan pada sapi
yang sedang laktasi. Pada saat menghasilkan
susu, kebutuhan akan nutrient meningkat, jika
sapi yang laktasi diberi hijauan berbasis limbah
pertanian yang berkualitas rendah, maka sisa
kebutuhan yang harus dipenuhi dari konsentrat
meningkat.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH

• Jumlah serat kasar minimum sangat diperlukan


dalam ransum sapi perah untuk:
• 1. Mendapatkan konsumsi BK dan intake energi
maksimum.
• 2. Untuk mempertahankan fermentasi dalam
rumen yang normal
• 3. Untuk mempertahankan kadar lemak susu.
• 4. Membantu mencegah terjadinya gangguan
setelah melahirkan.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH

• Jumlah serat kasar yang diberikan di dalam


ransum ternak sapi perah dipengaruhi oleh:
• 1. Kondisi tubuh
• 2. Tingkat produksi
• 3. Jenis serat
• 4. Ukuran partikel dan distribusi serat
• 5. Jumlah total BK yang dikonsumsi dan sifat
bulkynya
• 6. Frekwensi pemberian makanan
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Ternak yang diberi makan untuk memproduksi lebih banyak
susu atau untuk mencapai laju pertumbuhan yang cepat,
maka ternak harus menerima lebih banyak energi dan kurang
serat dibandingkan ternak yang produksinya lebih rendah.

• Hijauan yang telah diproses menjadi ukuran yang lebih kecil,


akan dikonsumsi dan difermentasi lebih cepat di dalam
rumen, akan menurunkan waktu mengunyah makanan,
menurunkan sekresi saliva, menurunkan pH cairan rumen
dan menurunkan ratio asam asetat dan propionat.

• Hasil akhir dari semua proses ini adalah terjadinya penurunan


kadar lemak susu.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Faktor makanan (seperti ukuran partikel hijauan yang kecil),
yang menurunkan pH cairan rumen, akan menurunkan
jumlah dan aktivitas bakteri pendegradasi serat, dan ini
menyebabkan terjadinya penurunan degradasi serat.

• Pemberian makanan yang tidak cukup jumlah seratnya atau


pemberian hijauan yang rendah kapasitas buffernya di
dalam rumen, akan mempengaruhi:
• 1. Fermentasi rumen
• 2. Degradasi serat
• 3. Persentase kadar lemak susu
• Kejadian ini sama halnya dengan yang diakibatkan oleh
menurunnya ukuran partikel hijauan.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Rekomendasi umum untuk pemberian serat pada sapi perah
yang sedang laktasi, adalah paling tidak 1/3 dari total BK
ransum harus dalam bentuk hay yang panjang atau 1,5% dari
bobot hidup, walaupun sulit untuk menentukan equivqlent
hay dari pakan yang berbeda dan equivaklent tersebut tidak
memberikan perkiraan yang akurat terhadap jumlah serat
yang diberikan pada sapi perah..

• Jumlah serat di dalam ransum sapi perah, secara normal


dinyatakan dalam:
• 1. Serat kasar
• 2. Acid Detergent Fiber (ADF)
• 3. Neutral Detergent Fiber (NDF)

SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Serat kasar mewakili semua fraksi serat yang tahan terhadap
degradasi asam dan basa.
• Acid Detergent Fiber (ADF) terdiri dari:
• 1. Selulosa
• 2. L lignin
• 3. Acid detergent-insoluble nitrogen (ADIN)
• 4. Acid detergent-insoluble ash

• Neutral Detergent Fiber (NDF) terdiri dari:


• 1. Hemiselulosa
• 2. Selulosa
• 3. Lignin
• 4. Acid detergent-insoluble nitrogen (ADIN)
• 5. Acid detergent-insoluble ash
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• NDF dan ADF merupakan pengukuran komponen
serat hijauau yang lebih akurat dibandingkan nilai
serat kasar.

• Sifat fisik dan sifat kimia bahan pakan,


mempengaruhi penentuan kualitas serat dan nilai
energi.
• Kandungan NDF berkorelasi negatif dengan
konsumsi BK dan kecernaan hijauan, dan
berkorelasi positif dengan waktu mastikasi
makanan, tetapi ADF lebih berkorelasi negatif
dengan kecernaan dibandingkan NDF.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Sifat bulky dan NDF mempunyai hubungan yang
positif, yang dapat menerangkan hubungan yang
negatif antara konsumsi BK dengan kandungan
NDF pakan.
• Diantara fraksi serat yang dianalisa, maka serat
kasar dan ADF yang paling menentukan dalam
mencegah terjadinya penurunan persentase lemak
susu.

• Konsentrasi 19% ADF dan 17% serat kasar di dalam


bahan kering ransum, dapat mempertahankan
kadar lemak susu yang normal.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Produksi susu (berdasaran 4% kadar lemak)
paling tinggi (30 kg/hari) dihasilkan pada kadar
NDF 24-26% dan kadar ADF 17-21%.

• Kadar NDF 34-38% dari BK ransum,


menghasilkan produksi optimum 16-24 kg
dengan kadar lemak 4%.

• Intake NDF optimum adalah: 1,2 ± 0,1% dari


bobot hidup, apabila 70-80% NDF dalam
ransum berasal dari hijauan.
SERAT KASAR RANSUM SAPI PERAH
• Rekomendasi:
• Selama 3 minggu pertama laktasi, maka kadar ADF
minimum adalah 21% dan kadar NDF minimum 28%.
• Tetapi selama produksi susu tinggi, kandungan ADF dan
NDF ransum dapat menurun 19% uttk ADF dan 25% utk
NDF.

• Kandungan ADF dan NDF meningkat pada akhir laktasi


yang bertujuan untuk membantu mencegeah terjadinya
penurunan kadar lemak susu dan karena kurangnya
energi yang dibutuhkan untuk produksi susu.
• 75% dari NDF ransum, harus dusuplai dari
hijauan.
Kebutuhan Nutrien Sapi Perah
Nutri Produksi susu Awal Sapi Growing Heifer Bull
ent (kg/hari, kadar lakta Keri (bulan)
(%) lemak 4% ) si (0- ng,
3 bunti
ming ng
gu)
7 13 20 3-6 6-12 > 12
TDN 63 67 71 73 56 60 66 61 55
PK 12 15 16 19 12 16 12 12 10
UIP 4,4 5,2 5.7 5,9 - 8,2 4,4 2,1 -
DIP 7,8 8,7 9,6 10.3 - 4,6 6,4 7,2 -
SK 17 17 17 17 22 13 15 15 15
ADF 21 21 21 21 27 16 19 19 19
NDF 28 28 28 28 35 23 25 25 25
SERAT

• Kekurangan serat di dalam ransum, dapat


mengakibatkan penurunan kadar lemak susu,
asidosis, penurunan konsumsi BK dan kondisi
tubuh yang kurang baik.

• Hijauan hendaknya jangan diberikan dalam


bentuk halus, dengan partikel < 1 cm.
Penghalusan partikel menurunkan lemak susu
SERAT
• Kadar karbohidrat non serat hendaknya berkisar
antara 20-45%.
• Pada ratio rumput dengan konsentrat 40:60,
kadar karbohidrat non serat mencapai 40-45%

• Karbohidrat non serat = 100- (protein kasar+


NDF + lemak + mineral).
• Kadar karbohidrat non serat yang tinggi dapat
menurunkan kadar lemak susu.
ASPEK KHUSUS MAKANAN: 2. LEMAK
• LEMAK
• Anak sapi perah yang baru lahir, membutuhkan lemak di
dalam ransumnya sampai rumennya berfungsi.
• Kadar lemak 10% di dalam milk replacer, cukup untuk
mensuplai asam-asam lemak esensial, vitamin yang larut
dalam lemak dan suplai energi yang cukup untuk
pertumbuhan normal pada temperatur lingkungan yang
optimum (150C).

• Pemberian milk replacer yang tinggi kadar lemaknya,


dapat menyediakan energi dan meningkatkan deposisi
lemak di dalam karkas, tetapi tidak merupakan sumber
energi yang mudah tersedia yang penting untuk deposisi
tulang dan otot.
ASPEK KHUSUS MAKANAN: LEMAK
• Tetapi untuk produksi veal, milk replacer yang tinggi kadar
lemaknya (15-20% lemak), deposisi lemak tubuh diinginkan.

• Efek lemak makanan terhadap metabolisme dan performans sapi


perah:
• Karena peningkatan konsentrasi energi yang diberikan oleh
lemak dan karena sapi-sapi yang berproduksi tinggi biasanya
berada dalam keseimbangan energi yang negatif selama awal
laktasi, maka lemaksering ditambahkan di dalam ransum untuk
meningkatkan intake energi sapidan memberikan asam-asam
lemak untuk kelenjar ambing.

• Juga menguntungkkan untuk memberikan suplemen lemak jika


kapasitas alat pencernaan membatasi intake energi.
ASPEK KHUSUS MAKANAN: LEMAK

• Sebagian besar hijauan dan biji-bijian mengandung lemak


yang rendah, biasanya mengandung lemak kurang dari 3-4%.
• Umumnya sapi perah harus dapat menggunakan sekitar 0,45
kg lemak/hari selain lemak yang terdapat secara alami di
dalam bahan pakan.

• Penambahan lemak berarti menambah 2-3% lemak di dalam


Bk ransum atau sekitar 5% lemak yang ditambahkan di dalam
ransum biji-bijian. Persentase ini akan bervariasi jenis
hijauan dan bahan pakan yang digunakan, dan sifat dari
lemaknya terutama lemak yang terdapat dalam kedelai, yang
mengandung lemak yang tinggi.
ASPEK KHUSUS MAKANAN: LEMAK
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lemak
maksimum 5% dari total BK ransum, pada laktasi
pertama menghasilkan produksi susu maksimum.
• Ransum yang mengandung proporsi hijauan yang
tinggi, akan membantu mempertahankan fungsi
rumen yang normal.

• Penambahan lemakdi dalam ransum akan


mempengaruhi pencernaan fermentatif, terutama
pencernaan serat di dalam rumen dan ini dapat
menurunlkan konsumsi makanan.
ASPEK KHUSUS MAKANAN : LEMAK

• Tetapi efek yang dihasilkan oleh penambahan lemak,


berhubngan dengan level dan jenis suplemen.
• Apabila sapi perah diberi asam-asam lemak rantai
panjang yang tidak diprotek, maka harus diperhatikan
pemberian suplemen kalsium dan magnesium, karena
penambahan lemak akan meningkatkan pembetukan
sabun Ca dan sabun Mg di dalam rumen dan ekskresi
elemen-elemen ini di dalam feses.
• Kandungan Ca dan Mg dari total BK ransum mungkin
perlu ditingkatkan 20-30% dari level yang
direkomendasikan, apabila lemak tak jenuh diberikan
di dalam ransum.
ASPEK KHUSUS MAKANAN: LEMAK

• Jenis lemak yang diberikan sebagai suplemen di dalam


ransum, sebagian besar dipengaruhi oleh penggunaan
nutrient oleh ternak, respon produksi susu, kebiasaan
makan, jumlah yang dapat dimakan dan komposisi
susu.
• Tingkat kejenuhan lemak mrupakan pertimbangan
utama.
• Lemak tak jenuh kurang diinginkan pada sapi perah
karena efek penghambatannya terhadap pencernaan
dan fermentasi rumen.
• Lemak hewan, yang lebih jenuh umumnya
memberikan respon yang paling positif terhadap
performans ternak.
• Karena minyak tumbuh-tumbuhan mengandung
lemak tak jenuh yang lebih tinggi, maka ini
kurang baik dibandingkan lemak jenuh sebagai
suplemen.
• Lemak tak jenuh yang mengandung asam oleat
yang tinggi akan mengalami biohidrogenasi oleh
mikroba rumen dan akan mengakibat penurunan
kadar lemak susu.
• Peningkatan asam-asam lemak tak jenuh rantai
panjang, akan meningkatkan sekresi susu
ASPEK KHUSUS MAKANAN: LEMAK
• Penambahan lemak dalam ransum akan
menurunkan protein susu sebesar 0,1%
dikarenakan kandungan kasein yang rendah.

• Pada beberapa kasus, pemberian lemak yang


diprotek, yang tahan terhadap aksi mikroba di
dalam rumen, telah meningkatkan persentase
lemak susu dan efeisiensi produksi susu.

• Garam-garam kalsium merupakan sumber yang


efektif untuk memprotek lemak pada sapi perah.
GARAM-GARAM MINERAL & PERANANNYA SEBAGAI BUFFER

• Garam-garam mineral berfungsi untuk:


• 1. Mempertahankan konsentrasi ion hidrogen di
dalam rumen, usus, jaringan, dan cairan tubuh atau
• 2. Untuk meninglatkan laju aliran cairan dari rumen,
atau
• 3. Poin 1 dan 2, keduanya bisa terjadi

• Garam-garam mineral yang diberikan pada ternak


perah adalah:
• 1. Sodium bicarbonat (NaHCO3)
• 2. Magnesium oksida (MgO)
• 3. Calcium carbonat atau limestone (CaCO3)
• Pemberian pakan dengan jumlah konsentrat yang
tinggi dan jumlah hijauan yang rendah atau dengan
hijauan yang telah difermentasi atau hijauan yang
telah dicoper, akan menurunkan jumlah saliva yang
dihasilkan dan meningkatkan kondisi asam pada
ternak sapi perah yang sedang laktasi.

• Pemberian pakan seperti tsb.di atas akan


menurunkan pH rumen dan laju aliran cairan
rumen, yang berakibat pada meningkatnya
produksi asam propionat dan menurunkan ratio
aseta: propionat.
Suplementasi NaHCO3

• Penurunan persentase lemak susu, sering


berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam
fermentasi rumen ini.

• Pemberian hijauan dan konsentrat yang terpisah di


dalam ransum, yang mengandung berbagai hijauan
dan persentase konsentrat yang tinggi, yang
disuplentasi dengan2,6-4,6 NaHCO3 akan
meningkatkan kandungan lemak di dalam susu yang
dihasilkan, tetapi terjadi penurunan konsumsi BK
jika dibandingkan dengan ternak yang tidak
disuplementasi.
Suplementasi NaHCO3

• Terjadinya perubahan dalam persentase kandungan


lemak susu disebabkan oleh suplementasi NaHCO3 ke
dalam ransum sangat berhubungan dengan kandungan
lemak susu awal yang dihasilkan oleh sapi yang diberi
ransum basal.

• Jika ransum basal menghasilkan persentase lemak


susu yang normal, maka suplementasi NaHCO3 akan
memberikan efek yang kecil terhadap persentase lemak
susu dan keuntungan dari efek suplementasi akan
didapatkan melalui peningkatan susu yang dihasilakan.
Suplementasi MgO
• Suplementasi NaHCO3 pada ransum yang tinggi
konsentrat akan menurunkan produksi asam proipionat di
dalam rumen dan meningkatkan ratio asetat: propionat.

• Penambahan 0,8%MgO atau kombinasi 0,8% MgO dengan


1,0% NaHCO3 pada ransum yang tinggi konsentrat, akan
meningkatkan persentase lemak susu.

• Suplementasi 0,8% MgO dari total BK dalam ransum yg


tdd 40% silase jagung dan 60% konsentrat, meningkatkan
pH rumen dan meningkatkan ratio asetat propionat
• Kemampuan MgO untu mengatur pH rumen
dan performans ternak berhubungan dengan
kelarutan dan ukuran partikel.
• MgO berfungsi dalam meningkatkan laju aliran
cairan rumen, yang meningkatkan ratio asetat:
propionat dan meningkatkan lemak susu.
Buffer
• Buffer akan sangat menguntungkan bagi sapi pada situasi
sbb:
• 1. Selama awal laktasi
• 2. Apabila konsentrat yang mudah difermentasi diberikan
dalam jumlah yang banyak.
• 3. Apabila hijauan yang difermentasi, terutama silase jagung
merupakan hiajaun utama di dalam ransum.
• 4. Apabila konsentrat dan hijauan diberikan secara terpisah
• 5. Apabila ukiran partikel pakan diperkecil dengan cara
dicoper, digiling atau dibuat pelet, yang dapat meningkatkan
fermentasi rumen dan menurunkan sekresi saliva dan
kapasitas buffer.
• 6. Apabila pergantian pakan yang drastis dari tinggi hijauan ke
tingi konsentrat pada awal laktasi
• 7. Apabila kandungan lemak susu rendah
ASAM LEMAK RANTAI CABANG
• Asam-asam lemak rantai cabang yaitu isobutirat, 2 metil butirat dan
asam isovalerat dan juga asam-asam lemak rantai lurus yaitu asam
valerat, dibutuhkan atau berfungsi untuk merangsang bakteri
terutama bakteri selulolitik dan juga non selulolitik.

• VFA (Volatile Fatty Acids) secara normal disintesis di dalam rumen


melalui proses dekarboksilasi oksidatif dan deaminasi asam-asam
amino rantai cabang yaitu: valin, leusin dan isoleusin, yang berasal
dari protein atau dari fermentasi rumen dari sumber karbon lainnya.

• Pemberian ransum bebas protein akan menurunkan konsentrasi


VFA ini di dalam rumen dan konsentrasi asam-asam amino rantai
cabang di dalam plasma.
ASAM LEMAK RANTAI CABANG

• Asam isobutirat, isovalerat dan asam 2 metil


butirat memberikan kerangka karbonnya untuk
sintesis asam-asam amino rantai cabang: valin,
leusin dan isoleusin.

• Asam valerat digunakan untuk sintesis asam


lemak rantai panjang dan aldehid dan juga
digunakan untuk sintesis prolin.

Anda mungkin juga menyukai