Anda di halaman 1dari 418

Diklat Penera Terampil 2015

Peneraan UTTP Volume Statis

PENDAHULUAN
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D.
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah mempelajari mata diklat ini peserta dapat menjelaskan satuan ukuran
volume, alat ukur volume serta menerapkan pengujian bejana ukur, takaran,
dan tangki ukur mobil.

SK Sekjen Kemendag Nomor 422/SJ-DAG/KEP/10/2013


Nama : Dudi Adi Firmansyah, Ph.D
NIP : 19830303 2006041004
Instansi : Direktorat Metrologi
Kementerian Perdagangan
Jabatan
Pendidika
: Widyaiswara Ahli Muda
: S1 & S2 Kimia, ITB
BIODATA
n S3 Teknik Mesin, PNU, Korea
Alamat : Jl. Gegerkalong Hilir No. 140/73
Email : dudi.adi@kemendag.go.id
Cited
No. International Journal
Phone : 089688448366 by
1 Langmuir 25 (12), 7063-7071 20
The Journal of Physical Chemistry C 116 (1), 404-
2 14
411
3 Langmuir 28 (5), 2890-2896 4
Pengalaman Mengajar :
Japanese Journal of Applied Physics, vol 53, pp.
4 - 
2007  Bimtek Pelapisan Logam (Ditmet) 05HA09.

2012  Thermogravimetric Analysis (Pusan National Univ, Korea)


2013  XRD Analysis (Pusan National Univ, Korea)
2014  Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Pusan National Univ., Korea)
2014  Diklat Teknis Kemetrologian MKA
DESKRIPSI MATA DIKLAT

Mata diklat ini membahas :


1. Satuan ukuran volume
2. Alat Ukur Volume
3. Takaran
4. Bejana Ukur
5. TUM
PRE TEST
PENERAAN UTTP DIKLAT PENERA TERAMPIL 2015

VOLUME STATIS
Jawablah Pertanyaan Berikut ini :

1. Jelaskan yang saudara ketahui tentang METROLOGI dan METROLOGI LEGAL ?


2. Apakah yang anda ketahui tentang :
a. Alat ukur volume statis. Berikan contohnya?
b. Alat ukur volume dinamis. Berikan contohnya?
c. Alat Ukur Gelas (Glassware)?
d. Bejana Ukur
e. Takaran
f. Tangki Ukur Mobil (TUM)
g. Tangki Ukur Wagon (TUW)
3. Tuliskan satuan ukuran volume?
Jawablah Pertanyaan Berikut ini :

4. Dalam pengujian Tera/Tera Ulang UTTP ada tiga prinsip yang harus dilakukan, yaitu pengujian...

5. Gambarkan tanda tera untuk :


a. Tanda Sah
b. Tanda Batal
c. Tanda Daerah
d. Tanda Jaminan
e. Tanda Pegawai Berhak

6. Gambarkan urutan tanda tera pada lemping tera


Selamat
Mengerjakan......
Soal 1

Jelaskan yang saudara ketahui tentang METROLOGI dan METROLOGI LEGAL ?

Jawaban :
 Metrologi (the science of measurement) adalah ilmu tentang sifat-sifat ukur atau
pengetahuan pengukuran.
 Metrologi legal adalah cabang metrologi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengukuran yang dipersyaratkan oleh aturan hukum.
Soal 2

Apakah yang di maksud dengan :


a. Alat ukur volume statis. Berikan contohnya?
b. Alat ukur volume dinamis. Berikan contohnya?

Jawaban :
a. Alat ukur volume statis adalah alat ukur volume yang umumnya digunakan
untuk mengukur barang cair, padat halus atau butiran yang dalam proses
pengukurannya barang tersebut dalam keadaan statis atau tidak mengalir.
Glass ware
BEJANA UKUR
TAKARAN
Tangki Ukur Mobil
Tangki Ukur Wagon
b. Alat ukur volume dinamis adalah alat ukur volume
yang digunakan untuk mengukur barang cair yang
dalam proses pengukurannnya barang tersebut dalam
keadaan dinamis atau mengalir.
Soal 3

Tuliskan satuan ukuran volume?

Jawaban :
m3 atau dm3
namun didalam praktek satuan untuk volume lebih banyak
dipergunakan  Liter.
Soal 4

Dalam pengujian Tera/Tera Ulang UTTP ada tiga prinsip yang harus
dilakukan, yaitu pengujian...
Jawaban :
1. Kebenaran
2. Kepekaan
3. Ketetapan
Soal 5

Gambarkan tanda tera untuk :


a. Tanda Sah

b. Tanda Batal
Gambarkan tanda tera untuk :
c. Tanda Daerah

d. Tanda Jaminan

e. Tanda Pegawai Berhak


Soal 6

Urutan Pembubuhan Tanda Tera


NEXT TO:
SELESAI TEORI VOLUME STATIS
Diklat Fungsional Penera Terampil 2015

TEORI DASAR VOLUME


DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D.
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelahmempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan


dapat memahami prinsip-prinsip dasar dan teori volume
statis.
FLUIDA STATIS

  Pengertian

Massa Jenis dan Tekanan
 Massa Jenis
 Massa jenis (ρ) didefinisikan sebagai massa zat (m) dibagi dengan volume zat (V) dan dirumuskan dengan

 Tekanan
 Tekanan (p) yang diberikan oleh sebuah gaya yang bergerak pada suatu benda, bergantung pada gaya (F) dan luas
permukaan kontak (A), gaya tersebut. Secara matematis, tekanan dapat dirumuskan
Massa Jenis Aquades
t (oC) r (kg/m3)   t (oC) r (kg/m3)   t (oC) r (kg/m3)

9.0 999.780104   19.5 998.303738   30.0 995.645411


9.5 999.741106   20.0 998.201852   30.5 995.493351
10.0 999.698711   20.5 998.097340   31.0 995.339129
10.5 999.652965   21.0 997.990230   31.5 995.182762
11.0 999.603915   21.5 997.880548   32.0 995.024267
11.5 999.551606   22.0 997.768320   32.5 994.863664
12.0 999.496080   22.5 997.653572   33.0 994.700970
12.5 999.437381   23.0 997.536327   33.5 994.536202
13.0 999.375550   23.5 997.416611   34.0 994.369378
13.5 999.310628   24.0 997.294446   34.5 994.200517
14.0 999.242653   24.5 997.169856   35.0 994.029635
14.5 999.171664   25.0 997.042862   35.5 993.856749
15.0 999.097699   25.5 996.913488   36.0 993.681879
15.5 999.020792   26.0 996.781755   36.5 993.505041
16.0 998.940981   26.5 996.647683   37.0 993.326254
16.5 998.858299   27.0 996.511294   37.5 993.145535
17.0 998.772779   27.5 996.372608   38.0 992.962902
17.5 998.684455   28.0 996.231645   38.5 992.778374
18.0 998.593359   28.5 996.088425   39.0 992.591969
18.5 998.499520   29.0 995.942966   39.5 992.403706
19.0 998.402970   29.5 995.795288   40.0 992.213603
FLUIDA STATIS

 Tekanan

oleh Fluida Statis
 Besarnya tekanan di suatu titik di dalam zat cair tak bergerak sebanding dengan kedalaman titik itu (h) dan sebanding
dengan massa jenis (ρ) zat cair tersebut. Secara matematis, besarnya tekanan oleh fluida tak bergerak dapat dirumuskan
sebagai

Dimana
g : percepatan gravitasi bumi
FLUIDA STATIS

  Hukum Hidrostatis
 Tekanan pada titik yang mempunyai kedalaman yang sama adalah sama
 Menurut hukum utama hidrostatis

 Dimana Po adalah Tekanan udara luar


Hukum Archimedes
    Benda yang tercelup ke dalam fluida akan mengalami gaya ke atas sebesar berat fluida yang dipindahkan oleh benda
itu.
Secara matematis, hukum Archimides dapat dirumuskan sebagai

 Hukum Archimides banyak diterapkan dalam bidang teknologi: kapal laut, galangan kapal, balon udara, hydrometer,
dsb.

Vf < Vb Vf = Vb Vf = Vb
ρb < ρf ρb = ρf ρb > ρf
FLUIDA STATIS
  

Gaya KOHESI TEGANGAN PERMUKAAN


Adanya gaya tarik-menarik antar partikel yang sama Tegangan permukaan suatu zat cair didefinisikan
(gaya kohesi) di permukaan zat cair akan sebagai gaya tiap satu satuan panjang. Jika pada
menimbulkan tegangan permukaan, yang suatu permukaan sepanjang l bekerja gaya sebesar
menyebabkan permukaan zat cair selalu cenderung F tegak lurus terhadap l, maka tegangan
memperkecil diri permukaan (γ) dapat dirumuskan
 Untuk zat cair dalam suatu wadah, luas
permukaan terkecilnya adalah permukaan
datar. Inilah sebabnya permukaan zat cair
dalam suatu wadah selalu datar, kecuali di
daerah dekat dinding wadah
SUDUT KONTAK

Besarnya sudut kontak bergantung pada gaya tarik-menarik antara


partikel zat cair dengan partikel permukaan wadah (gaya adhesi) dan
gaya tarik-menarik antar partikel-partikel zat cair (gaya kohesi)
 Meniskus Cekung
 Fadhesi > Fkohesi
 Sudut kontak Ө < 90o (runcing), zat membasahi dinding wadah

 Meniskus Cembung
 Fadhesi < Fkohesi
 Sudut kontak Ө > 90o (tumpul), zat tidak membasahi dinding wadah
FLUIDA STATIS

  Kapilaritas

 Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam


pipa yang diameternya kecil, contoh :
 Naiknya minyak tanah melalui pori-pori sumbu kompor, sehingga
kompor dapat terus menyala selama masih ada minyak dalam
tandon
 Naiknya air tanah ke bagian atas tumbuhan melalui buluh-buluh
akar dan batang
 Besarnya kenaikan/penurunan zatcair di dalam pipa kapiler,
dapat ditentukan menggunakan rumus
2. SATUAN UKURAN VOLUME
Transaksi
Perdagangan

Ukuran

Kualitas Harga

Kuantitas

Kesamaan Penggunaan Standar


“Standar Ukuran Baku”
 Ketidakseragaman Satuan Ukuran  Kesulitan Perdagangan
 Konvensi Meter (la Convention du Metre) tahun 1857

Sistem Metrik
(penggunaan satuan dasar meter dan kilogram)
 CGPM Ke-11 (1960)  The International System of Units (SI)

No. Besaran Satuan Dasar Lambang Satuan


1 Panjang meter m
2 Massa kilogram kg
3 Waktu sekon s
4 Arus listrik amper A
5 Suhu thermodinamika kelvin K
6 Kuat cahaya kandela cd
7 Kuantitas zat mole mol 34
 Tiga Golongan Satuan :
1. Satuan Dasar (Base units)
2. Satuan Turunan (Derived units)
3. Satuan Tambahan (Supplementary units)

 Penggunaan SI di Indonesia :
UU No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal
PP No. 10 tahun 1987 tentang Satuan Turunan SI, Satuan Tambahan SI dan Satuan lain yang Berlaku.

Metrologi Legal mengelola satuan-satuan ukuran, metoda pengukuran dan alat ukur yang
menyangkut persyaratan teknis dan peraturan berdasarkan undang-undang yang bertujuan
melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran
Satuan Volume
(m33)

Satuan Massa
(g)

Satuan Panjang
(m)

Satuan turunan yg diperoleh dari hasil perkalian/perpangkatan satuan


dasar panjang 36
SEJARAH SATUAN LITER

1. Satu liter adalah volume dari massa air murni sebanyak 1 kg dlm kepekatan maksimum
dan tekanan udara normal pd suhu 4 oC.
2. Definisi 1 kg adalah volume dari air murni dlm kepekatan maksimum dan tekanan udara
normal pd suhu 4 oC yg memenuhi kubus berukuran sisi 0,1 m (1 dm).

SEHARUSNYA : 1 LITER = 1 dm3

HASIL PENELITIAN 1 liter = 1,000 028 dm3

Akhirnya CGPM ke-12 tahun 1964 MENETAPKAN BAHWA :


1 LITER = 1 DESIMETER KUBIK.
38
CARA PENGUKURAN

Satuan Volume
(m33)

Satuan Massa
(g)

Geometri Gravimetri

Satuan Panjang
(m)

Volumetri
39
40
41
42
Alat Ukur Volume

Alat Ukur Volume Statis


alat ukur volume yang umumnya digunakan untuk mengukur barang cair, padat halus atau butiran
yang dalam proses pengukurannnya barang tersebut dalam keadaan statis atau tidak mengalir

Alat Ukur Volume Dinamis


alat ukur volume yang digunakan untuk mengukur barang cair yang dalam proses pengukurannnya
barang tersebut dalam keadaan dinamis atau mengalir.
43

Alat
Alat Ukur
Ukur Volume
Volume Statis
Statis

Gelas Ukur Bejana Ukur Takaran Tangki


44
Alat
Alat Ukur
Ukur Volume
Volume Statis
Statis
Tidak terdapat garis skala Skala Tunggal

Volume nominal (Vn)

Skala Majemuk

Tanpa
Skala
Skala
Takaran
Alat
Alat Ukur
Ukur Volume
Volume Statis
Statis (SKALA)
(SKALA)

Skala Tunggal Skala Majemuk

45
46

Alat
Alat Ukur
Ukur Volume
Volume Dinamis
Dinamis

Pompa Ukur
BBM Meter Air Meter Gas Meter Arus
47

PENGUKURAN VOLUME

METODE PRIMER METODE SEKUNDER


Quantity Method Rate Divice Method

1. Pengukuran cairan statis (gravimetri & 1. Pengukuran cairan statis (geometri)


Volumetri)
2. Pengukuran cairan bergerak /cairan
mengalir (Perpindahan positif)
Pengujian dari UTTP Volume Statis :

1. GRAVIMETRI
 Metode pengujian UTTP dengan cara penimbangan dan menggunakan timbangan
yang telah terkalibrasi baik timbangan elektronik maupun non elektronik.
 Timbangan harus sudah dikalibrasi dan diketahui kesalahannya.
 Metode gravimetrik dilakukan untuk alat ukur volume yang mempunyai kapasitas
nominal < 50 liter.

48
Pengujian dari UTTP Volume Statis :
2. Volumetri
 Metode pengujian UTTP dengan cara menakar menggunakan alat ukur volume
sejenis atau alat ukur lain dengan volume yang lebih kecil
 Alat Ukur Standar sudah dikalibrasi dan diketahui tingkat kesalahannya.
 Metode volumetrik dapat digunakan untuk menguji kapasitas besar yaitu > 50
liter.

49
NEXT :
SELESAI PENERAAN TAKARAN
DISKUSI
Diklat Penera Terampil 2015

PENERAAN TAKARAN
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D.
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR
KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan dapat menerapkan pengujian takaran.
PENGANTAR

 Takaran
Alat takar atau takaran didefinisikan sebagai suatu alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran
kuantitas atau penakaran (UUML)

 Bentuk,Bahan dan Volume


• Bentuk takaran umumnya sangat sederhana, mudah dibuat dan mudah digunakan.
• Bahan takaran dapat berupa plat seng, plat besi dan kayu.
• Takaran dibuat dalam berbagai ukuran volume, dengan ketentuan 1 x 10n , 2 x 10n , 5 x 10n, misal 1 cL , 2
cL , 5 cL , 1 dL , 2 dL , 5 dL , 1 L , 2 L , 5 L , 10 L , 20 L
JENIS-JENIS TAKARAN

a. Jenis barang yang ditakar


c. Bahan
- Takaran basah - Takaran kayu
- Takaran kaleng
- Takaran kering
- Takaran besi
 
b. Bentuk d. Aspek khusus penggunaan
- Takaran getah lateks
- Takaran bentuk silinder
- Takaran bahan bangunan
- Takaran bentuk tong
- Takaran kapuk
- Takaran bentuk kubus - Takaran kopi

- Takaran bentuk kerucut terpancung


PERSYARATAN UMUM TAKARAN

 SK Dirjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen No. 904 tahun 2011


 Takaran silinder bentuk biasa, yaitu takaran yang mempunyai perbandingan antara garis tengah diameternya dan tinggi
silinder sama dengan1 : 1 atau garis tengahnya sama dengan tingginya.
 Takaran silinder bentuk tinggi, yaitu takaran yang garis tengah berbanding dengan tingginya sama dengan 1 : 2.
 Takaran silinder bentuk rendah, yaitu takaran yang garis tengah berbanding dengan tingginya sama dengan 2 : 1.

Dari ketiga macam takaran tersebut, yang terbanyak dipergunakan di dalam perdagangan adalah bentuk biasa, bentuk
kedua hanya dipergunakan di beberapa perkebunan antara lain untuk takaran lateks atau takaran buah kopi, sedangkan
bentuk ketiga saat ini boleh dikatakan sudah tidak dipergunakan lagi.
PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
TAKARAN SILINDER
Selisih yang diperkenankan untuk
Ukuran Takaran garis tengah (mm)

Tera Tera ulang


5 BKD untuk kesalahan
50 L, 100L 2
tinggi takaran
20 L, 25 L 1,5 3
Tera : 0 sampai +1%
10 L 1,5 2,5
Tera Ulang : -1 sampai +2%
1 L, 2 L, 5 L 1 2
1,5
½ dL, 1 dL, 2 dL,
1
½L

1 cL, 2 cL 0,5 1
Persyaratan Kemetrologian Takaran Bentuk
Kubus
BKD untuk selisih garis tengah :
 5 mm untuk ukuran-ukuran 500 mm atau lebih
 3 mm untuk ukuran-ukuran di bawah 500 mm

BKD untuk kesalahan tinggi :


 Tera : 0 sampai +1%
 Tera Ulang: -1 sampai +2 %
Persyaratan Kemetrologian Takaran Bentuk Kerucut
Terpancung

b. BKD untuk kesalahan tinggi


a. BKD untuk selisih garis tengah Tera : 0 sampai +1%
Tera Ulang: -1 sampai +2%
Selisih yang diperkenankan
Garis Tengah untuk garis tengah (mm)
Ukuran
Tinggi
Takaran
Dasar Mulut Tera Tera Ulang

2 hL 720 600 583 3 8


Persyaratan Kemetrologian Takaran Bentuk
Tong

Selisih garis Selisih tinggi


Garis Tengah
tengah (mm) (mm)
Ukuran Panah
Tinggi
Takaran   Tera Tera
Dasar Mulut ½ Tinggi Tera Tera
Ulang Ulang

1 Hl
571,6
435 435 490 6,90 4 8 2,5 4
5
½ hL
453,7
345 345 389 5,50 4 8 2,5 4
5
Persyaratan Kemetrologian Takaran Kopi dan Lateks/Getah
Susu

BKD untuk kesalahan tinggi


 Tera : 0 sampai +1,5 mm
 Tera Ulang: -1 sampai +3 mm
Pemeriksaan dan Pengujian

 Pemeriksaan takaran dilakukan untuk memastikan bahwa takaran memenuhi persyaratan-persyaratan


yang ditetapkan. Takaran harus diperiksa untuk memastikan kesesuaian dengan tipe sebagaimana
tercantum pada izin tipe atau izin tanda pabrik.

 Pengujian dilaksanakan sesuai dengan maksud penggunaan takaran. Pengujian dilakukan dengan cara
geometri. Pengujian dilakukan dengan menentukan garis tengah takaran (untuk takaran bentuk
silinder, kerucut terpancung dan tong).Penentuan panjang sisi pada takaran bentuk kubus serta
penentuan tinggi takaran.
Pengujian Takaran Bentuk Silinder

 Rumus volume takaran = I = ¼ D2 x H , dimana; l = volume takaran; D = garis tengah penampang dan H
= tingginya. Karena D = H maka volume takaran = I = ¼  D3 atau D = ( diambil = 3,14159 ).

 Untuk takaran dengan volume 50 liter; maka D = = 399,2945 mm.Untuk takaran dengan volume 20 liter ,
maka D = 294,20 mm demikian seterusnya.

 Namun untuk mempermudah dalam pengujian ulang dalam DVT besaran diameter D tersebut dibulatkan
sampai dengan millimeter, baru kemudian tingginya ditentukan atau dihitung berdasarkan rumus volume I
= ¼  D2H atau H = 4 I/D2 .
Standar Ukuran D dan H (DVT)
Diameter (D) Tinggi (H)
Volume Takaran dalam mm dalam mm
50 liter 400 397,90
20 liter 295 292,60
10 liter 233 234,50 Dengan mengukur kembali panjang
5 liter diameter serta tinggi takaran maka akan
185 186,00
dapat diketahui apakah takaran tersebut
2 liter 137 135,70 masih mempunyai nilai volume yang
1 liter 109 107,15 masih masuk dalam batas kesalahan
5 desiliter yang diijinkan (BKD).
86 86,10
2 desiliter 64 62,15
1 desiliter 50 50,95
0,5 desiliter 40 39,80
2 sentiliter 29 30,30
1 sentiliter 23 24,10
Pengujian Takaran

 Pengujian Takaran Berpalang dan Bertiang


 Pengujian Takaran Tidak Berpalang dan Bertiang
 Pengujian Takaran Kubus
 Pengujian Takaran Silinder
 Acuan:
Surat Keputusan Direktur Jenderala Standardisasi dan Perlindungan Konsumen
Nomor 904 Tahun 2011 tentang Syarat Teknis Takaran
Pengujian Takaran Berpalang dan
Bertiang
Peralatan yang diperlukan:

1. Takaran gandum 50 L (1/2 hL) berpalang dan bertiang


2. Mistar bourje untuk mengukur diameter
3. Mistar yang memiliki alat sorong untuk mengukur ketinggian
4. Alat penggores lingkaran
5. Pensil
6. Cerapan Pengujian

Takaran Gandum 50L


Pelaksanaan Pengujian

 Menentukan jenis takaran yang diuji yaitu takaran gandum 50 L berpalang bertiang
 Menentukan jumlah lapisan sebanyak 5 lapisan sesuai dengan ketentuan
 Menentukan 5 bidang yang akan diukur garis tengahnya yaitu pada 1/10, 3/10, 5/10, 7/10, dan 9/10 H.
 Membagi takaran dalam lima lapisan dan bidang yang akan diukur garis tengahnya dengan alat penggores lingkaran
 Mengukur diameter takaran sebanyak 4 kali pada setiap bagian tangah dari setiap lapisan, dimulai dari lapisan yang
paling atas.
 Mengukur tinggi takaran pada 8 tempat dimana pengukuran diameter dilakukan.
Jumlah Bidang
Jumlah Minimum Yang Diukur

TAKARAN GARIS TENGAH TINGGI


Dari 10 liter dan lebih 4 8 *)
Dari 5 , 2 , dan 1 liter 4 4
Dari ½ liter dan 2 desiliter 2 4
Dari 1 desiliter ke bawah 2 2

*) Pada takaran minyak tingginya diukur pada palang tepat di atas


puncak tiang , 1 atau 2 di kedua belah palang.
Hasil Pengukuran

Pengukuran Diameter Takaran

No. Pengukuran D Diameter


bidang ke 1 2 3 4

1
2
3
4
5

Diameter Takaran menurut ketentuan = 400 mm


Hasil Pengukuran

Kesalahan Diameter (d)


No. Pengukuran D Kesalahan Diameter Rata-Rata
bidang ke 1 2 3 4

1
2
3
4
5
D rata-rata
Hasil Pengukuran

Hasil Pengukuran Tinggi (H)

Pengukuran Tinggi (H) H rata-rata


1 2 3 4 5 6 7 8

Tinggi takaran menurut ketentuan = 397.7 mm

Kesalahan Tinggi (H)


Kesalahan Pengukuran Tinggi (H) H rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
Perhitungan

 Perhitungan kesalahan tinggi akibat kesalahan garis tengah (x).


Untuk takaran berpalang dan bertiang pergunakan rumus Mac Laurin II:
x = H/D . 2d
 Hasil pengukuran tinggi menghasilkan H yang merupakan rata-rata kesalahan tinggi takaran.
 Perhitungan total kesalahan tinggi takaran:
dh = H + x

 Bandingkan total kesalahan tinggi takaran dengan BKD kesalahan tinggi untuk takaran yang bersangkutan
 Hitung volume takaran pada saat pengamatan:
I = ¼  D2 (H+ H)
Pengujian Takaran Tidak Berpalang dan Tidak
Bertiang

Peralatan yang diperlukan:


1. Takaran kopi 50 L (1/2 hL) tidak berpalang dan tidak bertiang
2. Mistar bourje untuk mengukur diameter
3. Mistar yang memiliki alat sorong untuk mengukur ketinggian
4. Alat penggores lingkaran
5. Pensil
6. Cerapan Pengujian
Ukuran Bagian Takaran Kopi

Syarat Teknis Takaran


Persiapan Pengujian

 Sebelum dilakukan pengujian takaran, periksa apakah bentuk dan wujudnya


tidak menyimpang dari bentuk silinder yang seharusnya: Dinding takaran
tidak penyok, penampang takaran benar-benar lingkaran, bibir takaran rata
atau tidak.

 Pengujian takaran bentuk silinder dengan isi nominal > 20 L dilakukan


dengan cara geometri
Pelaksanaan Pengujian

 Menentukan jenis takaran yang diuji yaitu takaran kopi 100L tidak berpalang dan tidak bertiang.
 Menentukan jumlah lapisan sebanyak 6 lapisan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menentukan 7
bidang yang akan diukur garis tengahnya yaitu pada 0, 1/6, 2/6, 3/6, 4/6, 5/6 dan 6/6 H.
 Membagi takaran dalam enam lapisan dan tujuh bidang yang akan diukur garis tengahnya dengan alat
penggores lingkaran.
 Mengukur diameter takaran sebanyak 4 kali pada setiap bagian dari bidang, dimulai dari bidang atas (mulut
takaran) sampai bidang bawah (dasar takaran).
 Mengukur tinggi takaran pada tempat dimana pengukuran diameter dilakukan
Data Hasil Pengukuran

Pengukuran Diameter Takaran

No. Pengukuran D Diameter


bidang ke 1 2 3 4

1
2
3
4
5

Diameter Takaran menurut ketentuan = 400 mm


Data Hasil Pengukuran

Kesalahan Diameter (d)


No. Pengukuran D Kesalahan Diameter Rata-Rata Nilai
bidang ke 1 2 3 4 Konstanta
Euler x
Rata-rata

1 1x
2 2x
3 2x
4 2x
5 1x
Data Pengukuran

Hasil Pengukuran Tinggi (H)

Pengukuran Tinggi (H) H rata-rata


1 2 3 4 5 6 7 8

Tinggi takaran menurut ketentuan = 795.8 mm

Kesalahan Tinggi (H)


Kesalahan Pengukuran Tinggi (H) H rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
Perhitungan

 Perhitungan kesalahan tinggi akibat kesalahan garis tengah (x).


Untuk takaran tidak berpalang dan tidak bertiang pergunakan rumus Euler:
x = H/D . [(D1 + 2D2 + 2D3 + …………………….+ 2Dn-1 + Dn)/(n-1)]
 Hasil pengukuran tinggi menghasilkan H yang merupakan rata-rata kesalahan tinggi takaran.
 Perhitungan total kesalahan tinggi takaran:
dh = H + x
 Bandingkan total kesalahan tinggi takaran dengan BKD kesalahan tinggi untuk takaran yang bersangkutan
 Hitung volume takaran pada saat pengamatan:
I = ¼  D2 (H+ H)
Takaran Kubus

D D’ C’ C
D”  
perhitungan kesalahan volume takaran yang dinyatakan dalam kesalahan tinggi,
C”
A” menggunakan persamaan Euler sebagai berikut :
B”
F      

dengan :
a cm x = kesalahan tinggi takaran karena kesalahan sisi
a cm
H/M= perbandingan tinggi dengan sisi takaran = 1
= kesalahan rata-rata pada tiap bidang yang diukur
= jumlah lapisan
CONTOH TAKARAN KUBUS
Pembubuhan Tanda Tera

Penandaan Tanda Tera

 Pada takaran dipasang lemping tanda tera sebagai tempat membubuhkan tanda daerah, tanda pegawai berhak
dan tanda sah.
 Tanda jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari takaran yang sudah disahkan
pada waktu ditera dan tera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan.
 Bentuk tanda tera sesuai peraturan perundangan
Pembubuhan Tanda Tera

Tempat Tanda Tera


 Takaran harus mempunyai tempat pembubuhan tanda tera yang dapat menjamin keutuhan (tahan lama) tanda-tanda
tersebut.
 Bila tanda terbuat dari cap, maka sumbat cap bias berupa lempingan timah atau logam lain yang sejenis yang
disisipkan (terletak) pada plat pengenal/identitas takaran atau tempat tertentu pada takaran.
 Tanda sah, tanda daerah dan tanda pegawai berhak yang dibubuhkan pada lemping aluminimum atau logam dengan
kualitas yang sejenis yang tahan karat. Lemping tersebut hendaknya dipasang dengan cara disekrup pada plat
pengenal/identitas atau tempat tertentu pada takaran. Sekrup tersebut dililit dengan kawat segel dan dibubuhi tanda
jaminan plombir (JP) ukuran 8 mm.
 Pada takaran yang sudah dibubuhi sumbat cap, maka tanda-tanda dicapkan pada sumbat cap tersebut kemudian
batunya dibubuhi tanda jaminan.
 Tanda jaminan dibubuhkan pada tempat-tempat/bagian-bagian yang dimungkinkan dapat dengan mudah dilakukan
tindakan yang mempengaruhi sifat metrologinya.
TAKARAN KERUCUT TERPACUNG


   Takaran ini bahannya dari plat besi, volumenya agak besar dan tidak memiliki dasar (agar setelah
penakaran takaran dapat dengan mudah diangkat)
• Takaran ini biasa digunakan untuk bahan bangunan berupa butiran, misalnya : pasir

Dimana :
 M = diameter dasar takaran
 m = diameter mulut takaran
 H = tinggi takaran
TAKARAN KERUCUT TERPACUNG

Berdasarkan rumus tersebut dapat


disimpulkan bahwa kesalahan pada takaran
bentuk kerucut terpancung bersumber dari tiga
  
unsur yaitu :
 
1. Kesalahan rata-rata garis tengah dasar
H1
takaran = M
 
2. Kesalahan rata-rata garis tengah mulut
  takaran = m
 
3. Kesalahan rata-rata tinggi takaran = H
 
Kesalahan volume akibat kesalahan M (m dan
H = 0)
  

 
dapat dihilangkan dengan asumsi nilainya sangat kecil  ∆ 𝐼 = 1 𝜋 𝐻 [ 2 𝑀 ∆ 𝑀+∆ 𝑀𝑚 ]
dibandingkan dengan variable lain 𝑀
12
Kesalahan volume akibat kesalahan m (M
dan H = 0)

  

1
 dapat dihilangkan dengan asumsi nilainya sangat kecil
∆  𝐼 𝑀 = 𝜋 𝐻 [ 𝑀 + 2𝑚 ] ∆ 𝑚
12
Kesalahan volume akibat kesalahan H (M
dan m = 0)

  

 
TANDA TERA TAKARAN KERING
Tera
Jenis Takaran Tera Ulang
Tanda Daerah Tanda Pegawai Berhak Tanda Sah Logam
Takaran kaleng, takaran D8 atau D4 Sebelah kiri tanda daerah SL6 atau SL 4 sebelah kiri
baja dan takaran tanpa tanda pegawai berhak
sambungan
Hanya dibubuhkan tanda sah
Takaran besi untuk bahan D8 Sebelah kiri tanda daerah SL6 sebelah kiri tanda
logam (SL) disebelah kiri tanda
bangunan pegawai berhak
sah terdahulu dengan ukuran
Takaran besi untuk buah D8 Sebelah kiri tanda daerah SL6 sebelah kiri tanda
yang sesuai
kopi pegawai berhak
Takaran besi ≤ 0,5 hL D8 atau D4 Sebelah kiri tanda daerah SL6 atau SL 4 sebelah kiri
tanda pegawai berhak
Takaran kayu dan takaran - - SK6 atau J8 sebelah kiri Hanya dibubuhkan tanda sah
kayu untuk buah kapuk tanda pegawai berhak kayu (SK) disebelah kiri tanda
Pemaras - - SK6 atau J8 sebelah kiri sah terdahulu dengan ukuran
tanda pegawai berhak yang sesuai
TANDA TERA TAKARAN BASAH
Tera
Jenis Takaran Tera Ulang
Tanda Daerah Tanda Pegawai Berhak Tanda Sah Logam
Takaran besi dan kaleng D8 atau D4 Sebelah kiri tanda daerah SL6 atau SL 4 sebelah
kanan tanda daerah Hanya dibubuhkan tanda sah
logam (SL) disebelah kanan
tanda sah terdahulu dengan
ukuran yang sesuai

Takaran besi lateks atau D8 Sebelah kiri tanda daerah SL6 sebelah kiri tanda Hanya dibubuhkan tanda sah
getah susu pegawai berhak logam (SL) disebelah kiri
tanda sah terdahulu dengan
ukuran yang sesuai

Takaran baja tahan karat, D8 atau D4 Sebelah kiri tanda daerah SL6 atau SL 4 sebelah
tembaga, takaran tanpa kanan tanda daerah Hanya dibubuhkan tanda sah
sambungan dan takaran logam (SL) disebelah kanan
timah putih tanda sah terdahulu dengan
ukuran yang sesuai
DISKUSI
NEXT :
SELESAI CONTOH PENGUJIAN
TAKARAN
CONTOH PENGUJIAN
TAKARAN
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN
CONTOH PENGUJIAN PENERAAN
TAKARAN KOPI 100 L

CONTOH PENGUJIAN TAKARAN


INDIKATOR KEBERHASILAN

 setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami CONTOH PENGUJIAN TAKARAN TIDAK
BERPALANG DAN TIDAK BERTIANG (TAKARAN
KOPI)
100 L

TAKARAN KOPI 100 L


50 L

(TAKARAN TIDAK
BERPALANG DAN
TIDAK BERTIANG)
CERAPAN PENGUJIAN TAKARAN
HASIL PENGUKURAN DIAMETER
HASIL PENGUKURAN KETINGGIAN
DISKUSI
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
NEXT:

SELESAI CONTOH PENGUJIAN


TAKARAN BERPALANG DAN
BERTIANG
CONTOH PENGUJIAN TAKARAN
BERPALANG DAN BERTIANG

CONTOH PENGUJIAN TAKARAN


INDIKATOR KEBERHASILAN

 setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami CONTOH PENGUJIAN TAKARAN
BERPALANG DAN BERTIANG
TAKARAN
GANDUM 50 L
(1/2 hL) 50 LITER

Contoh takaran berpalang dan


bertiang
CONTOH CERAPAN PENGUJIAN
CONTOH CERAPAN PENGUJIAN
CONTOH CERAPAN PENGUJIAN
DISKUSI
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
NEXT
SELESAI CONTOH PENGUJIAN
TAKARAN KUBUS
CONTOH PENGUJIAN TAKARAN
KUBUS

CONTOH PENGUJIAN TAKARAN


INDIKATOR KEBERHASILAN

 setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami CONTOH PENGUJIAN TAKARAN
KUBUS
TAKARAN
KUBUS

(TAKARAN
TIDAK
BERPALANG
DAN TIDAK
BERTIANG)
CONTOH DATA PENGUJIAN
DISKUSI
CONTOH PENGOLAHAN DATA
NEXT:
SELESAI CONTOH PENGUJIAN
TAKARAN SILINDER
CONTOH PENGUJIAN TAKARAN
SILINDER

CONTOH PENGUJIAN TAKARAN


INDIKATOR KEBERHASILAN

 setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami CONTOH PENGUJIAN TAKARAN
SILINDER
TAKARAN
SILINDER
(TAKARAN TIDAK
BERPALANG DAN
TIDAK BERTIANG)

www.tokopedia.com
CONTOH DATA PENGUJIAN
CONTOH DATA PENGUJIAN
DISKUSI
CONTOH PENGOLAHAN DATA

PERHITUNGAN KESALAHAN DIAMETER


CONTOH PENGOLAHAN DATA

Karena kesalahan tinggi < BKD dan selisih


diameter < BKD, maka takaran 1 L ini masih
sah pada saat ditera
NEXT:
SELESAI PENAKARAN BEJANA UKUR
DIKLAT PENERA TERAMPIL 2015

PENERAAN BEJANA UKUR


DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami peneraan bejana ukur
PENDAHULUAN

 Sebagai alat ukur standar, bejana ukur standar secara periodik sekurang-kurangnya satu tahun sekali harus
dilakukan pemeriksaan dan pengujian atau lazim disebut dengan verifikasi, untuk mengetahui apakah masih
layak untuk dipakai sebagai standar dengan tingkat akurasinya yang memenuhi persyaratan.

Dilihat dari cara penggunaannya, Bejana Ukur dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
 penggunaan “kering”;
 penggunaan “basah”;
 Penggunaan “kering” dan “basah”.
PENDAHULUAN

 Bejana Ukur adalah alat ukur volume statis yang digunakan sebagai standar
untuk menguji alat ukur volume lainnya.
 Kapasitas nominal Bejana Ukur mempunyai kelipatan 1x10n L, 2x10n L dan
5x10n L dengan n bilangan bulat positif atau nol.
 Kapasitas nominal (VN) adalah nilai yang dipergunakan untuk menandai
karakteristik atau sebagai penunjuk volume Bejana Ukur.
 Bejana uji standar mempunyai berbagai ragam kapasitas mulai dari 1 liter , 5
liter, 10 liter, 20 liter, 50 liter, 100 liter, 200 liter, 500 liter sampai 1000 liter.
 Bejana uji yang mempunyai kapasitas kecil (< 50 liter) dipergunakan untuk
pengujian pompa ukur BBM sedangkan yang kapasitas besar (> 50 liter)
dipergunakan untuk pengujian meter arus, tangki ukur mobil dan sebagainya.
PENGGUNAAN BEJANA UKUR

 Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem kering, bagian dalam Bejana Ukur dipastikan berada dalam
keadaan kering. Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem basah memperhatikan waktu tetes. Waktu tetes
adalah rentang waktu tertentu (10 sekon atau 30 sekon) yang dihitung dari mulai aliran utama putus dan
berubah menjadi tetesan.

 Waktu tetes Bejana Ukur berbeda-beda tergantung dari kapasitas nominalnya. Untuk Bejana Ukur dengan
kapasitas nominal kurang dari atau sama dengan 20 liter adalah 10 sekon dan lebih dari 20 liter adalah 30
sekon.
ALAT YANG DIUJI DENGAN BEJANA UKUR

 Bejana ukur
 Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak
 Tangki Ukur Tetap
 Tangki Ukur Gerak
 Meter Arus Bahan Bakar Minyak
 Meter Prover
 Meter Air, dan
 Meter arus untuk jenis cairan lainnya.
IDENTITAS BEJANA UKUR

Bejana Ukur harus dilengkapi tanda pengenal dengan tulisan dalam huruf latin dan angka arab atau tanda lain yang jelas,
mudah dibaca, dan tidak mudah terhapus yang memberikan keterangan sebagai berikut:
 nomor Surat Izin Tanda Pabrik atau Izin Tipe;
 pabrik/pembuat;
 tipe/model;
 nomor seri;
 kapasitas nominal;
 koefisien muai ruang;
 penggunaan, “kering” dan/atau “basah”; dan tanda tera.

Pelat nominal Bejana Ukur harus dipasang pada tempat yang mudah terlihat dan tidak mempengaruhi sifat-sifat ukurnya.
SYARAT TEKNIS BEJANA UKUR

 Syarat teknis adalah syarat yang umumnya berkenaan dengan bahan, bentuk, konstruksi dan dimensi suatu alat
ukur yang harus sedemikian rupa sehingga alat ukur tersebut mampu mempertahankan sifta metrologinya dalam
waktu yang relatif lama.
 Syarat teknis bejana ukur merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Bejana
Ukur serta pengawasan Bejana Ukur guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Bejana Ukur.
 Persyaratan teknis bejana ukur diatur dalam Keputusan Ditjen PDN No. 23/PDN/KEP/2010.
 Bejana Ukur dapat terbuat dari gelas, kuningan, baja anti karat, atau bahan lain yang tahan karat dan tidak
mudah melentur. Konstruksi Bejana Ukur harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kokoh, tidak bocor, dan
tidak mudah terjadi deformasi plastis yang akan mempengaruhi sifat metrologisnya.
Bagian-bagian Bejana Ukur

Bejana Ukur dapat terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu:


1) leher atas berbentuk silinder atau kotak;
2) badan berbentuk silinder; dan
3) leher bawah berbentuk silinder atau kotak.

Bagian – bagian tersebut dihubungkan oleh suatu penghubung yang berbentuk kerucut terpancung. Pada bejana ukur
bentuk 2 , bagian atas dan bagian bawahnya disambung dengan kerucut terpancung. Kerucut terpancung dibagian atas
untuk menimbulkan sifat metrologi yang baik, sedang kerucut terpancung di bagian bawah untuk mempercepat
pengeluaran cairan dengan tuntas. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan penyipat datar, baik yang bersifat permanen
atau terpisah.
BENTUK BEJANA UKUR
BENTUK BEJANA UKUR
Bagian-bagian bejana ukur tanpa leher bawah
Bagian-bagian bejana
ukur dengan leher bawah
Bagian-bagian bejana ukur dengan leher bawah
PELENGKAP BEJANA UKUR

Bejana ukur harus dilengkapi dengan penyipat datar, baik yang bersifat permanen atau terpisah.

Bejana Ukur dapat dilengkapi dengan alat tambahan, seperti :


 Alat justir, yang tidak boleh berubah setelah penyegelan;
 Gelas penglihat, yang harus dipasang secara permanen dan tidak dapat dilepas atau diganti tanpa memutus
segel;
 Bagian penuangan pada leher atas, untuk memudahkan penuangan; alat pegangan;
 Kran pengeluaran pada leher atas; dan pipa pengeluaran.
Bejana Ukur harus dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan termometer (thermowell) yang terpasang secara
permanen serta penempatannya dapat mewakili suhu cairan di dalam Bejana Ukur.
Jumlah dan Penempatan Thermowell
PIPA PENGELUARAN

Bejana Ukur yang dilengkapi dengan pipa pengeluaran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Dimensi badan dan lubang pengeluaran dibuat sedemikian rupa, sehingga kecepatan turunnya cairan
pada badan tidak melebihi 1 cm/sekon;
 Saluran pengeluaran atau pengos ongan dipasang sedemikian rupa, sehingga tetesan cairan terpusat pada
satu titik;
 Dimensi leher atas dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari terperangkapnya udara,
cairan atau uap air dan masalah dalam pembersihan Bejana Ukur serta memperhitungkan faktor
kepekaannya; dan
 Diameter gelas penglihat cukup, sehingga tidak ada efek kapiler dan efek meniskus.
ALAT PENUNJUKAN VOLUME

Bejana Ukur harus dilengkapi dengan alat penunjukan volume, dengan ketentuan sebagai berikut :
 alat penunjuk kapasitas nominal, dapat berupa skala atau pipa limpah. Pipa limpah (over flow device) adalah
perlengkapan pada Bejana Ukur yang dipergunakan untuk membatasi kapasitas nominal yang ditakar oleh
Bejana Ukur tersebut.
 alat penunjuk berupa skala, dapat menggunakan skala tunggal atau skala majemuk yang dapat dilengkapi
dengan skala nonius atau alat bantu baca meniskus;
 volume cairan pada leher atas yang ditunjukkan oleh garis skala, minimal 1% dari kapasitas nominal, baik
untuk bagian skala positif maupun negatif;
 volume cairan pada leher bawah yang ditunjukkan oleh garis skala, minimal 0,5% dari kapasitas nominal,
baik untuk bagian skala positif maupun negatif; dan
 untuk pipa limpah harus dirancang sedemikian rupa, sehingga limpahan air dapat mengalir dengan lancar.
Persyaratan Kemetrologian Bejana Ukur

Persyaratan kemetrologian untuk bejana ukur meliputi batas kesalahan yang diizinkan, perubahan ketinggian cairan dan
ketidakpastian yang diperluas.

 Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)


BKD untuk Bejana Ukur yang diatur dalam syarat teknis ini adalah 1/2000 (satu perduaribu) dari kapasitas nominal atau 5 x
10-4 VN.

 Perubahan ketinggian cairan


Perubahan ketinggian cairan pada leher atas minimum 3 mm sama dengan BKD Bejana Ukur yang bersangkutan.

 Ketidakpastian yang diperluas


Pengujian Bejana Ukur harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga ketidakpastian yang diperluasnya adalah 1/5 (satu
perlima) BKD untuk izin tipe dan 1/3 (satu pertiga) BKD untuk tera atau tera ulang .
Pemeriksaan dan Pengujian Bejana Ukur

 Bejana Ukur yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
 Label tipe harus terlekat pada Bejana Ukur asal impor yang akan ditera. Bejana Ukur yang
diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin
Tanda Pabrik.
 Bejana Ukur yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik
dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Bejana Ukur asal impor sebelum ditera.
 Bejana Ukur yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya
PENGUJIAN BEJANA UKUR

 Metode pengukuran atau penakaran (metode volumetri)


untuk bejana ukur 100 liter ke atas, karena tidak tersedianya timbangan standar atau neraca standar
kapasitas di atas 100 kg, maka pengujian dilakukan dengan metode volumetri dengan menggunakan
bejana ukur 50 liter ke bawah yang telah diuji.

 Metode penimbangan parama saksama (metode gravimetri)


untuk bejana ukur kapasitas kecil (≤ 50 liter), karena diperlukan sebagai standar untuk melakukan
pengujian bejana ukur yang lebih besar sehingga dibutuhkan ketelitian yang tinggi, pengujiannya
sebaiknya dilakukan dengan metode gravimetri.
Pengujian Bejana Ukur Metode Volumetrik

 Metode volumetri pada dasarnya adalah membandingkan alat


ukur yang diuji dengan alat ukur standar. Bejana ukur acuan
yang kita gunakan harus mempunyai tingkat akurasi lebih
D
tinggi dari bejana yang di uji. D”
a cm
A”

 Untuk menentukan volume bejana ukur lebih dari 50 liter


sebaiknya dipergunakan cara penakaran dengan cara
berjenjang menggunakan bejana-bejana ukur dari kapasitas D’
a cm
   
50 liter ke bawah yang telah diuji dengan cara penimbangan.

 Ada 2 cara yaitu penakaran masuk dan penakaran keluar Penakaran Masuk Penakaran Keluar
PENAKARAN MASUK

Sistem pengisian/penakaran masuk (bejana standar mengisi bejana yang diuji), dimana jumlah bejana ukur
acuan bisa berjumlah satu atau beberapa buah, dengan volume lebih kecil atau sama dengan volume bejana
ukur yang di uji.

D Bejana Ukur Standar


D”
A”

D’
Bejana Ukur Uji
PENAKARAN KELUAR

Sistem penyerahan/penakaran keluar (volume yang dikeluarkan dari bejana yang diuji diukur dengan bejana
standar).dimana jumlah bejana ukur standar bisa berjumlah satu atau beberapa buah, dengan volume lebih kecil
atau sama dengan volume bejana ukur uji.

a cm
Bejana Ukur Uji

a cm Bejana Ukur Standar


   
INSTALASI PENAKARAN KELUAR
PERSIAPAN PENGUJIAN

 Sebelum dilakukan pengujian sebaiknya semua bejana, air maupun peralatan yang dipergunakan diletakkan dalam
suatu ruangan pengujian satu hari sebelumnya untuk dikondisikan.

 Ruangan pengujian sebaiknya dipilih yang tidak mudah terpengaruh oleh perubahan suhu udara luar, agar selama
proses pengujian suhu udara, suhu bejana maupun suhu air tidak berubah-ubah.

 Bejana yang akan dipergunakan baik yang untuk menguji maupun yang akan di uji terlebih dahulu dibasahi
dengan air.
PERHITUNGAN VOLUMETRI

 Untuk pengujian volume bejana ukur dengan cara penakaran sistem penyerahan, terlebih dahulu bejana yang
akan diuji diisi dengan air sampai pada batas indeks isi nominalnya pada suhu 28 oC, yaitu = Vb28 yaitu tepat
pada skala nol. Setelah kondisi air dengan bejananya diperkirakan sama dan seimbang (minimum ± 30 menit),
suhu air diukur misalnya = tb.
Vb tb = Vb 28 1 + B (tb – 28) …………………….. (1)

 Kemudian air dari dalam bejana ukur diserahkan/dipindahkan ke dalam bejana ukur standar dan dibaca
penunjukannya , misalkan = VS 28, jika diperkirakan suhu air dan suhu bejana standar sudah seimbang, maka
dilakukan pembacaan suhu air dalam bejana ukur standar (t s). maka volume air bejana standar sama dengan :
VS tS = VS 28 1 + S (tS - 28) …………………………(2)
EFEK SUHU

 Akibat perubahan suhu dari tb menjadi ts, maka volume air dalam bejana ukur uji berubah menjadi V b ts
artinya volume volume air bejana ukur yang berada dalam bejana standar dengan suhu t S .
…………………………(3)
Vb t S  Vb t b 1    t S - t b 
 = coefisien muai air
Masukkan persamaan (1)  (3)
 Mengingat b dan  merupakan bilangan kecil, maka hasil perkalian antara bilangan kecil dapat
diabaikan, sehingga persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
……....(4)
Vb tS  Vb 28 1   b (t b - 28 )    t S - t b 
Faktor Koreksi
VOLUME BEJANA UJI
DISKUSI
173

PENGUJIAN BEJANA UKUR


METODE PENAKARAN
(VOLUMETRIK) DAN
PERHITUNGANNYA

DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D


PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami perhitungan pengujian bejana ukur
metode penakaran (volumetrik)
Metode Volumetri
175
Dibagi menjadi 2 cara :

BUS
BUS
BUS BUU

BUU BUS
BUS
BUS

A. Penakaran Masuk B. Penakaran Keluar


Metode Pengisian Metode Pengosongan
(filling method) (wihdrawing method)
Pada prinsipnya volume Bejana yang diuji atau dikalibrasi merupakan 176
penjumlahan
dari bejana ukur acuan,

Benda yang terlibat :

1. Bejana ukur standar


Peka terhadap
2. Air perubahan suhu

3. Bejana ukur yang diuji

Suhu Dasar yang digunakan dalam sertifikat biasanya :


15C, 60F, 15,6C, 20C, atau 28C
KOREKSI – KOREKSI PADA PENGUJIAN BEJANA UKUR
DENGAN METODE VOLUMETRI 177

I. KOREKSI PADA BEJANA UKUR STANDAR :

VRC  VRR 1   R  t RC  t RR  

VRC = volume BUS pd saat kalibrasi

VRR = volume BUS pd suhu dasar

R = koefisien muai kubik BUS

tRC = suhu BUS saat kalibrasi

tRR = suhu referensi BUS


II. KOREKSI TERHADAP VOLUME AIR: 178

VL  VRC 1    tWC  t RC  

VL = volume air pd BUU pd suhu saat kalibrasi

VRC = volume BUS pd suhu saat kalibrasi atau sama dengan volume air
dlm BUS pd suhu saat kalibrasi
 = koefisien muai kubik air
tWC = suhu air dlm BUU saat kalibrasi

tRC = suhu air dlm BUS saat kalibrasi


III. KOREKSI TERHADAP VOLUME BEJANA UKUR YG DIKALIBRASI: 179

VWR  VWC 1   W  tWR  tWC  

VWR = volume air pd BUU pd suhu referensi

VWC = volume BUU pd suhu saat kalibrasi atau sama dengan volume air
dlm BUU pd suhu saat kalibrasi
W = koefisien muai kubik BUU

tWR = suhu dasar/referensi BUU

tWC = suhu air dlm BUU saat kalibrasi


Volume air dlm BUU pd suhu Volume BUU pd suhu saat
saat kalibrasi (VL) kalibrasi (VWC) 180

maka :

VL  VRC 1    tWC  t RC  .................  2 

VWR  VWC 1   W  tWR  tWC   ..................  3


(2)  (3) :

VWR  VRC 1    tWC  t RC  1   W  tWR  tWC 


VWR  VRC 1    tWC  t RC  1   W  tWR  tWC   ......  4 181

VRC  VRR 1   R  t RC  t RR   ....... 1

(1)  (4) :

VWR  VRR 1   R  t RC  t RR  1    tWC  t RC  1   W  tWR  tWC 


VWR  VRR 1   R  t RC  t RR  1    tWC  t RC  1   W  tWR  tWC
182 

atau :

VWR  VRR  CTL CTS 

dimana :

CTL  1    tWC  t RC 

CTS  1   R  t RC  t RR  1   W  tWR  tWC 


KOREKSI PERUBAHAN SUHU AIR
(CTL) 183
Hukum Kekekalan Massa :

Massa air Massa air dalam


dalam BUS
= BUU

 BUS  VBUS   BUU  VBUU


 RC  VRC  WC  VWC
 RC VWC VRC 1    tWC  t RC  
   1    tWC  t RC  
WC VRC VRC
 RC
 1    tWC  t RC    CTL
WC
KOREKSI PERUBAHAN SUHU BAHAN BEJANA UKUR
(CTS) 184
CTS  1   R  t RC  t RR  1   W  tWR  tWC 
CTS  1   R  t RC  t RR    W  tWR  tWC 
  R  t RC  t RR   W  tWR  tWC 
Suku keempat dapat diabaikan karena nilainya sangat kecil sehingga tidak
akan mempengaruhi tingkat ketelitian pengukuran.

CTS  1   R  t RC  t RR    W  tWR  tWC 


185
Volume Sebenarnya BUU (VACT)

V ACT  VN  VK

Dimana:
VACT = volume sebenarnya/aktual pada suhu dasar
VN = volume nominal BUU
VK = koreksi penunjukan volume BUU
186
Koreksi Penunjukan Volume BUU
(VK)

VK  VB 'VP

Dimana :
VK = koreksi penunjukan volume BUU
VB’ = volume bersih total BUS
VP = penunjukan volume BUU
187
Volume Bersih Total BUS (VB’)
n
VB '    VB  i
i 1

Dimana :
VB = volume bersih BUS pada setiap penakaran
188
Volume Bersih BUS (VB)
  RC 
V B  V RR  Va . .1   W  tWR  tWC    R  t RC  t RR 
  WC 

Dimana :
Va = pembacaan kelebihan atau kekurangan dari skala nol volume BUS
189
Uncertainty BUS
Metode Volumetrik

1. Ketidakpastian Tipe A

2. Ketidakpastian Tipe B
190

Rumus Awal:
m    RC  
V ACT  
 VN    VRR  Va . .1   W  tWR  tWC    R  t RC  t RR     VP
i 1   WC  i
191
Ketidakpastian Tipe A

S n 1
 Ketidakpastian Standar: uR 
n

cR  1
 Koefisien Sensitivitas:

R  n 1
 Derajat Kebebasan:
Ketidakpastian Tipe B 192

1. Pembacaan Penunjukan Volume BU (VP)

d BUU
 Ketidakpastian Standar: uVP 
x

 Koefisien Sensitivitas: cVP  1

 Derajat Kebebasan:
VP  50
Ketidakpastian Tipe B 193

2. Volume BUS pada suhu referensi (VRR)

 Ketidakpastian Standar: u sert  BUS


uVRR 
k

 Koefisien Sensitivitas: cVRR   CTL  CTS  m

 Derajat Kebebasan: VRR  50


Ketidakpastian Tipe B 194

3. Pembacaan kelebihan/kekurangan pembacaan Volume BUS (Va)

 Ketidakpastian Standar:
d BUS
uVa 
x

 Koefisien Sensitivitas:
cVa   CTL  CTS  m

 Derajat Kebebasan:
 Va  50
Ketidakpastian Tipe B 195

4. Suhu air dalam BUS (tRC)

 Ketidakpastian Standar: 2 2
 nst therm   u sert  therm 
u tRC  U HOM  2

 
   
 x   k 
Dimana :
UHOM = ketidakpastian akibat adanya tingkat homogenitas suhu air dalam BUS

 Koefisien Sensitivitas:

 
ctRC  VRR  V a  CTL  R m
 Derajat Kebebasan:

tRC  50
Ketidakpastian Tipe B 196

5. Suhu air dalam BUU (tWC)

 Ketidakpastian Standar: 2 2
 nst therm   u sert  therm 
u tWC  U HOM  2

 
   
 x   k 
Dimana :
UHOM = ketidakpastian akibat adanya tingkat homogenitas suhu air dalam BUU

 Koefisien Sensitivitas:


ctWC   VRR  V a  CTL  W m
 Derajat Kebebasan:

tWC  50
Ketidakpastian Tipe B 197

6. Massa jenis air pada suhu tRC

 Ketidakpastian Standar:
u RC  tabel 2usa

 Koefisien Sensitivitas:  
c RC  VRR  V a  CTS 
m
WC

 RC  50
 Derajat Kebebasan:
Ketidakpastian Tipe B 198

6. Massa jenis air pada suhu tWC

 Ketidakpastian Standar:
u WC  tabel 2usa

 Koefisien Sensitivitas:  
c WC   VRR  V a  CTL  CTS 
m
WC

 WC  50
 Derajat Kebebasan:
Ketidakpastian Tipe B 199

7. Koefisien Muai Ruang Bahan BUS (R)

 Ketidakpastian Standar: dR


uR 
3

 Koefisien Sensitivitas:   
cR  VRR  V a  CTL  t RC  t RR  m

 Derajat Kebebasan: R  50


Ketidakpastian Tipe B 200

8. Koefisien Muai Ruang Bahan BUU (W)

 Ketidakpastian Standar: d W
uW 
3

 Koefisien Sensitivitas:   
cW  VRR  V a  CTL  tWR  t WC  m

 Derajat Kebebasan: W  50


Ketidakpastian Tipe B 201

9. Gelembung udara dalam air

 Ketidakpastian Standar:
u ab  0,00001 x VN (L)

 Koefisien Sensitivitas: cab  1

 Derajat Kebebasan:  ab  50


Ketidakpastian Tipe B 202

10. Variasi jumlah sisa air

 Ketidakpastian Standar:
u lr  0,000005 x VN (L)

 Koefisien Sensitivitas: clr  1

 lr  50
 Derajat Kebebasan:
Ketidakpastian Tipe B 203

11. Kehilangan air akibat penguapan

 Ketidakpastian Standar:
u e  0,000005 x VN (mL)

 Koefisien Sensitivitas: ce  1

 e  50
 Derajat Kebebasan:
Ketidakpastian Standar Gabungan
204
uC  
 i i
c u  2

Derajat Kebebasan Efektif


u C4
 eff 
  ci u i  4 
 
 
i 


i 

Faktor Cakupan

k  t 95 ( eff )
205
Ketidakpastian yang Diperluas

U  ku C
DISKUSI
207

Terima kasih .......


PENGUJIAN BEJANA
UKUR METODE
GRAVIMETRI

DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D.


PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelahpembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat


memahami pengujian bejana ukur menggunakan metode
gravimetri.
PENDAHULUAN

 Metode gravimetri direkomendasikan oleh OIML dan ISO untuk digunakan dalam pelaksanaan pengujian
yang memerlukan tingkat ketelitian pengukuran yang tinggi.
 Metode ini biasa digunakan untuk verifikasi bejana ukur dengan kapasitas kecil (< 50 L).
 Untuk menguji bejana ukur 1 liter dan 5 liter dipergunakan Neraca Tera B (kekuatan 10 kg) , sedangkan
untuk bejana ukur 10 liter , 20 liter dan 50 liter dipergunakan Neraca Tera A (kekuatan 75 kg).
 Dalam metode gravimetri kita menggunakan media air. Air merupakan satu zat cair yang memiliki sifat-sifat
khusus.
 air yang telah diketahui massa jenisnya pada setiap temperatur, dipilih untuk menentukan volume bejana
ukur standar atau benda ukur volume yang lain, yang sulit untuk dilakukan dengan pengukuran biasa
Sifat-sifat Khusus Air

 Massa jenis air dapat diketahui pada setiap temperatur di bawah temperatur mendidihnya.

 Volume air tidak mengalami perubahan apabila mendapat tekanan, atau boleh dikatakan sangat kecil
sekali apabila memperoleh tekanan yang sangat tinggi. Karena massa jenis juga tergantung dari tekanan,
maka apabila air berada dalam tabung yang tinggi, massa jenis air yang ada diatas tidak berbeda dengan
massa jenis air yang ada di bawah yang mengalami tekanan lebih.

 Air selalu mengisi seluruh ruangan dimana air tersebut dituangkan.

 Daya tempelnya terhadap permukaan yang halus relatif kecil.


Cara Gravimetri

Caranya ialah apabila kita dapat mengetahui massa air yang berada di dalam bejana ukur
standar tersebut dengan cara ditimbang pada suhu tertentu,
maka dengan membagi massa air dengan massa jenis air pada suhu tersebut akan diperoleh
volume bejana pada suhu yang bersangkutan
Penimbangan Parama Saksama

Pengertian penimbangan parama saksama ialah suatu kegiatan untuk menentukan massa suatu benda dengan memperhatikan hal-
hal yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan, seperti kondisi dan lokasi alat timbang, kondisi alam sekitar dan personel
penimbang. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap hasil penimbangan
adala :
 Pengaruh kondisi dan lokasi alat timbang
Pengaruh ini dapat dihindari atau diperkecil dengan cara menempatkan alat timbang ditempat yang sesuai, misalnya lemari kaca
yang tertutup, diatas meja yang bebas getaran dan diruangan dengan sirkulasi udara yang baik sehingga temperatur tidak mudah
berubah.
 Pengaruh personel penimbang
Pengaruh ini dapat dihindari/diperkecil dengan melakukan penimbangan lebih dari satu kali. Makin banyak melakukan
penimbangan untuk menghindari kesalahan pembacaan. Untuk penimbangan standar sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang
untuk menghindari kesalahan paralaks.
 Kondisi alam sekitar
Hasil penimbangan dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar, seperti gravitasi, kutub magnit bumi, kelembaban udara, suhu udara
dan tekanan udara.
Tata Cara Pengujian BUS dengan Metode
Gravimetri :

 Sebelum melakukan pengujian semua peralatan yang akan dipergunakan seperti neraca, bejana ukur
standar yang akan diuji, air suling, anak timbangan standar dan anak timbangan yang dipergunakan
untuk tarra maupun yang untuk imbuh, disimpan di dalam ruangan selama sehari agar seluruhnya
terkondisi sama dengan suhu ruangan.

 Neraca dalam keadaan tanpa bermuatan disetel nol (setimbang). Bejana ukur standar dibasahi air
didalamnya sampai merata kemudian dikosongkan. Bejana kosong tersebut digantungkan dengan kawat
pada gantungan dibawah pisau kanan dan pada daun neraca kanan diletakkan anak timbangan standar
M yang telah diketahui kesalahannya.
Skema Pengujian

Ket : 1. Anak Timbangan Standar


2. Bejana Ukur Standar kosong
3. Anak Timbangan Tarra
Prosedur Pengujian

 Besarnya anak timbangan M disesuaikan dengan volume bejana uji yang akan diuji/ditentukan volumenya.
Misalkan volume nominal bejana uji 5 liter maka anak timbangan M = 5 kg, untuk volume nominal bejana
uji 20 liter diletakkan anak timbangan M = 20 kg dan seterusnya.
 Kemudian di daun kiri diletakkan tara sedemikian rupa sehingga neraca menjadi setimbang.
 Pembacaan titik kesetimbangan neraca dilakukan dengan titik balik, misalkan hasilnya x.
 Setelah setimbang temperatur udara dibaca pada termometer yang telah disediakan dalam ruangan. Dari
kesetimbangan neraca tersebut dapat disusun persamaan kesetimbangan yang dijabarkan dalam keadaan
hampa udara.
Perhitungan Massa Tarra

T – V T  = G – V G  + B – VB  ………………………… (1)
Keterangan :
 T = massa tarra
 VT = volume tarra
 = massa jenis udara
 G = massa anak timbangan standar
 VG = volume anak timbangan standar
 B = massa bejana uji
 VB = volume bejana uji ,
Prosedur Pengujian

 Setelah itu neraca diturunkan (diarea) dan bejana ukur kosong beserta anak timbangan G diangkat dari
lengan / piring kanan. Bejana ukur diisi dengan air suling (aqua destilata) sehingga kira-kira sebanyak
isi nominal bejana ukur yang seharusnya (kira-kira tepat pada garis skala nol). Dalam pengisian bejana
hendaknya diperhatikan agar jangan sampai terdapat gelembung udara yang terkurung dalam air di
dalam bejana, untuk mengeluarkannya dapat dilakukan dengan memutar bejana ke kanan dan ke kiri.

 Bejana ukur yang telah berisi air diletakkan kembali di daun kanan neraca, sedangkan di daun kiri tetap
diletakkan Tarra seperti semula. Suhu air dalam bejana serta suhu udara dalam ruangan secara terus
menerus diukur untuk selama + 5 menit untuk kemudian dirata-ratakan.
Penimbangan bejana ukur berisi air +
Koreksi C

Ket : 1. Anak timbangan koreksi C


2. Bejana ukur berisi air suling
3. Anak timbangan tarra
Prosedur Pengujian

 Dari data pengukuran sebagaimana tersebut diatas kemudian dihitung suatu nilai koreksi C. Koreksi C berupa
sejumlah anak timbangan diletakkan di daun kanan.

 Dalam keadaan setimbang, berlaku persamaan kesetimbangan :


T – VT  = B – VB  + A – VA  + C - VC  ……………………. (2)
 
Dimana,
A = massa air dalam bejana
VA = volume air dalam bejana
C = massa anak timbangan koreksi
Prosedur Pengujian

 Kemudian kembali neraca dinaikkan dan dilihat kesetimbangannya. Untuk membuat neraca setimbang
secara hati-hati dilakukan dengan mengurangi atau menambah air di dalam bejana ukur.
Pergunakanlah pipet kecil dan kertas yang mempunyai daya serap tinggi untuk menambah atau
mengurangi air yang kecil-kecil.

 Setelah neraca benar-benar setimbang, kembali neraca diturunkan (diarea) untuk kemudian bejana
ukur diturunkan dengan hati-hati, dijaga agar air di dalamnya tidak ada yang keluar. Selanjutnya
bejana ukur tersebut diletakkan di atas sebuah meja penyipat datar yang sudah disetel mendatar.
Volume yang dibaca pada penunjukan bejana adalah volume bejana ukur tepat dengan isi nominalnya
pada suhu 28 oC, sehingga apabila dilakukan penyetelan pada kedudukan tersebut, maka kesalahan
bejana ukur = nol.
Menghitung Koreksi C

 Untuk memudahkan perhitungan koreksi C sehingga akan dapat dipergunakan untuk menguji berbagai jenis
dan kapasitas bejana ukur, maka sebagai dasar perhitungan dipakai bejana uji kapasitas 1 liter (= 1000 ml)
sehingga ekuivalen dengan massa anak timbangan 1 kilogram (= 1000 g). Jadi apabila nanti dipergunakan
untuk pengujian bejana ukur 10 Liter, maka koreksi C hasil perhitungan tersebut harus dikalikan 10 terlebih
dahulu, demikian seterusnya.

 Dari penimbangan, diperoleh dua persamaan kesetimbangan yaitu persamaan (1) dan (2).
T – VT  = G – V G  + B – VB  ………………………… (1)
T – VT  = B – VB  + A – VA  + C - VC  ..……………………. (2)
 Maka, jika (2)  (1), diperoleh :
A – VA  = G – VG  - (C - VC ) ……............(3)
Menghitung Koreksi C
Menghitung Koreksi C

Persamaan ini adalah persamaan koreksi untuk pengujian


bejana ukur standar yang terbuat dari bahan dengan koefisien
muai ruang = .
Menentukan Volume Bejana Ukur dengan Penimbangan
Air Berdasarkan Ketentuan Harga Konvensional.

 Pada pembahasan di muka telah dijelaskan bahwa untuk mengukur volume bejana ukur ditentukan berdasarkan
keadaan sesungguhnya, misalnya pada temperatur udara yang ditentukan, kemudian dicari dalam tabel berapa massa
jenis udara. Demikian juga massa jenis anak timbangan ditentukan berdasarkan nilai dari massa jenis bahan
bersangkutan.
 Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dengan maksud untuk menyederhanakan
perhitungan dalam menentukan isi bejana ukur, maka ditetapkan harga konvensional untuk konstanta physik tertentu,
yaitu meliputi :
Massa jenis udara = 1,2 kg/m3 .
Massa jenis AT standar pada suhu 28 o C = 8000 kg/m3 .
Temperatur referensi = 20 o C
Perhitungan dengan memakai harga konvensional jika dibandingkan dengan penggunaan harga sebenarnya mendapatkan
selisih harga yang tidak berarti, relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan nilai batas kesalahan yang diperbolehkan
(BKD).
Perhitungan Volume
Hasil menentukan volume dengan cara di atas, masih harus
ditambahkan lagi dengan perhitungan selisih titik
kesetimbangan neraca.

Misalkan pada penimbangan bejana ukur kosong titik


kesetimbangannya = x dan pada penimbangan bejana ukur
berisi air titik kesetimbangannya = y dan nilai skala neraca
pada muatan tersebut = 
Pembubuhan Tanda Tera

 Pada Bejana Ukur dipasang lemping tanda tera


sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda
Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah.
 Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada
bagian-bagian tertentu dari Bejana Ukur yang sudah
disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk
mencegah penukaran dan/atau perubahan.
 Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pembubuhan Tanda Tera

 Bejana Ukur yang telah dilakukan pengujian dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam syarat
teknis ini wajib dibubuhi Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah yang berlaku secara
berurutan pada lemping tanda tera.
 Lemping tanda tera sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dipasang pada Bejana Ukur dengan cara
diikat dengan kawat segel dan diberikan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm.
 Tanda Jaminan Plombir (JP) uk uran 8 mm sebagaimana dimaksud pada angka 2 dipasang pada bagian–bagian
yang dapat memungkinkan dilakukan perubahan-perubahan sifat ukurnya, seperti alat justir, dan menjamin
lemping tanda tera.
 Bejana Ukur yang telah ditera atau ditera ulang wajib dibubuhi Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm
pada alat justir dan dilengkapi dengan sertifikat pengujian.
Rangkuman

 Pengujian bejana ukur dapat dilakukan dua cara, yaitu metode gravimetri dan volumetri.
 Kita dapat mengetahui massa air yang berada di dalam bejana ukur standar tersebut dengan cara ditimbang
pada suhu tertentu.
 Dengan membagi massa air dengan massa jenis air pada suhu tersebut akan diperoleh volume bejana pada
suhu yang bersangkutan.
 Cara yang demikian disebut menentukan volume bejana dengan cara penimbangan air atau dengan Metoda
Gravimetri.
 Penentuan volume bejana ukur standar dengan cara penimbangan hanya dapat dilakukan untuk bejana ukur
dengan kapasitas 50 liter , 20 liter, 10 liter , 5 liter dan 2 atau 1 liter, mengingat kapasitas neraca yang
ada.
Rangkuman

 Untuk menentukan volume bejana ukur lebih dari 50 liter sebaiknya dipergunakan cara
penakaran dengan cara berjenjang menggunakan bejana-bejana ukur dari kapasitas 50 liter
ke bawah yang telah diuji dengan cara penimbangan.

 Cara penakaran dapat dilakukan dengan sistem pengisian (bejana standar mengisi bejana
yang diuji) atau dengan sistem penyerahan (volume yang dikeluarkan dari bejana yang diuji
diukur dengan bejana standar).
Latihan

1. Jelaskan secara singkat pengujian bejana ukur dengan metode gravimetrik?


2. Apa yang dimaksud dengan sistem pengisian dan sistem penyerahan dalam pengujian
bejana ukur dengan metode volumetrik?
3. Jelaskan apa yang dimaksud bejana ukur dan bejana uji standar?
4. Gambarkan bejana ukur dan jelaskan bagian-bagiannya?
5. Jelaskan mengenai pembubuhan tanda tera pada bejana ukur?
6. Jelaskan yang dimaksud dengan alat tambahan pada bejana ukur?
DISKUSI
NEXT:
PROSEDUR PENGUJIAN
SELESAI BEJANA UKUR
MENGGUNAKAN METODE
VOLUMETRIK
PROSEDUR PENGUJIAN BEJANA
UKUR MENGGUNAKAN
METODE VOLUMETRIK
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami prosedur pengujian bejana ukur
menggunakan metode volumetrik.
ACUAN

 UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal


 PP No. 2 Tahun 1985 tentang Wajib Tera / Tera Ulang
 Surat Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2010
tentang Syarat Teknis Bejana Ukur
Peralatan yang diperlukan

 Bejana Ukur Standar dengan ketelitian 0.05%


 Thermometer dengan skala terkecil 0.1%
 Stopwatch
 Landasan bejana lengkap dengan waterpass
 Cerapan pengujian
 Gelas ukur
 Hydrometer/densimeter
 Salib ukur, tongkat ukur, meter saku
 Alat pengukur ketebalan plat
Ketentuan Umum

1. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus bersertifikat

2. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus dalam kondisi baik serta disesuaikan
dengan tingkat ketelitian yang diharapkan

3. Petugas tera/tera ulang harus memahami dan menguasai:


 Metode pembacaan meniskus bejana ukur/gelas ukur
 Metode pembacaan nonius
Pesiapan Pengujian

 Siapkan dan periksa masa berlaku dari sertifikat BUS, sertifikat termometer dan sertifikat gelas takar
 Pastikan kondisi peralatan/perlengkapan standar dan bantu berfungsi dengan baik
 Pastikan cairan yang digunakan berupa air bersih, bebas dari kontaminasi atau bebas dari bahan yang
dapat menyebabkan korosi dalam jumlah yang cukup
 Pastikan bahwa laboratorium dalam keadaan berfungsi dengan baik untuk melaksanakan pengujian bejana
 Aturlah posisi bejana ukur referensi dan bejana ukur uji dalam keadaan datar
 Isilah bejana ukur referensi dan bejana ukur uji sampai batas skala nominalnya
 Letakan semua peralatan standar dan perlengkapan pengujian, serta biarkan untuk jangka waktu tertentu
(minimum  30 menit) sampai keseimbangan suhu tercapai.
Persiapan Pengujian

 Catat data teknis BUS dan BU Uji ke dalam cerapan pengujian


 Tentukan tipe penggunaan BUS yang akan digunakan apakah “kering” atau “basah”

BUS dengan tipe penggunaan “basah”, saat pengosongannya harus memperhatikan waktu tetes:
Pelaksanaan Pengujian

Pengujjian Volume Sebenarnya pada skala nol Bejana Ukur


 Catat data kondisi pengukuran
 Kosongkan air dari BUS dan BUU
 Isilah BUS yang digunakan sampai kapasitas nominal
 Ukur dan catat suhu air dalam BUS (trc);
 Baca dan cata kelebihan/kekurangan penunjukan volume air dari skala nol BUS (Va)
 Tuangkan air yang ada dalam BUS ke BUU dengan memperhatikan waktu tetes.
 Bila volume nominal BUU lebih besar dari BUS, ulangi langkah b sampai dengan f sehingga volume
air dalam bejana yang diujji mencapai volume nominalnya.
Pelaksanaan Pengujian

 Baca dan catatlah penunjukan volume air dalam BUU (Vp);


 Ukur dan catatlah suhu air dalam BUU (Twc), pengukuran dilakukan di tiga titik berbeda
yaitu atas, tengah, dan bawah.
 Kosongkan air dari BUU
 Ulangi kembali langkah di atas hingga diperoleh hasil pengujian sebanyak tiga seri.
Pelaksanaan Pengujian

Pengujian Nilai Skala Bejana Ukur


 Letakan bejana ukur di atas landasanya, isi dengan air sampai meniskus tepat pada skala
minimum bejana ukur yang dapat dibaca dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel
pada bagian dalam leher bejana.
 Baca dan catatlah penunjukan skala awal BUS So (satuan skala)
 Tambahkan air sampai meniskus tepat pada skala maksimum bejana ukur yang dapat
dibaca menggunakan gelas takar dengan memperhatikan waktu tetes gelas takar (30 sekon)
 Baca dan catatlah penunjukan skala akhir Bejana Ukur S1 (satuan skala)
 Catat penambahan volume air V (mL)
Pelaksanaan Pengujian

Pengujian Kepekaan Leher Bejana Ukur


 Isi labu ukur sebanyak 1 BKD Vn bejana ukur
 Gunakan pipet untuk m
 Tuangkan air dalam labu ukur ke dalam bejana ukur uji dengan memperhatikan waktu
tetes selama 10 sekon
 Membaca dan mencatat penunjukan bejana ukur
 Mengukur perbedaan ketinggian permukaan air sebelum dan sesudah ditambah air dan
labu ukur dengan menggunakan penggaris
CERAPAN PENGUJIAN
DISKUSI
NEXT:
SELESAI PENGENALAN PENGGUNAAN
NONIUS (I)
Penggunaan Alat Bantu Baca
Ukuran Panjang Nonius untuk
Pengujian Bejana Ukur

DIKLAT PENERAAN TERAMPIL 2015


DUDI ADI FIRMANSYAH
Kompetensi Dasar:
Peserta mampu menerapkan alat bantu baca nonius pada
jangka sorong untuk membantu peneraan bejana ukur

Indikator Keberhasilan
Peserta dapat menghitung hasil pembacaan pengukuran panjang
dengan nonius pada jangka sorong dan BUS
Nonius

Nonius 1-dimensi

Nonius maju
Nonius 2-dimensi
Nonius mundur
Nonius

Nonius 1-dimensi
Nonius 1-dimensi

Nonius maju
Nonius 2-dimensi
Nonius mundur

Nonius maju
Tinggi Cairan diukur dengan
jangka sorong untuk penentuan
kepekaan leher atas

Nonius Pada Bejana Ukur


Agenda
Bagian:
Skala utama
Skala nonius maju

Rumus penunjukan alat ukur dengan Nonius

Penunjukan = A + P •
U
n
d

0 1 10 mm

d = 0.7 mm skala utama

0 1 10 mm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

nonius
Skala Utama
d
skala utama

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3 cm nonius
d = 2, …

Unsur utama dalam penentuan pembacaan


Skala Nonius
d

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

… cm nonius
d=

Alat bantu baca


Bagian-bagian Jangka Sorong

rumushitung.com
Pembacaan dengan nonius pada jangka sorong

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pembacaan dengan Nonius
U
Penunjukan = A + P •
n

Dimana:

A =Pembacaan skala utama ( dlm satuan panjang)


P = jumlah skala nonius sampai garis yang berhimpit
U = nilai skala terkecil skala utama (dlm satuan panjang)
n = jumlah skala nonius
Rumus skala utama
A
U

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

nonius

P
n
2,3 cm U
Penunjukan = A + P •
n
U = Nilai skala terkecil skala utama
1 cm

skala utama

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 10

U = 1 cm (dalam satuan panjang)


U = Nilai skala terkecil skala utama
1 cm
=0,5 cm
2
skala utama

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 10

U = 0,5 cm (dalam satuan panjang)


U = Nilai skala terkecil skala utama
1 cm
=0,2 cm
5
skala utama

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 10

U = 0,2 cm (dalam satuan panjang)


= 2 mm
Skala Utama

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

U = 0.1 cm
= 1 mm
n = jumlah skala nonius

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Nonius
n = 10
n = jumlah skala nonius

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 skala Skala Nonius


n = 2•10
n = 20
n = jumlah skala nonius

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

n = 5 •10
= 50
P= jumlah skala nonius sampai skala yang berhimpit

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Nonius
P= 4
P= jumlah skala nonius sampai skala yang berhimpit

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Nonius
P = 2 •4
=8
P= jumlah skala nonius sampai skala yang berhimpit

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

n = 5 •3
= 15
A = pembacaan skala utama
d

cm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A = 2, … cm (dalam satuan panjang)


=2 cm

skala nol nonius adalah sebagai indeks pembacaan


A = pembacaan skala utama
d

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 cm

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A = 4,5 … cm (dalam satuan panjang)


= 4,5 cm
skala nol nonius adalah sebagai indeks pembacaan
A = pembacaan skala utama

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A = 1,1 cm
= 11 mm
U
Pembacaan
Pembacaan = = A + P n
U = 1 mm = 11 mm + 15 * 0.02 mm
= 11 mm + 0.3 mm

0 1 2 3 4 3 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A = 1,1 cm P = 3•5 n = 10*5


= 1111mm
mm = 15 n = 50
U
Pembacaan = A + P n *

U = 1 mm A + 0,3
(0,3mm
+ 0,02) mm
0,32 mm

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

P = 3•5 n = 10*5 U = 1 mm
= 15 n = 50 n 50
0,02 mm
U
Ukur ketebalan = A + P n
3 mm + (0,7 + 0,04) mm
3 mm + 0,74 mm

0 1 2 3 4 5 cm

0.02 mm
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A= 3 mm (0,7 + 2*0,02) mm
Review
Bagian:
Skala utama
Skala nonius

Penunjukan = A + P •
U
n
Dimana:
A = Pembacaan skala utama ( dlm satuan panjang)
P = jumlah skala nonius sampai garis yang berhimpit
U = nilai skala terkecil skala utama (dlm satuan panjang)
n = jumlah skala nonius
PEMBACAAN SKALA NONIUS PADA BEJANA UKUR

http://www.adajalan.com/2013/12/spbu-mengukur-takaran-
bbm-dengan-bejana.html
PEMBACAAN SKALA NONIUS
PADA BEJANA UKUR

Skala utama = -60 ml

Skala nonius = - 4 ml

Total pembacaan = -64 ml


DISKUSI
NEXT
SELESAI CONTOH LATIHAN
PEMBACAAN SKALA BUS
LATIHAN PEMBACAAN SKALA BUS

LATIHAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami contoh pembacaan skala BUS.
Latihan

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


1. BUS 20 L dengan skala utama 5 mL dan daya baca 0,5 mL

50 Kelebihan / Kekurangan
5
…… mL
1 Skala = 5 ml

0 Volume Penunjukan
……. mL
0

50
5
5
2
1
10
8
4
0
7
6
3
9
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
BUS 20 L dengan skala utama 5 mL dan daya baca 0,5 mL

50 Cara 1
- 3 skala x 5 mL/skala = -15 mL
5 - 2 skala x 0,5 mL/skala = -1 mL
-16 mL
1 Skala = 5 ml

Cara 2
0 - 3,2 skala x 5 mL/skala = -16 mL

0 Kelebihan / Kekurangan
-16 mL

50 Volume Penunjukan
5 20000 + (-16) = 19984 mL

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


2. BUS 20 L dengan skala utama 5 mL dan daya baca 0,5 mL

50 5
Kelebihan / Kekurangan
…… mL
1 Skala = 5 ml

0
0 Volume Penunjukan
……. mL

5
50

5
2
1
10
8
4
0
7
6
3
9
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
BUS 20 L dengan skala utama 5 mL dan daya baca 0,5 mL

50 5 Cara 1
0 skala x 5 mL/skala = 0 mL
7 skala x 0,5 mL/skala = 3,5 mL
3,5 mL
1 Skala = 5 ml

Cara 2
0
0 0,7 skala x 5 mL/skala = 3,5 mL

Kelebihan / Kekurangan
3,5 mL
5
50 Volume Penunjukan
20000 + (3,5) = 20003,5 mL

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


3. BUS 20 L dengan skala utama 10 mL dan daya baca 1 mL

100 Kelebihan / Kekurangan


…… mL
10
1 Skala = 10 ml

0 Volume Penunjukan
……. mL
0

100
10
5
2
1
10
8
4
0
7
6
3
9
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
BUS 20 L dengan skala utama 10 mL dan daya baca 1 mL

100 Cara 1
- 4 skala x 10 mL/skala = - 40 mL
- 1 skala x 1 mL/skala = -1 mL
10
- 41 mL
1 Skala = 10 ml

Cara 2
0 -4,1 skala x 10 mL/skala = - 41 mL

0
Kelebihan / Kekurangan
- 41 mL

100 Volume Penunjukan


20000 + (- 41) = 19959 mL
10

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


4. BUS 20 L dengan skala utama 10 mL dan daya baca 1 mL

10
100 Kelebihan / Kekurangan
…… mL
1 Skala = 10 ml

0
0 Volume Penunjukan
……. mL

10

100

5
2
1
10
8
4
0
7
6
3
9
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
BUS 20 L dengan skala utama 10 mL dan daya baca 1 mL

10
100 Cara 1
1 skala x 10 mL/skala = 10 mL
6 skala x 1 mL/skala = 6 mL
16 mL
1 Skala = 10 ml

0
Cara 2
0 1,6 skala x 10 mL/skala = 16 mL

Kelebihan / Kekurangan
16 mL
10

100 Volume Penunjukan


20000 + (16) = 20016 mL

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


20,000 L

19900 mL
20,000 L

Berapakah :
a. Koreksi Pompa Ukur BBM ?
b. Kesalahan Penunjukan Pompa Ukur BBM ?
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
20,000 L

19900 mL
20,000 L

a. Koreksi PU BBM = 19900 – 20000 = -100 mL


b. Kesalahan Penunjukan PU BBM = 20000 – 19900 = 100 mL

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


20,000 L

20050 mL
20,000 L

Berapakah :
a. Koreksi Pompa Ukur BBM ?
b. Kesalahan Penunjukan Pompa Ukur BBM ?
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
20,000 L

20050 mL
20,000 L

a. Koreksi PU BBM = 20050 – 20000 = 50 mL


b. Kesalahan Penunjukan PU BBM = 20000 – 20050 = -50 mL

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>


>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
DISKUSI
NEXT:
SELESAI CONTOH PERHITUNGAN
PENGUJIAN BEJANA UKUR
CONTOH PERHITUNGAN
PENGUJIAN BEJANA UKUR
METODE PENAKARAN
KELUAR
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D.
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelahpembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat


memahami contoh pengolahan data pengujian BUS
metode penakaran keluar.
CONTOH DATA BUU DAN BUS

PENAKARAN KELUAR
DISKUSI
PENGOLAHAN DATA

Pengujian kepekaan leher atas

Atau :
PENGOLAHAN DATA

Pengujian nilai skala


PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN VOLUME SEBENARNYA

Pengujian dilakukan dengan BUS 20 L untuk BUU 100


L sehingga dilakukan 5 kali penakaran
PENAKARAN 1
PENAKARAN 2
PENAKARAN 3
PENAKARAN 4
PENAKARAN 5
PERHITUNGAN VOLUME TOTAL
KEPUTUSAN HASIL PENGUJIAN
NEXT:

SELESAI CONTOH PERHITUNGAN


PENGUJIAN BUS
PENAKARAN MASUK
CONTOH PERHITUNGAN
PENGUJIAN BEJANA
UKUR PENAKARAN
MASUK
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelahpembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat


memahami contoh pengolahan data BUS penakaran
masuk.
DATA BUU DAN BUS
DATA PENGUJIAN
DISKUSI
PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN NILAI KEPEKAAN LEHER ATAS


PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN NILAI SKALA


PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PERHITUNGAN VOLUME TOTAL
KEPUTUSAN HASIL PENGUJIAN

Suhu (oC) V_sebenarnya (ml) Kesalahan (ml) BKD ( ± ml) Status


28 49998.25916 -1.740840222 25 SAH
15.6 49968.68619 -31.31381055 25 BATAL
NEXT:
PENERAAN TANGKI UKUR
SELESAI MOBIL (TUM)
PENERAAN TANGKI UKUR
MOBIL
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami teori dasar peneraan TUM.
Latar belakang

Jaminan
Kebenaran
Pengukuran

UU No. 2 th. 1981 Melindungi


UUML Kepentingan
Umum

Ketertiban &
Kepastian
Hukum
CONTOH TANGKI UKUR MOBIL
TANGKI UKUR MOBIL

 Tangki ukur adalah alat ukur volume statis yang isi nominalnya relatif besar lebih dari 1000 liter.
 Tangki ukur yang dapat digunakan untuk piranti pengukuran volume cairan, ditempatkan tetap di atas
landasan atau dihubungkan secara terpisah pada mobil tersebut, yang dapat dibagi lagi menjadi
beberapa kompartemen.
 TUM dipergunakan untuk menentukan volume cairan dalam keadaan diam atau statis.
 TUM berfungsi sebagai alat ukur sekaligus sebagai alat pengangkut.
 TUM dipergunakan oleh agen/transportir atau oleh SPBU sebagai alat ukur untuk menerima BBM dari
Depot/Instalasi Pertamina berdasarkan penyerahan yang dilakukan melalui suatu meter arus
volumetrik.
 Dengan dipergunakannya dua buah alat ukur yang berbeda tersebut, maka seringkali terjadi
perselisihan karena adanya perbedaan antara penunjukan meter arus dengan penunjukan oleh TUM.
PENDAHULUAN

 Selain sebagai alat ukur BBM, TUM juga banyak dipergunakan sebagai alat ukur dan sekaligus alat
angkut cairan nabati (seperti minyak kelapa/kelapa sawit, minyak atsiri), cairan minum (seperti susu,
minuman beralkohol/bier, air bersih dsb.) ,tetes tebu, cairan alkohol, cairan kimia, serta gas yang
dicairkan (Oksigen cair, Nitrogen cair, Elpiji dsb).
 Namun di dalam Syarat Teknis (ST) tentang Tangki Ukur Mobil, yang diatur hanyalah terbatas pada
TUM sebagai alat ukur cairan BBM, cairan nabati, cairan minum, alkohol, susu dan cairan kimia
yang tidak berbahaya, yang pada tekanan dan suhu udara luar berada dalam keadaan cair.
 Sebagaimana sebuah takaran, maka TUM berbentuk silinder mendatar dengan penampang
melintangnya berbentuk ellips atau lingkaran , atau gabungan ellips dan lingkaran, jadi tidak
diperkenankan yang berpenampang persegi empat dan sejenisnya.
PENGISIAN

Pada saat ini TUM hanya dibedakan dari sistem pengisian cairan ke dan dari dalam TUM,
masing-masing terdiri dari :
 Tangki Ukur Mobil Pengisian dari Atas (Top Loading)
adalah TUM dengan sistem pengisian cairan dari atas melalui Dom/ manhole tangki
selanjutnya disebut dengan TUM – TL.

 Tangki Ukur Mobil Pengisian dari Bawah (Bottom Loading)


adalah TUM dengan sistem pengisian cairan dari bawah tangki melalui katup pengisian
(Loading Valve), selanjutnya disebut TUM-TL.
Istilah-istilah

 Kompartemen : bagian dari TUM yang merupakan alat ukur tersendiri.


 Dom / Manhole : lubang berbentuk silinder dengan penampang lingkaran yangterdapat pada dinding atas
TUM dibagian tengah kompartemen .
 Tongkat Ukur (dip stick) : alat ukur ketinggian cairan.
 Indeks Penunjuk : tanda yang menunjukkan volume nominal.
 Volume Nominal Kompartemen adalah volume masing-masing kompartemen sedangkan Volume Nominal
TUM adalah jumlah volume nominal semua kompartemen.
 Volume total adalah volume maksimum cairan yang dapat dimuat oleh tangki atau kompartemen sampai
dengan saat meluap dalam kodisi operasi da suhu acuan.
 Volume sebenarnya adalah nilai volume konvensioal sebenarnya dari cairan dalam tangki atau
kompartemen pada suhu kerja.
Istilah-istilah

 Ruang kosong adalah selisih antara volume total dan volume nominal.
 Kepekaan TUM, adalah perbandingan antara perubahan tinggi cairan dengan perubahan volume
cairan dalam tangki.
 Kepekaan Disekitar Indeks Penunjuk : perbandingan antara perubahan tinggi cairan dalam mm
dengan perubahan volume sebesar 0,1 % volume nominal dalam liter.
 Top Loading (TL) adalah sistem pengisian tangki atau kompartemen dari atas melalui lubang
pengisian pada manhole.
 Bottom Loading (BL) adalah sistem pengisian tangki atau kompartemen dari bawah melalui katup
penerimaan/pengeluaran yang diintegrasikan pada bagian bawah kompartemen.
Istilah-istilah

 Penakaran Masuk : Pengujian TUM metoda volumetrik dengan cara memasukkan cairan uji yang telah
diukur dengan bejana uji standar ke dalam TUM.
 Penakaran Keluar : Pengujian TUM metoda volumetrik dengan cara mengukur cairan uji yang keluar
dari dalam TUM dengan menggunakan bejanan uji standar.
 Cairan Uji : cairan yang dipergunakan untuk menguji TUM.
 Cairan Ukur : cairan yang ditentukan volumenya dengan TUM.
 Indeks penunjuk baut tera adalah tanda yang menunjukan volume nominal.
 Plat identifikasi adalah lemping yang memuat data TUM dan identitas pembuat TUM.
 Kesalahan penunjukan volume adalah selisih antara volume yang ditunjukan pada tangki atau
kompartemen dengan volume sebenarnya.
349
Syarat Teknis

Persyaratan Persyaratan teknis dan Pemeriksaan dan Pembubuhan


Administrasi Kemetrologian Pengujian Tanda Tera

Ruang Lingkup Persyaratan Teknis Pemeriksaan


Penerapan Persyaratan Pengujian
Identitas Kemetrologian
Persyaratan sebelum
peneraan
Persyaratan Sebelum Peneraan

• Izin Tipe / Izin Tanda Pabrik


UTTP
UTTP
• Label Izin Tanda Pabrik (Dalam Negeri)
• Label Tipe (Import)

Yang akan ditera ulang harus ditera sebelumnya


Penandaan Tanda Tera
 Pada UTTP dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai
Yang Berhak, dan Tanda Sah.

 Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari UTTP yang sudah
disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan.

 Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Bentuk Tanda Tera
353
1. Pendahuluan
 Piranti pengukuran volume cairan
 Ditempatkan tetap di atas landasan mobil atau
dihubungkan secara terpisah pada mobil tersebut.
 Dapat dibagi lagi menjadi beberapa kompartemen.

Lemping volume nominal lemping yang memuat tulisan


Vn kompartemen dan tempat membubuhkan tanda tera
serta tempat pembubuhan nomor TUM.

Volume nominal  volume yang tertera pada tangki atau


kompartemennya.

Kepekaan tangki  perbandingan antara perubahan tinggi


cairan dengan perubahan volume cairan di dalam tangki.

Manhole  lubang yang terletak di bagian atas TUM pada posisi di


bagian tengah kompartemen yang berfungsi untuk memantau bagian
dalam kompartemen/TUM.
Ruang kosong  selisih antara volume total dan
volume nominal.
1. Lanjutan……..

Jenis Tangki Ukur Mobil

TUM-TL TUM dengan sistem pengisian cairan dari atas melalui Dom/
(TOP LOADING) manhole tangki.

TUM-BL TUM dengan sistem pengisian cairan dari


(BOTTOM LOADING) bawah tangki melalui katup pengisian

355
2. Bagian-bagian TUM
Manhole

Pipa Pengosongan
Plat penahan goncangan

356
2. Lanjutan……..

Lemping Pelat

nomor kompartemen,
tulisan TANGKI UKUR tulisan VOLUME NOMINAL, tempat pembubuhan nomor
dengan tinggi huruf
MOBIL, dengan tinggi huruf dengan tinggi huruf 15 mm dan TUM, dengan ukuran 15 mm ×
15 mm dan tebal 3 30 mm.
15 mm dan tebal 3 mm; tebal 3 mm;
mm;

Angka dan huruf yang


menunjukkan volume nominal
dengan liter, dengan tinggi tempat pembubuhan tanda tera, dengan
angka/huruf 30 mm dan tebal 5 ukuran 15 mm × 30 mm; dan
mm;

Keterangan tersebut di atas harus dicantumkan dengan menggunakan huruf dan/atau angka tenggelam dengan lemping volume
nominal berukuran 100 mm × 150 mm × 1,5 mm yang ditempatkan pada sisi kiri leher dom/manhole atau (bagian dalam) tanggul
pengaman.
2. Lanjutan……..

Lemping Volume Nominal 358

Tinggi 15 mm
Tebal 3 mm

Tinggi 15 mm
Tebal 3 mm

Tinggi 30 mm
Tebal 5 mm
2. Lanjutan……..

359

Tinggi 15 mm
Tebal 3 mm

Tinggi 30 mm
Tebal 5 mm
360

1 Kompartemen

2 Kompartemen
2. Lanjutan……..

Informasi Identitas
 nama atau merek dagang dari pabrik pembuat;
 simbol pabrik;
 tulisan ”TANGKI UKUR MOBIL”;
 tipe dan tahun pembuatan;
 nomor seri tangki;
 nomor izin tipe atau izin tanda pabrik; dan
 kapasitas nominal tangki/ kompartemen

Lemping Tanda Pabrik


2. Lanjutan……..

Konstruksi TUM
pipa pembuangan udara (Vapor Return Pipe)
pressure vacuum valve (PV Valve)
free vent

 Bahan tangki harus memiliki koefisien ekspansi linier kurang dari 33 · 10 −6 K−1
 Kapasitas TUM berkisar antara 0,5 m3 sampai 50 m3.
 Setiap tangki atau kompartemen harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga tidak ada udara yang terkurung selama
pengisian dan tidak ada cairan yang tertahan selama pengosongan pada sembarang posisi yang diizinkan untuk
penggunaan alat tersebut.
 Bentuk, bahan-bahan, elemen penguat dan metode pembentukan atau produksi harus dipilih, sehingga pada kondisi
operasi yang ditentukan, tangki tidak dapat terpengaruh oleh lingkungan dan cairan yang ada di dalamnya;
 Bentuk dan cara pemasangan TUM termasuk instalasi alat pengosongan harus sedemikian rupa, sehingga TUM dapat
terkuras secara keseluruhan
2. Lanjutan……..

Konstruksi DOM/Manhole

Dom harus dilas dan berada pada bagian yang lebih


tinggi dari badan dengan berbentuk leher dan harus:
1) berbentuk silinder, dengan dinding-samping vertikal;
2) berdiameter paling sedikit 400 mm serta
memungkinkan untuk pemeriksaan bagian dalam
tangki;
3) memiliki dinding samping dan dipasang menembus
dinding tangki, sehingga gelembung udara tidak
terbentuk ketika pengisian pada tinggi pengisian
maksimum;
2. Lanjutan……..

364

Bentuk-Bentuk Penampang
TUM

Plat penahan gocangan


3. Pemeriksaan dan Pengujian TUM

3.1 Pemeriksaan
- Pemeriksaan Visual
- Pemeriksaan Administratif

3.2 Pengujian

1
Metode Gravimetrik Standar : Timbangan Jembatan

2 Standar : Bejana Ukur Standar


Metode Volumetrik
• Penakaran Masuk
• Penakaran Keluar
4. Pelaksanaan Pengujian dan Persyaratan Kemetrologian TUM

1 Untuk mengetahui kebenaran dari volume Tangki Ukur Mobil.


Pengujian Batas Kesalahan yang Diijinkan (BKD) :
Volume Nominal Tera : ± 0,1 % VN
Tera Ulang : ± 0,2 % VN

2 Untuk menentukan batas vol.dalam tangki.


Penentuan Indeks
Suatu indeks yang menyatakan kapasitas nominal dari tangki
penunjukan

3 Kepekaan adalah perubahan ketinggian cairan tiap perubahan


Pengujian volume.
Kepekaan Kepekaan di sekitar volume nominal ≥ 2 mm pada setiap
perubahan 0,1% dari volume nominal.
366
4. Pelaksanaan Pengujian dan Persyaratan Kemetrologian TUM

4 Ruang kosong untuk sirkulasi udara di dalam tangki yang


Pengujian
terletak di antara cairan dengan manhole.
Ruang Kosong
Ruang kosong yang terdapat di dalam tangki minimum
0,75 % dari volume nominal.

Untuk mengetahui daya tahan sekat (baffle) apabila semua


5
Pengujian kompartemen diisi cairan.
Perubahan Bentuk Dilakukan apabila TUM mempunyai lebih dari 1
kompartemen.

6
Pengujian Cairan untuk mengetahui jumlah cairan yang tertinggal di dalam
Yang Tertinggal tangki setelah penyerahan.
367
Dimensi Kemetrologian TUM
5. Pembubuhan Tanda Tera

Tempat Tanda Tera Tempat Tanda Tera Ulang


Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai Yang  Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan pada
Berhak (H) dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 baut pengikat lemping volume nominal sebagai
mm yang berlaku dibubuhkan pada lemping volume pengganti Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm
nominal secara berurutan dari kiri ke kanan. pada tera.
 Terhadap lemping volume nominal yang rusak atau
hilang, diperlakukan sebagaimana pembubuhan tanda
tera.
 Pembubuhan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm
Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan disesuaikan dengan tera, kecuali untuk yang
pada: dibubuhkan pada baut pengikat lemping volume
 plat identifikasi; nominal berupa Tanda Sah.

 baut pengikat lemping volume nominal;


 baut pengikat antara TUM TL (dom/manhole) dan landasan mobil;

 baut pengikat perlengkapan indeks penunjuk baut tera dengan


lubang TUM TL (dom/manhole);
TANKI DENGAN
SENSOR MEKANIK
TANKI DENGAN
SENSOR MEKANIK
DIP STICK
PENEMPATAN ALAT UKUR
PENEMPATAN DIP STICK
GAUGE GESER
CONTOH SISTEM
UKUR OTOMATIS
DENGAN
PENERAAN
KETINGGIAN
ELEKTRONIK
SISTEM UKUR OTOMATIS
SISTEM UKUR OTOMATIS
SISTEM
UKUR
OTOMATIS 2
KONSTRUKSI TUM 1 KOMPARTEMEN
KONSTRUKSI TUM 1 KOMPARTEMEN
KONSTRUKSI TUM 1 KOMPARTEMEN
KONSTRUKSI TUM 1 KOMPARTEMEN
LETAK LEMPING VOLUME NOMINAL
PADA TUM 2 KOMPARTEMEN
LETAK LEMPING VOLUME NOMINAL
PADA TUM 1 KOMPARTEMEN
KONSTRUKSI DAN PERLENGKAPAN TUM BOTTOM LOADING (BL)
DISKUSI
SELESAI NEXT: PENGUJIAN TUM
PENGUJIAN Tangki Ukur
Mobil (TUM)
DUDI ADI FIRMANSYAH, PH.D.
PUSAT PENGEMBANGAN SDM KEMETROLOGIAN
INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami prosedur pengujian TUM.
ACUAN

 UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal


 PP No. 2 Tahun 1985 tentang Wajib Tera / Tera Ulang
 Surat Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2010
tentang Syarat Teknis Tangki Ukur Mobil dan Lampirannya
Peralatan yang diperlukan

 Bejana Ukur Standar dengan ketelitian 0.05%


 Thermometer dengan skala terkecil 0.1%
 Stopwatch
 Landasan bejana lengkap dengan waterpass
 Cerapan pengujian
 Gelas ukur
 Hydrometer/densimeter
 Salib ukur, tongkat ukur, meter saku
 Alat pengukur ketebalan plat
Notasi

 V = selisih antara isi kompartemen TUM pada 28oC dengan isi nominal seharusnya.
 m = koefisien muai kubik TUM yang diuji
 s = koefisien muai kubik Bejana Ukur Standar (BUS)
 Ts = suhu air rata-rata dalam BUS
 Tm = suhu air rata-rata dalam TUM
 s = massa jenis air dalam BUS pada suhu pengujian Ts
 m = massa jenis air dalam TUM pada suhu pengujian Tm
 V’ = selisih antara volume nominal TUM seharusnyademham jumlah air yang ditakar
 Vk = volume TUM hasil penambahan atau pengurang
 ’ = volume air yang ditambahkan/dikurangkan untuk menentukan indeks penunjukan
Notasi

 Xi = pembacaan ketinggian permukaan air dengan salib ukur/mistar pada TUM BL


 Vrk = besarnya volume ruang kosong
 V = volume air yang ditambahkan ke dalam TUM hingga penuh (sampai bibir DOM)
 Vtk = volume air yang ditambahkan atau dikeluarkan dari atau ke dalam TUM hingga
permukaan air tepat sampai pada indeks penunjukan
 V = jumlah volume air yang ditampung ke dalam standar volume
 Tsi = suhu air pada setiap kali penakaran
 Vd =Volume deformasi
Ketentuan Umum

1. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus bersertifikat


2. Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus dalam kondisi baik serta disesuaikan
dengan tingkat ketelitian yang diharapkan
3. Petugas tera/tera ulang harus memahami dan menguasai:
 Metode pembacaan meniskus bejana ukur/gelas ukur
 Metode pembacaan nonius pada salib uku
 Petunjuk perhitungan massa jenis air suling sebagai cairan
Persiapan Pengujian

 Pastikan cairan yang digunakan berupa air bersih bebas kontaminasi


 Pastikan kondisi peralatan/perlengkapan uji laik fungsi
 Catat data teknis BUS dan TUM yang akan diuji ke dalam cerapan
 Tentukan tipe penggunaan BUS yang akan digunakan apakah “kering” atau “basah”.
 BUS dengan tipe penggunaan “basah:, saat pengosongannya harus memperhatikan waktu tetes.

Volume Nominal Waktu Tetesan


20 L 10 sekon
> 20 L 30 sekon
Pelaksanaan Pengujian

Pengujian Volume Nominal


 Catat data kondisi pengujjian
 Isilah BUS yang digunakan sampai kapasitas nominal
 Ukur dan catat suhu air dalam BUS (ts)
 Tuangkan air yang ada di dalam BUS ke dalam TUM yang diuji dengan memperhatikan
waktu tetes
 Ulangi langkah b sampai d sehingga volume air dalam TUM yang diuji mencapai volume
nominal TUM
Pelaksanaan Pengujian

Penentuan Indeks Penunjukan

 Hitung koreksi-koreksi volume yang timbul


 Tambahkan atau kurangkan volume air yang ada dalam TUM sesuai dengan perhitungan
koreksi di atas
 Ukur ketinggian permukaan cairan pada volume nominal dengan menggunakan salib
ukur/tongkat ukur
Pelaksanaan Pengujian

Penentuan Kepekaan
 Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal
 Kurangi volume cairan TUM dengan BUS 10 liter
 Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan (Xi)
 Tambahkan volume cairan TUM dengan BUS sebanyak dua kali volume yang
dikurangkan
 Ukur dan catat ketinggian permukaaan cairan
Pelaksanaan Pengujian

Pengujian Ruang Kosong


 Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal
 Tambahkan cairan secara bertahap menggunakan BUS sampai dengan bibir manhole
(dom)
 Catat volume yang ditambahkan (Vrk).
Pelaksanaan Pengujian

Pengujian Perubahan Bentuk (deformasi)


 Ukur dan catat ketinggian permukaan cairan pada volume nominal
 Isi cairan pada kompartemen sebelahnya sampai volume nominal
 Amati dan catat perubahan ketinggian cairan pada kompartemen yang diuji
 Hitung volume perubahannya (Vd)
Pelaksanaan Pengujian

Pengujian Cairan Tertinggal


 Keluarkan cairan dari TUM/kompartemen yang diuji sampai menetes dengan waktu
tetesan selama 30 sekon
 Tutup keran dan miringkan TUM dengan kemiringan 1:20
 Buka kran, tampung sisa cairan, ukur volume dan catat
Perhitungan

 Menentukan kepekaan di sekitar indeks


Kepekaan = perubahan ketinggian (k)/perubahan volume (V)

 Menentukan volume TUM pada suhu 28 oC:


a. Faktor koreksi akibat perbedaan suhu cairan (Ctl) adalah
Ctl = s / m

b. Faktor koreksi akibat perbedaan bahan bejana ukur dan bahan TUM (Cts):
Cts = 1 + s(Ts-28) + m(28-Tm)

 V28 = V x Ctl x Cts


Pembuatan Tabel Volume Sekitar Indeks TUM

 Posisikan permukaan cairan pada ketinggian volume nominal kemudian ukur dan catat
 tambahkan/kurangkan sejumlah volume cairan setiap perubahan ketinggian 1 cm dan
catat besarnya volume setiap penambahan atau dengan cara menggunakan interpolasi
Tabel Volume per Ketinggian Cairan
 Buat tabel volume di sekitar indeks per ketinggian 1 cm berdasarkan poin sebelumnya
DISKUSI
NEXT:
SELESAI CONTOH PENGUJIAN TUM
CONTOH PENGUJIAN TUM

CONTOH PENGOLAHAN DATA


INDIKATOR KEBERHASILAN

 Setelah
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami contoh pengolahan data pengujian TUM.
DATA PENAKARAN DENGAN BEJANA
UKUR STANDAR DAN SUHU AIR TUM
DATA PENAKARAN DENGAN BEJANA
UKUR STANDAR 10 L
DISKUSI
PENGOLAHAN DATA

MENENTUKAN DENSITAS AIR PADA SUHU TS MENENTUKAN DENSITAS AIR PADA SUHU TM
PENGOLAHAN DATA

Jadi volume TUM pada suhu 28oC adalah 5003.0149 liter


dan selisihnya terhadap volume nominal (V) = 3.0149 liter
PENGOLAHAN DATA
SELESAI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai