Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN XII

TEKNIK REKAYASA PERKERETAAPIAN


STASIUN KERETA API

D4 TRANSPORTASI DARAT

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 1


Referensi:
1. UU no. 23 tahun 2007, tentang Perkeretaapian
2. PP no.56 tahun 2009, tentang penyelenggaraan perkeretaapian
3. PP no. 72 tahun 2009, tentang lalu lintas dan angkutan kereta api
4. PM 9 tahun 2011, tentang SPM
5. PM 47 tahun 2014, tentang SPM
6. PM 29 tahun 2011, tentang Persyaratan teknis bangunan stasiun
kereta api
7. PM 33 tahun 2011, tentang jenis, kelas dan kegiatan di stasiun kereta
api
8. PM 36 tahun 2011, tentang perpotongan dan/atau persinggungan
antara jalur kereta api dengan bangunan lain
9. Practical Railway Engineering, by Clifford F. Bonnett
10. Railway Stations, Edited by Julian Ross
11. Railway Operation, by Francis Da Costa
12.Peraturan Dinas no.3 PTKAI
13.Peraturan Dinas no. 19 PTKAI
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 2
Berkaitan dengan stasiun dan
emplasemen:
UU no. 23 tahun 2007 hanya menyinggung fungsi, kelas dan
persyaratan stasiun
PP no. 56 tahun 2009 menyinggung mengenai definisi, fungsi, jenis,
kelas, kegiatan, persyaratan kelengkapan dan fasilitas, serta bagian
dari stasiun
PP no.72 tahun 2009 menyinggung mengenai aktifitas yang
dilakukan di stasiun berkaitan dengan pengaturan lalu lintas kereta api.
Peraturan Menteri mengatur mengenai hal-hal teknis yang berkaitan
dengan persyaratan yang ditetapkan baik dalam UU maupun dalam
PP.
Referensi lain membahas filosofi Stasiun termasuk disain
Peraturan Dinas PTKAI mengimplementasikan ketentuan yang
tertera khususnya di PP no. 72 tahun 2009
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 3
PP 72/2009 khususnya mendefinisikan
stasiun operasi (jenis stasiun yang lainnya
adalah stasiun penumpang dan barang),
sebagai:
Stasiun kereta api yang memiliki fasilitas
untuk bersilang, menyusul kereta api
dan/atau langsir, dan dapat berfungsi untuk
naik/turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang.

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 4


Frank Pick menyatakan
“A railway station is a place at which passenger join or leave trains. It
is a place of arrival and departure, for trains as well as passengers, two
somewhat diverse units, causing a railway station to fall into two
distinct parts: the passenger concourse and the train shed, to each of
which a different measure must be applied if they are to be apt and fit
for their purpose”.

Berdasarkan definisi stasiun KA, tersebut, dapat dikemukakan bahwa


stasiun KA memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu:

1. Sebagai tempat di mana penumpang bergabung atau meninggalkan


KA.
2. Sebagai tempat keberangkatan dan kedatangan bagi KA beserta
penumpangnya.

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 5


Fungsi stasiun diuraikan menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
1. Pengoperasian kereta api
stasiun KA lebih ditekankan pada fungsi pengaturan lalu lintas KA.
Lalu lintas KA pada dasarnya adalah aktifitas yang harus dilakukan
dalam rangka mempersiapkan perjalanan KA sehingga KA yang
sesuai dengan spesifikasi telah siap pada jalur yang sesuai dengan
yang dicantumkan pada peraturan perjalanan. Aktifitas ini
dikoordinasi oleh PPKA.
2. Point of sales
stasiun difungsikan sebagai tempat penjualan jasa angkutan dengan
KA. Dalam perkembangannya, Point of sales seharusnya disebar
pada titik-titik strategis di mana terdapat potensi calon penumpang
KA yang signifikan.
3. House of passenger services (HPS)
Agar agar dapat memuaskan pelanggan, dan selalu mampu
beradaptasi terhadap dinamika perubahan kebutuhan pemakai jasa
serta kebutuhan operasional, harus diperhatikan minimum 2 hal
pokok berikut.
a. Stasiun sebagai bagian dari produk
b. Stasiun sebagai bagian “corporate brand”
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 6
Konsep stasiun kereta api menyatakan bahwa secara
mekanistik stasiun memiliki 4 (empat) peranan utama, yaitu.

1. Fungsi sirkulasi (circulatory), menyediakan akses bagi


penumpang/barang menuju/meninggalkan
kereta/gerbong
2. Fungsi operasional (operational), mengatur lalu lintas
kereta api dan pelayanan lainnya
3. Fungsi sebagai menara suar (beacon), memberi
petunjuk/tanda pelayanan bagi calon pemakai jasa.
4. Fungsi komersial (commercial), memasukkan pendapatan
dari sumber primer maupun sekunder.

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 7


Bangunan stasiun paling sedikit meliputi:
gedung;
1. Kegiatan pokok
2. Kegiatan penunjang
3. Jasa pelayanan khusus

instalasi pendukung
4. Instalasi listrik
5. Instalasi air
6. Pemadam kebakaran

peron
7. Peron tinggi
8. Peron sedang
9. Peron rendah
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 8
LAYOUT GEDUNG STASIUN

1. HALL;
2. PERKANTORAN KEGIATAN STASIUN;
3. LOKET KARCIS;
4. RUANG TUNGGU;
5. RUANG INFORMASI;
6. RUANG FASILITAS UMUM;
7. RUANG FASILITAS KESELAMATAN;
8. RUANG FASILITAS KEAMANAN;
9. RUANG FASILITAS PENYANDANG CACAT & LANSIA;
10. RUANG KESEHATAN.

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 9


CONTOH PROSES PELAYANAN KERETA API PENUMPANG
5 .1 . L I N G K A R P E L A Y A N A N P E N U M P A N G K A

1 Parkir kendaraan
Pelayanan taksi
15
(Taxy service) 15 1
2 Kuli
14 2
Portir 14
3 Informasi KA
13 3
Penyambut
13
(Greeters) 4 Loket tiket
12
Lingkar Pelayanan
Fasilitas pendukung 4
(R. tunggu, T. duduk, Mushola, dll)
12 Penumpang 5 Portir

di Stasiun
11 Fasilitas pendukung
Kuli 11 5 6
(R. tunggu, T. duduk, Mushola, dll)

Turun KA 10 10 Penyambut
6 7
(Greeters)
Prama-Prami boarding position 15 9 7
8 Bancik
8
Pemberitahuan menjelang stasiun tujuan (Tangga naik KA)
Persiapan membuka pintu oleh teknisi 14
Prama-prami siap berdiri di dekat pintu 9 Naik KA
14 15 1 AC, lampu dihidupkan
Clear up peralatan makanan/minuman
Pengambilan bantal dan selimut 13 13 1
Prama-Prami boarding position
2
Pemeriksaan rangkaian oleh kondektur
Pemberian face towel, minuman hangat, snack 12 2
Penyajian audio 12
3 Penumpang duduk
Lingkar Pelayanan
Pemberitahuan menjelang stasiun antara 11 11 3 Informasi pemberangkatan KA
Penumpang 4
Video dihidupkan
Audio-video dimatikan 10
di Atas Kereta
10 4 5 Prama-Prami naik KA
Pemeriksaan & Pembersihan oleh OTC tiap 30'
Pengumuman freesale 9 6 Pengecekan pintu oleh Teknisi
9 5

Pemeriksaan karcis selesai 8 6 KP memeriksa karcis


8 7 7
Pelayanan tuslah selesai Penyajian pelayanan tuslah

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 10


Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 11
Tabel 4.2.2 : Fungsi Standar Keempat Area dalam Wilayah Stasiun

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 12


Luas bangunan untuk gedung kegiatan
pokok dihitung dengan formula sebagai
berikut:

L = 0,64 m2/orang x V x LF

Dimana:
L = Luas bangunan (m2)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu
tahun (orang)
LF = Load factor (80%).

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 13


PERON

Peron tinggi.
tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rel
Jarak tepi peron ke as jalan reI, 1600 mm (untuk jalan rel lurusan) dan 1650 mm
(untuk jalan rei lengkungan)

Peron sedang.
tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rel
Jarak tepi peron ke as jalan reI, 1350 mm

Peron rendah.
tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala rel
Jarak tepi peron ke as jalan reI, 1200 mm

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 14


LEBAR PERON MINIMUM

No. Jenis peron Diantara dua jalur Di tepi Jalur


(Island Platform) (Side Platform)

1 Peron Tinggi 2 meter 1,65 meter

2. Peron Sedang 2,5 meter 1,9 meter

3. Peron Rendah 2,85 meter 2,05 meter

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 15


Lebar peron dihitung berdasarkan
jumlah penumpang
 
b = 0,64 m2/orang x V x LF
L

Dimana:
b = Lebar peron (meter)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk
dalam satu tahun (orang)
LF = Load factor (80%).
L = Panjang peron sesuai dengan rangkaian
terpanjang kereta api penumpang yang
beroperasi (meter).
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 16
SIDE PLATFORM

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 17


ISLAND PLATFORM

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 18


SIDE DAN ISLAND PLATFORM

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 19


BAY PLATFORM

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 20


PENEMPATAN PERON

PERON TEPI
/SIDE PLATFORM (2)
PERON PULAU
/ISLAND PLATFORM (3,4)
PERON BUNTU
/BAY PLATFORM (1)

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 21


Tabel Standar Pelayanan Minimal Di Stasiun

NILAI / UKURAN / JUMLAH


NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR KETERANGAN
Stasiun Besar Stasiun Sedang Stasiun Kecil
1. Informasi yang jelas dan a. visual : a. Tempat. a. Diletakkan di tempat a. Diletakkan di tempat a. Diletakkan di tempat Informasi tentang :
mudah dibaca 1. Tulisan; b. Jumlah. yang strategis. yang strategis. yang strategis. 1. Nama dan nomor KA
2. Gambar; b. Diletakkan di tempat b. Diletakkan di tempat b. Diletakkan di tempat 2. Jadwal
3. Peta/Denah. yang mudah dilihat yang mudah dilihat yang mudah dilihat Keberangkatan dan
oleh jangkauan oleh jangkauan oleh jangkauan Kedatangan KA
penglihatan pengguna penglihatan pengguna penglihatan pengguna 3. Tarif KA
jasa. jasa. jasa. 4. Stasiun
c. Diletakkan di tempat- c. Diletakkan di tempat- c. Diletakkan di tempat- Keberangkatan,
tempat yang tempat yang tempat yang Stasiun KA
dimaksud. dimaksud. dimaksud. Pemberhentian dan
d. Berdasarkan jumlah d. Berdasarkan jumlah d. Berdasarkan jumlah Stasiun KA tujuan
pintu masuk stasiun pintu masuk stasiun pintu masuk stasiun 5. Kelas Pelayanan dan
dan atau areal loket dan atau areal loket dan atau areal loket Peta Jaringan Jalur
penjualan tiket. penjualan tiket. penjualan tiket. KA
b. Audio a. Tempat. a. Di tempat yang a. Di tempat yang a. Di tempat yang
b. Jumlah. strategis agar mudah strategis agar mudah strategis agar mudah
didengar oleh calon didengar oleh calon didengar oleh calon
penumpang. penumpang. penumpang.
b. Berdasarkan luas atau b. Berdasarkan luas atau b. Berdasarkan luas atau
jumlah ruang tunggu. jumlah ruang tunggu. jumlah ruang tunggu.
2. Loket Tempat penjualan karcis a. Waktu pelayanan. a. Maksimum 30 detik a. Maksimum 30 detik a. Maksimum 30 detik 1 (satu) orang antrian
untuk memudahkan b. Informasi. per penumpang. per penumpang. per penumpang. maksimum dapat
calon penumpang b. Tersedia informasi b. Tersedia informasi b. Tersedia informasi membeli untuk 4 orang
membeli karcis ketersediaan tempat ketersediaan tempat ketersediaan tempat calon penumpang
(operasional loket duduk untuk kelas duduk untuk kelas duduk untuk kelas
disesuaikan dengan eksekutif dan bisnis. eksekutif dan bisnis. eksekutif dan bisnis.
jumlah calon penumpang
dan waktu pelayanan
rata-rata per orang)
3. Ruang tunggu Ruangan/tempat yang Luas Untuk 1 (satu) orang Untuk 1 (satu) orang Untuk 1 (satu) orang Tempat duduk juga
disediakan untuk minimum 0,6 m2 minimum 0,6 m2 minimum 0,6 m2 dapat ditempatkan di
menunggu kedatangan peron stasiun sebagai
KA (ruangan tertutup ruang tunggu
dan/atau ruangan
terbuka/peron)
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 22
Tabel Standar Pelayanan Minimal Di Stasiun
4. Tempat ibadah Fasilitas untuk Luas Minimum 4 (empat) Minimum 4 orang Minimum 4 orang
melakukan ibadah orang laki-laki dan 4 (laki-laki dan perempuan) (laki-laki dan perempuan)
orang perempuan
5. Toilet Tersedianya toilet Jumlah  Pria (6 normal dan 2  Pria (6 normal dan 1  Pria (6 normal dan 1
penyandang cacat) penyandang cacat) penyandang cacat)
 Wanita (6 normal dan  Wanita (6 normal dan  Wanita (6 normal dan
2 penyandang cacat) 1 penyandang cacat) 1 penyandang cacat)
6. Tempat parkir Tempat untuk parkir Luas dan sirkulasi a. Luas tempat parkir a. Luas tempat parkir a. Luas tempat parkir
kendaraan baik roda 4 disesuaikan dengan disesuaikan dengan disesuaikan dengan
(empat) dan roda 2 (dua) lahan yang tersedia lahan yang tersedia lahan yang tersedia
b. Sirkulasi kendaraan b. Sirkulasi kendaraan b. Sirkulasi kendaraan
masuk, keluar dan masuk, keluar dan masuk, keluar dan
parkir lancar parkir lancar parkir lancar
7. Fasilitas Kemudahan Memberikan kemudahan Aksesibilitas Tinggi peron sama Tinggi peron sama Tinggi peron sama Untuk stasiun yang tidak
naik/turun penumpang penumpang untuk naik dengan tinggi lantai dengan tinggi lantai dengan tinggi lantai dilengkapi dengan lantai
kereta atau turun dari kereta kereta kereta peron atau tinggi peron
kereta lebih rendah dari lantai
kereta harus disediakan
bancik
8. Fasilitas penyandang Fasilitas yang disediakan Aksesibilitas Kemiringan ramp untuk Kemiringan ramp untuk Kemiringan ramp untuk Lift dan escalator harus
cacat untuk penyandang cacat akses penyandang cacat akses penyandang cacat akses penyandang cacat disediakan untuk stasiun
maksimum 20% maksimum 20% maksimum 20% yang jumlah lantainya
lebih dari 1 lantai
9. Fasilitas kesehatan Fasilitas yang disediakan Ketersediaan fasilitas Tersedianya fasilitas Tersedianya fasilitas Tersedianya fasilitas
untuk penanganan dan peralatan pertolongan pertama pertolongan pertama pertolongan pertama
darurat kesehatan penumpang kesehatan penumpang kesehatan penumpang
10. Fasilitas keselamatan Peralatan penyelamatan Standar Teknis Stasiun Standar Operasi Stasiun Standar Operasi Stasiun Standar Operasi Stasiun
dan keamanan darurat dalam bahaya
(kebakaran, bencana
alam dan kecelakaan)
dan pencegahan tindak
kriminal

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 23


SEBAGAI PEMBANDING, SPM
INI SUDAH DIGANTI DENGAN
SPM YANG LEBIH
KOMPREHENSIF.
PM 48 TAHUN 2015
(PERIKSA LEMBAR KULIAH)

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 24


Stasiun kereta api di Indonesia dikelompokkan
dalam:
1. kelas besar;
2. kelas sedang; dan
3. kelas kecil.

Pengelompokan kelas stasiun kereta api dilakukan


berdasarkan kriteria dihitung dari perkalian bobot
setiap kriteria dan nilai komponen.
1. fasilitas operasi;
2. jumlah jalur;
3. fasilitas penunjang;
4. frekuensi lalu lintas;
5. jumlah penumpang; dan
6. jumlah barang.
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 25
SINYAL (60 %)  
FASILITAS OPERASI (25) TELEKOMUNIKASI (20 %)
LISTRIK (20 %)
JUMLAH JALUR (20) >10 JALUR (100 %)  
6 – 10 JALUR (70 %)
<6 JALUR (20 %)

    PERPARKIRAN (30 %)
RESTORAN (20 %)
  PENUNJANG (80 %) PERTOKOAN (20 %)
PERKANTORAN (20 %)
 
PERHOTELAN (10 %)
FASILITAS PENUNJANG(15)
 
RUANG TUNGGU PENUMPANG (30 %)
  PARKIR KENDARAAN (20 %)
PENITIPAN BARANG (15 %)
KHUSUS (20 %) PERGUDANGAN (15 %)
BONGKAR MUAT BARANG (10 %)
ATM (10 %)
 
 
 

  KA BERHENTI (90 %) >60 KA (100 %)


40 -60 KA (70 %)
FASILITAS LALU LINTAS (PERHARI/2 ARAH) <40 KA (20 %)
(15)
KA LANGSUNG (10 %) >80 KA (100 %)
50 – 80 KA (70 %)
<50 KA (20 %)

JUMLAH PENUMPANG (PER HARI) (20) >50.000 (100 %)


10.000 – 50.000 (70 %)
<10.000 (20 %)

JUMLAH BARANG (PER HARI) (5) >150 TON (100 %)


100 – 150 TON (70 %)
<100 TON Dr. Ir. Nico
(20 %)
Djajasinga, MSc. IPM 26
EMPLASEMEN STASIUN
Emplasemen stasiun merupakan suatu kawasan dimana terdapat
sekumpulan jalur rel/sepur yang tertata sedemikian rupa sehingga bisa
dipergunakan baik untuk lalu lintas kereta api maupun gerakan
langsiran.
Dengan demikian, konfigurasi jalur rel kawasan tersebut harus ditata
sedemikian rupa agar dapat dipisahkanantara aktifitas lalu lintas dan
langsiran/shunting. Penting sekali peranan peralatan persinyalan
(termasuk wesel/switch), telekomunikasi dan instalasi listrik.
Persinyalan, telekomunikasi dan listrik lazimnya disebut dengan
fasilitas pengoperasian kereta api
Disamping untuk keperluan tersebut diatas, emplasemen stasiun juga
juga mempunyai fungsi lain, diantaranya : memfasilitasi
penyusunan/pemisahan rangkaian kereta/gerbong,
perawatan/pemeliharaan kereta/gerbong/lokomotif. Untuk itu
diperlukan jalur rel/sepur menuju lokasi aktifitas tersebut (depo
kereta/gerbong/lokomotif)

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 27


Emplasemen stasiun dipersyaratkan mampu melayani
operasi perjalanan kereta api sekurang-kurangnya
berkaitan dengan hal-hal berikut:
1. Jumlah jalur kereta api memenuhi kebutuhan operasi sesuai dengan
jumlah kereta api yang dilayani secara optimal. Hal ini berkaitan
dengan perhitungan kapasitas stasiun, yang sangat erat kaitannya
dengan perhitungan Kapasitas lintas

2. Panjang jalan rel efektif merupakan panjang jalan rel yang ditentukan
berdasarkan rangkaian kereta api terpanjang yang dilayani ditambah
minimal 20 meter. Hal ini diperlukan untuk memastikan rangkaian
kereta api berada dalam batas patok bebas (Preipal).

3. Tata letak jalan rel disesuaikan dengan pola operasi yang dilayani.

4. Sistem drainase yang menjamin emplasemen tidak terendam air

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 28


Formula kapasitas lintas (sederhana)/
scott’s formula
T t
A
1 3

B
T

 KAPASITAS LINTAS UNTUK DOUBLE TRACK : C =

 KAPASITAS LINTAS UNTUK SINGLE TRACK : C =

Dimana:
T = Waktu perjalanan KA 1 dari stasiun A ke stasiun B
t = Waktu pelayanan pesawat blok di stasiun A setelah KA 1 tiba di stasiun B. Setelah
ini, barulah KA 3 bisa diberangkatkan dari stasiun A ( 5 menit)
K = Angka efisiensi, umumnya 0,7
Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 29
Formula kapasitas lintas
 

American formula
T + T’ + 2t
A

1 2

B
T t T’ t

C =

T + T’ + 2t disebut net headway between opposing train

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 30


HEADWAY

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 31


Perhitungan Headway Kendaraan Jalan Raya

Minimum safe headway (Anderson’s Formula)


The minimum safe headway measured tip-to-tail is defined by the
braking performance:

where:
 is the minimum safe headway, in seconds
 is the speed of the vehicles
 is the reaction time, the maximum time it takes for a following vehicle
to detect a malfunction in the leader, and to fully apply the emergency
brakes.
 is the maximum braking deceleration of the follower.
 is the maximum braking deceleration of the leader.
 
is an arbitrary safety factor, greater than or equal to 1.

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 32


 time for vehicle and headway to pass a point
 is the vehicle length

Dr. Ir. Nico Djajasinga, MSc. IPM 33

Anda mungkin juga menyukai