Anda di halaman 1dari 81

ESTIMASI

PENETAPAN
STASIUN DAN
PERJALANAN
KA

Dr. Ir. NICO DJAJASINGA, MSc.

STTD Perkeretaapian 2018


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
– Nama : Nico Djundharto Djajasinga
– Tempat/Tgl. Lahir : Solo/18 Nopember 1957
– Pendidikan : S3 Service Management, Univ. Trisakti Jakart
S2 Transportation Engineering, UNSW Sydney
S1 Sipil Transportasi, Univ. Trisakti Jakarta
– Riwayat Pekerjaan
- 1982-1995 Proyek Jabotabek KA, Dephub
- 1995-2005 Ditjen Perhubungan Darat, Dephub
- 2005-2013 Ditjen Perkeretaapian, Kemenhub
- 2013-sekarang STTD – Perkeretaapian
– Kompetensi:
PPNS Perkeretaapian; Penguji Prasarana KA; Inspektur Madya Perkeretaapian;
Auditor Madya Perkeretaapian; Insinyur Profesional Madya
DASAR HUKUM
 UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG
PERKERETAAPIAN
 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN
 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM.33 TAHUN
2011 TENTANG JENIS, KELAS DAN KEGIATAN DI STASIUN KERETA
API.
 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM.11 TAHUN
2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TRASE JALUR JALAN
KERETA API.
KETENTUAN UMUM
– Trase adalah rencana tapak jalur kereta api yang telah diketahui titik-titik
kordinatnya
– Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api agar dapat dioperasikan.
– Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel
yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta
api, dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan
bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api
– Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian
kereta api.
TUJUAN PENETAPAN TRASE
JALUR KERETA API
1. Keharmonisan antara jaringan jalur kereta api dan perencanaan
tata ruang wilayah sesuai tatarannya
2. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang untuk jaringan
jalur kereta api dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat
pembangunan jalur kereta api.
3. Keterpaduan jaringan jalur kereta api sebagai satu kesatuan
system jaringan transportasi nasional , sehingga mempermudah
dan memperlancar pelayanan angkutan orang dan/atau barang.
4. Efisiensi penyelenggaraan perkeretaapian
– PENETAPAN TRASE JALUR KERETA API menjadi pedoman untuk
melaksanakan kegiatan perencanaan teknis, analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau UKL dan UPL, serta pengadaan tanah sebelum
melaksanakan pembangunan jalur kereta api.
– SASARAN PENETAPAN TRASE JALUR KERETA API untuk mewujudkan
tersedianya ruang yang memadai untuk rumaja, rumija dan ruwasja guna
menjamin keselamatan, keamanan dan kelancaran perjalanan kereta api.
– TRASE JALUR KERETA API paling sedikit memuat:
 Titik-titik koordinat; Lokasi stasiun; rencana kebutuhanlahan; dan skala
gambar
Gambar rencana trase jalur KA

Gambar rencana trase jalur kereta api adalah gambar situasi dan
rencana trase jalur kereta api yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
– titik-titik koordinat;
– lokasi stasiun;
– rencana kebutuhan lahan; dan
– skala gambar.
Data teknis lainnya
Data teknis lainnya paling sedikit harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
– POTENSI ANGKUTAN; POLA OPERASI; KEBUTUHAN LAHAN;
– KETERPADUAN INTER DAN ANTAR MODA; DAMPAK SOSIAL DAN LINGKUNGAN;

– PANJANG JALUR KERETA API;

– JENIS KONSTRUKSI JALAN REL (AT GRADE, ELEVATED, UNDERGROUND)


– KONDISI GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI; KONDISI GEOLOGI; KONDISI FISIK TANAH;

– KELANDAIAN MAKSIMUM; DAN PERPOTONGAN.


Titik koordinat
Titik Koordinat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi
sebagai berikut:
 stasiun, depo, balai yasa dan bangunan pendukung lainnya;
 as rencana jalur kereta api;
 jembatan dan terowongan;
 patok referensi (bench mark); dan
 penyelidikan tanah.
DEFINISI STASIUN
– UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
– PP No. 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
PP No. 6 Tahun 2017 Tentang Perubahan PP No. 56 Tahun 2009

– Stasiun KA Bagian prasarana KA  berfungsi sbg t4 pemberangkatan


& pemberhentian KA unt melayani kegiatan naik turun pnp, bongkar muat
barang, dan keperluan operasi KA.
– Jenis KA: Sta. Penumpang; Sta. Barang, dan/atau Sta. Operasi

 Pengertian stasiun KA selalu terkait dengan penumpang, barang,


dan/atau operasional KA
FUNGSI STASIUN
– 2 Fungsi utama Stasiun:
1. T4 dimana pnp bergabung/meninggalkan KA
2. T4 keberangkatan dan kedatangan bagi KA beserta pnp/barang

– 3 Bagian utama Stasiun KA  pelayanan dgn fungsinya yg optimal, baik KA, pnp, dan barang
– Pengoperasian KA  Lalu lintas KA  PPKA
– Point of sales  T4 penjualan jasa angkutan KA
– House of passenger service  Jasa pelayanan pengangkutan pnp/barang
 produk berupa alat/system transportasi mell pelayanan jasa yg diberikan kepada pemakai jasa
 Pengelolaan stasiun harus memperhatikan minimum:
stasiun sbg bagian dari produk dan bagian “corporate brand”
KONSEP STASIUN SEBAGAI BAGIAN
DARI PRODUK SECARA MEKANIS
MEMILIKI 4 FUNGSI SBB:
1. FUNGSI SIRKULASI  menyediakan akses bagi pnp/barang
menuju/meninggalkan kereta/gerbong
2. FUNGSI OPERASIONAL  mengatur lalu lintas KA dan pelayanan
lainnya, akomodasi, dan peralatan
3. FUNGSI SBG MENARA SUAR  memberi petunjuk/tanda pelayanan
bagi calon pemakai jasa
4. FUNGSI KOMERSIL  memasukkan pendapatan dari sumber primer
maupun sekunder
STASIUN MEMBERIKAN PELAYANAN
UNTUK TUJUAN PRAKTIS SBB:
1. Sebagai titik akses untuk memperoleh pelayanan jasa angkutan KA  penjualan
tiket
2. Menyediakan fasilitas operasional  akomodasi staf operasional
3. Menyediakan fasilitas komersil untuk kegiatan pokok, usaha penunjang, dan
kegiatan jasa pelayanan khusus
4. Sebagai tempat perpindahan pemakai jasa dari dsatu tujuan ke tujuan lainnya
5. Sebagai pintu gerbang masuk ke satu kota/pusat pertokoan/stadion olah raga,
serta pusat keramaian masyarakat dll.
KONSEP STASIUN 
COPORATE BRAND
“Brand is an image perceived by customer of a business upon experiencing a combination of
product, service, and corporate communication”

– Brand yang kuat, kokoh dan terhormat meningkatkan prestise perusahaan dan mampu
mempengaruhi pilihan customer  hanya dapat diperoleh jika perusahaan dapat memberikan
perhatian serius pada semua aspek produknya.
– Kegagalan dalam salah satu aspek akan merusak dan meruntuhkan brand dari perusahaan
(seperti: antrian yg kacau, waktu yg tdk tepat, jadwal kedatangan/keberangkatan tdk pasti,
kecelakaan KA, kurang ramah petugas)
– Stasiun  bagian terdepan dari pelayanan angkutan pnp/barang, yang pertama dirasakan oleh
pemakai jasa merupakan unsur utama setiap brand dari perusahan KA.
STANDAR PELAYANAN STASIUN
1. Standar Pelayanan Operasional KA
 aktifitas stasiun ditekankan pada lalu lintas KA, meliputi:
– Aktifitas memberangkatkan KA
– Aktifitas menerima kedatangan KA
– Aktifitas pengaturan persilangan dan penyusulan KA
– Aktifitas lainnya yaitu menerima kedatangan KA yang mengakhiri perjalanan di sta. tsb.
 aktifitas menerima kedatangan KA+proses penghapusan KA
(melepas rangkaian, langsir ke Dipo dsb)
2. Standar Pelayanan Angkutan Penumpang
 Lingkar Pelayanan Penunpang KA
3. Standar Pelayanan Angkutan Barang
GAMBAR
LINGKAR PELAYANAN PENUMPANG KERETA API
LINGKAR PELAYANAN
PENUMPANG KERETA API
– Lingkar pelayanan isinya bias berbeda untuk setiap operator KA,
tergantung dari kebijakan masing-masing, namun pada hakekatnya
lingkar pelayanan tersebut merupakan Standar Pelayanan
Minimum
Peraturan Menteri Perhubungan PM. 9 Tahun 2011
Tentang Standar Pelayanan Minimum
10 PELAYANAN YANG DIATUR
1. Informasi
DALAM SPM
2. Loket
3. Ruang tunggu, baik tertutup atau terbuka
4. Tempat ibadah
5. Toilet
6. Tempat parker
7. Fasilitas kemudahan unt naik/turun penumpang
8. Fasilitas penyandang cacat
9. Fasilitas kesehatan
10. Fasilitas keselamatan dan keamanan
ALUR PELAYANAN ANGKUTAN
BARANG
– Khusus untuk stasiun barang, sedikitnya harus dilengkapi:
– Keselamatan
– Keamanan
– Bongkar muat  MUTLAK harus tersedia fasilitas bongkar muat barang (manual/mekanik)
– Fasilitas umum
– Pembuangan sampah
– UU No. 23/2007, pasal 139  angkutan barang dgn KA dilakukan dengan menggunakan
GERBONG
 Barang umum, barang khusus, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan
Limbah B3.
JENIS DAN KLASIFIKASI KELAS
– STASIUN
Definisi dan Tujuan klarifikasi stasiun:
Klasifikasi stasiun
Proses pengelompokan stasiun berdasarkan beberapa kriteria tertentu untuk menentukan kelas stasiun
Tujuan dari klarifikasi stasiun ini sangat luas
Didapat diferensiasi dari stasiun-stasiun ybs unt kemudian dilakukan tindakan lebih lanjut, misalnya
pengembangan fasilitas stasiun  perubahan aktifitas stasiun
Diferensiasi dari stasiun ini  kelas stasiun (khususnya sta. pnp): Besar, Sedang, dan Kecil,
 UU No. 23 Tahun 2007, pasal 56
 Pengelompokan kelas stasiun KA
PENGELOMPOKAN KELAS
STASIUN KA
 PM 33 TAHUN 2011
– Pengelompokan kelas stasiun  berdasarkan kriteria
(berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen)
– Klasifikasi stasiun berdasarkan kriteria PM 33 Tahun 20011, sbb:
1. Fasilitas operasi;
2. Jumlah jalur;
3. Fasilitas penunjang;
4. Frekuensi lalu lintas;
5. Jumlah penumpang; dan
6. Jumlah barang.
23
KAPASITAS STASIUN:
1. KAPASITAS OPERASIONAL
a. PERHITUNGAN HEADWAY ANTAR KERETA API DI
STASIUN
b. KONFIGURASI JALUR DALAM EMPLASEMEN

2. KAPASITAS PELAYANAN STASIUN


a. TINGKAT PELAYANAN (Level of Service)
b. VARIABEL KAPASITAS PELAYANAN
Formula Kapasitas Stasiun
H = 60 x Jarak
V
Dimana : H = headway stasiun
Jarak = Panjang emplasemen + wesel
Wesel ke sinyal masuk
Sinyal masuk ke sinyal muka
Sinyal muka ke KA berikut + panjang rangkaian
V = Kecepatan KA

– Kapasitas Stasiun = 1440. k


Headway
BANGUNAN STASIUN

– Dalam lingkar pelayanan tergambar alur pelayanan sejak pnp masuk dalam sistem
stasiun sampai keluar dari sistem.
–  seluruh aktifitas dilaksanakan didalam bangunan stasiun
(Gd. Stasiun, instalasi pendukung, dan peron stasiun)

Gedung stasiun terdiri dari:


- Gd. unt kegiatan pokok
- Gd. unt kegiatan penunjang  mendukung
- Gd. unt jasa pelayanan khusus T4 unt kegiatan jasa pelayanan khusus
Bangunan stasiun
Gedung untuk kegiatan pokok
Untuk keperluan sbb:
1. Pengaturan kepada perjalanan jasa KA
2. Pelayanan kepada pengguna jasa KA
3. Keamanan dan ketertiban
4. Kebersihan lingkungan

Agar fungsi dari gedung bisa terlaksana baik, maka harus dipenuhi beberapa persyaratan:
– Persyaratan penempatan
– Persyaratan teknis
 persyaratan bangunan
 persyaratan operasi
PERSYARATAN
PENEMPATAN
– Lokasi sesuai dengan pola operasi perjalanan KA
– Menunjang operasional sistem perkeretaapian
– Tata letak ruang sesuai alur proses kedatangan dan keberangkatan pnp KA serta
tidak mengganggu pengaturan perjalanan KA
– Tidak mengganggu lingkungan
– Terjamin keselamatan dan keamanan operasi KA
Rail road stasiun (contoh
layout stasiun)
PERSYARATAN BANGUNAN
– Konstruksi, material, desain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai dengan standar kelayakan,
keselamatan dan keamanan serta kelancaran  berfungsi secara handal
– Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya dari: banjir, petir, kelistrikan
dan kekuatan konstruksi
– Instalansi pendukung gedung sesuai dengan peraturan dan perundang2an tentang: bangunan, M/E,
dan pemipaan/plumbing yang berlaku
– Luas bangunan ditetapkan: L = 0,64 m2/orang x V x LF
 L = luas bangunan (m2)
 V = jumlah rata2 pnp/jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
 LF = load factor (80%)

 Gedung penunjang dan jasa pelayanan khusus di sta. KA


ditetapkan berdasarkan kebutuhan
– Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang gedung
stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman
– Komponen gedung meliputi:
o gedung atau ruangan;
o Media informasi (papan informasi atau audio)
o Fasilitas umum, terdiri: ruang ibadah, toi;et, tempat sampah, dan ruang ibu menyusui
o Fasilitas keselamatan
o Fasilitas keamanan
o Fasilitas penyandang cacat
o Fasilitas kesehatan
Persyaratan Operasi
– Pengoperasian gedung stasiun harus sesuai dengan alur proses
– Kedatangan dan keberangkatan pnp KA serta tidak mengganggu
pengaturan perjalanan KA
– Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari
segi tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian
sarana perkeretaapian dapat dilakukan dengan nyaman
– Pengoperasian gedung stasiun sesuai dengan jam operasional KA
dan ketersediaan SDM
GEDUNG UNT KEGIATAN PENUNJANG &
JASA PELAYANAN KHUSUS
– Persyaratan penempatan:
o Lokasi sesuai pola operasi sta. KA
o Tata letak ruang tidak mengganggu alur proses kedatangan dan keberangkatan pnp KA
dan pengaturan perjalanan KA
o Menunjang kegiatan sta. KA dalam rangka pelayanan pengguna jasa sta
o Terjamin keselamatan dan keamanan operasi KA
– Persyaratan teknis:
o Persyaratan bangunan
 Sama dengan gedung unt kegiatan pokok kecuali unt komponen gedung dan luas bangunan

o Persyaratan operasi
 Tidak menganggu pergerakan KA; penumpang dan/atau barang; bangunan & lingkungan sekitar stasiun
 Menjaga ketertiban dan keamanan; Menjaga kebersihan lingkungan
 Disesuaikan dengan daya tamping dan kebutuhan
INSTALASI PENDUKUNG
INSTALASI PENDUKUNG  MENDUKUNG OPERASIONAL KERETA API:
1. Instalasi listrik
 Berdasarkan jenisnya:
– Jaringan penyediaan listrik umum
– Sumber tenaga listrik sendiri
2. Instalasi air, dan
 Berdasarkan jenisnya:
– Instalasi air bersih
– Instalasi air kotor atau limbah
3. Instalasi kebakaran
 Berdasarkan jenisnya:
– Hydran dengan selang dan/atau tabung
– Sprinkle
PERON
Sebagai tempat yg digunakan unt aktifitas naik turun pnp KA
Menurut jenisnya peron terdiri dari:
– Peron tinggi
1. Tinggi peron 1000mm, diukur dari KR
2. Jarak tepi peron ke as jalan rel, 1600mm (unt jalan rel lurusan) dan 1650mm (unt jalan rel
lengkungan)
– Peron sedang
1. Tinggi peron 430mm, diukur dari KR
2. Jarak tepi peron ke as jalan rel, 1350mm
– Peron rendah
1. Tinggi peron 180mm, diukur dari KR
2. Jarak tepi peron ke as jalan rel, 1200mm
PERON TINGGI
PERON SEDANG
PERON RENDAH
– Panjang peron  sesuai dengan panjang rangkaian KA
– Lebar peron, dihitung berdasarkan jumlah penumpang
b = 0,64 m2/orang x V x LF
L
Dimana: b = lebar peron (m)
V = jumlah rata2 pnp/jam sibuk dlm 1 tahun (orang)
LF = load factor (80%)
L = panjang peron sesuai rangkaian terpanjang KA pnp (m)
KETENTUAN LEBAR PERON MINIMUM
No. Jenis Peron Diantara Dua Jalur Di Tepi Jalur
(Island Platform) (Side Platform)
1. Peron tinggi 2,00 meter 1,65 meter
2. Peron sedang 2,50 meter 1,90 meter
3. Peron rendah 2,85 meter 2,05 meter

 Peron harus dilengkapi setidaknya:


Lampu; Papan petunjuk jalur; Papan petunjuk arah;
Batas aman peron
BATAS AMAN PERON
PERON TEPI DAN PULAU
PERON BUNTU
EMPLASEMEN

– Emplasemen adalah merupakan suatu kawasan dimana terdapat sekumpulan jalur


rel/sepur yang tertata sedemikian rupa sehingga bisa dipergunakan baik untuk lalu
lintas kereta api maupun gerakan langsiran. Jalur rel tersebut tertata sedemikian
rupa, sehingga terdapat jalur yang dirancang untuk kereta api datang, berangkat,
langsung, bersilang dan bersusulan, serta jalur yang dirancang untuk gerakan
langsiran (shunting).
– Didalam emplasemen, dimungkinkan juga terdapat jalur rel yang diperuntukkan
untuk tempat penyimpanan rangkaian kereta api ataupun untuk keperluan yang
lain.
– Pada saat melaksanakan aktifitas tersebut, harus memungkinkan rangkaian kereta
api atau sebagian berada di jalur tertentu tanpa mengganggu lalu lintas kereta api
– Untuk itu, semua jalur di emplasemen yang ada sangkut pautnya dengan aktifitas kereta api
datang, berangkat, langsung, bersilang dan bersusulan, serta jalur yang dirancang untuk gerakan
langsiran, dihubungkan dengan wesel-wesel.
– Untuk persinyalan elektrik, wesel dan jalur dihubungkan dan dirangkaikan dengan rangkaian
listrik, sehingga merupakan sirkit sepur (Track circuit).
– Sedangkan untuk persinyalan mekanik, wesel dan jalur dihubungkan dengan perkakas hendel
yang dilengkapi dengan peralatan pengucilan dan sekat. Jalur/sepur, wesel dan peralatan yang
berkaitan merupakan sebagian dari fasilitas operasi kereta api.
WESEL
Perangkat wesel harus harus dilengkapi dengan komponen sbb:
– Lidah wesel
– Jarum wesel dan sayap
– Rel lantak
– Rel paksa
– Sistem penggerak
Perlu diketahui bahwa pada saat wesel sedang berfungsi mengalihkan sarana dari satu jalur ke jalur
lain, maka akan terjadi sudut belokan dari jalur belok/siding yang dinyatakan dalam tangens.
Sudut belokan ini akan menentukan kecepatan sarana yang melaluinya,
Komponen Perangkat Wesel
Sta. KA sebagai ‘point of

transhipment’
Secara umum, penyelenggaraan transportasi menuntut keterpaduan yang
selalu melibatkan lebih dari satu moda sebagai bahan kajian. Keterpaduan
transportasi dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan transportasi
antarmoda yang efektif dan efisien.
– Jones et al (2000) menerangkan bahwa transportasi antarmoda sebagai
proses perpindahan penumpang / barang yang menggunakan lebih dari
satu moda transportasi dalam satu perjalanan yang berkesinambungan.
– Fokus penyelenggaraan transportasi antarmoda lebih menekankan pada
upaya pemaduan jaringan pelayanan dan prasarana sehingga proses
pertukaran moda yang terjadi harus diperhatikan dalam perencanaannya.
Konsep Perpindahan Moda
di Sta. KA
Jaringan transportasi di kawasan perkotaan Indonesia mencakup pelayanan yang
luas dan beragam antara lain meliputi bis, BRT (Bus Rapid Transit), angkutan
perkotaan, taksi, kereta api perkotaan, kapal penyeberangan, hingga
konektivitasnya ke pelayanan pesawat. Perpindahan moda transportasi akan
terjadi ketika penumpang berpindah dari satu moda transportasi ke moda
transportasi lain, atau berpindah di antara dua pelayanan pada moda yang sama.
Termasuk juga orang yang akan menggunakan atau telah menggunakan sistem
transportasi umum dikombinasikan dengan berjalan kaki, naik sepeda,
mengendarai motor dan mobil
Fungsi Stasiun sebagai “Point of
Transhipment”
Dalam konsep antar moda adalah merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan
perkeretaapian.
Untuk itu, dimensi pelayanan yakni:
– Aksesibilitas
– Kapasitas
– Reliabilitas
– Keselamatan
– Kenyamanan
– Keamanan
4 (empat) fungsi utama dari Stasiun
sebagai “point of transhipment”
– Komposisi. Pengumpulan dan konsolidasi barang/ penumpang di suatu
terminal/simpul yang memungkinkan terjadinya interface intermoda antara
sistem distribusi lokal/regional dan sistem distribusi nasional/internasional.
– Koneksi. Pengaliran barang/penumpang diantara minimal dua terminal/ simpul.
Efisiensi koneksi ini diperoleh dari economies of scale.
– Perpindahan/Interchange. Proses perpindahan moda di suatu terminal. Fungsi
utama dari intermoda dilakukan di terminal/simpul yang berperan menyediakan
kontinuitas pergerakan dalam rantai transportasi.
– Dekomposisi. Proses pemisahan/fragmentasi barang/penumpang di terminal
terdekat dari tujuan dan ditransfer ke dalam jaringan distribusi lokal/regional.
Perpindahan Moda
Perpindahan moda merupakan simpul yang menghubungkan berbagai
pelayanan transportasi umum di Indonesia menjadi sebuah jaringan. Jika
perpindahan di antara moda transportasi tersebut dapat dibuat menjadi
lebih mudah, lebih cepat, dan lebih nyaman, maka integrasi dan fleksibilitas
dari jaringan secara keseluruhan akan meningkat dengan pesat.
Perpindahan moda, dapat berarti:
– kegiatan/tindakan berpindah moda;
– tempat di mana orang melakukan perpindahan moda; dan
– sebuah fasilitas yang dibangun untuk meningkatkan kualitas perpindahan
moda (interchange) itu sendiri.
Tahapan Perencanaan Desain Fasilitas Perpindahan
Moda di Stasiun KA
Fasilitas antarmoda dan area
perpindahan moda di stasiun KA
Fungsi fasilitas antarmoda dan perpindahan moda di area stasiun KA harus
merefleksikan tiga kegiatan utama yang mungkin diharapkan penumpang, yaitu:
– untuk berpindah antara satu layanan moda ke layanan KA atau dari layanan KA
ke moda yang lainnya;
– untuk menunggu layanan/moda selanjutnya; dan
– untuk menggunakan waktu yang mereka habiskan ketika menunggu atau
berpindah moda/layanan dengan melakukan kegiatan sehari-hari lainnya,
seperti makan, minum, berbelanja, membaca koran, atau menggunakan ATM
(Anjungan Tunai Mandiri).
PUSAT BELANJA

ADVERTISING

PERPARKIRAN
LAYOUT STASIUN TRADISIONAL
STASIUN SEMARANG GUDANG /
TEMBANG SARI (1864)
– Stasiun ini dibangun pada tanggal 16 Juni
1864 yang diresmikan oleh Gubernur
Jenderal Baron Sloet van de Beele. Untuk
pengoperasian rute ini, pemerintah
Belanda menunjuk Nederlandsch Indische
Spoorweg Maatschappij (NIS), salah satu
markas NIS yang sekarang dikenal sebagai
Gedung Lawang Sewu. Dan tepatnya pada
10 Agustus 1867 sebuah kereta meluncur
untuk pertama kalinya di stasiun ini.
STASIUN SEMARANG TAWANG (1868)

– Stasiun Semarang Tawang adalah stasiun


induk di Tanjung Mas, Semarang Utara,
Stasiun ini merupakan stasiun kereta api
besar tertua di Indonesia setelah Semarang
Gudang dan diresmikan pada tanggal 19 Juli
1868 untuk jalur Semarang Tawang ke
Tanggung.
– Jalur ini menggunakan lebar 1435 mm.
– Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang
hingga Stasiun Solo Balapan dan melanjut
hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta.
STASIUN LEMPUYANGAN (1872)

– Stasiun Lempuyangan (+114 m) adalah


stasiun kereta api yang terletak di Kota
Yogyakarta, berjarak sekitar 1 km di
sebelah timur dari stasiun utama di
kota ini, yaitu Stasiun Yogyakarta.
Stasiun yang didirikan pada tanggal 2
Maret 1872 ini melayani
pemberhentian semua KA ekonomi
yang melintasi Yogyakarta.
STASIUN AMBARAWA (1873)
– Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun
kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi
sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah.
– Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B
2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen
sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas
sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini
sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang
masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss
dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat
disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri
B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029,
Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di
halaman museum
STASIUN KEDUNGJATI (1873)
– Stasiun Kedungjati merupakan stasiun kereta api yang
terletak di Kedungjati, Kedungjati, Grobogan. Stasiun
yang terletak pada ketinggian +36 m dpl ini berada di
Daerah Operasi 4 Semarang. Stasiun Kedungjati
diresmikan pada bulan 21 Mei 1873. Arsitektur
stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di
Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur KA dari
Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak
beroperasi pada tahun 1976. Pada tahun 1907,
Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu
diubah ke bata berplester dengan peron
berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi
14,65 cm
Stasiun Solo Balapan (1873)

– Stasiun Solo induk di Kestalan dan


Gilingan, Banjarsari, Surakarta
yang menghubungkan Kota
Bandung, Jakarta, Surabaya, serta
Semarang. Stasiun ini didirikan
oleh jaringan kereta api masa
kolonial NIS pada abad ke-19
(tepatnya 1873).
Stasiun Purwosari (1875)
– Stasiun Purwosari merupakan stasiun kereta
api yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No.
502, Purwosari, Lawiyan, Surakarta. Stasiun
yang terletak pada ketinggian +98 m dpl ini
berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta.
Stasiun Purwosari dibangun pada tahun
1875, dan merupakan stasiun tertua di
Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh
NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah
Mangkunegaran.
Stasiun Surabaya Kota (1878)
– Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer dengan nama Stasiun
Semut terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Letaknya
sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan juga merupakan stasiun
tujuan terakhir di kota Surabaya dari jalur kereta api selatan pulau
Jawa yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta dan
Bandung serta Jakarta. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya
adalah Stasiun Pasar Turi yang menghubungkan Surabaya dengan
Semarang. Baru dalam masa kemerdekaan, Jawatan Kereta Api
mengadakan layanan kereta api antara Jakarta dan Surabaya Pasar
Turi melalui Semarang. Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya
Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan
mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil
bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari
Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun
sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878.
Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11
Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga
ke bentuknya yang sekarang ini.
Stasiun Malang Kotalama (1879)
– Stasiun Malang Kotalama merupakan stasiun
kereta api yang terletak di Kecamatan Sukun,
Malang. Stasiun yang berada pada ketinggian
+429 m dpl ini rada di Daerah Operasi 8
Surabaya.Stasiun ini merupakan stasiun KA
paling selatan yang berada di Kota Malang,dan
tertua, dibangun pada tahun 1879.
Penambahan nama “Kotalama” dimaksudkan
untuk membedakan dengan Stasiun Malang
Kotabaru yang dibangun belakangan. Dari
Stasiun Malang Kotalama terdapat
percabangan rel yang menuju ke Dipo
Pertamina.
Stasiun Ijo (1880)
– Stasiun Ijo adalah stasiun kereta api yang
terletak di sebelah barat Stasiun Gombong.
Stasiun ini berada di Desa Bumiagung,
Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen.
Selain sebagai stasiun persilangan, fungsi
lainnya adalah sebagai pengontrol
terowongan jalur rel (disebut Terowongan
Ijo) yang berada di sisi timur stasiun ini.
Stasiun yang dibangun pada pertengahan
tahun 1880-an ini jarang disinggahi oleh
kereta api. Stasiun berperon sisi ini memiliki
tiga jalur rel.
Perkembangan Stasiun KA di Dunia
– Dengan semakin majunya perkembangan teknologi dan informasi yang ada
pada era sekarang, sedikit banyak telah memberikan warna terhadap desain
bangunan termasuk desain bangunan Stasiun Kereta Api, yang sebelumya
hanya merupakan tempat yang fungsinya hampir sama dengan terminal,
yakni menaikkan penumpang dan/ atau barang dan juga bongkar muat,
namun sekarang lebih daripada itu, fungsinya beralih menjadi suatu objek
wisata yang terkadang menjadi suatu icon dari negara atau kota tersebut
Antwepen-Centraal, Belgia

– Didesain oleh arsitek Louis Dela


Censerie dan Clement van Bogaert,
– bangunan utama dari stasiun ini,
yaitu salah satu “katedral” kereta
api
– paling mengesankan di dunia,
dibangun antara 1895-1905 setelah
menyelesaikan pembangunan
kubah dan platformnya
Chatrapati Shivaji Terminus, India

– Didesain oleh arsitek Frederik


William Stevens, pintu gerbang
stasiun ini menampilkan patung
singa dan harimau, yang
melambangkan negara Inggris dan
India. Bangunan yang masuk dalam
daftar Situs Warisan Dunia UNESCO
pada 2004 ini selesai dibangun pada
1888 untuk memperingati Golden
Jubilee Ratu Victoria.
Gare de Liège-Guillemins, Belgia

– Dirancang oleh arsitek Santiago


Calatrava, stasiun ini merupakan
salah satu stasiun tersibuk di
Belgia dan digunakan oleh sekitar
15.000 orang setiap harinya.
Gare de Strasbourg, Prancis
– Didesain oleh arsitek Johann
Eduard Jacobsthal dan Jean
Duthilleul, atap kaca yang sangat
besar dan menutupi bagian depan
bangunan bersejarah itu
ditambahkan pada 2007 sebagai
bagian dari proses pembaruan.
Stasiun ini menjadi stasiun kereta
terbesar kedua di Prancis.
Gare do Oriente, Portugal

– Didesain oleh arsitek Santiago


Calatrava, stasiun ini dibangun pada
1998 sebagai jalur transportasi
untuk Lisbon World Exhibition.
Grand Central Terminal, Amerika Serikat
– Didesain oleh arsitek Warren & Wetmore,
Grand Central lebih terlihat seperti terminal
ketimbang sebuah stasiun karena banyak
kereta mengakhiri perjalanannya di sana. Pada
1968, Penn Central Corporation mengusulkan
pembangunan sebuah gedung perkantoran di
atas bangunan tersebut. Hanya ada sedikit
harapan saat itu untuk bisa menyel
amatkannya hingga akhirnya Jacqueline
Kennedy Onassis berdiri di depan bangunan
itu dan mendesak agar situs bersejarah
tersebut tetap dilestarikan
Hundertwasser Bahnhof, Jerman

– Dirancang oleh arsitek Hubert Stier


dan Friedensreich Hundertwasser,
bangunan pertama stasiun yang
dibangun pada 1887 ini diperbarui
untuk acara World Exposition dari
1998 hingga 2000 oleh
Hundertwasser. Stasiun ini adalah
salah satu dari proyek terakhirnya
sebelum dia meninggal pada 2000
King’s Cross Railway Station, Inggris
– Didesain oleh arsitek Lewis Cubitt,
William Cubitt dan John McAslan +
Partners, bangunan ini memiliki
fungsi penting dalam novel Harry
Potter karya J.K. Rowling -- Platform
9 3/4, titik awal pemberangkatan
Hogwarts Express, berlokasi di
stasiun tersebut.
Rotterdam Centraal Station, Belanda

– Didesain oleh arsitek Sybold of


Ravesteyn, Benthem Crouwel,
Meyer en Van Schooten
Architecten dan West 8 Landscape
Architects BV, bangunan ini secara
resmi dibuka kembali pada 13
Maret 2014 oleh Raja Willem-
Alexander
Southern Cross Railway Station, Australia
– Didesain oleh Grimshaw Architects
dan Daryl Jackson, bentuk pertama
dari stasiun ini dibangun pada 1859
dan sebelumnya dikenal sebagai
Spencer Street Station. Proses
pembangunan besar dari stasiun
tersebut rampung pada 2006, dengan
menambahkan atap seperti gundukan
yang menutupi seluruh jalur rel di
stasiun itu
WTC Transportation Hub, Amerika Serikat
– Didesain oleh arsitek Santiago
Calatrava, atap dari jalur
tersebut berbentuk seperti
sayap yang terbuat dari kaca
dan baja.
– Pembangunannya selesai pada
2015
STASIUN MODERN

Commercial advertising
Our advertising opportunities allow you to target 78.3m potential
customers each year. Station advertising can be targeted to geographic
areas, and advertisers can also take their message on-train across a number
of our key routes, giving repeated exposure to your marketing message

Advertising at ticket gates


Every 2 weeks, over 1 million Scottish commuters pass through ticket
gates. Take advantage of this advertising opportunity

Wi-fi Advertising and Sponsorship


ScotRail's free public wi-Fi network allows brands to reach millions of
smartphone and tablet devices every month. Brands can now deliver rich
content, videos and animations or encourage Wi-Fi users to download
Apps, vouchers or simply direct the user to a web or mobile optimised site.
CONTOH ASPEK KOMERSIAL
STASIUN MODERN ( 2 -12-2013)

Office Space for sale in Vashi, Navi Mumbai


Office For Sale Above Vashi Railway Station Complex.
Sector 30A, Vashi, Navi Mumbai - 400703 (Maharashtra)
Area: 400 SqFeet
Floor: Second
Total Floors: Seven
Facing: East
Furnished: Unfurnished
Transaction: Resale Property
Price: 5,000,000
Rate: 12,500 per SqFeet -15%
Age Of Construction: 20 Years
Possession: Immediate/Ready to move
Shop for sale in Seawoods, Navi Mumbai
1.5 - 2 crores
Seawoods Railway Station Commercial Complex
Seawoods Railway Station, Seawoods, Navi Mumbai - 400706 (Maharashtra)
Area: 1000 SqFeet
Floor: Ground
Transaction: New Property
Price: 1.5 - 2 crores
Age Of Construction: Under Construction
Possession: Within 2 Years
Description

Shop is available for sale in shopping mall, railway concourse.


India’s largest Railway Oriented Development (TOD - Transit Oriented
Development) by L&T at Seawoods, Navi Mumbai. It's one of the most
significant landmark project and the upcoming iconic destination of Navi
Mumbai - one of the largest planned cities of the world. Developed by Larsen
& Toubro & Designed and planned on International standards by HOK , L&T
Seawoods is a unique combination of Commercial, Retail and Hospitality
around the world class railway concourse of Seawoods

Anda mungkin juga menyukai