Anda di halaman 1dari 30

Modul Stasiun Kereta Api

BAB I
STASIUN KERETA API

A. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Umum

Taruna dapat memahami dan mampu menjelaskan definisi, dan


fungsi stasiun, standar pelayanan stasiun, serta jenis dan kelas
stasiun

2. Tujuan Khusus

a. Memahami definisi stasiun


b. Memahami fungsi stasiun
c. Memahami standar pelayanan stasiun, serta jenis dan kelas
stasiun

B. Materi

1. 1 Definisi Stasiun

UU no. 23 tahun 2007, tentang Perkeretaapian serta PP no.56 tahun 2009,


tentang penyelenggaraan perkeretaapian secara utuh mendefinisikan
Stasiun Kereta Api sebagai bagian dari prasarana kereta api yang berfungsi
sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api untuk
melayani kegiatan naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan
keperluan operasi kereta api.

Dengan demikian, pada hakekatnya, stasiun kereta api dapat dibedakan


menurut jenisnya :

a. Stasiun penumpang
b. Stasiun barang, dan/atau

Bab I: Stasiun Kereta Api 1


Modul Stasiun Kereta Api

c. Stasiun operasi

Sementara itu, Frank Pick menyatakan “A railway station is a place at which


passenger join or leave trains. It is a place of arrival and departure, for trains
as well as passengers, two somewhat diverse units, causing a railway
station to fall into two distinct parts: the passenger concourse and the train
shed, to each of which a different measure must be applied if they are to be
apt and fit for their purpose”.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian stasiun


kereta api selalu terkait dengan penumpang, barang dan atau operasional
kereta api.

1. 2 Fungsi stasiun dan kegiatannya

Berdasarkan uraian definisi stasiun KA, menurut Frank Pick di atas, dapat
dikemukakan bahwa stasiun KA memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu:

a. Sebagai tempat di mana penumpang bergabung atau meninggalkan KA.


b. Sebagai tempat keberangkatan dan kedatangan bagi KA beserta
penumpangnya.
Sebagai tempat di mana penumpang bergabung atau meninggalkan KA,
stasiun harus mampu menyuguhkan pelayanan penyambutan bagi
penumpang yang akan berangkat dan memberikan kesan bagi penumpang
yang telah mengakhiri perjalanannya dengan KA.

Sebagai tempat keberangkatan dan kedatangan, baik bagi KA maupun


penumpangnya, mengharuskan sebuah stasiun KA untuk dapat
memberikan pelayanan untuk keduanya, selama berada di stasiun.

Agar stasiun KA mampu memberikan pelayanan sesuai dengan fungsinya


yang optimal, baik untuk KA maupun bagi penumpang, maka fungsi stasiun
diuraikan menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu:

a. Pengoperasian kereta api

Bab I: Stasiun Kereta Api 2


Modul Stasiun Kereta Api

b. Point of sales
c. House of passenger service

Berkaitan dengan pengoperasian kereta api, stasiun KA lebih ditekankan


pada lalu lintas KA. Lalu lintas KA pada dasarnya adalah aktifitas yang
harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan perjalanan KA sehingga KA
yang sesuai dengan spesifikasi telah siap pada jalur yang sesuai dengan
yang dicantumkan pada peraturan perjalanan. Aktifitas ini dikoordinasi oleh
PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api).

Konsep stasiun sebagai point of sale, menetapkan bahwa stasiun


difungsikan sebagai tempat penjualan jasa angkutan dengan KA. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan calon penumpang terhadap pelayanan
jasa angkutan yang semakin mudah, semakin cepat, semakin praktis, dan
sebagainya, menyebabkan konsep yang hanya mengandalkan stasiun
sebagai point of sale, menjadi tidak efektif lagi. Point of sale seharusnya
disebar pada titik-titik strategis di mana terdapat potensi calon penumpang
KA yang signifikan. Beberapa tempat yang dapat dijadikan sebagai contoh
titik strategis misalnya di agen-agen perjalanan, tempat interkoneksi antar
moda, dan bahkan dengan sistem on-line.

Fungsi stasiun dalam pengoperasian kereta api dan sebagai point of sale
merupakan fungsi stasiun yang paling minimum harus disediakan. Namun
perubahan teknologi, kesadaran penumpang untuk memperoleh layanan
optimal, adanya persaingan yang semakin ketat antara moda angkutan
penumpang, dan sebagainya, menuntut adanya pelayanan yang semakin
meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Konsep stasiun sebagai HPS (house of passengers services) menyatakan


bahwa salah satu pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan KA adalah
jasa pelayanan pengangkutan penumpang/barang dari satu tempat ke
tempat lainnya. Produk yang ditawarkan adalah berupa alat/sistem

Bab I: Stasiun Kereta Api 3


Modul Stasiun Kereta Api

transportasi melalui mana pelayanan kepada pemakai jasa diberikan.


Stasiun, sebagai bagian dari alat/sistem transportasi KA, adalah merupakan
bagian dari produk. Sebagai bagian terdepan dari produk, dan agar dapat
memuaskan pelanggannya, stasiun seharusnya berperanan sebagai house
of passengers services.

Agar dapat berfungsi sebagai HPS secara efektif dan efisien dan agar dapat
memuaskan pelanggan, dan selalu mampu beradaptasi selama siklus-
umurnya untuk memenuhi dinamika perubahan kebutuhan pemakai jasa
serta kebutuhan operasional, sistem pengelolaan stasiun harus
memperhatikan minimum 2 hal pokok berikut.

a. Stasiun sebagai bagian dari produk


b. Stasiun sebagai bagian “corporate brand”

Konsep stasiun sebagai sebagai bagian dari produk menyatakan bahwa


secara mekanistik stasiun memiliki 4 (empat) peranan utama, yaitu.

a. Fungsi sirkulasi (circulatory), menyediakan akses bagi


penumpang/barang menuju/meninggalkan kereta/gerbong
b. Fungsi operasional (operational), mengatur lalu lintas kereta api dan
pelayanan lainnya, serta menyediakan akomodasi bagi staf dan
peralatan.
c. Fungsi sebagai menara suar (beacon), memberi petunjuk/tanda
pelayanan bagi calon pemakai jasa.
d. Fungsi komersial (commercial), memasukkan pendapatan dari
sumber primer maupun sekunder.

Selain keempat fungsi utama tersebut di atas, stasiun juga dapat


memberikan sejumlah pelayanan untuk tujuan-tujuan praktis sebagai berikut

a. Sebagai titik akses untuk memperoleh pelayanan jasa angkutan


kereta api seperti misalnya penjualan tiket.

Bab I: Stasiun Kereta Api 4


Modul Stasiun Kereta Api

b. Menyediakan fasilitas operasional, seperti misalnya akomodasi


untuk staf operasional
c. Menyediakan fasilitas komersial untuk kegiatan pokok, kegiatan
usaha penunjang dan kegiatan jasa pelayanan khusus.
d. Sebagai tempat perpindahan pemakai jasa dari satu tujuan ke
tujuan lain.
e. Sebagai pintu gerbang masuk ke satu kota/pusat pertokoan/stadion
olahraga serta pusat keramaian masyarakat, dan lain lain.

Konsep stasiun sebagai Corporate brand menyatakan “Brand is an image


perceived by customer of a business upon experiencing a combination of
product, service and corporate communication”. Brand yang kuat, kokoh dan
terhormat meningkatkan prestise perusahaan dan mampu mempengaruhi
pilihan customer. Brand yang kuat dan kokoh hanya dapat diperoleh setelah
perusahaan telah dapat memberikan perhatian yang serius pada semua
aspek dari produknya. Kegagalan dalam salah satu aspek tersebut,
misalnya sistem antrian yang kacau dan tidak jelas saat penjualan tiket,
jadual keberangkatan dan atau kedatangan yang tidak jelas, terjadinya
kecelakaan yang menelan korban harta dan jiwa, atau bahkan hanya karena
kekurang-ramahan dari pegawai, dsb. akan merusak dan meruntuhkan
brand dari perusahan tersebut.

Stasiun sebagai bagian terdepan dari pelayanan angkutan


penumpang/barang yang pertama dirasakan oleh pemakai jasa merupakan
unsur utama setiap ‘brand’ dari perusahaan KA. Disain dan penataan
stasiun yang efektif memberikan dukungan sangat penting terhadap proses
pembangunan citra perusahaan KA. Disain dan penataan stasiun, seperti
misalnya, penataan loket penjualan tiket, pengaturan fasilitas informasi,
pengaturan akses keluar/masuk stasiun, pengaturan penyewaan tempat
bisnis serta furniture, dsb. haruslah diusahakan menyatu sedemikian rupa

Bab I: Stasiun Kereta Api 5


Modul Stasiun Kereta Api

sehingga dapat memberikan suatu citra tertentu dan spesifik dari


perusahaan.

1. 3 Standar Pelayanan Stasiun

a. Standar Pelayanan Operasional Kereta Api

Sebagaimana telah pernah disinggung, berkaitan dengan


pengoperasian kereta api, aktifitas stasiun KA lebih ditekankan pada
lalu lintas KA. Lalu lintas KA pada dasarnya adalah aktifitas yang
harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan perjalanan KA
sehingga KA yang sesuai dengan spesifikasi telah siap pada jalur yang
sesuai dengan yang dicantumkan pada peraturan perjalanan. Aktifitas
perjalanan kereta api dimaksud antara lain meliputi :
1) Aktifitas memberangkatkan kereta api,yang meliputi :

 Penyiapan pegawai stasiun;


 Penyiapan rute kereta api berangkat;
 Penyiapan kereta api berangkat;
 Pemberian perintah berangkat;
 Pengawasan pemberangkatan kereta api;
 Mengembalikan kedudukan persinyalan pada posisi awal, dan
 Pemberian warta berangkat kepada stasiun berikutnya.

2) Aktifitas menerima kedatangan kereta api

 Penyiapan pegawai stasiun;


 Penyiapan rute kedatangan kereta api;
 Penyiapan kedatangan kereta api;
 Menerima kedatangan kereta api;
 Pengawasan kelengkapan semboyan kereta api;
 Mengembalikan kedudukan sinyal masuk pada posisi awal, dan
 Pemberian warta masuk kepada stasiun sebelumnya

Bab I: Stasiun Kereta Api 6


Modul Stasiun Kereta Api

3) Aktifitas pengaturan persilangan dan penyusulan kereta api

 Penyiapan pegawai stasiun;


 Penyiapan rute persilangan/penyusulan kereta api;
 Penyiapan kedatangan kereta api;
 Menerima kedatangan kereta api;
 Pengawasan kelengkapan semboyan kereta api;
 Mengatur sistem persinyalan, baik untuk kereta api yang bersilang
maupun yang disusul/menyusul
 Pemberian warta masuk/berangkat kepada stasiun
bersebelahan

4) Aktifitas lainnya termasuk menerima kedatangan kereta api yang


mengakhiri perjalanan distasiun tersebut. Aktifitas ini sama dengan
sewaktu menerima kedatangan kereta api, namun ditambah
dengan proses penghapusan kereta api (melepas rangkaian,
langsiran ke Depo, dan sebagainya)

b. Standar Pelayanan Angkutan Penumpang


Sebagaimana telah pernah disinggung, salah satu peran utama
stasiun adalah fungsi sirkulasi. Fungsi ini memastikan bahwa stasiun
memberikan akses bagi penumpang (juga barang) untuk bisa
memudahkan pengguna jasa untuk keluar/masuk sistem stasiun.
Fungsi sirkulasi, bilamana digambarkan adalah sebagaimana contoh
berikut :

Bab I: Stasiun Kereta Api 7


Modul Stasiun Kereta Api

1 Parkir kendaraan
Pelayanan taksi
15
(Taxy service) 15 1
2 Kuli
14 2
Portir 14
3 Informasi KA
13 3
Penyambut
13
(Greeters) 4 Loket tiket
Lingkar Pelayanan
12
Fasilitas pendukung 4
12 Penumpang 5 Portir
(R. tunggu, T. duduk, Mushola, dll)
di Stasiun
11 Fasilitas pendukung
Kuli 11 5 6
(R. tunggu, T. duduk, Mushola, dll)

Turun KA 10 10 Penyambut
6 7
(Greeters)
Prama-Prami boarding position 15 9 7
8 Bancik
8
Pemberitahuan menjelang stasiun tujuan (Tangga naik KA)
Persiapan membuka pintu oleh teknisi 14
Prama-prami siap berdiri di dekat pintu 9 Naik KA
14 15 1 AC, lampu dihidupkan
Clear up peralatan makanan/minuman
Pengambilan bantal dan selimut 13 13 1
Prama-Prami boarding position
2
Pemeriksaan rangkaian oleh kondektur
Pemberian face towel, minuman hangat, snack 12 2
Penyajian audio 12
3 Penumpang duduk
Lingkar Pelayanan
Pemberitahuan menjelang stasiun antara 11 11 3 Informasi pemberangkatan KA
Penumpang 4
Video dihidupkan
Audio-video dimatikan 10
di Atas Kereta
10 4 5 Prama-Prami naik KA
Pemeriksaan & Pembersihan oleh OTC tiap 30'
Pengumuman freesale 9 6 Pengecekan pintu oleh Teknisi
9 5
Pemeriksaan karcis selesai 8 6 KP memeriksa karcis
8 7 7
Pelayanan tuslah selesai Penyajian pelayanan tuslah

Gambar 1.1 Lingkar Pelayanan Penumpang Kereta Api

Lingkar pelayanan tersebut isinya bisa berbeda untuk setiap operator


kereta api, tergantung dari kebijakan masing-masing, namun pada
hakekatnya lingkar pelayanan tersebut merupakan standar pelayanan
minimum. Namun sebagaimana disebutkan terdahulu, fungsi stasiun
dalam pengoperasian kereta api dan sebagai point of sale merupakan
fungsi stasiun yang paling minimum harus disediakan. Namun
perubahan teknologi, kesadaran penumpang untuk memperoleh
layanan optimal, adanya persaingan yang semakin ketat antara moda
angkutan penumpang, dan sebagainya, menuntut adanya pelayanan
yang semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Standar pelayanan minimum ini, telah dituangkan dalam Peraturan
Menteri Perhubungan No. PM. 9 Tahun 2011 Tentang Standar

Bab I: Stasiun Kereta Api 8


Modul Stasiun Kereta Api

Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api.


Standar pelayanan yang dimaksudkan disini mencakup aspek
pelayanan katagori “dissatisfier”.

Mengacu pada model Kano, seorang pakar TQM (Total Quality


Management), karakteristik layanan stasiun KA dapat dikelompokkkan
ke dalam 3 kategori sebagai berikut:

1) Kategori dissatisfiers, atau dikenal juga sebagai karaktersitik must-


be atau basic atau expected.

Pentidak-puasan (dissatisfiers)adalah karakteristik layanan stasiun


KA yang bersifat “take for granted”, sudah dianggap seharusnya
ada tanpa perlu diminta. Karakteristik ini dapat dianggap sebagai
karakteristik layanan minimum dari stasiun KA, yang jika tidak dapat
dipenuhi, akan menyebabkan pelanggan menjadi tidak puas
(dissatisfy). Walaupum pelanggan tidak meminta layanan minimum
tersebut, mereka akan menunjukkan ketidak-puasan mereka
dengan mengadukan ketidak-puasan (complaint), jika seandainya
mereka tidak memperoleh expected minimum services tersebut.
Jadi, adanya komplain dari pelanggan sudah merupakan pertanda
adanya karakteristik layanan dissatisfiers di stasiun KA. Fungsi
stasiun KA sebagai pengendali operasi dan sebagai point of sale
dapat dikategorikan masuk kedalam kelompok dissatisfiers.

2) Kategori satisfiers, atau dikenal juga sebagai karakteristik one-


dimensional atau straight line.

Kategori pemuasan (satisfiers) adalah karakteristik layanan stasiun


KA yang memang diinginkan keberadaannya oleh pelanggan.
Semakin dapat dipenuhi, jenis layanan ini, akan menyebabkan

Bab I: Stasiun Kereta Api 9


Modul Stasiun Kereta Api

semakin meningkatnya kepuasan pelanggan terhadap layanan


stasiun KA. Sebagian besar dari fungsi stasiun sebagai HPS dapat
dikelompokkan ke dalam katergori satisfiers.

3) Kategori delighters, atau dikenal juga sebagai karakteristik attractive


atau exciting.

Delighters adalah karakteristik layanan stasiun KA, yang pada


dasarnya memang tidak diharapkan, tetapi jika diberikan akan
memberikan kepuasan kejutan (surprising or exciting services).
Absennya karakteristik delighter pada layanan stasiun KA tidak
menyebabkan munculnya ketidak-puasan pada pelanggan, karena
memang layanan tersebut tidak menjadi harapan pelanggan.
Contoh ungkapan pelanggan yang memperoleh layanan kategori
delighters misalanya “Wah! hebat betul stasiun Gambir sekarang
ya….”. Sebagian layanan di mana stasiun sebagai HPS, dapat
dimasukkan ke dalam katagori delighters.

Standar pelayanan angkutan sudah seharusnya menuju ke kategori ke-


3 yakni kategori delighters. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 9
Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan
Orang Dengan Kereta Api, mencakup aspek pelayanan sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel 1.1 berikut :

Bab I: Stasiun Kereta Api 10


Modul Stasiun Kereta Api

Tabel 1.1 Standar Pelayanan Minimal di Stasiun


NILAI / UKURAN / JUMLAH
NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR KETERANGAN
Stasiun Besar Stasiun Sedang Stasiun Kecil
1. Informasi yang jelas visual : Tempat. Diletakkan di tempat Diletakkan di tempat Diletakkan di tempat Informasi tentang :
dan mudah dibaca Tulisan; Jumlah. yang strategis. yang strategis. yang strategis. Nama dan nomor KA
Gambar; Diletakkan di tempat Diletakkan di tempat Diletakkan di tempat Jadwal Keberangkatan
Peta/Denah. yang mudah dilihat oleh yang mudah dilihat oleh yang mudah dilihat oleh dan Kedatangan KA
jangkauan penglihatan jangkauan penglihatan jangkauan penglihatan Tarif KA
pengguna jasa. pengguna jasa. pengguna jasa. Stasiun Keberangkatan,
Diletakkan di tempat- Diletakkan di tempat- Diletakkan di tempat- Stasiun KA
tempat yang dimaksud. tempat yang dimaksud. tempat yang dimaksud. Pemberhentian dan
Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah Stasiun KA tujuan
pintu masuk stasiun dan pintu masuk stasiun dan pintu masuk stasiun dan Kelas Pelayanan dan
atau areal loket atau areal loket atau areal loket Peta Jaringan Jalur KA
penjualan tiket. penjualan tiket. penjualan tiket.

Audio Tempat. Di tempat yang strategis Di tempat yang strategis Di tempat yang strategis
Jumlah. agar mudah didengar agar mudah didengar agar mudah didengar
oleh calon penumpang. oleh calon penumpang. oleh calon penumpang.
Berdasarkan luas atau Berdasarkan luas atau Berdasarkan luas atau
jumlah ruang tunggu. jumlah ruang tunggu. jumlah ruang tunggu.

2. Loket Tempat penjualan karcis Waktu pelayanan. Maksimum 30 detik per Maksimum 30 detik per Maksimum 30 detik per 1 (satu) orang antrian
untuk memudahkan Informasi. penumpang. penumpang. penumpang. maksimum dapat
calon penumpang Tersedia informasi Tersedia informasi Tersedia informasi membeli untuk 4 orang
membeli karcis ketersediaan tempat ketersediaan tempat ketersediaan tempat calon penumpang
(operasional loket duduk untuk kelas duduk untuk kelas duduk untuk kelas
disesuaikan dengan eksekutif dan bisnis. eksekutif dan bisnis. eksekutif dan bisnis.
jumlah calon penumpang
dan waktu pelayanan
rata-rata per orang)

3. Ruang tunggu Ruangan/tempat yang Luas Untuk 1 (satu) orang Untuk 1 (satu) orang Untuk 1 (satu) orang Tempat duduk juga
disediakan untuk minimum 0,6 m2 minimum 0,6 m2 minimum 0,6 m2 dapat ditempatkan di
menunggu kedatangan peron stasiun sebagai
KA (ruangan tertutup ruang tunggu
dan/atau ruangan
terbuka/peron)

Bab I: Stasiun Kereta Api 11


Modul Stasiun Kereta Api

4. Tempat ibadah Fasilitas untuk Luas Minimum 4 (empat) Minimum 4 orang Minimum 4 orang
melakukan ibadah orang laki-laki dan 4 (laki-laki dan perempuan) (laki-laki dan perempuan)
orang perempuan
5. Toilet Tersedianya toilet Jumlah Pria (6 normal dan 2 Pria (6 normal dan 1 Pria (6 normal dan 1
penyandang cacat) penyandang cacat) penyandang cacat)
Wanita (6 normal dan 2 Wanita (6 normal dan 1 Wanita (6 normal dan 1
penyandang cacat) penyandang cacat) penyandang cacat)
6. Tempat parkir Tempat untuk parkir Luas dan sirkulasi Luas tempat parkir Luas tempat parkir Luas tempat parkir
kendaraan baik roda 4 disesuaikan dengan disesuaikan dengan disesuaikan dengan
(empat) dan roda 2 (dua) lahan yang tersedia lahan yang tersedia lahan yang tersedia
Sirkulasi kendaraan Sirkulasi kendaraan Sirkulasi kendaraan
masuk, keluar dan parkir masuk, keluar dan parkir masuk, keluar dan parkir
lancar lancar lancar
7. Fasilitas Kemudahan Memberikan kemudahan Aksesibilitas Tinggi peron sama Tinggi peron sama Tinggi peron sama Untuk stasiun yang tidak
naik/turun penumpang penumpang untuk naik dengan tinggi lantai dengan tinggi lantai dengan tinggi lantai dilengkapi dengan lantai
kereta atau turun dari kereta kereta kereta peron atau tinggi peron
kereta lebih rendah dari lantai
kereta harus disediakan
bancik
8. Fasilitas penyandang Fasilitas yang disediakan Aksesibilitas Kemiringan ramp untuk Kemiringan ramp untuk Kemiringan ramp untuk Lift dan escalator harus
cacat untuk penyandang cacat akses penyandang cacat akses penyandang cacat akses penyandang cacat disediakan untuk stasiun
maksimum 20% maksimum 20% maksimum 20% yang jumlah lantainya
lebih dari 1 lantai
9. Fasilitas kesehatan Fasilitas yang disediakan Ketersediaan fasilitas Tersedianya fasilitas Tersedianya fasilitas Tersedianya fasilitas
untuk penanganan dan peralatan pertolongan pertama pertolongan pertama pertolongan pertama
darurat kesehatan penumpang kesehatan penumpang kesehatan penumpang
10. Fasilitas keselamatan Peralatan penyelamatan Standar Teknis Stasiun Standar Operasi Stasiun Standar Operasi Stasiun Standar Operasi Stasiun
dan keamanan darurat dalam bahaya
(kebakaran, bencana
alam dan kecelakaan)
dan pencegahan tindak
kriminal

Bab I: Stasiun Kereta Api 12


Modul Stasiun Kereta Api

SPM yang diatur oleh Permen sebagaimana dalam tabel 1.1 tersebut
diatas mencakup 10 (sepuluh) pelayanan yang diatur :

1) Informasi, baik visual maupun audio menyangkut beberapa hal yang


perlu diketahui pengguna jasa angkutan penumpang yang sedang
berada di stasiun. Gambaran pemberian informasi yang baik dapat
dilihat pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Bentuk media informasi

Sumber : Guide to Station Planning and Design, 2011

Gambar 1.3 Papan Informasi stasiun Pasar Senen

Bab I: Stasiun Kereta Api 13


Modul Stasiun Kereta Api

2) Loket, menyangkut baik waktu pelayanan dan informasi yang perlu


diketahui oleh penumpang kereta api. Namun didalam SPM ini masih
belum diatur mengenai dimensi ukuran loket, khususnya yang
mengakomodasi pelayanan untuk para pengguna kursi roda./disable
Di beberapa negara dimana para pengguna kursi roda terbiasa
mandiri, diatur mengenai dimensi ukuran loket, sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 1.4 berikut ini :

Gambar 1.4 Dimensi loket khusus

Sumber : Accessible Train Station, Dep. for Transport Scotland ( 2011)

Dalam Accessible Station Design, Departement for Transport Scotland


(2011), ketinggian meja pemesanan untuk pemesanan dengan berdiri
adalah 950-1100 mm dan pemesanan dengan posisi duduk atau untuk
pengguna kursi roda sekitar 700-760 mm roda dari permukaan lantai.

Bab I: Stasiun Kereta Api 14


Modul Stasiun Kereta Api

3) Ruang Tunggu, baik tertutup atau terbuka.


Ruang tunggu tertutup sebagaimana contoh pada gambar berikut :

Gambar 1.5 Ruang Tunggu Stasiun Sudirman

Ruang tunggu terbuka sebagaimana contoh pada gambar berikut :

Gambar 1.6 Ruang tunggu stasiun jogyakarta

Bab I: Stasiun Kereta Api 15


Modul Stasiun Kereta Api

4) Tempat ibadah
Dalam SPM hanya diatur mengenai keberadaan ruang ibadah dan
kapasitas minimumnya. Sementara petunjuk cara menghitung
kapasitas belum dicantumkan.

menurut Ernst dan Neufert (2002) dalam buku Architect’ Data, ruang
minimal yang dibutuhkan untuk pergerakan empat orang adalah 1375
mm x 2250 mm (belum termasuk kebutuhan untuk sirkulasi pengguna)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.6

Gambar 1.7 Kebutuhan ruang ibadah.

Sumber: Ernst dan Neufert (2002)

Gambar 1.8 Mushola di Stasiun Jatibarang

Bab I: Stasiun Kereta Api 16


Modul Stasiun Kereta Api

5) Toilet

Dalam SPM hanya diatur mengenai keberadaan toilet dan kapasitas


minimumnya. Sementara petunjuk cara menghitung kapasitas belum
dicantumkan.

Gambaran kebutuhan luasan dari toilet menurut Ernst dan Neufert


(2002) dalam buku Neufert Architect’ Data ditunjukkan pada Gambar
1.9.

Gambar 1.9 Disain toilet

Sumber: Ernst dan Neufert (2002)

6) Tempat parkir
Dalam SPM hanya diatur mengenai peruntukan, aksesibilitas dan
kapasitas minimumnya. Sementara petunjuk cara menghitung
kapasitas belum dicantumkan.
7) Fasilitas Kemudahan naik/turun penumpang

SPM mengatur mengenai aksesibilitas penumpang naik dan turun


kereta api. Selengkapnya dibahas pada Bab II, Bangunan Stasiun.
8) Fasilitas penyandang cacat
Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas yang disediakan khusus agar
para penyandang cacat dapat mudah bergerak di stasiun. Indikator

Bab I: Stasiun Kereta Api 17


Modul Stasiun Kereta Api

untuk standar pelayanan minimum untuk fasilitas ini adalah


aksesibilitas dengan membuat ramp dengan kemiringan maksimum
20%. Untuk stasiun dengan jumlah lantai lebih dari satu lantai, lift dan
eskalator harus disediakan untuk memberikan kemudahan.
Kemiringan ramp yang direkomendasikan dalam Accessible Train
Station Design (2011) dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Kemiringan ramp.


Panjang Maks. Panjang Maks.
Ramp Kemiringan Ramp Kemiringan
10 m 1:20 5m 1:15
9m 1:19 4m 1:14
8m 1:18 3m 1:13
7m 1:17 ≤2m 1:12
6m 1:16
Sumber: Accessible Train Station Design, 2011

9) Fasilitas kesehatan
Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas yang disediakan untuk
penanganan darurat yang mungkin terjadi di wilayah stasiun. Fasilitas
dan peralatan kesehatan ini harus disediakan untuk pertolongan
pertama bagi kesehatan penumpang.
Sebagai contoh adalah fasilitas kesehatan yang ada di stasiun pasar
Senen berikut :

Bab I: Stasiun Kereta Api 18


Modul Stasiun Kereta Api

Gambar 1.10 Fasilitas Kesehatan Stasiun Pasar Senen

10) Fasilitas keselamatan dan keamanan

Fasilitas yang dimaksud adalah peralatan penyelamatan darurat


dalam bahaya seperti kebakaran, bencana alam dan kecelakaan
serta penjagaan dari kemungkinan tingkat kriminal.
Untuk itu disetiap stasiun dipersyaratkan adanya peralatan pemadam
kebakaran, peralatan kesehatan/P3K, pos Polsuska, untuk peron
rendah disediakan bancik dan sebagainya. Contoh bancik adalah
sebagaimana gambar berikut :

Gambar 1.11 Bancik Stasiun Jatinegara

Bab I: Stasiun Kereta Api 19


Modul Stasiun Kereta Api

c. Standar Pelayanan angkutan Barang


Agak berbeda dengan pelayanan angkutan penumpang, maka alur
pelayanan angkutan barang di stasiun dapat digambarkan sebagai
berikut :

Kereta api dilangsir ke jalur


pemuatan  proses pemuatan

Kereta api dilangsir ke jalur


keberangkatan  lokomotif Pemeriksaan dan pembersihan
digandengkan gerbong  Persiapan pemuatan

Pengecekan kesiapan kereta api 


Penyelesaian administrasi angkutan
pemeriksaan rem, radio lok

Pengatur perjalanan kereta api Kereta api dilangsir ke jalur


mempersiapkan keberangkatan
pembongkaran

Keberangkatan kereta api Kedatangan kereta api

Gambar 1.12 Alur pelayanan angkutan barang

Khusus untuk stasiun barang sedikitnya harus dilengkapi dengan :


 keselamatan;
 keamanan;
 bongkar muat;
 fasilitas umum; dan
 pembuangan sampah.

Bab I: Stasiun Kereta Api 20


Modul Stasiun Kereta Api

Berbeda dengan stasiun penumpang, untuk stasiun barang mutlak harus


tersedia fasilitas untuk bongkar muat barang, baik yang manual maupun
mekanik, tergantung jenis barang yang diangkut.
Ketentuan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian, khususnya pasal 139, menyatakan yang pada intinya
adalah bahwa Angkutan barang dengan kereta api dilakukan dengan
menggunakan gerbong. Angkutan barang sebagaimana dimaksud terdiri
dari:
 barang umum;
 barang khusus;
 bahan berbahaya dan beracun; dan
 limbah bahan berbahaya dan beracun.

Fasilitas bongkar muat untuk setiap jenis barang berbeda-beda, mulai


dari forklift, sampai dengan container crane/Gantry crane

Gambar 1.13 Forklift dan Gantry Crane.

1. 4 Jenis dan Klasifikasi Kelas Stasiun Kereta Api

a. Definisi dan tujuan klasifikasi stasiun

Klasifikasi stasiun adalah proses pengelompokan stasiun berdasarkan


beberapa kriteria tertentu untuk menentukan kelas stasiun. Tujuan dari

Bab I: Stasiun Kereta Api 21


Modul Stasiun Kereta Api

klasifikasi stasiun ini sangat luas. Diantaranya adalah agar didapat


diferensiasi dari stasiun-stasiun yang bersangkutan untuk kemudian
dilakukan tindakan lebih lanjut, misalnya pengembangan fasilitas
stasiun, disebabkan oleh perubahan aktifitas stasiun.

Diferensiasi dari stasiun ini antara lain menghasilkan pengelompokan


kelas stasiun khususnya stasiun penumpang yang terdiri dari :
 kelas besar;
 kelas sedang; dan
 kelas kecil.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 Pasal 56, pengelompokan kelas


stasiun kereta api sebagaimana dimaksud adalah berdasarkan kriteria
fasilitas operasi, frekuensi lalu lintas, jumlah penumpang, jumlah
barang, jumlah jalur dan fasilitas penumpang

b. Metoda pengelompokan kelas stasiun

Pengelompokan kelas stasiun kereta api dilakukan berdasarkan


kriteria dihitung berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai
komponen, berdasarkan Permenhub no.PM 33 tahun 2011.
1) fasilitas operasi;
2) jumlah jalur;
3) fasilitas penunjang;
4) frekuensi lalu lintas;
5) jumlah penumpang; dan
6) jumlah barang.

Bab I: Stasiun Kereta Api 22


Modul Stasiun Kereta Api

Dengan perhitungan sebagaimana tabel berikut :


Tabel 1.3 Klasifikasi stasiun
JUMLAH JALUR (20) >10 JALUR (100%)
6 – 10 JALUR (70%)
<6 JALUR (20%)
PERPARKIRAN (30%)
PENUNJANG (80%) RESTORAN (20%)
PERTOKOAN (20%)
FASILITAS PERKANTORAN (20%)
PERHOTELAN (10%)
PENUNJANG (15)
RUANG
TUNGGU PENUMPANG (30%)
PARKIR KENDARAAN (20%)
KHUSUS (20%) PENITIPAN BARANG (15%)
PERGUDANGAN (15%)
BONGKAR MUAT BARANG (10%)
ATM (10 %)

KA BERHENTI (90%) >60 KA (100%)


FASILITAS LALU 40 -60 KA (70%)
LINTAS (PERHARI/2 <40 KA (20%)
ARAH) (15) KA LANGSUNG (10%) >80 KA (100%)
50 – 80 KA (70%)
<50 KA (20%)
JUMLAH >50.000 (100%)
PENUMPANG (PER 10.000 – 50.000 (70%)
HARI) (20) <10.000 (20%)
JUMLAH BARANG >150 TON (100%)
(PER HARI) (5) 100 – 150 TON (70%)
<100 TON (20%)

Berikut adalah analisisnya :

 Analisis Kriteria Fasilitas Operasi KA

Fasilitas operasi kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan


agar kereta api dapat dioperasikan. Komponen fasilitas operasi
terdiri atas peralatan persinyalan, peralatan telekomunikasi, dan
instalasi listrik.

Persinyalan terdiri dari sinyal mekanik dan sinyal elektrik.


Peralatan telekomunikasi di stasiun merupakan fasilitas

Bab I: Stasiun Kereta Api 23


Modul Stasiun Kereta Api

pengoperasian kereta api yang berfungsi menyampaikan informasi


dan atau komunikasi bagi kepentingan operasi perkeretaapian
yang dipasang pada tempat tertentu. Peralatan telekomunikasi
tersebut menurut PM No 11 Tahun 2011, terdiri atas : pesawat
telepon, perekam suara, transmisi, catu daya, sistem proteksi, dan
peralatan pendukung. Dan instalasi listrik merupakan fasilitas
listrik yang mengaliri stasiun tersebut.

Analisisnya adalah dengan mengamati ketersediaan dan fungsi


operasi dari masing-masing komponen persinyalan,
telekomunikasi, dan listrik di setiap stasiun. Penghitungannya, jika
stasiun memiliki peralatan persinyalan yang masih berfungsi
dengan baik, maka akan mendapat kredit 60% dari 25 poin. Dan
jika stasiun juga memiliki peralatan telekomunikasi maka akan
mendapat kredit 20% dari 25 poin. Dan, yang terakhir jika stasiun
memiliki instalasi listrik maka mendapat kredit 20% dari 25 poin.

 Analisis Kriteria Jumlah Kalur KA

Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan
rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur
kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk
bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas
kereta api yang ada di suatu stasiun.

Untuk indikator Jumlah Jalur, kredit maksimum yang diperoleh


adalah 20 poin. Jika jumlah jalur pada stasiun tersebut lebih dari
10, maka mendapat kredit 100% dari 20 poin. Jika stasiun memiliki
jumlah jalur antara 6 sampai 10, maka mendapat kredit 70% dari
20 poin. Jika jumlah jalur pada stasiun tersebut kurang dari 6
maka mendapat kredit 20% dari 20 poin.

Bab I: Stasiun Kereta Api 24


Modul Stasiun Kereta Api

 Analisis Kriteria Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang adalah segala sesuatu yang melengkapi


penyelenggaraan angkutan kereta api, yang dapat memberikan
kemudahan, kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna jasa
kereta api yang ada di stasiun.

Komponen fasilitas penunjang terdiri menjadi dua bagian, yaitu


fasilitas penunjang umum dan fasilitas penunjang khusus. Fasilitas
penunjang umum meliputi : fasilitas perparkiran, restoran,
pertokoan, perkantoran, dan perhotelan. Di sisi lain, untuk
penunjang khusus, terdiri dari : ruang tunggu penumpang, parkir
kendaraan, penitipan barang, pergudangan, bongkar muat barang,
ruang ATM.

Fasilitas penunjang umum memiliki kredit 80 % dari total 15 poin,


sedangkan fasilitas penunjang khusus hanya memiliki kredit 20 %
dari total 15 poin. Berikut adalah rincian kredit untuk setiap
indikator. Penunjang umum (80%) = perparkiran (30%), restoran
(20%), pertokoan (20%), perkantoran (20%), perhotelan (10%).
Penunjang Khusus (20%) = ruang tunggu penumpang (30%),
parkir kendaraan (20%), penitipan barang (15%),pergudangan
(15%), bongkar muat barang (10%), ATM (10%). Analisisnya
adalah dengan mengecek keberadaan setiap fasilitas yang ada
untuk setiap stasiun, lalu dihitung sesuai dengan petunjuk yang
sudah diberikan.

 Analisis Kriteria Frekuensi Lalu Lintas KA

Frekuensi lalu lintas kereta api adalah banyaknya kereta api yang
berangkat, berhenti dan melintas di suatu stasiun selama kurun

Bab I: Stasiun Kereta Api 25


Modul Stasiun Kereta Api

waktu tertentu. Komponen frekuensi lalu lintas kereta api terdiri


dari frekuensi kereta api berhenti dan frekuensi kereta api
langsung.

Analisisnya adalah dengan mencari tahu frekuensi lalu lintas


kereta api di setiap stasiun. Lalu dihitung berdasarkan PM No 33
Tahun 2011. Frekuensi lalu lintas KA terdiri dari dua komponen,
yaiu frekuensi lalu lintas KA berhenti dan frekuensi lalu lintas KA
langsung. Untuk penghitungannya bila frekuensi lalu lintas KA
berhenti lebih dari 60 KA perhari, maka akan mendapat kredit
100% dari 90% dari 15 poin. Dan jika antara 40-60 KA perhari,
maka akan mendapat kredit 70% dari 90% dari 15 poin,
sedangkan jika frekuensi KA berhentinya dibawah 40 perhari,
maka akan mendapat 20% dari 90% dari 15 poin.

Dan untuk KA langsung, jika frekuensinya lebih dari 80 KA perhari,


maka akan mendapatkan kredit 100% dari 10% dari 15 poin. Dan
jika antara 50-80 KA perhari, maka akan mendapat 70% dari 10%
dari 15 poin, sedangkan jika frekuensi KA langsungnya dibawah
50 KA, maka akan mendapat kredit 20% dari 10% dari 15 poin.
Kriteria frekuensi lalu lintas memiliki nilai maksimal 15 angka
kredit.

 Analisis Kriteria Jumlah Penumpang

Jumlah penumpang adalah banyaknya orang yang naik atau turun


dari kereta api sebagai pengguna jasa kereta api dan memiliki
karcis sebagai tanda bukti perjanjian angkutan orang.

Untuk penghitungannya, jika penumpang lebih dari 50 ribu perhari,


maka akan mendapatkan kredit 100% dari 20 poin. Jika

Bab I: Stasiun Kereta Api 26


Modul Stasiun Kereta Api

penumpang diantara 10 ribu dan 50 ribu maka mendapat kredit


70% dari 20 poin. Dan jika penumpang kurang dari 10 ribu perhari
makan hanya akan mendapat 20% dari 20 poin. Kriteria jumlah
penumpang memiliki nilai maksimal 20 angka kredit.

 Analisis Kriteria Jumlah Barang

Jumlah barang adalah banyaknya barang yang diantar dari atau


ke stasiun dengan menggunakan jasa kereta api dan pengguna
jasa tersebut memiliki tanda bukti perjanjian pengangkutan barang
berupa surat angkutan barang.

Untuk penghitungannya, jika barang yang diangkut lebih dari 150


ton perhari, maka akan mendapatkan kredit 100% dari 5 poin. Jika
barang yang diangkut antara 100-150 ton perhari, akan
mendapatkan kredit 70% dari 5 poin., dan jika barang yang
diangkut kurang dari 100 ton perhari akan mendapat 20% dari 5
poin. Kriteria jumlah barang memiliki nilai maksimal 5 angka kredit.

c. Penetapan Klasifikasi Stasiun KA

Dan setelah diperoleh semua penghitungan untuk setiap indikator


maka masing masing stasiun akan memiliki poin tersendiri dan
hasilnya dijumlahkan setelah dikalkulasi. Dan menurut Pasal 18 PM
No 33 Tahun 2011:

1) Penetapan klasifikasi stasiun kereta api didasarkan pada jumlah


angka kredit yang diperoleh stasiun yang bersangkutan.
2) Jumlah angka kredit untuk menetapkan klasifikasi stasiun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a) Kelas besar, jumlah angka kredit lebih dari 70.

Bab I: Stasiun Kereta Api 27


Modul Stasiun Kereta Api

b) Kelas sedang, jumlah angka kredit lebih dari 50 s/d 70.


c) Kelas kecil jumlah angka kredit kurang dari 50.

C. Rangkuman

Materi Pembelajaran Bab I, Stasiun, dapat dirangkum dalam beberapa hal


utama sebagai berikut.

1. Stasiun sebagai bagian dari prasarana kereta api dapat didefinisikan


sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api untuk
melayani kegiatan naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan
keperluan operasi kereta api.
2. Selain itu ada beberapa definisi stasiun, yang memperkuat definisi
pertama menurut UU no. 23 tahun 2007, tentang Perkeretaapian serta
PP no.56 tahun 2009, tentang penyelenggaraan perkeretaapian.
3. Agar stasiun KA mampu memberikan pelayanan sesuai dengan
fungsinya yang optimal, baik untuk KA maupun bagi penumpang, maka
fungsi stasiun diuraikan menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu:

 Pengoperasian kereta api


 Point of sales
 House of passenger service

4. Standar Pelayanan Stasiun Kereta api pada dasarnya dibedakan dalam


:
 Standar pelayanan operasional kereta api
 Standar pelayanan angkutan penumpang
 Standar pelayanan angkutan barang

4. Standar Pelayanan Minimum berdasarkan Peraturan Menteri


Perhubungan Nomor: PM 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan
Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api adalah ukuran

Bab I: Stasiun Kereta Api 28


Modul Stasiun Kereta Api

minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan dalam


memberikan pelayanan kepada penguna jasa angkutan kereta api.
5. Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud meliputi:
6. standar pelayanan minimal di stasiun kereta api; dan
7. standar pelayanan minimal dalam perjalanan.
8. Penyediaan fasilitas pelayanan minimal di stasiun harus
mempertimbangkan kebutuhan minimal kaum diffable (penyandang
kebutuhan khusus) mulai dari jenis, bentuk, dimensi, dan kemudahan
penggunaannya.
9. Standar pelayanan minimum yang diatur dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor: PM 9 Tahun 2011 meliputi fasilitas informasi,
loket, ruang tunggu, mushola, toilet, peron, fasilitas penyandang cacat,
parkir, fasilitas kesehatan dan fasilitas keamanan dan keselamatan.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 9 Tahun 2011 belum
tercakup mengenai standar pelayanan minimum yang harus diberikan
untuk kelengkapan pada fasilitas hall, kerb keberangkatan dan
kedatangan, fasilitas penunjang seperti pertokoan dan restoran,
loker/penitipan barang, ruang ATM dan telepon umum
10. Klasifikasi stasiun adalah proses pengelompokan stasiun berdasarkan
beberapa kriteria tertentu untuk didapatkan kelas stasiun.
11. Menurut PM No 33 Tahun 2011, ada 6 (enam) kriteria untuk
mengklasifikasikan stasiun menjadi stasiun besar, stasiun sedang, atau
stasiun kecil.
12. Enam kriteria tersebut adalah : fasilitas operasi, jumlah jalur, fasilitas
penumpang, frekuensi lalu lintas KA, jumlah penumpang harian, jumlah
barang harian.
13. Jumlah angka kredit untuk menetapkan klasifikasi stasiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a) Kelas besar, jumlah angka kredit lebih dari 70.

Bab I: Stasiun Kereta Api 29


Modul Stasiun Kereta Api

b) Kelas sedang, jumlah angka kredit lebih dari 50 s/d 70.


c) Kelas kecil jumlah angka kredit kurang dari 50

D. Latihan Soal.

1. Jelaskan secara singkat definisi stasiun kereta api!


2. Jelaskan fungsi dari stasiun!
3. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan standar pelayanan stasiun ?
4. Apakah yang dimaksud dengan standar pelayanan minimum itu?
5. Jelaskan mengapa penentuan SPM di stasiun itu penting!
6. Ada berapa tipe SPM di stasiun dan berikan masing-masing contoh
aplikasinya!
7. Jelaskan perbedaan SPM di stasiun kecil, sedang, maupun besar!
8. Apabila dihadapkan pada kasus tidak optimalnya kinerja salah satu
fasilitas pelayanan di stasiun, jelaskan prosedur yang perlu dilakukan
untuk perbaikannya!
9. Mengapa stasiun perlu dibedakan menurut klasifikasi tertentu dan apa
pengaruhnya terhadap rencana penembangan ke depannya?
10. Sebutkan kriteria yang digunakan untuk menentukan kelas suatu
stasiun!
11. Stasiun Klaten memiliki penumpang harian sebesar 994 orang,
frekuensi KA langsung 67, KA berhenti 22, anggap semua fasilitas
lengkap baik fasilitas operasi maupun fasilitas penumpang.
Klasifikasikan Stasiun Klaten menggunakan PM No 33 Tahun 2011!
Parameter yang belum ada bisa ditentukan sendiri.

Bab I: Stasiun Kereta Api 30

Anda mungkin juga menyukai