Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KNKT

A. Masa sebelum Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 1999

Kecelakaan di semua moda transportasi Indonesia bagi media kita seperti suatu
sumber informasi yang layak dijual bagi masyarakat. Berkembang pesatnya dunia
media menyebabkan informasi tentang kecelakaan moda-moda transportasi semakin
mudah diikuti masyarakat di daerah-daerah, baik melalui media cetak maupun media
elektronik.

Masyarakat Indonesia dan dunia internasional bahkan seperti menelan begitu saja
kesimpulan bahwa tingkat keselamatan transportasi kita masih belum mampu bersaing
di tingkat Internasional. Sebaliknya sangat kurang informasi terhadap usaha
pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan transportasi kita, di dalam
meningkatkan kemampuan investigasi safety pada kecelakaan transportasi sebagai
upaya korektif.

Dalam rangka meningkatkan tingkat safety transportasi sekaligus menjamin


kepercayaan masyarakat pada jaminan keselamatan dari moda-moda transportasi kita
terutama moda transportasi udara Kementerian Perhubungan pada saat itu Dr.
Haryanto Dhanutirto mengeluarkan Surat Keputusan Nomor KP. 3/LT.403/Phb-94
tanggal 15 Juli 1994 tentang Penelitian Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara,
peraturan ini mengharuskan kepada setiap kecelakaan pesawat udara yang terjadi di
wilayah RI perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebab terjadinya
kecelakaan tersebut. Penelitian dilakukan oleh Panitia yang berupa Komisi Penelitian
Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara yang dibentuk untuk jangka waktu tertentu dan
bertanggung jawab dengan keputusan Menteri Perhubungan.

Sebagai tindak lanjut Surat Keputusan Nomor KP. 3/LT.403/Phb-94 tanggal 15 Juli
1994 untuk pengisian personil komisi Menteri Perhubungan mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor KP. 66/HK.601/Phb-94 yang kemudian diubah dengan Keputusan
menteri Perhubungan Nomor SK.2/HK.601/PHB-97 tanggal 16 Januari 1997 tentang
Pembentukan Komisi Penelitian Penyebab kecelakaan Pesawat Udara Tahun 1997 -
1999, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

a. Ketua : Prof Oetarjo Diran;


b. Wakil Ketua: Wasito;
c. Sekretaris : K. Martono,SH,LLM;
d. Bidang Managemen Operasi Penerbangan : Ir. Karno Barkah dan Prayitno;
e. Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbang: Capt. S.M. Nababan dan capt.
Ertata Lananggalih;
f. Bidang Perawatan: J. Tumenggung dan Ir. Wahyono M;
g. Bidang Penerbangan: Capt. Santoso Sayogo dan Capt. Ridwan Zainuddin;
h. Bidang Hukum Udara: Suwardi, SH dan DR. Mieke Komar, SH,LLM;
i. Bidang Meteorologi dan Geofisika : Drs. Tuwamin Mulyono dan Bambang Suprihadi,
SH,MP;
j. Bidang Kesehatan Penerbangan: Dr. Endra Tanaja Sabirin,DSKP dan Dr. Budi
Sampurno, DSF/FS;
k. Bidang Konstruksi Pesawat Udara: DR. Ir. Mardjono S dan Ir. Elka Sunarkito;
l. Bidang Navigasi Penerbangan : A.T.E. Liando dan Permin Manurung;
m. Bidang Bahan Berbahaya: Kol (Pol) Frans Wenas dan Let.Kol (Tek) Parmahadi.

Perkembangan komisi dalam menangani penelitian penyebab kecelakaan pesawat


udara dilakukan perpanjangan dan perubahan oleh Menteri Perhubungan Dr. Haryanto
Dhanutirto melalui Keputusan Menteri Perhubungan nomor SK.142/HK.601/PHB-97
tanggal 22 Oktober 1997 dengan susunan Komisi Penelitian Penyebab kecelakaan
Pesawat udara, tahun 1997-1999, sebagai berikut:

a. Ketua : Prof Oetarjo Diran;


b. Wakil Ketua: Wasito;
c. Sekretaris : DR. Budi M. Suyitno;
d. Bidang Managemen Operasi Penerbangan : Ir. Karno Barkah dan Prayitno;
e. Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan: Capt. S.M. Nababan dan Capt.
Ertata Lananggalih;
f. Bidang Perawatan: J. Tumenggung dan Ir. Wahyono M;
g. Bidang Penerbangan: Capt. Santoso Sayogo dan capt. Ridwan Zainuddin;
h. Bidang Hukum Udara: Suwardi, SH, DR. Mieke komar, SH,LLM dan K.
Martono,SH,LLM ;
i. Bidang Meteorologi dan Geofisika : Drs. Tuwamin Mulyono dan Bambang Suprihadi,
SH,MP;
j. Bidang Kesehatan Penerbang: Dr. Endra Tanaja Sabirin,DSKP dan Dr. Budi Sampurno,
DSF/FS;
k. Bidang Konstruksi Pesawat Udara: DR. Ir. Mardjono S dan Ir. Elka Sunarkito;
l. Bidang Navigasi Penerbangan : A.T.E. Liando dan Permin Manurung;
m. Bidang Bahan Berbahaya: Kol (Pol) Frans Wenas dan Let.Kol (Tek) Parmahadi.
n. Bidang lain yang dibutuhkan dalam penelitian penyebab kecelakaan pesawat udara :
Kol (Pol) Drs. Edi Darnadi

Untuk mendukung tugas-tugas komisi dibentuk pula Sekretariat diantaranya:


a. Drs. Diding Sunardi,SE,MM
b. Capt. Avirianto S;
c. A. Haris Achadi,SH,DESS;
d. Moch. Haryoko
e. Apit Komarudin.

Pada Tahun 1999 oleh Menteri Perhubungan Giri S Hadihardjono mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor SK.66/HK.601/Phb-99 tanggal 8 Juni 1999 tentang Pembentukan
Komisi Penelitian Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara Tahun 1999-2001, dengan
keanggotaan sebagai berikut :
a. Ketua : Prof Oetarjo Diran;
b. Anggota Komisi :
1) Bidang Managemen Operasional Penerbangan : Ir. Karno Barkah dan Prayitno;
2) Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan:Capt.Ertata Lananggalih;
3) Bidang Perawatan: Ir. Karno Barkah
4) Bidang Penerbang: Capt. Santoso Sayogo ;
5) Bidang Hukum Udara: Suwardi, SH, dan DR. Mieke komar ;
6) Bidang Meteorologi dan Geofisika : Drs. Tuwamin Mulyono ;
7) Bidang Kesehatan Penerbangan: Dr. Budi Sampurno, DSF/FS;
8) Bidang Konstruksi Pesawat Udara: Prof. DR. Ir. Mardjono S ;
9) Bidang Navigasi Penerbangan : A.T.E. Liando dan Permin Manurung;
10) Bidang Bahan Berbahaya: Kol (Pol) Frans Wenas

Untuk mendukung tugas-tugas komisi terdapat Anggota Staf Ahli:


a. Drg. Farida Sarkawi;
b. Capt. Sonny Harsono;
c. Capt. Prita Widjaja;
d. Capt. Bambang Sugiri;
e. Ir. M. Haryoko;
f. Drs. Darmawan;
g. Dr. Ir. Zainal Abidin;
h. Dr. Bambang Kismonohadi;
i. Dr. Ir. Slameto Wiryolukito;
j. Dr. Ir. Suryanto;
k. Robertus Heru,T, MSc;
l. Ir. Alfada.

Sedangkan Sekretariat diantaranya:


1. Sri Widrati;
2. Rama Ady Pramono
3. Drs. Purnama Yahya.

B. Masa Keputusan Presiden Nomor 105 Tahun 1999.

Pada Tahun 1999 menunjang berkembang pesatnya industri aviasi dan maritim kita,
yaitu IPTN dan PT. PAL, fungsi Komisi Penelitian Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara
dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, ditarik keatas oleh seorang teknokrat
kita yang sangat visioner dan saat itu sebagai Presiden RI, yaitu Bpk. Prof. DR. Ir.
B.J.Habibie, masing moda di lingkungan disatukan kedalam suatu organisasi non
struktural di lingkungan Kementerian Perhubungan, yaitu KNKT melalui Keppres
No.105 Th. 1999. KNKT berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Perhubungan dengan fungsi melaksanakan investigasi safety, dengan konsep No Blame,
No Judicial, No Liability investigation.
Investigasi kecelakaan transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk
menemukan penyebab kecelakaan transportasi dan memiliki tujuan sebagai berikut:

1) mengetahui apa, bagaimana dan mengapa kecelakaan transportasi itu terjadi


sehingga menemukan penyebab kecelakaan transportasi guna mencegah
terjadinya kecelakaan transportasi dengan penyebab yang sama;
2) merekomendasikan perbaikan dan/atau perubahan terhadap kelemahan atau
kekurangan yang terjadi dalam penyelenggaraan atau pengoperasian transportasi
meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana transportasi, sistem dan
prosedur, kebijakan, dan regulasi; dan
3) memberikan saran dan pertimbangan dalam rangka mewujudkan peningkatan
keselamatan transportasi

Sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden RI Nomor 105 Tahun 1999 Kementerian
Perhubungan mengeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 78 Tahun
1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang tentang Organisasi dan Tata Kerja Komite
Nasional Keselamatan Transportasi dan sesuai dengan Keputusan menteri
Perhubungan Nomor SK.172/HK.601/Phb-99 tanggal 14 Oktober 1999 ditetapkan
Prof. Oetarjo Diran sebagai Ketua KNKT dan Edward A. Silooy, SH sebagai Sekretaris.
Ketua bertugas memimpin penyelenggaraan investigasi kecelakaan transportasi,
penelitian sebab-sebab kecelakaan serta memberikan rekomendasi terhadap
perumusan kebijaksanaan keselamatan transportasi dan upaya pencegahan kecelakaan
transportasi dan sekretaris bertugas melakukan urusan tata usaha, rumah tangga,
keuangan dan perlengkapan.

Keputusan Presiden tersebut adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas


kabinet dan untuk lebih meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan agar dapat
berjalan lancar, berdayaguna, dan berhasil guna. Setelah terbitnya Keputusan Presiden
Nomor 105 Tahun 1999 tentan Komite Nasional Keselamatan Transportasi yang
ditindaklanjuti Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 78 Tahun 1999 tanggal 13
Oktober 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komite Nasional Keselamatan
Transportasi, yang kemudian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 7 Tahun 2003 tanggal 7 Pebruari 2003
tentang Organisasi dan Tata Kerja Komite Nasional Keselamatan Transportasi.

Dalam rangka mendukung kegiatan investigasi dan penelitian kecelakaan transportasi


Menteri Perhubungan mengeluarkan pula KM. 16 Tahun 2000 tanggal 25 Pebruari
2000 tentang Kartu Tanda Pengenal Komite Nasional Keselamatan Transportasi dan
Surat Keputusan Nomor KM. 82 Tahun 2000 tanggal 5 Desember 2000 tentang
Penelitian Penyebab Kecelakaan Kereta Api.
Berdasarkan peraturan-perasturan dimaksud, Komite Nasional Keselamatan
Transportasi, Keputusan Menteri Perhubungan merupakan lembaga non struktural di
lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Menteri Perhubungan dan Sekretariat Komite Nasional Keselamatan
Transportasi, Kementerian Perhubungan merupakan unsur staf yang membantu
Komite Nasional Keselamatan Transportasi dalam menyelenggarakan kesekretariatan
pelaksanaan investigasi dan penelitian sebab-sebab kecelakaan transportasi, secara
teknis operasional bertanggung jawab kepada Ketua Komite Nasional Keselamatan
Transportasi dan secara administratif bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan melalui Kepala Biro Umum, Kementerian Perhubungan.

Anda mungkin juga menyukai