Kelompok 4 Audit Pajak
Kelompok 4 Audit Pajak
Pricing PT Adaro
Energy Tbk
AKUNTANSI A 2018
Start!
KELOMPOK 4
Lalu pada tanggal 14 Juli 2008, mengutip dari harian kompas.com, Masyarakat Anti Korupsi
(MAKI) menuding PT Adaro telah melakukan manipulasi untuk menggelapkan pajak negara.
Jumlahnya diperkirakan mencapai Rp 2 Triliun. Disamping itu MAKI juga menuding PT Adaro
melakukan manipulaso saat proses penawaran saham (IPO). Modus manipulasi oenggelapan pajak
yang dilakukan PT Adaro, menurut Bonyamin, yakni menjual batu bara jauh di bawah harga
pasaran. Penjualan dilakukan kepada salah satu anak perusahaan Adaro sendiri yang ada di
Singapura. Baru kemudia anak perusahaan Adaro yang ada di Singapura ini menjualnya kembali ke
pasar internasional sesuai dengan harga pasaran.
Setelah itu lalu kasus PT Adaro mencuat akibat pertarungan konglomerat Sukanto Tanoto dengan
Edwin Soeradjaya Cs. Dari situlah muncul dugaan PT Adaro Indonesia menjual batu bara dibawah
harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Singapura Coaltrade Service Internasiona Pte Ltd pada
tahun 2005 dan 2006. sedangkan oleh Coaltrade, batubara itu dijual lagi ke pasar sesuai harga
pasaran internasional. Hal ini dimaksudkan guna menghindari pembayaran royalti dan pajak yang
seharusnya dijual dibayarkan ke kas negara.
Bonyamin menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan Adaro tidak akan bisa terjadi jika tidak ada
bantuan dari pihak luar, yaitu Bapepam dan BKPM. Untung menungkapkan kasus ini MAKI
meminta polisi melakukan penelusuran pengucuran kredit terhadap Adaro.
Akibat Transfer pricing yang terjadi pada tahun 2005-2006 lalu, diperkirakan ada Rp 9 Triliun dari
hasil penjualan yang disembunyikan. Sehingga kerugian negara terkait pajak dan royalti
diperkirakan mencapai Rp 4-5 Triliun. Royalti adalah nilai yang harus dibayar sesuai harga jual.
Adanya dugaan transfer pricing yang memperkecil nilai jual mengakibatkan royalti yang harus
dibayarkan otomatis juga turun
Simpulan DJP bahwa PT Adaro Indonesia melakukan transfer pricing guna penghindaran pajak tidak
sepenuhnya di bantah oleh PT Adaro Indonesia karena memang benar PT Adaro Indonesia
melakukan transfer pricing, namun cara yang dilakukan PT Adaro Indonesia telah menyalahi aturan
yang telah ditetapkan sehingga muncul dugaan kasus penggelapan pajak. Dalam sidang di
Pengadilan Pajak, tranfer pricing yang dilakukan oleh PT Adaro Indonesia telah menyimpang dari
ketentuan perpajakan yang berlaku.
Kasus Penggelapan pajak PT Adaro berhenti setelah kejaksaan agung tidak menemukan bukti yang
cukup untuk mengungkapkan kasus transfer pricing yang dilakukan oleh PT Adaro Indonesia.
Namun bukan berarti pemerintah dan pihak berwajib melepaskan kasus ini begitu saja.