Anda di halaman 1dari 12

Transfer Pricing untuk penghindaran Pajak

PT Adaro Energy, Tbk


Agung Cahyadi 20.G3.0006
Karl Anggara 20.G3.0008
Rany Lavendria 20.G3.0009
Profil Perusahaan
 Tanggal Pendirian : 10 September 1966
 Bergerak di bidang Pertambangan
 Kantor Pusat : Jakarta, Indonesia
 Bergerak dalam bidang usaha perdagangan, jasa, industri,
pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan
konstruksi.
 Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Adaro
Energy Tbk, yaitu: PT Adaro Strategic Investments
(43,91%) dan Garibaldi Thohir (presiden direktur) (6,18%).
Kasus
 Dugaan pengalihan keuntungan dari batu bara yang ditambang di
Indonesia untuk menghindari pajak.
 Direktorat Jenderal Pajak menyebut PT. Adaro Energy Tbk melakukan
penyesuaian harga transfer batu bara dan meminta tambahan pajak
senilai US$ 33,2 Juta pada tahun 2008
 PT. Adaro Energy melakukan transfer pricing. Harga transfer yang
diberikan pada Coaltrade jauh dibawah harga pasar, hal ini
menyebabkan ketidakwajaran harga transfer.
 Lebih dari 70% batubara yang dijual oleh coaltrade pada periode
2009-2017 berasal dari anak perusahaan pertambangan Adaro di
Indonesia
 Kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Adaro Energy
Tbk mencemari Sungai Balangan, dan empat kecamatan.
Ringkasan
Menurut Global Witness dalam laporan berjudul Taxing Times for Adaro,
yang dirilis pada Kamis 4 Juli 2019, menyebut PT. Adaro Energy Tbk itu
mengalihkan keuntungan dari batu bara yang ditambang di Indonesia untuk
menghindari pajak. Manajemen baru menyatakan hal ini disengaja oleh
manajemen lama guna kepentingan eksternal.
 Global Witness mengatakan laporan keuangan menunjukkan, nilai total
komisi penjualan yang diterima Coaltrade dengan pajak rendah di
Singapura meningkat rata-rata secara tahunan dari US$4 juta sebelum
2009 menjadi US$55 juta dari 2009-2017. Lebih dari 70% batu bara yang
dijualnya berasal dari anak perusahaan Adaro Energy di Indonesia.
 PT. Adaro Energy melakukan transfer pricing. Harga transfer yang diberikan pada
Coaltrade jauh dibawah harga pasar, hal ini menyebabkan ketidakwajaran harga
transfer. Harga jual yang ditetapkan yakni sebesar $25 pada tahun 2005 dan $29
pada tahun 2006, padahal pada akhir 2007 harga batubara menembus harga $95
per ton. Sehingga PT Adaro sudah menyalahi prinsip arm’s length profit atau
prinsip kewajaran. Kewajaran yang dimaksud adalah harga transfer yang sesuai
dengan harga wajar yang terjadi seandainya transaksi dengan pihak ketiga.
Hasil Analisa
 Memang sudah lazim, Wajib Pajak (WP) termasuk badan atau
perusahaan melakukan perencanaan pajak (tax planning). Hanya saja,
upaya inilah yang sering kali muncul upaya mengakali aturan pajak.
Padahal tax planning sebenarnya adalah seni untuk membayar pajak
seefisien mungkin. Ini pula yang menjadikan tax planning berujung dua
persimpangan yakni tax evasion dan tax avoidance. Keduanya sangat
berkaitan tapi berbeda. Perbedaan antara kedua strategi pajak itu adalah
legalitasnya.
 PT. Adaro Energy Tbk mendulang keuntungan melalui sumber daya di
Indonesia, namun pemasukan pajak yang diterima negara tidak
maksimal. Malah keuntungan itu dilarikan ke negara dengan pajak yang
lebih rendah.
 Tindakan tersebut dianggap sebagai penghindaran pajak yang legal (tax
avoidance). Meski legal, tindakan tersebut dipandang tidak etis karena
bertentangan dengan tujuan pembuatan undang undang perpajakan,
yaitu pajak seharusnya dibayar di negara tempat penghasilan
diperoleh.
Langkah Pemerintah Indonesia

 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mendalami dugaan


penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan perusahaan batu
bara PT Adaro Energy Tbk dengan skema transfer pricing melalui anak
perusahaan yang berada di Singapura.
 34 anggota DPR mendesak dilakukannya hak angket terhadap dugaan
transfer pricing oleh Adaro. Mereka mendesak Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menunda pelaksanaan
penawaran saham perdana (IPO) PT Adaro Energy Tbk, holding Adaro.
 Pemerintah mewajibkan Adaro membayar kekurangannya tanpa
dikenai sanksi
Dampak kasus

 Penerimaan Negara di sector Pajak berkurang yang bisa


saja menyebabkan Indonesia mengalami shortfall pajak
 Dari berkurangnya pendapatan pajak itu sendiri saja sudah
akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi
negara Indonesia.
 Negara diperkirakan telah dirugikan Rp 400 miliar per
tahun
 Dampak-dampak tidak langsung yang kemudian muncul
seperti berkurangnya dana untuk pelayanan masyarakat,
berkurangnya dana bantuan/ subsidi dari pemerintah.
Analisa
Analisa Kasus
 Laporan berjudul “Jaringan Perusahaan Luar Negeri Adaro”
tersebut memaparkan alur niaga batu bara Adaro di pasar
Internasional. Coaltrade, anak perusahaan di Singapura, membeli
batubara dari perusahaan afiliasi di Indonesia dengan harga
rendah. Komoditas tersebut kemudian dijual kembali dengan harga
yang lebih tinggi.
 Global Witness menghitung harga penjualan kembali oleh
coaltrade pada periode sebelum 2008 mencapai 15 persen lebih
tinggi ketimbang membeli dari perusahaan Grup Adaro.
Belakangan selisihnya turun menjadi sekitar 4% yang ditengarai
dipicu oleh pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak terhadap
penjualan batu bara ke Coaltrade pada 2004 dan 2005. Perseroan
diminta melunasi kurang bayar pada 2008.
Analisa Kasus
 Kendati modus penghindaran pajak lewat selisih penjualan antar-
perusahaan terafiliasi telah berkurang. Adaro diduga melakukan cara
lain untuk mengurangi keuntungan di Indonesia. Kajian Global Witness
mendapati melonjaknya komisi pemasaran yang harus dibayarkan
Grup Adaro ke Coaltrade sejak 2009. Pada periode tiga tahun sebelum
200, Stuart memeparkan, Coaltrade mengantongi komisi sebesar US$
4 Juta per tahun. Namun angkanya menjadi US$ 55 Juta per tahun
pada 2009-2017. Hasil perhitungan ini diperkirakan mengurangi
keuntungan Adaro sebelum pajak hingga senilai US$ 416,8 Juta.
 Praktik ini dilakukan lantaran Coaltrade hanya membayar pajak
dengan tarif rata-rata 10,7 persen, jauh lebih rendah disbanding
pajak yang harus dibayar Adaro yang setiap tahun rata-rata mencapai
50,8 persen. Jika komisi penjualan pada periode tersebut dikenai
pajak di Indonesia, pemerintah dapat memperoleh hamper US$ 14
Juta per tahun atau total sekitar US$ 125 Juta.
Saran Perbaikan
 Dalam hal ini, pemerintah seharusnya semakin ketat
dalam melakukan pengawasan terhadap sitem harga
transfer yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di
indonesia .
 Penggelapan pajak karena transfer pricing itu telah
menyimpang dari ketentuan perpajakan yang berlaku,
Sehingga dengan demikian perusahaan yang melakukan hal
tersebut harus dikenai sanksi pidana perpajakan. Sebab
masalah transfer pricing belum pernah diadili secara
pidana.
Sumber Data dan Informasi

 https://www.academia.edu/13061765/ANALISIS_KASUS_TRANSFER_PRICING_P
T_ADARO_INDONESIA?ssrv=c

Anda mungkin juga menyukai