Anda di halaman 1dari 5

Mochamad Nezar Gribaldy

175030400111035

1. Contoh transaksi yang tidak memiliki substansi ekonomi

substansi ekonomi adalah transaksi converting note. Misalnya sebuahperusahaan


meminjam uang sebesar $10.000 dari Bank dan berjanji untuk membayarnya berupa 1000
lembar saham. Esensinya, hal ini merupakan converting note, namun bukankah hal
tesebut juga merupakan utang atau kewajiban? Converting note merupakan instrument
yang memberikan pembayaran bunga selama periode tertentu dimana setelahnya harus
dikonversi menjadi saham. Seharusnya kita mengakui adanya kewajiban sampai note
tersebut dikonversi menjadi saham, saat sudah menjadi equity, meskipun tidak ada arus
keluar ekonomi dimasa depan dapat diargumentasikan bahwa kegagalan mencatat
kewajiban transaksi hingga menjadi equity merupakan kegagalan untuk mencatat
substansi ekonominya.

2. Contoh transaksi yang dilakukan memenuhi legal form namun tidak mempunyai
substansi ekonomi

Kontrak Pemberian Jasa sebagai Upaya Penghindaran Pajak atas Royalti

Salah satu kontrak bisnis internasional yang sering menjadi permasalahan adalah ketika
sebuah kontrak dikategorikan sebagai pemberian jasa dari luar negeri. Sebut saja dalam
sebuah kontrak dengan judul Management Support Service dengan pembayaran yang
dikenal sebagai Management Fee. Dalam kontrak terdapat materi terkait
penggunaan software dalam operasional sebuah perusahaan (penggunaan software tentu
akan menimbulkan perjanjian lisensi yang selanjutnya akan ada pembayaran royalti),
pengaturan mengenai kebijakan yang harus diambil terkait dengan kebijakan
kepegawaian, perekrutan pegawai, dan kebijakan terkait gaji karyawan termasuk juga
pengaturan cara pembukuan. Seluruhnya rinci dijelaskan seakan-akan mereka adalah
perusahaan asing tersebut yang menjadi pengatur seluruh operasional perusahaan, bahkan
pemilik seakan-akan tidak memiliki kekuatan dalam bertindak. Jika memang transaksi
berupa jasa, maka seharusnya yang terjadi adalah adanya peran aktif dari pemberi jasa
dalam menyelesaikan sesuatu. Namun hal yang terjadi disini adalah seakan-akan terdapat
proses imparting knowledge atas kebijakan-kebijakan yang seharusnya dijalankan sebuah
perusahaan agar mencapai tujuan utama sebuah perusahaan dan cenderung pasif.

Ketika ditemukan sebuah kontrak dengan berbagai nama yang digunakan oleh para pihak
maka yang perlu diperhatikan bukanlah judul kontraknya namun bentuk materiil dari apa
yang terjadi sesungguhnya. Konsep ini dikenal dengan substance over form. Konsep ini
telah diterima sebagai kebiasaan internasional yang kemudian menjadi sumber hukum
internasional sehingga setiap negara dapat menggunakan konsep ini untuk dapat
digunakan dalam mengakmodir kepentingan tertentu. Yang menjadi fokus adalah bentuk
substansi dari apa yang terjadi dalam kontrak tersebut. Ketika sebuah kontrak bernama
“services” atau dikenal dengan pemberian jasa maka perlu diperhatikan jasa seperti
apakah yang diberikan. Jika jasa yang diberikan berupa pengetahuan dari pengalaman-
pengalaman sebelumnya yang ternyata akan membuat sebuah perusahaan dapat
meningkatkan penghasilan, maka sudah jelas transaksi ini dapat dikategorikan sebagai
royalti atas know-how atau dalam tax treaty dikenal sebagai the use of or the right of
information concerning industrial, commercial, and scientific experience. Sehingga akan
ada hak pemotongan/pemungutan pajak dari negara sumber (Indonesia) dengan
pembatasan persentase tertentu.

Selain hal tersebut, jawaban lain yang akan penulis ungkapkan adalah karena ada satu
skema penghindaran pajak yang sering digunakan wajib pajak luar negeri dalam
memberikan jasa sehingga menjadi sebuah transaksi yang tidak dipajaki diseluruh
jurisdiksi. Sebut saja negara Singapura. Selain karena adanya penyempitan pengertian
Royalti dalam tax treaty Indonesia – Singapura, hukum domestik Singapura itu sendiri
menyatakan secara jelas bahwa atas setiap penghasilan dari pemberian jasa yang diterima
dari luar negeri akan dikecualikan dari pemajakan di Singapura. Demikian juga di
Indonesia, berdasarkan tax treaty Indonesia – Singapura sepanjang mengenai pemberian
jasa tidak melebihi time test dan melalui BUT maka Indonesia tidak berhak memajaki
dan harus melepaskan hak pemajakannya kepada negara Singapura.

Kemudian berdasarkan hukum domestik Singapura juga tidak akan dipajaki. Dari model
transaksi ini sebenarnya telah terjadi penyimpangan makna tax treaty yang pada mulanya
menghindari pemajakan berganda atau avoiding double taxation menjadi claiming double
non-taxation. Jika ingin menggunakan doktrin substance over form sebenarnya fiskus
dapat menerjemahkan skema transaksi management fee tersebut menjadi royalti sehingga
negara sumber (Indonesia) berhak untuk memajaki dengan pembatasan persentase
tertentu sesuai dengan tax treaty Indonesia – Singapura dan wajib pajak wajib melakukan
pemotongan atas transaksi tersebut dengan mengabaikan kontrak pemberian jasa yang
mereka miliki.

Sudah banyak terdapat putusan hakim yang mempertimbangkan substance over


form dalam sebuah sengketa di Indonesia. Konsep ini perlu menjadi perhatian bersama
baik bagi fiskus maupun wajib pajak. Adanya kebebasan dalam membuat kontrak bukan
berarti bebas dalam menerjemahkan bentuk transaksi yang lazim sesuai ketentuan
tertentu, tetapi harus mengacu pada nature dari transaksi tersebut. Kesadaran wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan atas suatu kontrak dan ketelitian fiskus dalam
menerjemahkan suatu transaksi dalam sebuah kontrak bisnis internasional adalah formula
yang tepat dalam menghimpun penerimaan negara yang maksimal.

3. Contoh beneficial owner

Laporan investigasi LSM internasional Global Witness menemukan indikasi


pengemplangan pajak yang dilakukan oleh PT Adaro Energy. Perusahaan yang salah satu
bisnisnya mencangkup penjualan batu bara itu diduga telah memindahkan sejumlah laba
dari bisnis batu baranya ke jaringan perusahaan luar negeri untuk memangkas
pembayaran pajak kepada pemerintah Indonesia.
“Saat Adaro menerima manfaat dari jaminan yang diberikan pemerintah pada beberapa
pembangkit listrik besar, mereka sedang mengembangkan jaringan luar negerinya dan
memindahkan sejumlah besar uang keluar Indonesia,” ujar Manajer Kampanye
Perubahan Iklim Global Witness, Stuart McWilliam dalam keterangan tertulis. Dalam
laporan yang berjudul “Global Witness: Jaringan Perusahaan Luar Negeri Adaro ”. Adaro
melakukan langkah itu melalui salah satu anak perusahaannya di Singapura bernama
Coaltrade Services International. Caranya bisa dibagi menjadi dua.
Pertama, Adaro menjual batu bara yang ditambang di Indonesia dengan harga rendah
kepada Coaltrade untuk kemudian dijual kembali oleh anak perusahaan itu dengan harga
lebih tinggi. Selama 2009-2017, Global Witness mencatat lebih dari 70 persen batu bara
yang dijual Coaltrade berasal dari tambang batu bara Adaro di Indonesia.
Kedua, Global Witness juga mendapati Coaltrade menerima komisi dari pihak ketiga dan
anak perusahaan Adaro lainnya. Komisi penjualan batu bara bernilai sekitar 4 juta dolar
AS per tahun sebelum 2009. Lalu, antara 2009-2017, angka itu berubah menjadi 55 juta
dolar AS per tahun. Coaltrade pun memanfaatkan peluang ini untuk memperoleh laba dan
membukukannya di Singapura yang notabene tarif pajaknya lebih rendah dari Indonesia.
Nilai pajak yang dapat dikumpulkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 125 juta
dolar AS dari pajak penghasilan perusahaan atau setara 14 juta dolar AS per tahunnya.
Proses dari Singapura ini pun kembali berlanjut dengan pengalihan keuntungan Coaltrade
ke negara suaka pajak di Mauritius, Samudra Hinda. Sebab, negara itu tak mengenakan
pajak apa pun sebelum tahun 2017 dan setelahnya.
Global Witness mendapati antara 2009-2017, terdapat 90 persen keuntungan bersih
Coaltrade senilai 338,5 juta dolar AS dibayarkan kepada Vindoor Investments di
Mauritius. Vindoor dan Coaltrade diketahui dimliki oleh Arindo Holdings di Mauritius
yang diduga merupakan kelompok perusahaan luar negeri yang juga dikuasai Adaro.
Meskipun demikian, Arindo menurut Global Witness tidak membayar dividen apa pun
kepada Adaro sehingga seolah-olah tak ada uang yang dikenakan pajak di Indonesia.
Pada 2017, Global Witness mendapati Coaltrade membayar 31 juta dolar AS
mengakuisisi Adaro Capital yang berada di Labuan, wilayah suaka pajak Malaysia.
Menurut Arindo Holdings, kehadiran Adaro Capital hanya untuk melakukan kegiatan
investasi dan belakangan memiliki sebagian tambang batu bara di Kestrel, Australia.

4. Contoh beneficial owner pada P3B

Ada suatu skema transaksi di mana sebuah perusahaan asing tidak dapat memanfaatkan
tarif tax treaty karena melakukan treaty abuse melalui salah satu contoh kasus yang
sering ditemukan sebagai berikut:

Para pihak yang bertransaksi:


ABC Inc: Perusahaan yang bergerak dibidang jasa perhotelan, berdomisili di negara
bagian Delaware, Amerika Serikat. PT. XYZ: Perusahaan pengguna jasa operator hotel
jaringan internasional, berdomisili di Bali, Indonesia. DEF International Inc: Perusahaan
operator hotel jaringan internasional, berdomisili di Maryland, Amerika Serikat

1. ABC Inc mengirimkan invoice sebesar USD 8.500 ke PT. XYZ atas sebuah


transaksi berupa pembayaran jasa marketing

2. ABC Inc seharusnya dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% melalui pemotongan
pajak oleh pemotong pajak wajib pajak dalam negeri yaitu PT. XYZ.

3. ABC Inc ingin memanfaatkan tarif tax treaty Indonesia – Amerika Serikat, di


mana atas sebuah pemberian jasa yang tidak melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT)
di Indonesia dan/atau tidak melewati time test 120 hari berdasarkan Pasal 5 ayat
(2) huruf (j) tax treaty Indonesia – Amerika Serikat tentang Permanent
Establishment (BUT), tidak akan dikenakan pajak di Indonesia dan hanya akan
dikenakan pajak di Amerika Serikat berdasarkan Pasal 8 tax treaty Indonesia –
Amerika Serikat tentang business profit.

4. ABC Inc kemudian mengirimkan dokumen berupa form DGT 1 dilengkapi


dengan Certificate of Residence ke PT XYZ dan telah ditandasahkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak tempat PT XYZ terdaftar.

5. Secara administratif dokumen untuk memanfaatkan tarif tax treaty sudah dapat


diterapkan. Namun fiskus melihat ada perbedaan antara alamat dalam form DGT
1 yang dicantumkan pada bagian wajib pajak luar negeri penerima penghasilan
dan alamat yang tercantum dalam Invoice

6. Alamat ABC Inc dalam form DGT 1 berlokasi di negara bagian Maryland,
Amerika Serikat

7. Alamat ABC Inc dalam invoice berlokasi di negara bagian Delaware, Amerika


Serikat

8. Secara ringkas mungkin itu bukanlah suatu masalah, karena kedua alamat sama-
sama di Amerika Serikat jadi tax treaty Indonesia – Amerika Serikat masih dapat
diberlakukan. Namun ada satu kondisi di mana perbedaan alamat ini ternyata
mengakibatkan dampak yang krusial bagi penerimaan negara.

Sumber:

 https://www.pajak.go.id/artikel/delaware-loophole-skema-penghindaran-pajak-di-
amerika-serikat-indonesia-rugi-apa
 https://tirto.id/dugaan-adaro-menghindari-pajak-mengingatkan-pada-kasus-asian-agri-
edHZ

 https://www.pajak.go.id/artikel/substance-over-form-doctrine-dalam-kontrak-bisnis-
internasional

 https://www.coursehero.com/file/p4knaaf/Contoh-lain-dari-substansi-ekonomi-
adalah-transaksi-converting-note-Misalnya/

Anda mungkin juga menyukai