Anda di halaman 1dari 28

Aspek Biofarmasetika Sediaan

Injeksi
Biofarmasetika hubungan faktor farmaseutika (sifat fisika
kimia zat aktif, faktor formulasi sediaan dan faktor teknologi)
dengan berbagai proses yang dialami sediaan obat sampai masuk
ke dalam sistem peredaran darah.

Bioavailabilitas : kecepatan dan jumlah


obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.

Biofarmaseutika bertujuan untuk


mengatur pelepasan obat sedemikian rupa
ke sirkulasi sistemik agar diperoleh
pengobatan yang optimal pada kondisi
klinik tertentu.
Obat masuk kedalam tubuh

Intravaskular Extravaskular

• Obat langsung masuk ke sirkulasi


• Obat harus diabsorpsi dulu sebelum
sistemik dan didistribusikan
masuk ke peredaran sistemik seperti
keseluruh tubuh seperti pada cara
pemberian i.m, s.c, i.c dan i.p
pemberian i.v
• syarat untuk diabsorpsi adalah obat
• Obat tidak mengalami fase
harus dibebaskan dari bentuk
absorpsi
sediaannya yang tergantung dari faktor
• Konsentrasi obat dalam plasma
fisikokimia obat, faktor lingkungan
ditentukan oleh kecepatan eksresi/
tempat absorpsi dan teknik pembuatan
eliminasi obat dari tubuh
Kelarutan obat dan volume injeksi
• Obat harus terlarut sempurna, lebih disukai dalam
air, sebelum dapat diberikan secara injeksi secara
intravena
• Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yang
diperlukan untuk menghasilkan efek terapteik akan
menentukan volume injeksi yang harus diberikan
• Rute pemberian obat secara parenteral selain iv
memiliki keterbatasan dalam hal volume injeksi
yang dapat diberikan
Karakteristik bahan pembawa
• Pembawa air : dapat diberikan melalui rute
parenteral apa saja
• Pembawa non air : yang dapat bercampur
atau tidak dengan air biasanya diberikan i.m
• Larutan suntik dengan pelarut campur
pH atau osmolaritas larutan injeksi
• Larutan suntik harus diformulasi pH dan
osmolaritas yang sama dengan cairan tubuh
(isotonis dan isohidris)
• Terkait dengan masalah stabilitas, kelarutan
atau dosis
• Pada umumnya larutan parenteral hipertonis
di KI-kan untuk penyuntikan SC atau i.m
Jenis bentuk sediaan obat
• Suspensi : hanya i.m dan SC, tidak boleh i.v
atau rute parenteral lain karena obat langsung
masuk kecairan biologis atau jaringan sensitif
(otak dan mata)
• Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna
dalam pembawa yang sesuai sebelum
diberikan
Komposisi bahan pembantu
• Sediaan parenteral dosis ganda mengandung
pengawet antimikroba
• Surfaktan untuk mendapatkan kelarutan yang
sesuai, surfaktan dapat mempengaruhi
permeabilitas membran sehingga harus
diketahui keberadaannya ketika akan
diberikan secara sc dan i.m
• Disolusi
Hukum Noyes and Withney
dM/dt = DS/h (Cs – C)
atau
dC/dt = DS/Vh (Cs – C)

dM/dt : laju disolusi massa


D : koefisien difusi
S : luas permukaan zat aktif
h : ketebalan lapisan difusi
Cs : konsentrasi pada keadaan jenuh (kelarutan zat)
C : konsentrasi pada waktu t
dC/dt : laju disolusi
• Difusi
Perpindahan molekul suatu zat karena adanya perbedaan
konsentrasi melalui suatu batas/membran
semipermeabel.
• Faktor yang mempengaruhi :
- Perbedaan konsentrasi/gradien konsentrasi
- Koefisien partisi
- Ionisasi
- Ikatan dengan makromolekul
- Osmolalitas
- Volume sediaan
• Perbedaan/gradien konsentrasi
Kebanyakan obat ditransfer melalui mekanisme difusi
pasif, artinya obat berdifusi berdasarkan perbedaan
konsentrasi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah
• Koefisien partisi
Molekul harus memiliki kelarutan dalam lemak, selain
itu dipengaruhi oleh ukuran molekul, suhu,viskositas
• Molekul obat  melewati membran biologi 
sirkulasi umum dan distribusi
• Membran biologi struktur kompleks  lipid
dan protein
• Lapisan lipid  molekul lipid kompleks 
fosfolipid dan cholesterol
• Ionisasi
Kebanyakan obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Obat
terabsorpsi melalui membran dalam bentuk netral bukan
ionnya.
Suatu asam terionisasi menjadi
HA H+ + A-
bagian yang memiliki kelarutan dalam lemak adalah HA.
Dalam suasana asam, kesetimbangan ionisasi HA akan
bergeser ke arah HA (bentuk netralnya) maka proporsi
senyawa asamnya lebih besar, berarti absorpsinya seharusnya
lebih besar. Namun tidak selamanya seperti itu,hanya
perkasus
pH alkaline terionisasi >> lipid-insoluble form  laju
penetrasi rendah
Lanjutan..

Contoh Na Diklofenak (asam lemah) dalam


lambung (asam) kesetimbangan ionisasinya
akan bergerak ke arah asamnya artinya bentuk
netralnya lebih banyak,tapi karena bentuk
asam dalam daerah lambung kelarutannya
rendah, maka meskipun yang dalam bentuk
netralnya banyak,tetap saja absorpsinya
sedikit.
Interaksi obat dan bentuk sediaan
Active drug + inert binding agent  drug complex

Absorbed drug

Drug complex cannot be absorbed across the


biological membrane  rate absorption is reduced

Streptomycin + calcium pantothenate  lower toxic


• Ikatan dengan makromolekul
obat yang dapat memberikan efek adalah obat bebas atau
obat yang tidak berikatan dengan senyawa makromolekul
(protein)
Beberapa kondisi fisiologis :
Umur ;
neonatal: albuminnya rendah, AAG (α acid glikoprotein)
normal
elderly: albumin rendah AAG tinggi
Obesitas ; AAG tinggi
Operasi ; albumin rendah, AAG tinggi
*Albumin berikatan dengan obat yang bersifat asam
AAG berikatan dengan obat yang bersifat asam dan basa
• Osmolalitas
Hipertonis dan Hipotonis akan mempengaruhi
laju difusi.
• Volume sediaan
Semakin banyak volume sediaan semakin lama
laju difusi (persamaan Noyes and Withney)
Absorpsi sediaan Injeksi

Faktor yang mempengaruhi absorpsi sediaan


parenteral :
 Rute pemberian
 Bentuk sediaan
 Faktor fisiologi
Faktor – faktor ini tidak hanya mempengaruhi absorpsi
obat tapi juga mempengaruhi kecepatan obat mencapai
sisi target dalam tubuh
Rute pemberian..

• Pemberian secara IV  akses yang cepat dengan


jumlah obat total ke daerah target
• Beda dengan pemberian secara im dan sc, butuh
beberapa tahapan absorpsi sebelum obat mencapai
sisi target.
 Namun karena pemberian iv distribusinya sangat
cepat bahkan dianggap tidak ada (orde 1) maka
eliminasinya jg semakin cepat. Sedangkan pemberian
melalui rute im atau sc (orde 2) meskipun absorpsinya
lambat, tetapi akan memberikan level obat dalam
dalam darah yang diperpanjang.
Bentuk
sediaan..

• Larutan dalam air


Untuk obat - obat yang kelarutannya baik dalam air.
Absorpsinya melalui im atau sc cepat. Dua tahapan
absorpsi yang dibutuhkan adalah :
1. Transfer obat dari sediaan pada sisi injeksi ke
membran biologi
2. Penetrasi obat ke sirkulasi sistemik
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dari bentuk
sediaan seperti ini adalah viskositas sediaan,
konsentrasi obat dan aktivitas pasien.
• Larutan dalam minyak
Untuk obat – obat yang tidak larut dalam air. Pilihan
selain bentuk suspensi karena suspensi memiiki
beberapa kelemahan seperti ukuran partikel yang tidak
dapat dikontrol, ketidakstabilan kimia, perubahan
bentuk kristal bahan obat. Proses absorpsinya meliputi :
1. Trensfer obat dari sediaan ke dalam cairan tubuh
2. Transfer obat pada sisi injeksi ke membran biologi
3. Penetrasi obat ke sirkulasi sistemik
Faktor yang mempengaruhi absorpsi sama dengan
larutan air
• Suspensi dalam air
Mengikuti kinetika orde nol,karena konsentrasi obat
dalam tubuh konstan. Proses absorpsinya meliputi :
1. Transfer obat dari sediaan ke dalam cairan tubuh
2. Pelarutan obat dalam cairan tubuh rate
determining step
3. Transfer obat pada sisi injeksi ke membran biologi
4. Penetrasi obat ke sirkulasi sistemik
Faktor yang mempengaruhi absorpsi adalah viskositas
pembawa dan ukuran partikel obat
• Suspensi dalam minyak
Proses absorpsi melalui beberapa tahap :
1. Transfer obat dari sediaan ke dalam cairan tubuh
2. Pelarutan obat dalam cairan tubuh rate
determining step
3. Transfer obat pada sisi injeksi ke membran
biologi
4. Penetrasi obat ke sirkulasi sistemik
Faktor yang mempengaruhi sama dengan suspensi
dalam air dan larutan dalam minyak.
• Emulsi o/w atau w/o
Tahap absorpsi meliputi
1. Pelepasan obat dari fase dalam ke fase luar
sediaan
2. Transfer obat ke dalam cairan tubuh
3. Transfer obat pada sisi injeksi ke membran
biologi
4. Penetrasi obat ke sirkulasi sistemik
Faktor yang mempengaruhi absorpsi adalah
viskositas dari fase luar
Proses absorbsi dalam berbagai bentuk fisik
sediaan
Larutan dalam air Fastest release
Suspensi dalam air
Larutan dalam minyak
Emulsi O/W
Emulsi W/O
Slowest release
Suspensi dalam minyak
Faktor fisiologi..

• Aliran darah
• Permeabilitas pembuluh kapiler
• Kepadatan massa otot pada sisi injeksi
• Derajat gerak/aktivitas tubuh

Anda mungkin juga menyukai