Anda di halaman 1dari 50

PENTANAHAN SISTEM DISTRIBUSI

o Pentanahan sistem distribusi tenaga listrik meliputi :


 pentanahan netral sistem tenaga listrik dan
 pentanahan peralatan listrik.
o Pentanahan netral sistem tenaga listrik adalah hubungan elektris
antara titik netral transformator atau generator dengan tanah, untuk
mengatur besar arus gangguan yang melibatkan tanah dan
membatasi kenaikan tegangan penghantar netral saat terjadi
gangguan.
o Pentanahan peralatan listrik adalah hubungan antara bagian
konduktif terbuka peralatan listrik dengan tanah digunakan untuk
memperkecil tegangan sentuh baik dalam keadaan normal maupun
dalam keadaan gangguan.

1
PENTANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA LISTRIK
o Semakin berkembangnya sistem tenaga listrik, peranan pentanahan
netral sistem menjadi sangat penting, terutama sebagian besar jenis
gangguan selalu melibatkan tanah.
o Berdasarkan statistik 70% s/d 80% gangguan adalah gangguan fasa ke
tanah.
o Cara pentanahan netral sistem dapat dikelompokkan :
 a) Sistem yang tidak ditanahkan ( ungrounded system )
 Sistem yang ditanahkan ( grounded system )
b) Pentanahan dengan tahanan (resistance grounding )
c) Pentanahan dengan reaktansi (inductance grounding )
d) Pentanahan langsung (solid grounding )
e) Pentanahan dengan kumparan Peterson (resonance grounding )

2
BERMACAM-MACAM SISTEM PENTANAHAN

a) b) c) d) e)

3
Masing-masing cara pentanahan mempunyai keuntungan dan kerugiannya
sendiri-sendiri, untuk pemilihan metoda pentanahan sebagian besar
tergantung dari :
 segi praktis,
 keinginan untuk menjaga kontinyuitas pelayanan,
 memperkecil gangguan yang lebih berpengaruh dan
 alasan ekonomis.
 Tujuan pentanahan netral sistem tenaga listrik sbb :
a) Membatasi tegangan ke tanah pada fasa-fasa yang tidak terganggu
(transient overvoltage).
b) Memberikan arus gangguan ke tanah yang cukup untuk
mengerjakan relai gangguan tanah.
c) Memenuhi persyaratan keamanan bagi orang ( safety )

4
1. SISTEM YANG TIDAK DITANAHKAN / MENGAMBANG
 Suatu sistem dikatakan tidak ditanahkan, bilamana tidak ada hubungan
galvanik antara sistem itu dengan tanah. Sistem ini ditanahkan melalui
kapasitansi masing-masing penghantar fasa ke tanah.
 Arus gangguan kapasitif sangat kecil, sehingga tidak merusak peralatan
dan tidak perlu segera melokalisir daerah yang terganggu, artinya
pelayanan tetap terjaga walaupun terganggu.
 Sistem ini sering dipakai pada pabrik industri, dimana kontinyuitas
pelayanan sangat diperlukan untuk mengurangi biaya terganggu-nya
proses produksi akibat pemadaman.
 Walaupun demikian sistem yang tidak ditanahkan ini tidak direkomen-
dasikan untuk dipakai, karena dapat menyebabkan tegangan lebih
transien yang membahayakan peralatan, bahkan kadang-kadang
manusia juga.

5
1.1 Tegangan sistem dalam keadaan normal
Sistem yang tidak ditanahkan dan vektor tegangannya sbb.:
a a

n b
b
c
c

Cc Cb Ca

Ic Ib Ia
g

n g

c b
Gambar-1 : Sistem yang tidak ditanahkan dan vektor tegangannya

6
Tegangan fasa dari sumber, yaitu Van, Vbn, Vcn selalu diasumsikan simetris.
Yang akan ditinjau disini adalah tegangan sistem terhadap tanah, Vag, Vbg, Vcg.
Titik netral n merupakan letak titik berat geometris dari vector tegangan
system, sehingga :
Vektorial : Van + Vbn + Vcn = 0
Sedangkan g sebagai titik tanah adalah titik berat elektris dari vector tegangan
system, sehingga :
Vektorial : Vag + Vbg + Vcg ≠ 0
Dari gambar vector tegangan dapat dibuat persamaan sbb. :
Vag = Van + Vng
Vbg = Vbn + Vng
Vcg = Vcn + Vng

7
Menurut Hukum Kirchoff :

Atau

Dimana :
Bila kapasitansi ke tanah seimbang, dimana Ca = Cb = Cc, maka suku
kanan persamaan diatas sama dengan nol ; Jadi Vng = 0 atau titik n
berimpit dengan titik g.
Bila kapasitansi ke tanah tidak seimbang, dimana Ca ≠ Cb ≠ Cc, maka suku
kanan persamaan diatas tidak sama dengan nol ; Jadi Vng ≠ 0 atau titik n
tidak sama dengan titik g.
Kesimpulan : Kapasitansi ke tanah yang tidak seimbang pada sistem yang
tidak ditanahkan menyebabkan pergeseran potensial titik netral terhadap
tanah. 8
1.2 Tegangan pada saat gangguan satu fasa ke tanah
a

Van = Vag

n=g Ground (g) Vag = 0


a

Van = - Vng
c b

Vcn = Vcg Vbn = Vbg Vcg Vbg


n

c b
Vcn Vbn
Gambar 2 : Pergeseran tegangan untuk sistem yang tidak ditanahkan.
a. Pada keadaan normal
b. Pada saat gangguan satu fasa ke tanah.

9
Pada saat fasa a terhubung singkat ke tanah, maka tegangan fasa a sama
dengan tegangan tanah, atau Vag = 0, karena arus gangguan satu fasa ke
tanah pada sistem yang tidak ditanahkan pada umumnya kecil, maka
segitiga vektor tegangan dianggap tetap, dengan demikian pula Van, Vbn, Vcn
tidak berubah, maka :
Vbg  Vba  3 Vbn 30 o Vbg  3 Vph
Vcg  Vca  3 Vcn 30o Vcg  3 Vph
Vng   Van Vng  Vph

Kesimpulan :
Pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah, terjadi perubahan tegangan
antara fasa yang sehat terhadap tanah, baik besarnya maupun arahnya.
Besarnya tegangan naik menjadi √3 kali.
Potensial titik netral bergeser dari tanah sebesar Vph.
10
1.3 Arus gangguan satu fasa ke tanah
1.3.1 Sistem dengan satu feeder

a a

b
n b
c
c

Cc Cb Ca
Ic Ib Ia

Gambar 3 : Distribusi arus gangguan satu fasa ke tanah

11
ARAH DAN BESAR ARUS GANGGUAN
Vab
Vag = 0
a
Ib

Ia Ib + Ic = - Ia
n
Vbc

b
Ic

Vca Vba

Gambar-4 : Arah dan besar arus gangguan

Diasumsikan kapasitansi ke tanah seimbang, ( Ca = Cb = Cc = C ), maka :

12
1.3.2 Sistem dengan 3 feeder

IF1 Feeder 1

IF2 Feeder 2
IF1
IF1 + IF2
IF3 Feeder 3
IF2

IF3

Gambar-5 : Distribusi arus gangguan IF

13
Sirkulasi arus gangguan kapasitansi ke tanah pada waktu gangguan satu
fasa ke tanah dapat digambarkan sbb :
a. Dari tanah ke titik gangguan terus ke netral dari sistem, kemudian
tersebar ke semua feeder dan kembali ke tanah melalui kapasitansi ke
tanah masing-masing.
b. Arus gangguan di titik gangguan :
IF = IF1 + IF2 + IF3
c. Distribusi arus gangguan pada waktu gangguan satu fasa ke tanah
adalah sebagai berikut :
 Pada feeder yang tidak terganggu arus gangguan sama dengan IF
nya masing-masing
 Pada feeder yang terganggu, arus gangguan sama dengan jumlah I F
dari feeder-feeder yang tidak terganggu.

14
1.4 Relai Gangguan tanah
Cara terbaik untuk mendeteksi gangguan tanah pada sistem yang tidak
ditanahkan adalah dengan menggunakan relai tegangan.
Ada dua metoda pengambilan besaran ukur tegangan tanah, yaitu dengan 3
buah trafo tegangan dan sebuah trafo tegangan.

a. Metoda 3 trafo tegangan


Tegangan masuk ke relai pada saat gangguan satu fasa ke tanah untuk
sistem tidak ditanahkan, maximum sebesar 3 kali tegangan normal fasa
netralnya. Pada keadaan normal dan sistem seimbang, tegangan Vpq
boleh dikatakan sama dengan nol.

Vpq  3 Vo  Vag  Vbg  Vcg


  3V ph 
cos 30 o x 2  3 Vph

15
a

VT

R
p q

3 Vo

Relai Tegangan-
lebih tanah

Metoda pendeteksi tegangan gangguan tanah dengan 3 VT

16
b. Metoda 1 trafo tegangan
a

c a

Relai tegangan
lebih atau
kurang Xc V

Xe of VT

VT
R

c Xc Xc b

Metoda pendeteksi tegangan gangguan tanah dengan 1 VT


a. Rangkaian pengawatan
b. Rangkaian ekuivalen
17
1.5 Tegangan lebih transient.
 Pada umumnya, untuk sistem tenaga listrik yang masih kecil dan
tidak ditanahkan, busur listrik yang timbul pada titik gangguan dapat
padam sendiri (self clearing).
 Tetapi pada sistem yang besar, arus gangguan ke tanah semakin besar
dan busur listrik tidak dapat padam sendiri dan menyebabkan gejala
arcing ground.
 Busur listrik yang menyambar kembali ( restrike ) setelah pemutusan
arus didalam PMT atau dalam gangguan, dapat menimbulkan
tegangan lebih transien yang sangat merusak pada sistem yang tidak
ditanahkan.
 Pada sistem kapasitif, arus mendahului tegangan hampir 90o.

18
Fenomena ini digambarkan sbb :

Gambar-8 : Tegangan lebih transient pada sistem tidak diketanahkan.


(a) Sirkit pengganti
(b) Tegangan lebih transient

19
 Saat arus diputus atau busur listrik padam pada arus nol, tegangan
sistem akan mendekati nilai maksimumnya.
 Tegangan ini akan tersimpan dalam kapasitor dan menurun (decay)
sesuai dengan konstanta waktu (time constant) dari sistem kapasitif.
Tegangan sumber terus berlanjut sebesar Vs dengan frekuensi jala-jala.
 Pada setengah perioda berikutnya, tegangan pada kontak PMT hampir
mendekati 2 kali tegangan puncak normal.
 Bila sambaran kembali terjadi (digambarkan dengan saklar menutup)
tegangan kapasitif sebesar +1 pu akan menuju tegangan -1 pu. Tetapi
karena induktansi sistem dan inersia, akan terjadi overshoot menuju
nilai maksimum yang mungkin, yaitu - 3 pu.

20
 Bila busur listrik padam lagi pada arus nol (saklar membuka),
tetapi sambaran kembali (saklar menutup) terjadi lagi, tegangan
kapasitif akan menuju tegangan sistem +1 pu, tetapi lagi terjadi
overshoot.
 Pada saat ini tegangan maksimum menjadi + 5 pu. Ini akan
berlanjut menjadi -7 pu dan seterusnya.
 Tegangan lebih transien ini akan membuat isolasi peralatan tidak
tahan dan terjadi tembus (breakdown).
 Jadi untuk sistem yang tidak ditanahkan, pemakaiannya harus
hati-hati dan biasanya diterapkan pada tegangan dibawah 13,8 kV.

21
2 SISTEM YANG DITANAHKAN
Pengaruh naiknya tegangan akibat gangguan satu fasa ke tanah
ZL

ZG XT
Bus F
(a) Diagram satu garis

N1

Z1
Z1G V1
X1T Z1L
I1
N2
Vph
Z1G V2
X2T Z2L Z1

I2
N0
V0
Z1
X0T Z0L I0

(b) Rangkaian pengganti Urutan :

Gambar : Sistem yang ditanahkan tanpa


impedansi

22
Dimisalkan generator sangat besar, sehingga Z1G = Z2G = sangat kecil dan
diabaikan.
Arus urutan gangguan satu fasa ke tanah.
IF
I1  I2  Io 
3
Besar penurunan tegangan urutan adalah sebagai berikut :

 IF 
 V1   I1 Z 1     Z1
 3 
I 
 V2   I 2 Z 2    F  Z 2
 3 
I 
 V0   I o Z o    F  Z o
 3 

23
I
 A   F
2 Z 1  Z o 
3
I
 B   C     F
Z o  Z 1 
3
I F
V ph
dim ana : 
3 2 Z 1  Z o 
Z o  Z1
   V ph
Z o  2 Z1
Z o
misalkan k 
Z 1

maka :    V
k
 1
ph
k  2 

Besar tegangan pada fasa yang tidak terganggu adalah penjumlahan vektorial
dari tegangan sebelum gangguan dengan penurunan tegangan di atas,
V ag  V an   A  0
V bg  V bn   B
V cg  V cn   C
24
Nilai faktor k

a. k = ∞
Berarti Zo = ∞ , yang menggambarkan sistem yang tidak di tanahkan.

   Vph
Vbg  Vcg  3 Vph

b.k=1
Berarti Zo = Z1 , terdapat pada sistem yang ditanahkan langsung.

  0
Vbg  Vcg  Vph

25
c.k=0
Berati Zo = 0.
Keadaan ini diperoleh pada suatu sistem yang dipasok oleh suatu generator
yang netralnya langsung ditanahkan.
Vph
  
2
3 Vph
V bg  Vcg 
2

d. -2 ≤ k ≤ 0
Menggambarkan pentanahan netral melalui kapasitor yang sangat besar.
Dalam keadaan k = -2, terdapat resonansi antara kapasitor pentanahan
dengan 2 X1, sehingga penurunan tegangan menjadi tak terhingga. Dalam
praktek hal ini tidak pernah ada.

26
Dengan memperhatikan nilai faktor k di atas dapat digambarkan naiknya
tegangan pada fasa yang tidak terganggu, seperti terlihat

a -2 < k < 0

a=g
k=0

k=1 k=1
n

b
c
Vph

k=∞ k=∞
(a) (b)

Gambar-10 : Kenaikan tegangan pada fasa yang tidak


terganggu pada berbagai nilai k

27
2.1 Pentanahan langsung ( solid grounding) dan pentanahan efektif

Suatu sistem ditanahkan secara efektif menurut standar ANSI / IEEE C62-
92-1987, apabila konstanta sistem tenaga mempunyai harga berikut :
X
ao Ro
3 dan 1
X1 R1

g c

Gbr-11. Pentanahan langsung

28
Arus Gangguan

I F 1  3 I o
3 Vph

Z1  Z2  Zo 
3 Vph

Z1  Z2  Xo  3 Zn 
dim ana :
Z1  Z1G  X 1T  Z1L
Z 2  Z 2G  X 2T  Z 2L
Z o  X 2 T  Z oL  3 Z n  X o  3 Z n

Didalam pentanahan langsung Zn = 0


maka :
3 V ph
I F 1 
Z 1  Z 2  Z o 

29
Arus gangguan tiga fasa :

Vph 3 Vph
IF1  
Z1 Z1  Z1  Z1

Sehingga perbandingan arus ganggguan satu fasa dengan arus


gangguan tiga fasa pada sistem yang ditanahkan lansung, tergantung
pada Xo.
Bila Xo = Z1, maka IF-1ф = IF-3ф
Bila Xo > Z1, maka IF-1ф < IF-3ф
Bila Xo < Z1, maka IF-1ф > IF-3ф

30
2.1.1 Relai gangguan tanah
Arus gangguan satu fasa ke tanah pada sistem yang ditanahkan langsung
sangat besar, bahkan dapat melebihi arus gangguan tiga fasa, tergantung pada
konfigurasi dan konstanta jaringan dan besar arus bervariasi terhadap lokasi
gangguan. Hal ini memudahkan melokalisir daerah yg terganggu & membuat
relai gangguan tanah bekerja selektif.
Kriteria penyetelan arus untuk relai gangguan tanah pada sistem yang
ditanahkan langsung biasanya disetel sebesar 25% - 50% dari rating arus
sekunder CT. a

Gbr-13 Relai gangguan


c
tanah dengan CT arus
netral CT 3Io 51G

Rn

31
a

3Io

Rn
51G

Gbr-13 : Relai gangguan tanah dengan CT arus residu.

32
2.2 Pentanahan dengan reaktansi ( reactance grounding)
a

Xn n

g c

b Gbr-14 Pentanahan dengan


Reaktansi

2.2.1 Arus gangguan


Didalam pentanahan dengan reaktansi Zo = 3 X1
maka : 3 Vph
I 
F1
Z1  Z2  X o  3 X n 

Nilai batas pemakaian pentanahan reaktansi harus memenuhi


persyaratan berikut ini :
X o Total
 10
X 1 Total

33
2.2.2 Relai Gangguan tanah
Seperti halnya pada pentanahan langsung, dimana arus gangguan ke tanah
cukup besar, maka relai gangguan tanah dengan metoda pengambilan
besaran ukur arus netral dan arus residu dapat digunakan pada pentanahan
dengan reaktansi.
a a a

b b b

c c c

CT 3Io 51G 3I
o
Xn
Xn 51G

Gbr-15 : Relai gangguan tanah dengan CT arus netral dan CT arus residu

34
2.3 Pentanahan dengan tahanan ( resistance grounding)

Tegangan pada fasa yang tidak terganggu dapat mencapai nilai 1,82 Vph.

a
Arus ganguan
Didalam pentanahan dengan tahanan Zn =
Rn
3 Rn
n
maka :
3 Vph
c I F1 
g Z1  Z2  Xo  3 R n 
b

Relai gangguan tanah


Pemakaian relai gangguan tanah pada sistem yang ditanahkan dengan
tahanan dibedakan antara pentahanan dengan tahanan rendah dan tahanan
tinggi.

35
2.3.1 Pentanahan tahanan rendah.
Arus gangguan ke tanah pada pentanahan ini cukup besar, sehingga seperti
halnya pentanahan dengan reaktansi, maka relai gangguan tanah dengan
metoda pengambilan besaran ukur arus netral dan arus residu sering dipakai
pada pentanahan ini.
Kriteria penyetelan arus relai gangguan tanah biasanya dipilih sebesar 10% -
25% dari rating arus sekunder CT.

a a a

b b b

c c c

CT 3Io 51G 3I
o
Rn
Rn 51G

36
2.3.2 Pentanahan tahanan tinggi.
 Arus gangguan ke tanah pada pentanahan ini sangat kecil, sehingga
relai gangguan tanah tidak cocok lagi mengambil besaran ukur dengan
menggunakan kedua metoda di atas.
 Cara yang lazim dipakai adalah mengambil besaran ukur arus residu
melalui ZCT ( zero sequence current transformer ), yaitu ketiga arus
fasa dilingkupi oleh sebuah CT dengan rasio yang cukup rendah. Cara
ini lazim dipakai pada jaringan kabel tegangan menengah (SKTM).
 Dengan adanya tahanan Rn, maka pada saat terjadi gangguan satu fasa
ke tanah arus komponen resistif akan ber-superposisi dengan arus
kapasitif.

37
Relai gangguan tanah dengan ZCT.

Relai gangguan tanah berarah dengan ZCT.


38
2.4 Pentanahan dengan kumparan Peterson ( resonance grounding)

Pentanahan kumparan Peterson idenya adalah kapasitansi total sistem ke tanah


dikompensasi dengan induktansi variabel yang dipasang pada titik netral
sistem.
Bila reaktor netral ini di tunning tepat sama dengan kapasitansi sistem, maka
arus gangguan ke tanah akan saling meniadakan atau nol

39
o Bila reaktor netral di tunning tepat sama dengan kapasitansi sistem, maka
arus gangguan ke tanah akan saling meniadakan atau nol, sehingga arus
gangguan tanah menjadi kecil dan busur listrik bisa padam sendiri dengan
demikian tegangan lebih transien tidak akan terjadi.
o Sejalan dengan self clearing, maka kontinuitas pelayanan tetap terjaga tanpa
merusak peralatan dan tegangan pelayanan tetap sama dengan tegangan jala-
jala, sehingga gangguan yang terjadi tidak perlu segera dilokalisir.
o Zbils diinginkan melokalisir gangguan ke tanah segera, maka pada
Pentanahan Peterson biasanya digunakan telai gangguan tanah yang sensitif
(sensitive ground relay).
o Relai akan memberikan alarm, segera setelah gangguan ke tanah terjadi. Bila
gangguannya permanen , setelah 10 s/d 20 detik relai akan memberikan
perintah untuk menghubung-singkatkan reaktor. Hal ini memberikan arus
gangguan yang besar dan membuat relai gangguan tanah yang lain bekerja.

40
KESIMPULAN
 Secara umum, pentanahan dengan tahanan digunakan bila diinginkan
arus gangguan ke tanah lebih kecil dari 25% arus gangguan 3 fasa.
 Untuk arus gangguan ke tanah lebih besar dari 25% arus gangguan 3
fasa, tidak direkomendasikan untuk menggunakan tahanan sebagai
pentanahan, sebab akan merugikan dengan panas yang hilang. Oleh
sebab itu digunakan pentanahan dengan reaktansi.
 Bilamana diinginkan relai gangguan tanah yang selektif, maka diperlukan
arus gangguan tanah yang cukup untuk menggerakan relai.
 Tetapi bila diinginkan arus gangguan tanah yang kecil, maka dalam hal
ini dipergunakan tahanan atau kumparan Peterson, tetapi perlindungan
yang optimum terhadap surja hubung pada kedua metoda terakhir ini
tidak diperoleh.

41
 Andaikan diinginkan proteksi dari arester yang maksimum terhadap lebih
surja, maka dapat digunakan pentanahan reaktansi rendah atau bahkan
pentanahan langsung tanpa impedansi. Pada sistem ini, tegangan dinamis
dantegangan lebih transient pada waktu gangguan tanah pada umumnya
adalah paling rendah.
 Keuntungan lainnya ialah berupa keuntungan ekonomis, karena sistem
yang ditanahkan langsung adalah yang paling murah.

42
PENTANAHAN NETRAL SISTEM STANDAR PLN

TEGANGAN PENTANAHAN NETRAL RELAI GANGGUAN TANAH


SISTEM
500 kV Tanpa impedansi Directional earth fault relay
150 kV Tanpa impedansi Earth fault relay
70 kV  Kumparan Peterson Sensitive earth fault relay
 Tahanan tinggi 222 Ω Sensitive earth fault relay atau
earth fault relay
30 kV Kumparan Peterson ---
20 kV Earth fauly relay dengan
 Tidak ditanahkan ZCT
 Tahanan tinggi 500 Ω ZCT
 Tahanan 40 Ω CT residua tau CT netral
 Tahanan 12 Ω CT residua tau CT netral
 Tanpa impedansi CT residua tau CT netral
6 kV Tidak ditanahkan ZCT atau
3 VT open delta

43
PERBANDINGAN METODA PENTANAHAN NETRAL SISTEM

44
PERBANDINGAN METODA PENTANAHAN NETRAL SISTEM

45
3.PENTANAHAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Titik bintang belitan sekunder Trafo distribusi ditanahkan langsung.

46
Pentanahan Jaringan Tegangan Rendah :

Pembumian di sekitar sumber dan di setiap ujung cabang jaringan

47
Resistan pembumian
Resistans antara elektrode bumi atau sistem pembumian dan bumi acuan/
referensi.
a) Resistans pembumian dari elektrode bumi tergantung pada jenis dan
keadaan tanah serta pada ukuran dan susunan elektrode.
b) Resistans pembumian suatu elektrode harus dapat diukur. Untuk
keperluan tersebut penghantar yang menghubungkan setiap elektrode
bumi atau susunan elektrode bumi harus dilengkapi dengan hubungan
yang dapat dilepaskan (lihat 3.19.2.5 – PUIL 2000).
CATATAN Resistans pembumian total dari suatu instalasi pembumian
belum dapat ditentukan dari hasil pengukuran tiap elektrode. Cara
mengukurnya lihat 3.21.
c) Tabel 3.18-2 menunjukkan nilai rata-rata resistans elektrode bumi untuk
ukuran minimum elektrode bumi seperti pada Tabel 3.18-3

48
Tabel 3.18-2 Resistans pembumian pada resistans jenis 1 = 100 -meter

Nilai resistans jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis


tanah seperti ditunjukkan pada Tabel 3.18-1.

49
Tabel 3.18-1 Resistans jenis tanah

Pengukuran resistan pembumian


Pengukuran resistan pembumian dengan menggunakan alat ukur
earth tester.

50

Anda mungkin juga menyukai