Anda di halaman 1dari 30

Lintasan Sejarah

Pemerintahan Soekarno Pasca Proklamasi (1945-1958)


Peraturan ketenagakerjaan yang ada pada masa ini cenderung
memberi jaminan sosial dan perlindungan kepada buruh,
dapat dilihat dari beberapa peraturan di bidang perburuhan
yang diundangkan pada masa ini.
Pemerintahan Soekarno
Pemerintahan Soekarno Masa Orde Lama (1959-1966)
1. Kondisi buruh dapat dikatakan kurang diuntungkan dengan sistem
yang ada. Buruh dikendalikan oleh tentara. Dibentuknya Dewan
Perusahaan pada perusahaan yang diambil alih dari Belanda dalam
rangka program nasionalisasi, untuk mencegah meningkatnya
pengambil alihan perusahaan Belanda oleh buruh.
2. Gerak politis dan ekonomis buruh juga ditandai dengan
dikeluarkannya Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 4 Tahun
1960 Tentang Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (lock
out) di perusahaan-perusahaan, jawatan-jawatan dan badan-badan
vital.
3. Perbaikan nasib buruh terjadi karena ada gerakan buruh yang
gencar melalui Serikat-serikat Buruh seperti PERBUM, SBSKK, SBPI,
SBRI, SARBUFIS, SBIMM, SBIRBA.
Pemerintahan Soeharto

Pemerintahan Soeharto di Masa Orde Baru


1. Kebijakan yang dijalankan pemerintah Orde Baru menempatkan
stabilitas nasional sebagai tujuan dengan menjalankan industrial
peace khususnya sejak awal Pelita III (1979-1983), menggunakan
sarana yang diistilahkan dengan HPP (Hubungan Perburuhan
Pancasila).
2. Serikat Pekerja di buat tunggal dalam SPSI. Merujuk pada UU No. 18
Tahun 1956 tentang ratifikasi Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949
mengenai Berlakunya Dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi dan
Berunding Bersama, serta Peraturan Menakertranskop No.
8/EDRN/1974 dan No. 1/MEN/1975 perihal Pembentukan Serikat
Pekerja/Buruh Di Perusahaan Swasta Dan Pendaftaran Organisasi
Buruh. Pada masa ini kebebasan berserikat tidak sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah.
3. Peran Militer dalam prakteknya sangat besar misal dalam
penyelesaian perselisihan perburuhan.
Pemerintahan BJ. Habibie

Pemerintahan BJ. Habibie (1998-1999)


1. Pada 5 Juni dikeluarkan Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998 yang
mensahkan Konvensi ILO No.87 Tahun 1948 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (Concerning
Freedom of Association and Protection of the Right to Organise)
berlaku di Indonesia.
2. Meratifikasi Konvensi ILO tentang Usia Minimum untuk
diperbolehkan Bekerja/Concerning Minimum Age for Admission to
Employment (Konvensi No. 138 tahun 1973) yang memberi
perlindungan terhadap hak asasi anak dengan membuat batasan usia
untuk diperbolehkan bekerja melalui UU No. 20 Tahun 1999.
3. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia Tahun
1998-2003 yang salah satunya diwujudkan dengan pengundangan UU
No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU (Perppu) No. 1 tahun 1999 Tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Pemerintahan Abdurahman Wahid

Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)


1. Dilihat dari peraturan ketenagakerjaan yang
dihasilkan, pemerintahan Abdurrahman
2. Wahid ini dinilai sangat melindungi kaum
pekerja/buruh dan memperbaiki iklim demokrasi
dengan UU serikat pekerja/serikat buruh yang
dikeluarkannya yaitu UU No 21 Tahun 2000.
Pemerintahan Megawati

Pemerintahan Megawati Soekarno Putri (2001-2004)


1. Peraturan perundangan ketenagakerjaan dihasilkan, di
antaranya yang sangat fundamental adalah UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menggantikan
sebanyak 15 (limabelas) peraturan ketenagakerjaan,
sehingga Undang-Undang ini merupakan payung bagi
peraturan lainnya
2. Undang-Undang yang juga sangat fundamental lainnya
adalah UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial yang disahkan pada 14
Januari 2004 dan UU No. 39 Tentang Perlindungan dan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.  
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009)


1. Di masa pemerintahan ini beberapa usaha dilakukan
untuk memperbaiki iklim investasi,
2. Menuntaskan masalah pengangguran, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan di bidang
ketenagakerjaan sehubungan dengan hal di atas,
kurang mendapat dukungan kalangan pekerja/buruh.
Peraturan

Beberapa aturan :
1. Inpres No. 3 Tahun 2006 Tentang Perbaikan iklim
Investasi, salah satunya adalah agenda untuk
merevisi UU No. 13 Tahun 2003, mendapat tentangan
pekerja/buruh.
2. Pengalihan jam kerja ke hari sabtu dan minggu demi
efisiensi pasokan listrik di Jabodetabek.
3. Penetapan kenaikan upah harus memperhatikan
tingkat pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi.
Ketenagakerjaan
Menurut Soepomo:
Himpunan peraturan baik tertulis maupaun tidak yang
berkenaan dengan kejadian di mana seseorang
bekerja pada orang lain dengan menerima upah.

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,
dan sesudah masa kerja
Hubungan Industrial

Hubungan industrial adalah suatu sistem


hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa
yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan
pada nilai nilai Pancasila dan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perjanjian Kerja

Macam-macam perjanjian kerja:


1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu  jangka waktunya
tertentu
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu / karyawan tetap
3. Perjanjian Kerja dengan Perusahaan Pemborong Pekerjaan
4. Perjanjian Kerja dengan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja
Lanjutan

1. Perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan wajib


dibuat secara tertulis oleh pengusaha, memuat syarat kerja
dan tata tertib perusahaan, harus disahkan oleh menteri atau
petugas yang ditunjuk
2. Hal yang diatur  hak dan kewajiban pengusaha, hak dan
kewajiban pekerja, syarat kerja, tata tertib perusahaan,
jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan paling lama
2 tahun
3. Perusahaan yang memiliki karyawan di atas 50 orang wajib
membuat Perjanjian Kerja Bersama
Isi Perjanjian Kerja
Pasal 54
Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya
memuat :
1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
3. jabatan atau jenis pekerjaan;
4. tempat pekerjaan;
5. besarnya upah dan cara pembayarannya;
6. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha
dan pekerja/buruh;
7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan
para pihak dalam perjanjian kerja.
Bahasa

Pasal 57
Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat secara tertulis
serta menggunakan bahasa Indonesia bila perjanjian
kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa
asing, bila terdapat perbedaan penafsiran, maka yang
berlaku yang berbahasa Indonesia

Pasal 58
Perjanjian waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan
adanya masa percobaan kerja
Isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Pasal 59
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu:
1. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
4. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan.
Pembaruan dan Perpanjangan
• Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas
jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling
lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun.

• Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya


dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu
30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu
tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu
tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan
paling lama 2 (dua) tahun.
Berakhirnya Perjanjian Kerja
Pasal 61
Perjanjian kerja berakhir apabila :
1. pekerja meninggal dunia;
2. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
atau
4. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.
Penyedia Jasa
Pasal 66
• Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk
melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk
kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi.
Lanjutan

Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan


yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
• adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh;
• perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau
perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak;
• perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh; dan
• perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan
perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Pekerja Anak
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68)
Pengecualian Pasal 69:
dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas)
tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental, dan sosial.

Harus memenuhi persyaratan :


a. izin tertulis dari orang tua atau wali;
b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja;
f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya.
Pekerjaan Yang Tidak Boleh Dilakukan Anak
Pasal 74
Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1)
meliputi :
1. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
2. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi,
pertunjukan porno, atau perjudian;
3. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman
keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau
4. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan,
atau moral anak.
Pekerja Perempuan

Pasal 76
1.Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
2.Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00.
3.Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib :
memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh
perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 05.00.
Waktu Kerja

Pasal 77
1. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu
kerja.
2. Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi :
– 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam 1 minggu; atau
– 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
– Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu
Hak Beribadah

Pasal 80
Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya
kepada pekerja/ buruh untuk melaksanakan ibadah yang
diwajibkan oleh agamanya.
Keselamatan dan kesehatan
Pasal 86
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas :
1. keselamatan dan kesehatan kerja;
2. moral dan kesusilaan; dan
3. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
Pengupahan

Pasal 88
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Lanjutan

Upah untuk penghidupan yang layak:


1. upah minimum;
2. upah kerja lembur;
3. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
4. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
5. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
6. bentuk dan cara pembayaran upah;
7. denda dan potongan upah;
8. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
9. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
10.upah untuk pembayaran pesangon; dan
11.upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Kewajiban Pengusaha

pengusaha wajib membayar upah apabila (pasal 93):


1. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan
pekerjaan;
2. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan
kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan
pekerjaan;
3. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh
menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan
anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami
atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau
mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal
dunia;
4. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena
sedang menjalankan kewajiban terhadap negara;
Lanjutan
5. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya
karena menjalan-kan ibadah yang diperintahkan
agamanya;
6. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya,
baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapat dihindari pengusaha;
7. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
8. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat
pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha; dan
9. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari
perusahaan.
Buruh Sakit
- 4 (empat) bulan pertama dibayar 100%
- 4 (empat) bulan kedua dibayar 75%
- 4 (empat) bulan ketiga dibayar 50%
- bulan selanjutnya dibayar 25% sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha

Anda mungkin juga menyukai