KEBIJAKAN KESEHATAN
KELOMPOK 3
Uswa Ihza Fadhilah N 201 16 010
Besse Hasri Ainun N 201 16 019
Ni Putu Susanti N 201 16 031
Ni Kadek Elgi N 201 16 070
Novia Safira N 201 16 091
Monica Aulia Rahma N 201 16 167
Puti Andalusia S. Banilai N 201 16 190
OUTLINE
Model-model Kebijakan
Perencanaan/Kebijakan
Schistosomiasis
Latar Belakang
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang
epidemi.
Model Kelembagaan
Model Kelompok
Model Penambahan
Model Elite
Permenkes No. 19 Tahun 2014
1. Model Kelembagaan
Model Kelembagaan disebut juga model institusional.
Pada model ini, yang berperan penting adalah pemerintah.
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
2. IDENTIFIKASI MASALAH
3. MENETAPKAN TUJUAN
4. ANALISIS MEMILIH
ALTERNATIF
5. RENCANA OPERASIONAL
ANALISIS SITUASI
Di Indonesia, penyakit yang disebabkan oleh cacing darah
Schistosoma japonicum (cacing darah yang pertama sekali
teridentifikasi di Jepang pada 1903) pertama kali ditemukan di
Lindu pada Tahun 1937, di Napu pada Tahun 1974, dan di Bada
pada Tahun 2008. Schistosomiasis menyerang manusia serta
berdampak buruk pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh timbulnya anemia pada penderita penyakit
ini sehingga memicu kekerdilan (stunting) dan berkurangnya
kemampuan belajar khususnya pada anak-anak. Selain itu,
schistosomiasis kronis berakibat menurunnya kemampuan orang
untuk bekerja dan dalam beberapa kasus mengakibatkan
kematian.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Schistosomiasis secara epidemiologi kebanyakan terjadi
pada masyarakat miskin dan pedesaan, khususnya di daerah
pertanian dan perikanan.
2. Penularan schistosomiasis terjadi dengan cara larva cacing
Schistosoma menembus kulit, masuk ke tubuh manusia dan
tumbuh menjadi tubuh menjadi dewasa, bertelur, lalu
telurnya keluar bersama tinja.
3. Larva ini juga dapat masuk ke dalam tubuh hewan mamalia,
seperti sapi, kerbau, kuda, dan anjing. Hewan-hewan ini
dapat menjadi sumber penularan dengan menyebarkan
telur Schistosoma melalui tinjanya
MENETAPKAN TUJUAN
• Roadmap yang memuat baseline/kondisi terkini desa-desa endemik,
pentahapan, target setiap tahapan, dan intervensi kunci di setiap
tahapan ini, dilengkapi dengan matriks program dan kegiatan untuk
periode 2018-2025 serta mekanisme pemantauan dan evaluasi
kemajuan implementasi.
• Roadmap ini selanjutnya menjadi acuan bersama lintas-sektor dan
pusat-daerah dalam perencanaan, penggaran, dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan tahunan guna mendukung pencapaian target
yang ditetapkan di setiap tahapan menuju eradikasi schistosomiasis
(Schistosomiasis, 2018-2025).
ALTERNATIF MEMILIH
KEGIATAN TERBAIK
• Memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis
• Buang air besar dan buang air kecil dijamban yang saniter
• Memperbaiki cara-cara irigasi dan pertanian,mengurangi habitat keong dengan membersihkan badan-
badan air dari vegetasi atau dengan mengeringkan dan mengalirkan air.
• Memberantas tempat perindukan keong dengan moluskisida (biaya yang tersedia mungkin terbatas
• Untukmengurangi penetrasi serkaria setelah terpajan dengan air yang terkontaminasi dalam waktu
singkat atau secara tidak sengaja dengan mengoleskan alkohol 70% segera pada kulit untuk
membunuh serkaria.
• Persediaan air minum, air untuk mandi dan mencuci pakaian hendaknya diambil dari sumber yang
bebas serkaria atau air yang sudah diberi obat untuk membunuh serkarianya. Cara yang efektif untuk
membunuh serkaria yaitu air diberi iodine atau chlorine atau dengan menggunakan kertas saring.
Membiarkan air selama 48-72 jam sebelum digunakan juga dianggap efektif.
• Para wisatawan yang mengunjungi daerah endemis harus diberitahu akan risiko penularan dan cara
pencegahan.
RENCANA OPERASIONAL
KEMENTERIAN
KEMENKES
PERTANIAN
KEMEN
KEMENTERIAN PU
KELAUTAN/PERIKANAN
KEMENTERIAN KEMENTERIAN LH
DESA
KEMENTERIAN
KEMEN PARIWISATA
DALAM NEGERI
TENTARA POLRI