Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI

KEBIJAKAN KESEHATAN
KELOMPOK 3
Uswa Ihza Fadhilah N 201 16 010
Besse Hasri Ainun N 201 16 019
Ni Putu Susanti N 201 16 031
Ni Kadek Elgi N 201 16 070
Novia Safira N 201 16 091
Monica Aulia Rahma N 201 16 167
Puti Andalusia S. Banilai N 201 16 190
OUTLINE
Model-model Kebijakan

Epidemiologi Kebijakan Kesehatan

Kelebihan dan Kekurangan Kebijakan

Perencanaan/Kebijakan
Schistosomiasis
Latar Belakang
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang
epidemi.

Bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja


tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari
penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat
diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di
dalam konteks lingkungannya.

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua


kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut.
Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau
manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna
dan berdaya guna.
Model Kebijakan Kesehatan
(Kebijakan Publik)

Model Kelembagaan

Model Kelompok

Model Penambahan

Model Elite
Permenkes No. 19 Tahun 2014
1. Model Kelembagaan
Model Kelembagaan disebut juga model institusional.
Pada model ini, yang berperan penting adalah pemerintah.

Kelebihan Kekurangan

Keunggulan model institusional Kelemahan model kelembagaan


adalah bahwa kebijakan dapat adalah bahwa model ini tidak
menuntu loyalitas seluruh warganya mencurahkan perhatian pada
dan mempunyai kemampuan untuk hubungan antar struktur lembaga
mengatur seluruh warganegara, dan pemerintah dan substansi kebijakan
mempunyai kekuatan untuk publik itu sendiri.
memonopoli penggunaan kekuatan
secara sah.
2. Model Kelompok
o Teori pendekatan kelompok mengatakan
bahwa seorang individu hanya dapat
dikatakan penting apabila ia merupakan
partisan atau wakil dari kelompok tertentu.
Individu– individu ini saling mengikatkan
o Teori kelompok ini menggaris bawahi bahwa
kelompok – kelompok adalah the ultimate
real of politics. Secara garis besar pendekatan
kelompok menyatakan bahwa pembentukan
kebijakan pada dasarnya merupakan hasil dari
perjuangan antara kelompok–kelompok
dalam masyarakat.
3. Model Penambahan
Model inkremential lahir dari kritik terhadap model rasional
komprehensif, yang berusaha menutupi kekurangan yang ada pada
model pendahulunya. Menurut model ini, kebijakan atau keputusan
selalu bersifat serial, fragmentary dan sebagian besar remedial.

Kelebihan Kekurangan

Bersifat deskriptif dalam pengertian,


Pembuat kebijakan tidak terlebih
model ini menggambarkan secara
dahulu melakukan riset atau
aktual cara-cara yang dipakai para
ujicoba pelaksanaan kebijakan ini
pejabat dalam membuat keputusan
pada daerah percobaan karena
manakala berkenaan dengan kondisi
keterbatasan waktu dan anggaran
– kondisi seperti terbatasnya waktu
4. Model Elite
Teori elite mengatakan bahwa semua lembaga politik dan lembaga
masyarakat lainnya dikuasai dan didominasi oleh sekelompok individu yang
sangat kuat, yang memanipulasi kebijakan publik untuk kepentingan
mereka.

Kelebihan Kekurangan

proses pengambilan kebijakan tidak apabila kelompok elit yang mengambil


menyita banyak waktu bisa kebijakan hanya didasarkan pada
dikatakan bahwa model elite kepentingan pribadi tanpa
memiliki efektifitas waktu, memperhatikan kepentingan public, itu
mengingat dalam pengambilan artinya kebijakan yang diambil menurut
kebijakan hanya ditentukan oleh kelompok elite merupakan kebijakan
kelompok elit dan tidak terlalu terbaik akan tetapi bagi publik justru
malah menimbulkan permasalahn yang
benyak melibatkan pribadi atau
lebih besar
kelompok lain. 
Epidemiologi dalam Kebijakan
• Mengidentifikasi factor-faktor yang berperanandalam
kejadian penyakit ataumasalah kesehatan dalam masyarakat.
• Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan
kesehatan dan pengambilan keputusan.
• Membantu melakukan efaluasi terhadap program kesehatan yang
sedang setelah dilakukan.
• Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu
penyakit dalamupaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
• Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yangperlu dipecahkan.
Perencanaan/kebijakan
Schistosomiasis
1. ANALISIS SITUASI

2. IDENTIFIKASI MASALAH

3. MENETAPKAN TUJUAN

4. ANALISIS MEMILIH
ALTERNATIF

5. RENCANA OPERASIONAL
ANALISIS SITUASI
Di Indonesia, penyakit yang disebabkan oleh cacing darah
Schistosoma japonicum (cacing darah yang pertama sekali
teridentifikasi di Jepang pada 1903) pertama kali ditemukan di
Lindu pada Tahun 1937, di Napu pada Tahun 1974, dan di Bada
pada Tahun 2008. Schistosomiasis menyerang manusia serta
berdampak buruk pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh timbulnya anemia pada penderita penyakit
ini sehingga memicu kekerdilan (stunting) dan berkurangnya
kemampuan belajar khususnya pada anak-anak. Selain itu,
schistosomiasis kronis berakibat menurunnya kemampuan orang
untuk bekerja dan dalam beberapa kasus mengakibatkan
kematian.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Schistosomiasis secara epidemiologi kebanyakan terjadi
pada masyarakat miskin dan pedesaan, khususnya di daerah
pertanian dan perikanan.
2. Penularan schistosomiasis terjadi dengan cara larva cacing
Schistosoma menembus kulit, masuk ke tubuh manusia dan
tumbuh menjadi tubuh menjadi dewasa, bertelur, lalu
telurnya keluar bersama tinja.
3. Larva ini juga dapat masuk ke dalam tubuh hewan mamalia,
seperti sapi, kerbau, kuda, dan anjing. Hewan-hewan ini
dapat menjadi sumber penularan dengan menyebarkan
telur Schistosoma melalui tinjanya
MENETAPKAN TUJUAN
• Roadmap yang memuat baseline/kondisi terkini desa-desa endemik,
pentahapan, target setiap tahapan, dan intervensi kunci di setiap
tahapan ini, dilengkapi dengan matriks program dan kegiatan untuk
periode 2018-2025 serta mekanisme pemantauan dan evaluasi
kemajuan implementasi.
• Roadmap ini selanjutnya menjadi acuan bersama lintas-sektor dan
pusat-daerah dalam perencanaan, penggaran, dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan tahunan guna mendukung pencapaian target
yang ditetapkan di setiap tahapan menuju eradikasi schistosomiasis
(Schistosomiasis, 2018-2025).
ALTERNATIF MEMILIH
KEGIATAN TERBAIK
• Memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis
• Buang air besar dan buang air kecil dijamban yang saniter

• Memperbaiki cara-cara irigasi dan pertanian,mengurangi habitat keong dengan membersihkan badan-

badan air dari vegetasi atau dengan mengeringkan dan mengalirkan air.

• Memberantas tempat perindukan keong dengan moluskisida (biaya yang tersedia mungkin terbatas

untuk penggunaan moluskisida).

• Untukmengurangi penetrasi serkaria setelah terpajan dengan air yang terkontaminasi dalam waktu

singkat atau secara tidak sengaja dengan mengoleskan alkohol 70% segera pada kulit untuk

membunuh serkaria.

• Persediaan air minum, air untuk mandi dan mencuci pakaian hendaknya diambil dari sumber yang

bebas serkaria atau air yang sudah diberi obat untuk membunuh serkarianya. Cara yang efektif untuk

membunuh serkaria yaitu air diberi iodine atau chlorine atau dengan menggunakan kertas saring.

Membiarkan air selama 48-72 jam sebelum digunakan juga dianggap efektif.

• Para wisatawan yang mengunjungi daerah endemis harus diberitahu akan risiko penularan dan cara

pencegahan.
RENCANA OPERASIONAL
KEMENTERIAN
KEMENKES
PERTANIAN

KEMEN
KEMENTERIAN PU
KELAUTAN/PERIKANAN

KEMENTERIAN KEMENTERIAN LH
DESA

KEMENTERIAN
KEMEN PARIWISATA
DALAM NEGERI

TENTARA POLRI

Anda mungkin juga menyukai