Anda di halaman 1dari 24

PEMBAGIAN

ILMU TASAWUF
ILMU TASAWUF
DIKELOMPOKKAN MENJADI DUA

Tasawuf Ilmi atau Tasawuf Nadhari yakni


Tasawuf yang bersifat Teoritis.

Tasawuf Amali atau Tasawuf Tathbiqi yakni


ajaran tasawuf yang praktis, tidak hanya teori
belaka, tetapi menuntut adanya pengamalan
dalam rangka mencapai tujuan tasawuf.[17]

(HM. Amin Syukur, 2002: 43)


Pengertian Tasawuf
Secara Etimologi

‫صوف‬ ‫صاف‬
• Ahlu
• Bijaksana • Suci
• Bulu Shuffah
• Barisan
Domba
‫صافي‬ ‫صوفي‬ ‫الصفه‬

Akhlak Tasawuf TM 3 B
1. Sophos (bahasa Yunani) berarti hikmat, dan
kaum sufi pula yang tahu hikmat. Pendapat ini
banyak yang menolak, karena kata sophos telah
masuk kedalam kata falsafat dalam bahasa
Arab, dan ditulis dengan sin dan bukan shad
seperti yang terdapat dalam kata tasawuf.

2. Suf (kain wol). seseorang yang memasuki


tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah dan
diganti dengan kain wol kasar dari bulu domba
yang melambangkan kesederhanaan dan
kejauhan dari dunia.

4
3. Safa : suci dan sufi adalah orang yang
disucikan. Kaum sufi berusaha menyucikan
diri mereka melalui ibadah, terutama salat
dan puasa.

4. Saf (baris). Yaitu baris pertama dalam


salat di mesjid. Ditempati oleh orang-orang
yang cepat datang ke mesjid, banyak
membaca al-Qur'an & berdzikir sebelum
waktu salat datang. Orang yang berusaha
membersihkan diri dan dekat dengan Tuhan.

5
5. Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah
bersama Nabi ke Madinah dengan meninggalkan
harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah
mereka hidup sebagai orang miskin, tinggal di
Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu
dengan memakai suffah, (pelana) sebagai bantal.
Ahl al-Suffah, meskipun tak mempunyai apa-apa,
berhati mulia dan tidak mementingkan dunia.
Inilah pula sifat-sifat kaum sufi.

6
Tujuan Tasawuf
‫معرفة هللا‬

….
….
Akhlak Tasawuf TM 3 B
TUJUAN adalah…………

Dengan selalu berusaha membersihkan diri/


Bathin (Hati), berjuang memerangi hawa
nafsu, berpegang teguh pada janji Allah dan
mengikuti syariat Rasulullah, saling
menasihati antar sesama manusia, dalam
rangka Ma’rifatullah dan Mencapai Ridha
Allah SWT.

8
Imam al-Ghazali mengibaratkan hati atau jiwa
manusia itu sebagai cermin yang mengkilap. dan
dapat saja menjadi hitam pekat. Jika tertutup oleh
noda hitam maksiat dan dosa yang diperbuat
manusia.

Jika manusia mampu menghilangkan titik-titik


noda dan menjaga kebersihannya, cermin akan
mudah menerima apa-apa yang bersifat suci dari
pancaran Nur illahi, dan bahkan lebih dari itu. Ia
akan memiliki kekuatan yang besar dan luar biasa.
[14]

[14](HM. Amin Syukur, 2002: 166)


Ilmu Kalam Ilmu Hukum Fisika
Ilmu Pendidikan Ilmu Sosial Biologi
Psikologi Ilmu Sejarah Kimia
Filsafat Antropologi
Tasawuf

Hub. yg dekat Ada Hubungan Hub. Yg Jauh


Why ? Why ? Why ?

Akhlak - Etika - Susila - Moral


Perbuatan Kebiasaan

Tanpa Pemikiran & Pertimbangan


Perbuatan

Perbuatan Kesadaran/Tdk terpaksa ; Ikhlas

Membedakan Baik - Buruk


GUNANYA ?
Menentukan Baik - Buruk
????????
Cara Efektif Pembersihan Diri (jiwa/pikiran)

Terwujud Perbuatan Baik


INSAN
TUJUAN
KAMIL
Terbentuk Masy. / Manusia Baik
I. Konsep AKHLAK

Linguistik
 Berasal dari kata ‫ق‬ ( ‫ – )خل‬isim masdar (‫)خلق ا‬,
berarti kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan,
kelaziman.
lihat : - QS. al-Qalam 4
- QS al-Syuara 137
- Hadits riwayat Tirmidzi dan Ahmad
‫إنما بعثت ألتمم مكارم االخالق‬
Terminologi

 Ibn Miskawaih (w.1030), dalam Tahzib al


akhlaq wa Tathhir al A’raq , akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.

 Al-Ghazali (1059-1111), dalam Ihya ‘Ulum al


Din, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan mudah , tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
 Ibrahim Anis, dalam Mu’jam al Wasith, Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik
dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.

 Ahmad Amin, dalam al Akhlak, Akhlak


merupakan “Adatul-Iradah” kehendak yang
dibiasakan.

 Abd. Al-Hamid, dalam Dairatul Ma’arif , akhlak


adalah sifat-sifat manusia yang terdidik
Hubungannya dengan Tasawuf

 Tasawuf falsafi  pendekatan rasio


Tasawuf Akhlaqi  pendekatan akhlak =
takhalli, tahalli dan tajalli (keagungan Allah)
Tasawuf Amali  pendekatan amaliyah/wirid
 tarekat
 Tujuan tasawuf mendekatkan diri kepada Allah

 perlu pembersihan diri baik jasmani dan


rohani  berakhlak mulia. (baca, Islam Rasional,
Gagasan dan Pemikiran)
PERKEMBANGAN
TASAWUF
CIKAL BAKAL TASAWUF
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli
membagi tasawuf menjadi dua arah perkembangan.
Ada tasawuf yang mengarah pada teori-teori
prilaku; ada pula tasawuf yang mengarah pada
teori-teori yang begitu rumit dan memerlukan
pemahaman yang lebih mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi
ke arah pertama disebut sebagai tasawuf salafi,
tasawuf akhlaqi, atau tasawuf sunni. Ada pun
tasawuf yang berorientasi ke arah kedua disebut
tasawuf falsafi. Tasawuf jenis kedua banyak
dikembangkan para sufi yang berlatar belakang
sebagai filosof, disamping sebagai sufi.
Benih-benih tasawuf Sudah ada Sejak dalam
kehidupan nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat
dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup,
ibadah dan perilaku nabi Muhammad SAW.
Peristiwa dan Perilaku Hidup Nabi. Sebelum
diangkat menjadi Rasul, berhari-hari beliau
berkhalawat (mengasingkan diri) di Gua Hira,
terutama pada bulan Ramadhan disana nabi
banyak berzikir dan bertafakur dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Perikehidupan (sirah) nabi Muhammad SAW juga
merupakan benih-benih Tasawuf yaitu pribadi
Nabi SAW yang sederhana, zuhud, dan tidak
pernah terpesona dengan kemewahan dunia.
Dalam salah satu Doanya ia memohon: ”Wahai
Allah, Hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan
matikanlah aku selaku orang miskin” (HR.at-
Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim).
Ibadah Nabi SAW juga sebagai cikal bakal tasawuf.
Nabi SAW adalah orang yang paling tekun
beribadah. Selain banyak salat nabi SAW banyak
berzikir. Beliau berkata: “Sesungguhnya saya
meminta ampun kepada Allah dan bertobat kepada-
Nya setiap hari tujuh puluh kali” (HR.at-Tabrani).
Sumber lain yang menjadi sumber acuan oleh para
sufi adalah kehidupan para sahabat yang berkaitan
dengan keteguhan iman, ketakwaan, kezuhudan dan
budi pekerti luhur. Oleh karena setiap orang yang
meneliti kehidupan rohani dalam islam tidak dapat
mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat
yang menumbuhkan kehidupan sufi diabad-abad
sesudahnya. Kehidupan para sahabat dijadikan
acuan oleh para sufi karena para sahabat sebagai
murid langsung Rasulullah SAW dalam segala
perbuatan dan ucapan mereka senantiasa mengikuti
kehidupan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu
perilaku kehidupan mereka dapat dikatakan sama
dengan perilaku kehidupan Nabi SAW, kecuali hal-
hal tertentu yang khusus bagi Nabi SAW
Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi menulis didalam
bukunya, Kitab al-Luma`, tentang ucapan Abi
Utbah al-Hilwani (salah seorang tabiin) tentang
kehidupan para sahabat:” Maukah saya
beritahukan kepadamu tentang kehidupan para
sahabat Rasulullah SAW? Pertama, bertemu
kepada Allah lebih mereka sukai dari pada
kehidupan duniawi. Kedua, mereka tidak takut
terhadap musuh, baik musuh itu sedikit
maupun banyak. Ketiga, mereka tidak jatuh
miskin dalam hal yang duniawi, dan mereka
demikian percaya pada rezeki Allah SWT.”

Anda mungkin juga menyukai