Anda di halaman 1dari 28

EARNING PER SHARE

(EPS)
Kelompok 4 : - Lela Ayu Lestari (1212019041)
- Nur Anisah (1212019053)
- Nurul Karomah (1212019059)
- Poni Melati A (1212019061)
- Salsabila Zalfa A (1212019076)
- Yesica Nur A (1212019086)
- Natasya Aprilia H.L (1212019091)
LABA PER SAHAM
Laba Per Saham (LPS) merupakan informasi mengenai berapa jumlah laba yang
dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa per lembarnya. LPS
menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga
menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Nilai LPS akan sangat tergantung pada
jumlah laba dan jumlah lembar saham yang beredar.
Perhitungan LPS Dasar untuk Perusahaan
dengan Struktur Modal Sederhana
 

Laba residual merupakan laba bersih dikurangi dengan dividen saham utama.
Dividen saham preferen meliputi :
1. Jumlah dividen dari saham preferen bukan kumulatif yang diumumkan bagi periode yang bersangkutan;
2. Jumlah dividen preferen kumulatif yang terakumulasi bagi periode yang bersangkutan, dividen tersebut sudah
atau belum diumumkan.
3. Jumlah dividen saham preferen kumulatif untuk periode bersangkutan tidak mencakup dividen saham utama
kumulatif periode lalu meskipun dividen tersebut diumumkan atau dibayar dalam periode kini.
Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar diperoleh dengan mengalikan jumlah saham yang
beredar selama jangka waktu tertentu dengan faktor pembobot waktu.
Jika perusahaan mengumumkan dividen untuk saham preferen saat terjadi kerugian bersih, maka
dividen saham preferen ditambahkan ke komponen kerugian bersih untuk menghitung kerugian per
saham.
Saham biasa dianggap sebagai saham beredar ketika :

1. Saham biasa yang diterbitkan melalui penjualan dengan kas diperhitungkan saat kas sudah
bisa diterima (when cash is receivable);
2. Saham biasa yang diterbitkan atas reinvestasi sukarela dari dividen saham biasa atau saham
utama diperhitungkan sejak tanggal pembayaran dividen;
3. Saham biasa yang diterbitkan sebagai hasil dari konversi instrument utang (misalnya
obligasi konversi) diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga (the date interest
ceases accruing);
4. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pengganti bunga atau pokok bagi instrument
keuangan lain diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga (the date interest ceases
accruing);
5. Saham biasa yang diterbitkan dalam rangka penyelesaian utang (settlement) perusahaan
diperhitungkan sejak tanggal penyelesaian tersebut;
6. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pembayaran atas perolehan aset bukan kas
diperhitungkan sejak tanggal perolehan tersebut diakui; dan
7. Saham biasa yang diterbitkan sebagai pembayaran atas jasa kepada perusahaan
diperhitungkan sejak jasa yang bersangkutan diterima perusahaan.
LPS pada Struktur Modal Sederhana
Jumlah Rata-rata Tertimbang Saham Beredar (Kasus Dividen Saham Dan Pemecahan
Saham)

“Apabila dalam satu periode ada perubahan jumlah saham beredar yang tidak
mengubah sumber daya, selain peristiwa konversi efek berpotensi saham biasa, maka
jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama satu periode dan untuk
seluruh periode sajian harus disesuaikan.” (par. 20)

Contoh :
1. Kapitalisasi laba (dividen saham) dan kapitalisasi agio saham yang dikenal sebagai penerbitan saham
bonus,
2. Unsur bonus dalam penerbitan saham lainnya,
3. Pemecahan saham (stock split), dan
4. Penggabungan saham (consolidation of stocks atau reverse of stock split).
LPS pada Struktur Modal Sederhana
Jumlah Rata-rata Tertimbang Saham Beredar (Kasus Dividen Saham Dan
Pemecahan Saham)

• Dividen saham dan pemecahan saham dianggap telah beredar sejak awal
tahun, sehingga diperlukan penyesuaian atas transaksi saham sebelumnya.
• Dividen saham atau pemecahan saham yang terjadi setelah akhir tahun tetapi
sebelum perusahaan menerbitkan laporan keuangan, tetap dilakukan
penyesuaian pada tahun tersebut (dan tahun sebelumnya jika ada informasi
pembanding).
Ilustrasi LPS Dasar dengan Struktur Modal Sederhana
PT STU menghasilkan laba tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan sebesar Rp580.000.000 dan
terdapat keuntungan tahun berjalan dari operasi yang dihentikan sebesar Rp240.000.000 (Setelah
dikurangi pajak). Selama periode berjalan, perusahaan mengumumkan dividen untuk pemegang saham
preferen sebesar Rp1.000 per lembar untuk 100.000 lembar saham preferen yang beredar.
Berikut informasi perubahan jumlah saham biasa yang beredar pada PT STU tahun 2014.
Tabel Perubahan Jumlah Saham

Tanggal Perubahan Jumlah Lembar Saham


Biasa
1 Januari Saldo awal 180.000
1 Mei Menarik kembali 30.000 lembar saham biasa (30.000)
    150.000
1 Juli Penambahan 300.000 lembar saham biasa karena 300.000
pemecahan saham (stock split 3 for 1)
    450.000
1 November Menerbitkan 50.000 lembar saham biasa untuk 50.000
memperoleh kas
1 Desember Saldo akhir 500.000
Berdasarkan informasi di atas, maka perhitungan jumlah rata-rata tertimbang saham adalah
sebagai berikut :

Tabel Perhitungan Jumlah Rata-Rata Tertimbang Saham


Tanggal Jumlah Saham Penyajian Faktor Pembobot Jumlah Rata-Rata
Beredar Kembali Tertimbang Saham
1 Jan – 1 Mei 180.000 3 4/12 180.000
1 Mei – 1 Jul 150.000 3 2/12 75.000
1 Jul – 31 Des 450.000   6/12 225.000
Jumlah rata-rata       480.000
tertimbang saham
yang beredar

Perhitungan : Jumlah Saham Beredar × Penyajian Kembali × Faktor Pembobot


Perhitungan laba per saham PT STU adalah sebagai berikut :

Tabel Perhitungan LPS Dasar

  Informasi Laba Jumlah Rata-Rata EPS


Tertimbang Saham
Laba tahun berjalan dari 580.000.000 – 100.000.000 480.000 1.000
operasi yang dilanjutkan = 480.000.000
tersedia untuk pemegang
saham
Keuntungan tahun berjalan 240.000.000 480.000 500
dari operasi yang
dihentikan
Laba tersedia untuk 720.000.000 480.000 1.500
pemegang saham
Perhitungan LPS Dilusian untuk Perusahaan dengan
Struktur Modal Kompleks
LPS Dasar digunakan sebagai informasi laba yang akan diperoleh oleh pemegang saham per lembar saham dimilikinya.
Apabila perusahaan memiliki sekuritas dilutif, maka berarti perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang relatif
kompleks sehingga penyajian LPS Dasar saja dapat memberikan informasi yang kurang akurat.

Dalam perhitungan LPS dilusian, laba residual dan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan
dengan memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif.

Perhitungan LPS Dilusian untuk perusahaan dengan struktur modal kompleks adalah sebagai berikut :

=   +/+ atau -/-


Penyesuaian atas Efek
LPS
berpotensi saham biasa
yang dilutif
LPS Dasar

LPS Dilusian
Perhitungan LPS Dilusian menyesuaikan LPS Dasar dengan Efek Berpotensi Saham
Biasa yang bersifat Dilutif. Beberapa efek berpotensi saham biasa yang bersifat
dilutive adalah sebagai berikut :
1. Opsi, waran, dan instrument keuangan sejenak.
2. Instrument yang dapat dikonversikan.
3. Saham yang dapat ditempatkan secara kontijen.
4. Kontrak yang dapat diselesaikan dengan saham biasa atau kas.
5. Opsi yang dibeli.
6. Opsi jual yang diterbitkan (written put options).
Dalam melakukan perhitungan LPS Dilusian, perlu dilakukan penyesuaian atas LPS Dasar,
yaitu dengan:
1. Penyesuaian terhadap laba residual (setelah pajak)
Penyesuaian terhadap laba residual dilakukan untuk beberapa hal berikut ini.
a. Setiap deviden dari efek berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif.
b. Bunga dari efek perpotensi saham biasa yang dilutif, yang diakui pada periode
bersangkutan.
c. Perubahan pendapatan atau beban yang timbul dari konversi efek berpotensi saham
biasa yang sifatnya dilutif.
2. Penyesuaian terhadap jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar
Penyesuaian terhadap jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar dilakukan dengan
menambah jumlah rata-rata tertimbang (dalam perhitungan LPS Dasar) dengan jumlah
rata-rata tertimbang saham yang akan diterbitkan dengan asumsi semua efek berpotensi
saham biasa dikonversikan menjadi saham biasa.
LPS pada Struktur Modal Kompleks
Sekuritas yang dapat dikonversi
Menggunakan metode “jika dikonversi” dengan asumsi :
1. Dikonversikan pada saat penerbitan sekuritas.
2. Eliinasi bunga terkait setelah pajak.

Dengan demikian, konversi sekuritas akan menyebabkan peningkatan bilangan penyebut


(rata-rata tertimbang saham beredar) dan akan meningkatkan pembilang (laba bersih).

Jika tarif konversi berubah selama periode sekuritas beredar, maka perusahan
menggunakan tarif konversi yang paling mengurangi proporsi ekuitas (paling dilutive).
LPS pada Struktur Modal Kompleks
Pengurangan ekuitas akibat penggunaan opsi dan waran
Menggunakan metode “saham treasuri” dengan asumsi:
1. Dikonversi pada saat penerbitan opsi/waran.
2. Perusahaan menerbitkan saham tambahan agar dapat membeli kembali saham untuk
opsi/waran.
Rumus penghitungan saham beredar tambahan :
Contoh Perhitungan Jumlah Saham Beredar
PT DES memiliki 1.500 opsi beredar dengan harga pelaksanaan Rp 300.000 dan harga
wajar saham yang akan diterbitkan adalah Rp 500.000.

Berapakah asumsi penambahan jumlah saham biasa yang beredar?

Penambahan jumlah saham biasa yang beredar:

= Harga Pasar – Harga Opsi × Jumlah Lembar Opsi


Harga Pasar
= Rp 500.000 – Rp 300.000 × 1.500 lembar opsi
Rp 500.000
= 600 lembar saham biasa
LPS pada Struktur Modal Kompleks
Sekuritas Antidilutive

• Di dalam penghitungan LPS, perusahaan perlu memisahkan sekuritas yang secara


individual benar-benar dilutive dengan yang antidilutive.
• Efek berpotensi saham biasa dianggap DILUTIF jika menurunkan laba bersih per
saham dari operasi normal berkelanjutan.
• Untuk menentukan efek dilutif digunakan laba bersih dari operasi normal dikurangi
dividen saham preferen.
• Efek berpotensi saham biasa bersifat ANTIDILUTIF jika meningkatkan LPS dari
operasi normal yang berkelanjutan, atau menurunkan rugi per saham dari operasi
normal yang berkelanjutan.
LPS pada Struktur Modal Kompleks
Sekuritas Antidilutive

• Perusahaan harus mengeluarkan sekuritas yang antidilutive dan tidak boleh


menggunakannya untuk menutupi sekuritas yang dilutive.
• Utang yang dapat dikonversi menjadi antidilutive jika persentase tambahan income dari
beban bunga setelah pajak lebih besar daripada persentase tambahan saham jika utang
dikonversi.
• Opsi atau waran menjadi antidilutive jika harga penggunaan opsi atau waran lebih
besar daripada harga pasar.
Sebelum masuk pada contoh perhitungan LPS Dilusian, perlu dipahami bahwa efek
berpotensi saham biasa dianggap dilutif hanya bila konversinya menjadi saham biasa akan
menurunkan laba bersih per saham meningkatkan rugi bersih per saham dari operasi
normal berkelanjutan. Perhitungan LPS Dilusian tidak dilakukan apabila efek berpotensi
saham biasa yang dimiliki perusahaan bersifat antidilutif.

Dalam perhitungan LPS Dilusian, efek berpotensi saham biasa yang antidilutif
DIABAIKAN. Urutan dalam mempertimbangkan efek berpotensi saham biasa dapat
memengaruhi keputusan apakah efek tersebut digolongkan dilutif atau tidak. Untuk
memaksimalkan dilusi dari LPS dasar, setiap penerbitan atau setiap seri penerbitan saham
harus dipertimbangkan dalam urutan mulai dari yang paling dilutif ke yang paling sedikit
sifat dilutifnya.
Ilustrasi LPS Dilusian
PT GHI memiliki beberapa informasi sebagai berikut.
1. Laba dari operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 16.400.000.
2. Dividen saham preferen sebesar Rp 6.400.000.
3. Rugi dari operasi yang tidak dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp 4.000.000.
4. Berdasarkan informasi di atas, maka laba dari operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada
pemegang saham biasa entitas induk adalah sebesar Rp 10.000.000 dan Laba yang dapat diatribusikan kepada
pemegang saham biasa entitas induk adalah sebesar Rp 6.000.000.
5. Saham biasa beredar 2.000.000 lembar.
6. Harga rata-rata saham biasa sepanjang tahun adalah Rp 75.

Berdasarkan informasi di atas maka LPS dasar PT GHI adalah sebesar Rp 3 ((Rp 12.400.000 – Rp
6.400.000)/2.000.000. PT GHI memiliki beberapa efek berpotensi saham biasa sebagai berikut.
1. Opsi: 100.000 lembar dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 60.
2. Saham preferen yang dapat dikonversikan: 800.000 saham dengan nilai par sebesar Rp 100 yang berhak atas
dividen kumulatif sebesar Rp 8 per saham. Setiap saham preferen dapat dikonversi menjadi dua saham biasa.
3. Obligasi konversi dengan bunga 5%: nilai nominal sebesar Rp 100.000.000. Setiap obligasi senilai Rp 1.000
dapat dikonversi menjadi 20 saham biasa. Tidak ada amortisasi premium atau diskon yang memengaruhi penepatan
beban bunga. Tarif pajak 40%.
Tahap untuk menghitung LPS Dilusian adalah sebagai berikut.
1. Untuk setiap efek berpotensi saham biasa, tentukan efek per lembar dengan
mengasumsikan efek tersebut dikonversi atau di dilaksanakan (untuk opsi).
2. Peringkat hasil perhitungan pada nomor 1 di atas dengan mengurutkan efek
yang paling kecil hingga yang terbesar efeknya terhadap LPS.
3. Dimulai dari LPS dasar, hitung kembali LPS dengan menambah dampak LPS
inkremental yang terkecil dari langkah ke-2. Apabila hasil kalkulasi
menghasilkan nilai LPS yang lebih rendah dari LPS dasar atau LPS sebelumnya,
maka lanjutkan rekalkulasi berikutnya untuk efek terkecil selanjutnya hingga
semua efek yang dimiliki diperhitungkan dalam LPS Dilusian. Apabila terdapat
efek yang memberikan dapat inkremental yang meningkatkan nilai LPS (efek
yang antidilutif) maka efek tersebut tidak diperhitungkan dalam perhitungan LPS
Dilusian.
Tabel Peningkatan Laba yang Dapat Diatribusikan kepada Pemegang
Saham Biasa atas Pengoversian Efek Berpotensi Saham Biasa
  Peningkatan Peningkatan Laba per
Laba Jumlah Saham Saham
(Rp) Biasa Inkremental
(Lembar) (Rp)
Opsi
Peningkatan laba Nil
Peningkatan saham yang diterbitkan tanpa
imbalan ((100.000 x (Rp 75 – Rp 60))/Rp 75) 20.000 Nil
Saham preferen yang dapat dikonversi
Peningkatan laba (Rp 800.000 x 100 x 0,08) 6.400.000
Saham inkremental (2 x 800.000) 1.600.000 4,00
Obligasi konversi dengan bunga 5%
Peningkatan laba (Rp 100.000.000 x 0,05 x 3.000.000
(1 - 0,40)) 2.000.000 1,5
Saham inkremental (100.000 x 20)
Berdasarkan tabel di slide sebelumnya, maka urutan dari dampak masing-masing
efek terhadap LPS inkremental adalah seperti berikut.

Dampak inkremental
1. Opsi Rp 0
2. Obligasi konversi dengan bunga 5% Rp 1,5
3. Saham preferen yang dapat dikonversi Rp 4
Berdasarkan urutan efek tersebut maka perhitungan LPS dilusian adalah
sebagai berikut.
Table Perhitungan LPS Dilusian
laba dari operasi
yang dilanjutkan
yang dapat
didistribusikan
kepada pemegang
Saham biasa Persaham (RP)
saham biasa entitas
induk
( angka kendali
dalam RP )
Sebagaimana 10.000.000 2.000.000 5
dilaporkan
opsi - 20.000
10.000.000 2.020.000 4,95 dilutif
Obligasi yang 3.000.000 2.000.000
dapat
dikonverasikan
dengan bunga 5%
13.000.000 4.020.000 3,23 dilutif
Saham preferen 6.400.000 1.600.000
yang dapat
dikonverasikan
19.400.000 5.620.000 3,45 antidilutif
Penyajian dan perhitungan antara LPS dasar dan LPS dilusian adalah sebagai berikut.

Table 15.8 perbandingan LPS dasar dan LPS dilusian

LPS Dasar (RP) LPS Dilusian (RP)


Laba dari operasi yang 5.00 3.23
dilanjutkan yang dapat
didistribusikan kepada
pemegang saham biasa
entitas induk .
Rugi dari operasi tidak (2,00) (0,99)
dilanjutkan yang dapat (RP.4.000.000/2.000.000) (RP.4.000.000/4.020.000)
didistribusikan kepada
pemegang saham biasa
entitas induk.
Laba yang dapat 3,00 2,24
didistribusikan kepada (RP.6.000.000 + ((RP.6.000.000+RP.3.000.000)/4.020.000)
pemegang saham biasa RP.3.000.000)/4.020.000)
entitas induk.
*

1. Kualitas LPS, LPS akan sangat bergantung pada jumlah laba yang dihasilkan
oleh perusahaan. Jumlah laba akan berpengaruh pada kebijakan akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan.

2. Tren LPS, investor perlu mempertimbangkan tren LPS dan


membandingkannya dengan tren industri.
Contoh Soal
1. PT ABC merencanakan pemberian kompensasi kepada 10 anggota direksi untuk
membeli saham masing-masing sebanyak 1000 lembar dengan nilai par Rp 600.
Opsi diberikan tanggal 1 Januari 2012 dan dapat digunakan selama 6 tahun ke
depan. Harga opsi per lembar saham adalah Rp 2000, dan harga pasar saham adalah
Rp 3000 per lembar. Nilai wajar beban kompensasi adalah Rp 16 juta. Perkiraan
masa bakti (expected period of benefit) direksi adalah 2 tahun lagi.
Tentukan :
a) Pencatatan saat pemberian opsi
b) Pencatatan beban kompensasi untuk 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2013
c) Pencatatan saat direksi menggunakan 40% hak opsi (4.000 lembar) pada tanggal
25 Februari 2015
d) Pencatatan ketika direksi tidak menggunakan hak opsi sampai tanggal
kadaluarsa
a) Tidak ada pencatatan saat tanggal pemberian opsi (1 Januari 2012)
b) Pencatatan beban kompensasi untuk 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2013

Beban Kompensasi Rp 8.000.000


Agio Saham - Opsi (16 juta / 2 tahun) Rp 8.000.000
c) Pencatatan saat direksi menggunakan 40% hak opsi (4.000 lembar) pada tanggal 25
Februari 2015

Kas (4.000 x Rp 2.000) Rp 8.000.000


Again Saham - Opsi (40% x 16 juta) Rp 6.400.000
Saham Biasa (4.000 x Rp 600) Rp 2.400.000
Agio Saham – Biasa (4.000 x Rp 3.000) Rp 12.000.000
d) Pencatatan ketika direksi tidak menggunakan hak opsi sampai tanggal kadaluarsa

Agio Saham - Opsi (60% x 16 juta) Rp 9.600.000


Agio Saham - Opsi Kadaluarsa Rp 9.600.000
2. PT ABC memiliki 1.600 opsi beredar dengan harga pelaksanaan $20 dan harga wajar saham yang akan diterbitkan
adalah $40. Jika diasumsikan berapakah penambahan jumlah saham biasa yang beredar?
Penambahan jumlah saham biasa yang beredar:
= Harga Wajar – Harga Opsi × Jumlah Lembar Opsi
Harga Wajar
= $ 40 – $ 20 × 1.600 lembar opsi
$ 40
= 800 lembar saham biasa

3. Perusahaan ABC memiliki Rp 2.000.000 saham yang beredar pada tahun 2017, laba bersih setelah pajak adalah Rp
2.000.000.000. Perusahaan C kemudian memutuskan untuk membagikan 20% dari dividen atau sekitar Rp
200.000.000 kepada pemegang sahamnya. Berapa EPS atau laba per sahamnya?
Diketahui : Jumlah Saham yang beredar = 2.000.000 lembar saham
Laba bersih setelah Pajak = Rp. 2.000.000.000,-
Dividen yang dibagikan = Rp. 200.000.000,-
Ditanya : Laba per Saham ?
Jawab : EPS = (Laba Bersih setelah Pajak  – Dividen)  / Jumlah Saham yang Beredar
= (Rp. 2.000.000.000 – Rp. 200.000.000) / 2.000.000
= Rp. 1.800.000.000 / 2.000.000
= Rp. 900,-
Jadi, Earning per Share dari PT. AACAB yaitu Rp. 900,-

Anda mungkin juga menyukai