Anda di halaman 1dari 15

PROSEDUR

TAHAPAN
EDITING
Apa yang harus dilakukan oleh seorang
editor bila menerima Rush Copy (materi
editing). Apakah langsung mengedit dan
memotong-motong materi tersebut ? Atau
ada tahapan lain yang harus dipenuhi agar
kerja editor menjadi efektif dan efisien ?

Rush copy / materi editing tersebut bila


sudah di tangan editor penamaannya
berubah menjadi work print.
1. SINKRONISASI
sinkronisasi gambar dan suara. Biasanya
digunakan pada produksi yang
menggunakan double system recording
(gambar dan suara terpisah). Tujuannya
agar editor bisa mendapatkan informasi
yang lengkap mengenai materi gambar
dan suaranya
2. SCREENING RUSHES
/ PREVIEW MATERI
Istilah rushes merupakan kependekan dari
rush copy yang merupakan terminologi dalam
produksi film. Pada dasarnya seorang
pembuat film (editor) WAJIB menonton
seluruh materi yang akan diedit. Tujuannya
tujuannya jelas yaitu agar sang editor
mengetahui materi yang dimilikinya, terutama
kelebihan dan kekurangan materi tersebut.
3. SELECTION SHOT
Ada dua tahap yang dilakukan pada saat
penyeleksian shot (materi).

a. Logging : pencatatan materi


b. No Good Cutting (NG Cutting)
pemisahan shot-shot yang tidak digunakan ke
dalam wadah yang tidak bercampur dengan
shot-shot yang akan kita gunakan dalam film
yang sedang diproduksi.
EDITING SCRIPT
Kita mengedit film dokumenter, materi yang
ada di skenario (script) seringkali ada
perbedaan dengan apa yang di dapat di
lapangan, sehingga agar memudahkan
dalam menjaga cerita dalam film tersebut,
maka pembuat film akan membuat editing
script yaitu naskah yang dibuat kembali
untuk menyesuaikan dengan materi yang
didapat saat shooting.
4. ASSEMBLY
Pada film cerita diartikan sebagai pengurutan seluruh
shot yang ada secara numerik (berdasarkan nomor
Slate / Clap). Artinya saat menyusun, clap / slate (head
shot) dan akhir shot-nya (tail) masih terlihat.

Namun dalam film dokumenter, assembly lebih


merupakan pengumpulan shot-shot dalam urutan
scene atau sequence yang akan kita edit.

Setelah assembly selesai dilakukan, sutradara dan


editor harus menonton bersama agar bisa didiskusikan
ide-ide yang muncul baik dari sutradara maupun dari
editornya.
5. ROUGH CUT
Editor sudah memotong shot-shot dari assembly dan
jukstaposisinya tidak selalu harus berurut seperti dalam
assembly, sebab tergantung pada kebutuhan action, dramatik
maupun cerita film yang dibuat.

Pada masa lalu saat menggunakan peralatan analog, titik


potong rough cut tidak persisi namun diberi lebihan supaya
editor dapat mempertimbangkan titik potong yang pas saat
fine cut. Rough cut juga bisa dibuat tidak sekali artinya
sebelum masuk ke fine cut, tahap ini bisa saja berulangkali
dilakukan hingga ada kesepakatan dengan sutradara dan
produser untuk melangkah ke tahap selanjutnya.

Setiap tahap selesai, sutradara baru boleh masuk ke ruang


editing untuk melakukan preview
6. FINE CUT
Editor sudah memotong shot-shot pada
titik potong yang presisi seperti yang
diinginkannya.

Setelah selesai, sutradara bisa masuk


ke ruang editing untuk melihat hasil fine
cut tersebut.
7. TRIMMING
Sebelum semua dinyatakan selesai (final edit), ada tahapan
yang dinamakan trimming (penajaman) di mana tahapan ini
secara dasar hanya melakukan penajaman terhadap (cutting
point) dari tiap-tiap potongan. Yang kepanjangan sedikit akan
dipotong dan yang kependekan akan ditambah.

Bila menggunakan alat manual, maka pada saat ini pulalah


dipastikan aakan menggunakan optical effect atau tidak,
sebab bila menggunakan, editor harus memberi tanda pada
pita seluloidnya.

Namun terkadang pada tahap ini pula seorang sutradara,


produser maupun editor akan mencoba melihat lagi persoalan
struktur, dengan harapan akan memperkuat aspek ceritanya.
8. FINAL EDIT
Ini bukan hasil akhir, sebab pemotongannya
masih berupa cut to cut. Mengapa harus cut
to cut, yaitu untuk menghindari penempatan
optical effect yang tidak tepat.

Istilah lain tahapan ini adalah picture lock


atau off-line di mana peristilahan tersebut
muncul karena adanya terknologi video dan
komputer.
9. REELING
Untuk film layar lebar yang masih menggunakan proyektor
manual dan misalkan durasi film tersebut panjang, maka
harus film tersebut harus dibagi menjadi beberapa reel (roll
/ gulungan) di mana 1 reel umumnya maksimal adalah
2.000 feet atau setara dengan rata-rata 20 menit. Namun
editor biasanya tidak selalu pas pada angka 20 menit
karena seringkali disesuaikan dengan ketepatan adegan
yang akan berganti.

Hal itulah mengapa saat reel film mau habis sering ada
tanda bercak yang berfungsi untuk kode bagi
proyeksionisnya.
Pada masa lalu (saat menggunakan
peralatan manual) setelah selesai di-reeling,
maka hasil tersebut diserahkan kepada dua
departemen, yaitu departemen suara untuk
dilakukan mixing suara dan diberikan
kepada laboratorium film untuk dilakukan
matching / negative cutting.

Namun bila teknologinya menggunakan


video, maka biasanya akan langsung
menuju proses On-line.
10. ON-LINE
Istilah off-line & on-line dikenalkan waktu ada teknologi
komputer. Off-line adalah pengeditan dengan resolusi
rendah dan hanya digunakan untuk mendapatkan hasil
editing yang diinginkan saja. Sedangkan on-line, di
mana isi data (materi dan bukan project) hasil off-line
dihapus dan diganti dengan data materi dengan
resolusi tinggi. Hal ini dilakukan untuk menyiasati
kapasitas hardisk yang terbatas.

Pada on-line ini pula, editor akan menambahkan


optical effect (dissolve, fade & wipe) dan juga sudah
bisa ditambahkan visual effect & animasi
CATATAN
Untuk mengedit film dokumenter,
pembuat film ibarat bermain PUZZLE,
sehingga perlu kecermatan dan
ketepatan dalam penempatan setiap
shotnya

Anda mungkin juga menyukai