Menurut Joseph M Bogs, film tak ubahnya bagaikan sebuah teta teki
jigsaw ( teka teki menyusun potongan-potongan gambar) yang ruwet,
sampai menjadi satu kesatuan yang terdiri dari berbagai ragam
komponen visual dan unsur suara.
Tahap Persiapan
– Menganalisa skenario dan berkonsultasi dengan sutradara untuk
mencapai penyesuaian penafsiran atas skenario dan prinsip-prinsip
dasar mengenai penyuntingan film.
– Memilih shot yang dipakai (OK) dan yang tidak (NG) atau masih perlu
dipilih (Choose) sesuai dengan catatan shooting report atau
penjelasan langsung sutradara.
– Melakukan penyuntingan pendahuluan untuk mendapatkan
penyesuaian konkrit atas konsep dasar editing yang diinginkan
bersama sutradara.
– Menyiapkan bahan gambar yang siap dipergunakan untuk pengisian
suara/ rekaman susulan (post Synchronizing).
– Menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara lengkap
dengan penjelasan mengenai macam gambar, nomor reel, informasi
panjang film dalam feet dan panjang (footage) gamabr (code number/
time code)
Tahap Pengerjaan/ Pembuatan.
– Berkonsultasi dengan sutradara dan penata suara
mengenai editing suara.
– Menyusun daftar jalur suara (cue Sheet) lengkap dengan
ukuran panjangnya, yang akan digunakan sebagai
pedoman mixing.
– Berkonsultasi dengan penata suara dalam melakukan
rekaman untuk melayani kebutuhan segala sesuatunya
atas gambar yang digunakan serta memberikan gagasan-
gagasan perekaman tersebut dalam hubungan dengan
penyuntingan.
– bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua
materi gambar dan suara yang diterimanya untuk
penyuntingan.
Hak-Hak Editor.
– Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan
penuturan dari yang terdapat dalam skenario guna mendapatkan
konstruksi yang lebih baik.
– Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah bahan
materi gambar maupun suara yang kurang.
– Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan
unsur suara atas dasar kepentingan penyuntingan.
– Memilih ruang editing (editing room) yang akan digunakan dan
mendapatkan sarana kerja dan pembantu (asisten) yang
dibutuhkan berdasarkan kewajaran.
– Didengar pendapatnya atas perubahan penyuntingan pada copy
edar (release copy).
Tanggung jawab Editor.
– Satuan dasar yang dipakai seorang editor adalah SHOT.
– Dengan jalan menyambung serentetan shot sehingga
keseluruhannya mengkomunikasikan suatu peran atau action
yang utuh yang berlangsung pada suatu tempat di suatu saat,
disini editor telah membentuk apa yang disebut dengan SCENE.
– Editor kemudian menyambung serentetan adegan (scene)
hingga membentuk suatu kesatuan yang disebut runtunan
(SQUENCE), yang merupakan bagian penting dari struktur
dramatik sebuah film.
Seorang editor harus berhasil melakukan setiap fungsi
sebagai berikut:
– Selektifitas (pemilihan)
Memilih shot terbaik diantara sejumlah pengambilan gambar
(take) yang dibuat oleh sutradara. Memilih bagian yang memiliki
efek visual dan suara yang paling kuat, efektif atau penting dan
membuang hasil shot yang buruk, yang tidak perlu atau tidak
penting.
– Keterpaduan (coherence) dan Kesinambungan (continuity)
Editor juga bertanggung jawab untuk menyambung potongan-
potongan gambar hingga menjadi sesuatu yang padu dan
berkesinambungan.
Transisi
Peralihan potongan gambar satu ke gambar berikutnya untuk
memberikan sambungan yang jelas antara bagian-bagian terpenting.
Transisi akan memberikan efek terhadap tempo film dan sifat transisi
yang terjadi. Beberapa efek transisi yang sering digunakan yaitu:
– Wife
Sebuah gambar baru dipisahkan dari gambar sebelumnya oleh
sebuah garis horisonta, vertikal atau diagonal yang bergerak
melintas layar untuk mendorong gambar yang ada diluar layar.
– Flipframe
Seluruh bingkai gambar seakan-akan terbalik dan
mengungkapkan adegan baru, sehingga kita memperoleh efek
seperti orang membalik halaman buku.
– Dissolve
Perpaduan bertahap dari akhir sebuah shot ke dalam awal hot
berikutnya, yang dihasilkan dengan jalan mendempetkan (super
impose) sebuah fade-out kedalam fade-in yang sama panjang,
atau dengan mendempetkan adegan yang satu ke adegan yang
lainnya.
– Fading
Fade-out Fade-in, gambar terakhir dari sekwen pertama
perlahan-lahan tenggelam dalam kegelapan untuk sesaat
kemudian disusul dengan semakij terangnya gambar sekwen
berikutnya.
– Cut to Cut
Sambungan langsung dari satu gambar ke gambar
berikutnya.
Irama-irama, tempo dan pengendali waktu
Irama adalah hasil dari gabungan berbagai faktor yang terpisah-
pisah, objek secara fisik yang bergerak di layar, gerakan kamera,
musik, irama dialog dan flot film itu sendiri, kesemua ini diramu
menjadi sebuah irama yang berpadu menjadi satu bagian yang utuh.
Irama yang diciptakan akan mempengaruhi tempo film. Film dapat
bergerak dengan cepat atau lambat, ini semua dibangun
berdasarkan alur cerita yang telah dikemas.
Penambahan waktu
Editing yang terampil dapat mengembangkan konsep waktu dengan
memasukan sejumlah shot detail yang saling berhubungan dalam
sebuah sekwen.
Penjajaran Kreatif
Editor terpanggil untuk berkomunikasi secara kreatif dalam sebuah
film. Dengan memberikan simbol-simbol atau perlambangan visual
sebenarnya, ini disebut juga montage. Montage dibangun dari
gambar-gambar terpisah yang menghasilkan sebuah gambaran
dengan sebagian melalui keterpaduan dan penjajarannya akan
membangkitkan kesadaran dan perasaan penonton.
Metode Editing
Continuity Cutting
Metode ini merupakan metode penyuntingan film yang berisi
penyambungan dari dua buah adegan yang mempunyai
kesinambungan.
DynamicCutting
Metode penyuntingan film yang berisi penyambungan dari dua buah
adegan yang tidak mempunyai kesinambungan.
Teknik Editing Film
Pararel Editing
Penyambungan dua buah adegan yang mempunyai persamaan
waktu, harus dirangkai silih berganti.
Cross Cutting
Penyambungan gambar yang di selang atau penyilangan dari dua
buah adegan dalam waktu yang tidak bersamaan.
Contras Editing
Susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan
atau lebih.
Montase Trope
Penyuntingan yang mempergunakan simbol atau perlambangan
sebagai pengganti visual yang sesungguhnya.
Editing Video
Editing film
Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk
mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang di edit.
Menyatukan potongan-potongan gambar, merekam voice over dan
musik. Dalam editing bisa juga editor menyatukan kegiatan off line
dan on line sekaligus asal didukung dengan hardware dan software
yang memadai.
Redigitize
Kemudian editor melakukan on line mengisi semua materi yang
harus sudah disatukan visual dan audio, termasuk mengisi visual
effect. Untuk penggunaan mesin yang berbeda antara off line dan on
line, proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list
(EDL), kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada
ketika membuat off line editing. Hal ini agar tidak terjadi perbedaan
AVR di dalam satu time line.
Audio Sweetening
Film sebagai sebuah karya audio visual, harus bermutu bukan saja
dari segi visual tapi juga dari segi audio. Untuk itulah diperlukan
proses audio sweetening. Pada tahap ini, kualitas audio dari gambar-
gambar yang dihasilkan ketika syuting diperbaiki lagi kualitasnya,
bahkan kalau ada yang sudah tidak bisa diperbaiki, maka diperlukan
pengambilan ulang audionya saja atau dikenal dengan istilah
dubbing (sulih suara).
Setting pixel aspect ratio memang tidak akan ditemui pada software-
software video editing praktis dan hanya akan diperlukan dalam
software video editing professional. Akan tetapi kemampuan untuk
mengetahui jenis file video berdasarkan kecepatan tampilan frame
setiap detiknya tetap diperlukan dalam setiap proses video editing,
bahkan sejak pengambilan gambar dilakukan.
Format video berdasarkan Kompresi
Pembagian format video yang juga popular adalah berdasarkan
kompresinya. Kompresi adalah metode pembentukan file video
melalui proses pengkodean ulang file video dengan menghilangkan
data sedudan untuk memperoleh ukuran file yang lebih kecil. Berikut
ini beberapa format video berdasarkan jenis kompresinya.