Alat Ukur Listrik: Berbagi Dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan

PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
ALAT UKUR LISTRIK
DEFINISI : ALAT UKUR ADALAH ALAT YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK

MENDAPATKAN / MENGETAHUI HASIL PERBANDINGAN ANTARA
SUATU / BESARAN (ALAT) YANG INGIN DIKETAHUI DAN STANDAR
YANG DIPAKAI
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai Perusa
PT PLN (PERSERO)
SYARAT – SYARAT ALAT UKUR LISTRIK
• ALAT UKUR TIDAK BOLEH MEMBEBANI / MEMPENGARUHI YANG DIUKUR

ATAU DISEBUT MEMPUNYAI IMPEDANSI MASUK YANG BESAR
• MEMPUNYAI KESEKSAMAAN YANG TINGGI, YAITU ALAT HARUS

MEMPUNYAI KETEPATAN DAN KETELITIAN YANG TINGGI (MEMPUNYAI
ACCURACY ERROR DAN PRECISION ERROR YANG TINGGI)
• MEMPUNYAI KEPEKAAN (SENSITIFITAS) YANG TINGGI, YAITU BATAS

INPUT SIGNAL YANG SEKECIL-KECILNYA SEHINGGA MAMPU
MEMBEDAKAN GEJALA-GEJALA YANG KECIL
• MEMPUNYAI STABILITAS YANG TINGGI SEHINGGA MENOLONG DALAM

PEMBACAAN DAN TIDAK TERGANGGU KARENA KEADAAN YANG TIDAK
DIKEHENDAKI
• KEMAMPUAN BACA (READIBILITAS) YANG BAIK, HAL INI BANYAK

TERGANTUNG DARI SKALA DAN ALAT PENUNJUKNYA SERTA PIRANTI
UNTUK MENGHINDARI KESALAHAN PARALAK
• KEMANTAPAN (RELIABILITAS) ALAT YANG TINGGI, YAITU ALAT YANG

DAPAT DIPERCAYA KEBENARANNYA UNTUK JANGKA WAKTU YANG
LAMA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_ Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai Perusa
PT PLN (PERSERO)
KLASIFIKASI KESALAHAN
 KESALAHAN SISTEM (SYSTEMATIC ERROR) DISEBUT PULA KESALAHAN

TETAP :
• KESALAHAN KALIBRASI, YAITU PADA WAKTU PENERAAN SEMULA,

SEHINGGA HARGA SKALANYA TIDAK BENAR ATAU KARENA SUATU
HAL MISAL TEMPERATUR, KELEMBABAN YANG TIDAK SESUAI
DENGAN KONDISI DI KALA PENERAAN
• KESALAHAN MANUSIA (HUMAN ERROR), YAITU SI PENGUKUR DAPAT

MENYEBABKAN KESALAHAN TERTENTU, MISALNYA ADANYA
PARALAK, OPTIMISME ATAU PASIMISME. HAL INI DAPAT
DITANGGULANGI DENGAN PENGUKURAN ULANG ATAU PENGUKUR
YANG LAIN
• EXPERIMENTAL ERROR, YAITU KESALAHAN YANG DIAKIBATKAN

KARENA CARA PENGUKURAN YANG SALAH
• KESALAHAN TEKNIK (ERROR OF TECHNIQUE), YAITU KESALAHAN

YANG DIAKIBATKAN OLEH ADANYA BAGIAN ALAT UKUR YANG
BEKERJA TIDAK SEMESTINYA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
KLASIFIKASI KESALAHAN
 KESALAHAN SISTEM (SYSTEMATIC ERROR) DISEBUT PULA KESALAHAN

TETAP :
• KESALAHAN KALIBRASI, YAITU PADA WAKTU PENERAAN SEMULA,
SEHINGGA HARGA SKALANYA TIDAK BENAR ATAU KARENA SUATU
HAL MISAL TEMPERATUR, KELEMBABAN YANG TIDAK SESUAI
DENGAN KONDISI DI KALA PENERAAN
• KESALAHAN MANUSIA (HUMAN ERROR), YAITU SI PENGUKUR DAPAT
MENYEBABKAN KESALAHAN TERTENTU, MISALNYA ADANYA
PARALAK, OPTIMISME ATAU PASIMISME. HAL INI DAPAT
DITANGGULANGI DENGAN PENGUKURAN ULANG ATAU PENGUKUR
YANG LAIN
• EXPERIMENTAL ERROR, YAITU KESALAHAN YANG DIAKIBATKAN
KARENA CARA PENGUKURAN YANG SALAH
• KESALAHAN TEKNIK (ERROR OF TECHNIQUE), YAITU KESALAHAN
YANG DIAKIBATKAN OLEH ADANYA BAGIAN ALAT UKUR YANG
BEKERJA TIDAK SEMESTINYA
• KESALAHAN STATISTIK (RANDOM ERROR), KESALAHAN INI
DISEBABKAN KARENA SESUATU HAL YANG TIDAK DIKETAHUI DARI
LUAR DAN TIMBULNYA TIDAK MENENTU. KARENA SUMBERNYA
TIDAK DIKETAHUI, MAKA KESALAHAN JENIS INI TIDAK DAPAT
DIHILANGKAN DAN HANYA DAPAT DIPERKIRAKAN DENGAN CARA
STATISTIK
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
 KESALAHAN KARENA SALAH (ILLEGITIMATE ERROR)
KESALAHAN INI ADALAH MEMANG BERSIFAT KESALAHAN DAN

SUMBERNYA DAPAT DIKETAHUI :
• BLUNDER : YAITU KESALAHAN YANG BODOH DAN SEBETULNYA

TIDAK PERLU TERJADI
• COMPUTATIONAL ERROR : YAITU KESALAHAN DALAM CARA

MENGHITUNGNYA
• CHAOTIC ERROR : YAITU KESALAHAN YANG DIAKIBATKAN OLEH

KARENA ADANYA GANGUAN KEADAAN ATAU SARANA / PRASARANA
PENGUKURAN
MISALNYA GANGGUAN LISTRIK, HALILINTAR, GETARAN YANG KERAS

DAN LAIN-LAIN DAN CARA MENGATASINYA ADALAH MENGISOLIR
ALAT UKUR TERHADAP GANGGUAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
 KELAS KESALAHAN METER
 METER DENGAN KESALAHAN 0,1 S.D. 0,5 (1) % ATAU DISEBUT

METER DENGAN KELAS 0,1 S.D. 0,5 (1) DISEBUT JUGA METER PRESISI
TINGGI DIGUNAKAN DI LABORATORIUM (PERALATAN STANDAR
PENERAAN)
 METER DENGAN KESALAHAN KESALAHAN 1,5 S.D. 2,5 DISEBUT

METER DENGAN PRESISI MENENGAH UNTUK PENGUKURAN PADA
PELANGGAN KHUSUS (INDUSTRI)
 METER DENGAN KESALAHAN DI ATAS 2,5 % DISEBUT METER PRESISI

RENDAH DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN PADA KONSUMEN UMUM
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PENUNJUKAN ALAT UKUR
 ALAT UKUR ANALOG : YAITU ALAT UKUR YANG MEMPUNYAI

PENUNJUK BERPUTAR DI ATAS SUATU SKALA YANG DIKALIBRASI
1. METER CORRECTOR
2. RANGE SELECTOR
SWITCH
3. TERMINAL POSITIP
4. TERMINAL NEGATIP
5. OUT PUT TERMINAL DC
AMPERE
6. TERMINAL KHUSUS 12 A
7. PENUNJUK
8. CERMIN UNTUK
MENGHILANGKAN
PARALAK
9. KACA PENUTUP
10. PENYETEL POSISI JARUM
(NOL)
11. PEMBALIK POLARITAS
12. KOTAK BAGIAN
BELAKANG
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
 ALAT UKUR DIGITAL : YAITU ALAT UKUR YANG MEMPUNYAI ALAT

PENUNJUK / PERAGA DITUNJUKKAN DENGAN ANGKA-ANGKA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
PRINSIP KERJA ALAT UKUR
 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK UNTUK PEMAKAIAN (BUKAN UNTUK

LABORATORIUM) ANTARA LAIN BERUPA KWH, KVARH, KW / KVA
MAKSIMUM, VOLT METER DAN AMPER METER
 PRINSIP KERJA YANG PALING BANYAK DARI ALAT – ALAT UKUR

TERSEBUT ADALAH :
 KWH DAN KVARH METER : SISTEM INDUKSI

 KW / KVA MAKSIMUM METER : SISTEM ELEKTRO DINAMIS
 VOLT METER : SISTEM ELEKTRO MAGNIT
 AMPER METER : SISTEM ELEKTRO MAGN IT
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
SISTEM ELEKTRO DINAMIS
SIMBOL
1. KUMPARAN DIAM UNTUK ARUS
LISTRIK
2 2. KUMPARAN BERGERAK UNTUK

TEGANGAN
3. BESI MAGNIT TAPAK KUDA
KUMPARAN 1 DILALUI ARUS LISTRIK,
MAKA PADA UJUNG-UJUNG BERISI
1 MAGNIT TAPAL KUDA AKAN TIMBUL
KUTUP MAGNIT
BILA KUMPARAN 2 DALALUI ARUS
LISTRIK, MAKA AKAN BERADA
3 DIANTARA KUTUP-KUTUP MAGNIT
PADA HUKUM / KAIDAH TANGAN KRI
DINYATAKAN BILA SUATU
PENGHANTAR DILALUI ARUS LISTRIK
BERADA DIANTARA KUTUB MAGNIT,
S + U
MAKA AKAN TIMBUL KOPEL GERAK
KOPEL GERAK TERSEBUT DIGUNAKAN
UNTUK MENGGERAKKAN JARUM
PENUNJUK BESARNYA KOPEL GERAK
SEBANDING DENGAN BESARNYA ARUS
YANG MENGALIR PADA KUMPARAN
ARAH KOPEL GERAK TERGANTUNG
KUTUP MAGNIT PADA KUMPARAN DIAM
DAN ARAH ARUS PADA KUMPARAN
S U BERGERAK
+

PT PLN (PERSERO)
SISTEM ELEKTRO MAGNIT
SIMBOL
1. KUMPARAN
2. BATANG BESI MAGNIT TETAP
3. BATANG BESI MAGNIT BERGERAK
BILA KUMPARAN (1) DILALUI ARUS

LISTRIK MAKA BATANG BESI MAGNIT
AKAN TERINDUKSI DAN MENJADI
1 MAGNIT KUTUP-KUTUP MAGNIT YANG
TERJADI PADA BATANG TETAP DAN
BATANG BERGERAK ADALAH SAMA
SEHINGGA TIMBUL GAYA TOLAK
MENOLAK
2 BESARNYA GAYA TOLAK MENOLAK
SEBANDING DAN BESARNYA
TEGANGAN / ARUS YANG DIALIRKAN
3 KE KUMPARAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PRINSIP KERJA KWH METER
• PIRINGAN DARI BAHAN LOGAM RINGAN (ALUMUNIUM) YANG DIPASANG

PADA POROS, BERADA DIANTARA KUMPARAN ARUS DAN TEGANGAN
• INDUKSI KUMPARAN ARUS PADA PIRINGAN MENIMBULKAN GGL DAN

ARUS INDUKSI
• INDUKSI KUMPARAN TEGANGAN MENYEBABKAN INTINYA MENJADI

MAGNIT DENGAN ADANYA ARUS DAN MEDAN MAGNIT, MAKA PADA
PIRINGAN TERJADI KOPEL GERAK
• KARENA PIRINGAN BERBENTUK BULAT SIMETRIS DAN BERTUMPU PADA

POROS, KOPEL GERAK MENYEBABKAN PIRINGAN BERPUTAR
• KECEPATAN PUTARAN PIRINGAN SEBANDING DENGAN BESARNYA

TEGANGAN PADA KUMPARAN TEGANGAN, BESARNYA ARUS PADA
KUMPARAN ARUS DAN PERBEDAAN SUDUT ANTARA TEGANGAN DAN
ARUS (FAKTOR DAYA) YANG DITIMBULKAN OLEH BEBAN YANG DIUKUR
• BANYAKNYA PUTARAN DIHITUNG OLEH ALAT HITUNG (REGISTER) YANG

DIGERAKKAN OLEH RODA GIGI YANG DIPUTAR OLEH POROS
• SEJUMLAH PUTARAN SESUAI DENGAN KONSTANTANYA
DIKALIBRASIKAN DALAM SATUAN KILO WATT JAM DISINGKAT DENGAN
KWH ATAU KILO VOLT AMPERE REAKTIF JAM DISINGKAT KVARH
1. KUMPARAN ARUS
2. PIRINGAN
3. KUMPARAN TEGANGAN
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
KWH METER
ADALAH ALAT / INSTRUMEN UKUR SEBAGAI PENJUMLAH PEMAKAIAN

ENERGI AKTIP
SIMBOL KWH METER
WH
MERUPAKAN HASIL PERKALIAN DAYA AKTIP DENGAN WAKTU RUMUS :
ENERIGI AKTIP = P(WATT) X t (JAM)
ATAU
ENERGI AKTIP HASIL PERKALIAN TEGANGAN, ARUS, FAKTOR DAYA DAN

WAKTU = V(VOLT) X I(AMPER) X COS  X t (JAM)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
1. POROS
2. RODA GIGI PEMUTAR ALAT HITUNG (REGISTER)
3. KUMPARAN TEGANGAN
4. PIRINGAN
5. KUMPARAN ARUS
6. TERMINAL BLOK
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
ARAH PUTARAN KWH METER
ARAH PUTARAN PIRINGAN KE KANAN
S U
u s
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
ARAH PUTARAN PIRINGAN KE KIRI
U S
s u
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
KWH METER 3 FASA
MERUPAKAN GABUNGAN KWH SATU FASA SEBANYAK 3 (TIGA) BUAH

MENGHASILKAN PUTARAN YANG BEKERJA PADA SATU POROS, PIRINGAN
BERJUMLAH 3 BUAH ATAU SATU BUAH SAJA
DIAGRAM LISTRIK KWH METER 3 FASA
2 5 8 10 11
1 3 4 6 7 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
DIASUMSIKAN BEBAN SEIMBANG
LATIHAN.
1. KEARAH MANA PUTARAN PIRINGAN KWH METER ?
……………………………………………………………………………………………….
2. BERAPA BESAR ENERGI AKTIP YANG TERUKUR ?
……………………………………………………………………………………………….
R
S
T
N

……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….
R
S
T
N
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)

……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….
R
S
T
N

……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….
R
S
T
N
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)

……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….
R
S
T
N
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
ADALAH ALAT / INSTRUMEN UKUR SEBAGAI PENJUMLAH PEMAKAIAN

ENERGI REAKTIP
SIMBOL KVARH
KVARH
MERUPAKAN HASIL PERKALIAN DAYA REAKTIP DAN WAKTU ENERGI

REAKTIP = Q (VAR) X t (JAM)
ATAU HASIL PERKALIAN TEGANGAN, ARUS, SIN  DAN WAKTU ENERGI

REAKTIP = V (VOLT) X I (AMPER) X COS  X t (JAM)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
PRINSIP KERJA KVARH METER
 PADA DASARNYA CARA KERJA KVARH METER SAMA DENGAN KWH

METER, TETAPI DENGAN REKAYASA TERTENTU YAITU MERUBAH
PERBEDAAN SUDUT ANTARA KUMPARAN ARUS DAN TEGANGAN
 ENERGI REAKTIP MERUPAKAN ENERGI YANG BERBENTUK MEDAN

MAGNIT, SEHINGGA TIDAK DAPAT MENIMBULKAN KOPEL GERAK
 YANG DAPAT MENIMBULKAN KOPEL GERAK ADALAH ENERGI AKTIP
 KVARH METER SEBENARNYA ADALAH KWH METER DIMANA NILAINYA

KWH YANG TERUKUR SAMA DENGAN BESARNYA ENERGI REAKTIP YANG
DIUKUR DARI BEBAN
R R
S N
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
Vp
Ir
r
S Vt Vs
DAYA AKTIP PADA BEBAN :

Vr x Ir x COS 
DAYA REAKTIP PADA BEBAN = Vr x Ir x SIN 
DAYA AKTIP TERUKUR = Vr x Ir X COS 
KESIMPULAN
BEBAN REAKTIP SAMA DENGAN BEBAN AKTIP BILA COS  = SIN  ATAU SUDUT  = 450
Vr
Ir
r
S Vt Vs
DAYA AKTIP PADA BEBAN = Vr x Ir x COS 
DAYA REAKTIP PADA BEBAN Vr x Ir x SIN 
DAYA AKTIP TERUKUR = Vs x Ir x COS (270 - ) Vr x Ir
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
Vr
Ir
r
R
Vs-t
N
Vt Vs
S
DAYA AKTIP PADA BEBAN Vr x Ir x COS 

DAYA REAKTIP PADA BEBAN
Vr x Ir x SIN 
DAYA AKTIP YANG TERUKUR
Vs – t x Ir x COS (270 + )
(Vr x 3) x Ir x SIN 
KESIMPULAN :
BESARNYA DAYA AKTIP YANG TERUKUR SAMA DENGAN DAYA REAKTIP
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
KVARAH 3 FASA
R
Ir
S
Is
T
It
N
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
Vr Ir
 DAYA YANG TERUKUR :
Ir x Vst x COS (2700 + ) = Ir x Vr x

3 x SIN 
Vs-t
Is x Vtr x COS (2700 + ) = Is x Vs x
3 x SIN 
2700 + 
It x Vrs x COS (2700 + ) = It x Vt x
Vt Vs
3 x SIN 
JIKA Ir = Is = It = I
Vr
Vr = Vs = VL = V
MAKA
DAYA YANG TERUKUR =

27
0
0
3 x I x V x 3 x SIN 
+

DAYA TERSEBUT MERUPAKAN

DAYA REAKTIP
Vt 
Vrs
Is Vs
Vtr
2700 + 
It

Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
R
S
N
Vr
Ir
Vr
0  
90
Vt-s
Vr-t
It Vt Vs

900 +  Vr
Vt
900 + 
Vs
Is
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
DAYA YANG TERUKUR
BILA Ir = Is = IL = I
Vs-r = Vr-t = Vt-s = V
MAKA DAYA YANG TERUKUR MENJADI
3 x I x V x COS (900 + ) = 3 x I x V x SIN 
COS (900 + ) BERADA PADA NILAINYA SAMA DENGAN DAYA

KWADRAN II BERARTI NILAINYA REAKTIP BEBAN
NEGATIP MAKA PUTARAN
PIRINGAN TERBALIK
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PEMASANGAN ALAT UKUR
SAMBUNGAN LANGSUNG
PEMASANGAN ALAT UKUR DENGAN SAMBUNGAN LANGSUNG ATAU TANPA

MENGGUNAKAN TRAFO UKUR MASING-MASING UNTUK AMPERE METER DAN
VOLT METER DAPAT DILAKUKAN DENGAN KETENTUAN SEBAGAI BERIKUT :
a. ALAT UKUR DIPILIH SESUAI DENGAN BESARNYA VARIABLE YANG AKAN

DI UKUR
b. VARIABLE YANG AKAN DIUKUR TIDAK MELEBIHI BATAS UKUR ALAT
c. CARA PENYAMBUNGAN YANG BENAR
MENUNJUKAN 1,59 A
1 2 3 4
PLN 220 VOLT 5
AMPER METER
0
350 W / 220 V
SIRKIT SAMBUNGAN AMPERE METER


A
A-METER SETRIKA
PLN 110 V
350 WATT
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
250
500
0
PLN 220 VOLT V
VOLTMETER
MENUNJUKAN 220 VOLT
CARA PEMASANGAN VOLTMETER
SIRKIT SAMBUNGAN VOLT METER
V Volt meter
~ 0
PLN 220 WATT
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
SAMBUNGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMATOR UKUR
PEMASANGAN ALAT UKUR DENGAN MENGGUNAKAN TRAFO UKUR

DIPERLUKAN BILA BATAS UKUR ALAT, LEBIH KECIL DIBANDINGKAN
DENGAN VARIABLE YANG AKAN DIUKUR, PADA GAMBAR DIPERLIHATKAN
PENGUKURAN ARUS DAN TEGANGAN PADA PEMBEBANAN SUATU MOTOR
LISTRIK SATU FASE YANG MEMPUNYAI DATA SESUAI TABEL
MOTOR BATAS TRAFO UKUR

ALAT UKUR
LISTRIK UKUR (PT/CT)
TEGANGAN 220 V VOLT METER 100 V 220/110 V
ARUS 100 A AMP. METER 5A 100/5 A
PT = TRAFO TEGANGAN
CT = TRAFO ARUS
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
P1
S1
A V
S2
P2
TS 100/ 5 A
U u
V v
TP 220 / 110 V
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
DIAGRAM PENGAWATAN
PLN 220 V
A V
P1 S1
CT 100 / 5 A
P2 S2
PT 220 / 100 V
U u
V v
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PEMBACAAN ALAT UKUR

AMPERE METER YANG SEDERHANA (YANG DIGUNAKAN DI PANEL)
MEMPUNYAI HANYA SATU BATAS UKUR, SATU BATAS SKALA DAN SATU
JARUM PENUNJUK.
2 3
1 4
BATAS UKUR = BATAS SKALA = 5 A
0 5
A
JARUM PENUNJUK
AMPERE METER UNTUK KONTROL MEMPUNYAI BEBERAPA BATAS UKUR

DAN SATU ATAU BEBERAPA BATAS SKALA, SEBAGAI BERIKUT :
CONTOH
4 5 6
3 7
2 8 SKALA
1 9
C1 = 2A
0 10
A C2 = 5A
JARUM PENUNJUK C3 = 10A
C4 = 15A
0 2 5 10 15
BATAS UKUR
(KALIBRASI)
BATAS UKUR YANG DIPAKAI (C1) x PENUNJUK JARUM (T)

BESAR ARUS LISTRIK (I) =
BATAS SKALA MAKSIMUM YANG DIGUNAKAN (S)
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
WATT METER UNTUK KONTROL MEMPUNYAI BANYAK BATAS UKUR

TEGANGAN (Cu), BANYAK BATAS UKUR ARUS (Ci), SATU SKALA (S) DAN
SATU JARUM PENUNJUK DENGAN SIMBOL PENUNJUKKAN (T)
40 50 60
30 70
20 80 SKALA = S
10 90
0 100
W
JARUM PENUNJUK = T
0 1 5 0 150 300
BATAS UKUR / KALIBRASI ARUS C1 BATAS UKUR / KALIBRASI

TEGANGAN (CU)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
ALAT UKUR YANG MENGGUNAKAN BATAS UKUR

DIPERLIHATKAN PADA GAMBAR DI BAWAH SEBUAH VOLT METER YANG
MENGGUNAKAN BATAS UKUR 0 – 150 V – 300 V
40 50 60
30 70
20 80
10 90 SKALA = S
0 100
V
JARUM PENUNJUK
0 150 300
BATAS UKUR
(KALIBRASI)
C1 = 150 V, C2 = 300 V
BATAS UKUR (Cu) x PENUNJUK JARUM (T)

TEGANGAN ( V ) =
BATAS SKALA MAKSIMUM (S)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
CONTOH PEMAKAIAN VOLT METER DENGAN DATA :

BATAS UKUR = 300 VOLT
SKALA MAKSIMUM = 150 VOLT
PENUNJUKAN JARUM = 110 VOLT
MAKA TEGANGAN YANG SEBENARNYA DAPAT DITENTUKAN
75
45 105
15 135 DISINI TERBACA
0
V
150
T = 110
CONTOH PEMAKAIAN
0 150 300
SUMBER
Cu x T 300 x 100
MAKA ( V ) = ------------------------- = ------------------------- = 220 VOLT
S 150
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
CONTOH PEMAKAIAN AMPERE METER DENGAN DATA :

BATAS UKUR = 2A
SKALA MAKSIMUM = 10
PENUNJUKAN JARUM = 2,5 A
MAKA YANG SEBENARNYA DAPAT DITENTUKAN :
4 5 6
3 7
8
2 9
BATAS SKALA
0
A
10
MAKSIMUM :
PENUNJUK JARUM (TERBACA) S = 10
T = 25
BATAS UKUR
YANG
DIGUNAKAN
0 2 5 10 15
C1 = 2A
C1 x T 2 x 2,5
I = --------------------- = ----------------------- = 0,5 A
S 10
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PADA PEMAKAIAN WATT METER UNTUK MENGUKUR DAYA YANG DISERAP

OLEH SEBUAH LAMPU SESUAI GAMBAR DI BAWAH TERCATAT SEBAGAI
BERIKUT :
BATAS TEGANGAN = 300 VOLT
BATAS UKUR ARUS = 1 AMP
SKALA MAKSIMUM = 100
PENUNJUKAN JARUM = 50 W
BERAPA DAYA (P) YANG DISERAP OLEH LAMPU TERSEBUT :
40 50 60
30 70
20 80
W
10 90
0 100
0 1 5 0 150 300
BATAS UKUR TEGANGAN x BATAS UKUR ARUS x PENUNJUKAN

BESARNYA DAYA = ---------------------------------------------------------------------------
BATAS SKALA MAKSIMUM
Cu x Ci x T
Pw = --------------------
S
300 x 1 x 50
Pw = -------------------- = 150 WATT
100

PT PLN (PERSERO)
PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAYA DAN FAKTOR DAYA BEBAN :

TUGAS : 1. CATAT SEMUA DATA TEKNIS DARI ALAT YANG DIGUNAKAN
DALAM PERCOBAAN
2. MEMASANG RANGKAIAN
3. MENGUKUR BESARAN LISTRIK TERHADAP MACAM-MACAM
BEBAN
4. MENGHITUNG BESARNYA FAKTOR DAYA
5. MEMBUAT KESIMPULAN HASIL PERCOBAAN
RANGKAIAN PERCOBAAN :
R XL XC
GAMBAR.
RANGKAIAN PERCOBAAN PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN & DAYA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PELAKSANAAN PERCOBAAN :
1. BUATLAH RANGKAIAN PERCOBAAN SEBAGAIMANA GAMBAR 1.1.
2. MASUKKAN TEGANGAN SUMBER
3. MASUKKAN BEBAN SECARA BERGANTIAN DAN CATAT HASIL
PENUNJUKAN METER
4. MASUKKAN BEBAN KOMBINASI & CATAT HASIL PENUNJUKAN
METER
HASIL PENGAMATAN
TEGANGAN ARUS DAYA FAKTOR
JENIS BEBAN
(VOLT) (AMPER) (WATT) DAYA
R
XL
XC
R // XL
R // XL // XC
5. LEPASKAN SUMBER TEGANGAN SETELAH PENGUKURAN SELESAI

6. HITUNG FAKTOR DAYA SETIAP JENIS BEBAN
7. BUATLAH KESIMPULAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
TRAFO UKUR
 ADALAH TRAFO YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCATU INSTRUMEN

UKUR, PENGAMAN DAN KONTROL
 CARA KERJANYA ADALAH MEMPERKECIL BESARAN ARUS ATAU

TEGANGAN DENGAN PERBANDINGAN TERTENTU DAN
MENGISOLASIKAN TERHADAP TEGANGAN KERJANYA DAN
PERGESERAN FASA DENGAN SUDUT MENDEKATI NOL UNTUK ARAH
HUBUNGAN YANG SESUAI
 MACAM – MACAM TRAFO UKUR :
– TRAFO ARUS (CT)
– TRAFO TEGANGAN (PT)
 KOMPONEN PADA TRAFO UKUR :
– BELITAN PRIMER
– BELITAN SEKUNDER
– SIRKIT SEKUNDER
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
TRAFO ARUS
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
TRAFO ARUS (CT)
 KONSTRUKSI TRAFO ARUS

A. JENIS LILITAN
B. JENIS TUSUKAN
C. JENIS JENDELA
 PENGENAL CT
 ARUS PRIMER
10 - 12,5 – 15 – 20 – 25 – 30 – 40 – 50 – 60 – 75 AMPER DAN
KELIPATANNYA
 ARUS SEKUNDER
1 – 2 5 AMPER, 5A LEBIH DISUKAI
 KELUARAN
2,5 – 5 10 – 15 – 30 VA
CT PEMAKAIAN KHUSUS > 30 VA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
1. FUNGSI
 MENTRANSFORMASIKAN DARI ARUS YANG BESAR KE ARUS YANG
KECIL GUNA PENGUKURAN ATAU PROTEKSI
 SEBAGAI ISOLASI SIRKIT SEKUNDER DARI SISI PRIMERNYA
 MEMUNGKINKAN PENGGUNAAN STANDAR ARUS PENGENAL
UNTUK ALAT SISI SEKUNDERNYA
CONTOH : 2000 / 5 A, 300 / 1 A
2.000 A DAN 300 A = IP MERUPAKAN ARUS PRIMER
5 A DAN 1 A = IS MERUPAKAN ARUS SEKUNDER
IP N2 N2 >> N1 (N1 JUMLAH LILITAN PRIMER)
------ = ------- = kct N2 JUMLAH LILITAN SEKUNDER
IS N1
kct : PERBANDINGAN TRANSFORMASI NILAI YANG KONSTAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
2. STANDARD TRAFO ARUS & TRAFO TEGANGAN
a. IEC IEC 185 : 1987 CTs

IEC 44-6 : 1992 CTs
IEC 186 : 1987 CTs
b. EUROPEAN BS 7625 PTs
BS 7626 CTs
BS 7628 CT
AND PT
c. BRITISH BS 3938 : 1973 CTs
BS 3941 : 1975 PTs
d. AMERICAN ANSI C51.31.1978 CTs AND PTs
e. CANADIAN CSA CAN 3-C13-M83 CTs AND PTs
g. AUSTRALIAN AS 1675-1986 CTs
h. INDONESIA SNI
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
3. DUA KELOMPOK DASAR TRAFO ARUS
a. TRAFO ARUS UNTUK PENGUKURAN

- MEMPUNYAI KETELITIAN TINGGI PADA DAERAH KERJA (DAERAH
PENGENALNYA)
- CEPAT JENUH
b. TRAFO ARS UNTUK PROTEKSI

- MEMPUNYAI DAERAH KETELITIAN YANG LUAS
- TIDAK CEPAT JENUH
KINERJA RELAI TERGANTUNG DARI TRAFO YANG DIGUNAKAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
4. KONSTRUKSI TRAFO ARUS
SISI PRIMER MERUPAKAN BATANG
SISI PRIMER MERUPAKAN BELITAN
PRIMARY
SECONDARY
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
TIPIKAL TRAFO ARUS DENGAN BATANG PADA SISI PRIMER 1000 / 1 A
1000 TURNS SEC ?
RELAY
1A?
1000 A ?
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PENGENAL TRAFO ARUS
PENGENAL PRIMER : 10 – 12,5 – 12 – 20 – 25 – 30 – 40 – 50 – 60 – 75 – 80 A

DAN KELIPATAN 10
PENGENAL SEKUNDER : 1 – 2 – 5 A
TRAFO ARUS DENGAN 2 PENGENAL PRIMER
CONTOH : 500 – 1000 / 5A
a. PRIMER SERI DAN PARALEL RANGKAIAN PARALEL : 1000 / 5
b. SEKUNDER DI TAP RANGKAIAN : 500 / 5A
P1 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
P2
S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S3 S1 S2 S3
P1 P2
S1 S2 S3
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
TRAFO ARUS DENGAN MULTI RATIO

CONTOH : 100 - 200 - 300 - 400 - 500 - 1000 / 5 A
TRAFO ARUS INI BANYAK DIGUNAKAN DI AMERIKA
P1 P2
A - B 100 / 5 A
A - C 200 / 5 A
A - D 300 / 5 A
A - E 400 / 5 A
A - F 500 / 5 A
A B C D E F G A - G 1000 / 5 A
PENGENAL SEKUNDER
a. 5 A UMUMNYA DIGUNAKAN BILA ANTARA TRAFO ARUS DENGAN ALAT
UKUR ATAU RELAINYA DEKAT
b. 1 A UMUMNYA DIGUNAKAN BILA ANTARA TRAFO ARUS DENGAN ALAT
UKUR ATAU RELAINYA JAUH. UMUMNYA DIGUNAKAN PADA SISTEM
TEGANGAN TINGGI ATAU EKSTRA TINGGI
c. 2 A UNTUK KEPERLUAN TERTENTU
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
5. RANGKAIAN ARUS
RANGKAIAN ARUS SEMUANYA SERI
kWh kvarh
A KW kVA
P1 P2
P2 S1 S2
P1
S1 S2
kWh kvarh
A KW kVA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
RANGKAIAN ARUS CT 500/1-1-1-1 A

RANGKAIAN ARUS SEMUANYA SERI UNTUK SETIAP CT
P1 1S1 1A
KWH KVARH
8V A KW KVA
1S2
2S1 1A
6V
2S2
F 32 F 40 F 51 V
F 87
3S1 1A
2V
P2
3S2
4S1
P2 TIDAK DIGUNAKAN
4S2
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
TUJUAN SALAH SATU SISI SEKUNDER DIBUMIKAN
TUJUAN SALAH SATU SISI SEKUNDER DIBUMIKAN IALAH JIKA HUBUNG

SINGKAT ANTARA SISI PRIMER DAN SISI SEKUNDER, TEGANGAN SIRKIT
SEKUNDER TIDAK NAIK
PADA DASARNYA PEMBUMIAN DAPAT DILAKUKAN S1 ATAU S2
DALAM BEBERAPA HAL LETAK PEMBUMIAN SISI SEKUNDER MENGIKUTI
BUKU PETUNJUK PEMASANGAN METER ATAU RELAINYA
PEMBUMIAN TIDAK MEMPENGARUHI ARAH ARUS
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
5. BEBAN (BURDEN)
BEBAN PENGENAL
• NILAI DARI BEBAN CT DIMANA KLAS KETELITIAN DINYATAKAN
• BEBAN CT DINYATAKAN DALAM VA
• NILAI BEBAN UMUM DIGUNAKAN : 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 15 ; 30 VA
ARUS PENGENAL KONTINYU

• UMUMNYA DINYATAKAN PADA SISI PRIMER, MISALNYA 1000/1 A,
2000/1 A
ARUS PENGENAL WAKTU SINGKAT (SHORT TIME RATED CURRENT)

• UMUMNYA DINYATAKAN UNTUK 0,5 ; 1,0 ; 2 ; 3 DETIK
• TIDAK MENIMBULKAN KERUSAKAN
• UMUMNYA DINYATAKAN PADA KEADAAN SEKUNDER CT DI
HUBUNG SINGKAT
• ARUS DINYATAKAN DALAM RMS (NILAI EFEKTIF)
PENGENAL ARUS DINAMIK

• PERBANDINGAN DARI : IPUNCAK / IPENGENAL
• IPUNCAK : KEMAMPUAN ARUS MAKSIMUM CT TANPA MENIMBULKAN
SUATU KERUSAKAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
CONTOH :
CT DENGAN 4 INTI 500 / 1 - 1 - 1 - 1 A

POLARITAS PRIMER P1 - P2
POLARITAS SEKUNDER INTI KE 1 1S1 - 1S2 -----> 15 VA
DALAM HAL INI BEBAN KENYATAAN SAAT DILAKUKAN PENGUKURAN

TERSEBUT IALAH : ARUS KALI TEGANGAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PENANDAAN TERMINAL CT
P1 P2 P1 P2
S1 S2 S1 S2 S3
CT DENGAN RASIO TUNGGAL CT DENGAN SADAPAN ANTARA

PADA BELITAN TUNGAL
C1 C2
P1 P1 P2
P2
S1 S2 S1 S2 S3
CT DENGAN 2 SEKSI BELITAN CT DENGAN DUA BELITAN

PRIMER (UNTUK HUBUNGAN SERI SEKUNDER
ATAU PARALEL)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
TRAFO TEGANGAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
1. FUNGSI
MENTRANSFORMASIKAN DARI TEGANGAN TINGGI KE TEGANGAN
RENDAH GUNA PENGUKURAN ATAU PROTEKSI DAN SEBAGAI
ISOLASI ANTARA SISI TEGANGAN YANG DIUKUR / DIPROTEKSIKAN
DENGAN ALAT UKURNYA / PROTEKSINYA
CONTOH : (150.000/V3) / (100/V3) V, (20.000/V3) / (100/V3). 20.000/100 V
15.000/V3 = E1 MERUPAKAN TEGANGAN PRIMER
100/V3 = E2 MERUPAKAN TEGANGAN SEKUNDER
E1/E2 = N1/N2 = a
N1 > N2 (N1 JUMLAH LILITAN PRIMER, N2 JUMLAH LILITAN
SEKUNDER)
a : PERBANDINGAN TRANSFORMASI MERUPAKAN NILAI YANG
KONSTAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
TRAFO TEGANGAN (PT)
• TRAFO UKUR YANG TEGANGAN SEKUNDERNYA DALAM PEMAKAIAN

KONDISI NORMAL SEBANDING DENGAN TEGANGAN PRIMERNYA DAN
BERBEDA FASA DENGAN SUDUT YANG MENDEKATI NOL UNTUK ARAH
HUBUNGAN YANG SESUAI
• JENIS TRAFO TEGANGAN
 PT YANG TIDAK DITANAHKAN : BAGIAN BELITAN PRIMER TIDAK

DITANAHKAN
 PT YANG DITANAHKAN : BAGIAN PRIMERNYA DITANAHKAN

LANGSUNG
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
2. JENIS TRAFO TEGANGAN
• TRAFO TEGANGAN DENGAN INTI BESI SEPERTI TRANSFORMATOR

BIASA UMUMNYA UNTUK TEGANGAN RENDAH S.D. TEGANGAN
TINGGI
• TRAFO TEGANGAN DENGAN KAFASITOR DI SADAP PADA

TEGANGAN MENENGAH, KEMUDIAN PADA TEGANGAN TINGGI DAN
TEGANGAN EKSTRA TINGGI
(CAPASITIVE VOLTAGE TRANSFORMER, CVT)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
3. JENIS - JENIS TRAFO TEGANGAN

a. DIPASANG ANTARA FASE DAN FASE
b. DIPASANG ANTARA FASE DAN TANAH
c. TRAFO TEGANGAN DENGAN 3 LILITAN, LILITAN KE TIGA UNTUK
RELAI GANGGUAN BUMI
d. TRAFO TEGANGAN DENGAN 3 LILITAN, LILITAN KE DUA UNTUK
RELAI KE 1 DAN METER, LILITAN KE TIGA UNTUK RELAI KE DUA
P1 P2 P1 P1 P1
P2 P2 P2
1S2 1S2
S2 S2 1S1 1S1
S1 S1 2S2 2S2
2S1 2S1
20000 100 20000 100 1OO 20000 100 1OO

20000/100 V / V / / V / / V
3 3 3 3 3 3 3 3
TEGANGAN SEKUNDER (VOLT)

100 ATAU 110
100/V3 ATAU 110/V3
100/3 ATAU 110/3
120 ATAU 120/V3
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PEMASANGAN
R
S
T
SEKRING
P1 P2 P1 P2
P1 P2 P1 P2
P1
P2
S2 S2 S2 S2 S
2
S1 S1 S1 S
S1
1
PENGUKURAN 3 FASE, 3 KAWAT PENGUKURAN/PROTEKSI 3 FASE, 4 KAWAT
CATATAN : PT DENGAN PENGENAL 20.000/100 V DAPAT DIPASANG UNTUK

SAMBUNGAN 3 FASE / 3 KAWAT 3 FASE, 4 KAWAT
PT DENGAN PENGENAL (20.000/V3) / (100/V3) HANYA UNTUK
SISTEM 3 FASE, 4 KAWAT DAN TITIK NETRAL (BINTANG)
HARUS DIBUMIKAN
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
4. TRAFO TEGANGAN DENGAN 2 PENGENAL SEKUNDER

CONTOH :
a. (150.00/V3) / (100/V3) - (100/V3) V
RANGKAIAN SEKUNDER 2 BUAH YANG DAPAT MEMPUNYAI
KARAKTERISTIK YANG BERBEDA
b. (20.000/V3) / (100/V3) - (100/3) V
100/3 V DIGUNAKAN UNTUK MENDAPATKAN TEGANGAN URUTAN
NOL, DAN PADA SAAT GANGGUAN 1 FASE KE BUMI V 0 MENJADI
100 V MAKSIMUM
PENANDAAN
PRIMER : P1 DAN P2
SEKUNDER : PERTAMA 1S1 - 2S2 UNTUK PENGUKURAN DAN
PROTEKSI PENGAMAN CADANGAN
KEDUA 2S1 - 2S2 UNTUK PROTEKSI PENGAMAN UTAMA
MASING - MASING SEKUNDER DAPAT MEMPUNYAI KLAS
ATAUPUN BEBAN MEMPUNYAI KLAS ATAUPUN BURDEN (BEBAN)
SAMA ATAU BERBEDA
PT DENGAN 2 SEKUNDER YANG SAMA KHUSUSNYA DIGUNAKAN
PADA GI TEGANGAN EKSTRA TINGGI
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PENGGUNAAN PT DIBEDAKAN UNTUK PENGUKURAN DAN UNTUK SISTEM

PROTEKSI
• UNTUK PENGUKURAN TELITI UNTUK DAERAH KERJA PADA
TEGANGAN DARI 80 % SAMPAI 120 % DARI TEGANGAN PENGENAL
• UNTUK SISTEM PROTEKSI RELATIF KETELITIANNYA LEBIH RENDAH,
TETAPI UNTUK DAERAH KERJA DARI 5 % SAMPAI 190 % TEGANGAN
PENGENALNYA. DAN PADA 2 % TEGANGAN PENGENALNYAPUN
KESALAHAN MASIH TERTENTU
a. TRAFO TEGANGAN UNTUK PENGUKURAN
STANDAR KLAS KETELITIAN PT UNTUK PENGUKURAN IALAH :
0,1 - 0,2 - 0,5 - 1,0 - 3,0
DAN BATAS KESALAHANNYA SEPERTI TABEL 1
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
PT PLN (PERSERO)
BEBAN (BURDEN)
BURDEN IALAH BEBAN SEKUNDER DARI TRAFO TEGANGAN, DALAM HAL INI
SANGAT TERKAIT DENGAN KLAS KETELITIAN PT
CONTOH :
• BEBAN PENGENAL 30 VA, DAN KLAS 0,2 SEDANG UNTUK BEBAN 50
VA KLAS 0,5
• BEBAN PENGENAL 50 VA, DAN KLAS 0,5 SEDANG UNTUK BEBAN 100
VA KLAS 1,0 CVT INI MEMPUNYAI 2 SEKUNDER DAPAT DIBEBANI 100
VA DENGAN KLAS KETELITIAN MASING-MASING 1,0 DAN 0,2
SEMAKIN BESAR BEBANNYA MAKA KETELITIANNYA SEMAKIN TURUN LIHAT
CONTOH PADA PT ABB UNTUK 12 KV
KAPASITAS TERMAL
KAPASITAS TERMAL MERUPAKAN KAPASITAS PT DAPAT BERFUNGSI
SEBAGAI TRANSFORMATOR BIASA, SEBAGAI CONTOH PT DIATAS DAPAT
BERKAPASITAS 500 VA TANPA MELIHAT KESALAHANNYA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PENANDAAN TERMINAL ( PT )
A N
A B A A B atau N
B atau N
a b a n 1a 1b atau 1n a1 a2 a3 a4
PT FASA SATU DENGAN PT FASA SATU DENGAN
TERMINAL TERISOLASI TERMINAL NORMAL PRIMER
PENUH DAN SISI MEMPUNYAI PENGURANGAN PT FASA TUNGGAL
SEKUNDER TUNGGAL ISOLASI DAN SISI SEKUNDER DENGAN SATU SISI
SEKUNDER
BERTERMINAL GANDA
2a 2b atau 2n
PT FASA TUNGGAL
DENGAN DUA SISI
SEKUNDER
A B C N A B C N A B C N
a2 b3 c3
a b c n 1a 1b 1c 1n a2 b2 c2
PT FASA TIGA
DENGAN SISI a1 b1 c1 n
SEKUNDER
TUNGGAL PT FASA TIGA DENGAN SISI
2a 2b 2c 2n SEKUNDER BERTERMINAL
GANDA
PT FASA TIGA DENGAN
SISI SEKUNDER GANDA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
TRAFO DISTRIBUSI
TRAFO MERUPAKAN SEPERANGKAT PERALATAN LISTRIK STATIS YANG

BERDASARKAN PRINSIP ELEKTROMAGNETIK MENTRANSFORMASIKAN
TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK DIANTARA KEDUA BELITAN ATAU
LEBIH PADA FREKWENSI YANG SAMA SERTA PADA NILAI ARUS DAN
TEGANGAN YANG BERBEDA
GGL PADA SEKUNDER HAMPIR TERLAMBAT 180 0 TERHADAP TEGANGAN
PRIMER
IP IS
B
E
EP
np ns ES B
A
N
BILA JUMLAH BELITAN PADA SISI PRIMER = np DAN SISI SEKUNDER = ns

MAKA :
ns ES IP
---- = ---- = ----
np EF IS
ns
----- = DISEBUT PERBANDINGAN TRANSFORMASI ()
np
JIKA  > 1 BERARTI FUNGSI TRAFO MENAIKKAN TEGANGAN (STEP UP) DAN
JIKA  < 1 BERARTI FUNGSI TRAFO MENURUNKAN TEGANGAN (STEP
DOWN)
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
SPESIFIKASI TRAFO 3 FASA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
SPESIFIKASI TRAFO 1 FASA
Uraian Satuan Spesifikasi
Daya pengenal kVA 25 50

Jumlah fasa - 1 1
Frekuensi pengenal Hz 50 50
Tegangan primer pengenal kV 20,20 20,20
V3 V3
Tegangan sekunder pengenal (beban nol) V 462/231 462/231
Kelompok vektor - Lio Lio
Tegangan uji impuls kV 125 125
Tegangan uji terapan kV 50 50
Kelas isolasi kV 24 24
0
Kenaikan suhu maksimum tembaga C 60 60
0
Kenaikan suhu maksimum minyak C 55 55
Cara pendinginan -
Penyadapan primer % 5, 10 5, 10
Impedans % 1,6 1,4
Rugi besi watt 165 275
Rugi tembaga pada beban pengenal watt 385 600
Arus beban nol % 4,5 4,5
Efisiensi pada 750C -
Faktor daya 1,0 beban 100% - 97,84 98,28
beban 75% - 98,00 98,39
beban 50% - 97,95 98,33
beban 25% - 97,06 98,56
Faktor daya 0,8 beban 100% - 97,32 98,86
beban 75% - 97,51 98,00
beban 50% - 97,45 97,91
beban 25% - 96,35 96,97
Pengaturan tegangan pada beban penuh -
faktor daya 0,8 % 1,49 1,39
faktor daya 1,0 % 1,54 1,20
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
RUGI – RUGI PADA TRAFO
SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS PERBANDINGAN TRANSFORMASI

DIANGGAP SAMA, TETAPI SEBENARNYA ADA PERBEDAAN, KARENA
ADANYA FLUX BOCOR

L1 = FLUX BOCOR PADA

KUMPARAN PRIMER
L1 L2
L2 = FLUX BOCOR PADA
KUMPARAN SEKUNDER
L1 – MENIMBULKAN X1 DAN L2 MENIMBULKAN X2 : TAHANAN

KUMPARAN PRIMER R1, SEKUNDER R2
R1 X1 X2 R2
 
EP ES
UP US
 
UNTUK MENGURANGI FLUX BOCOR, MAKA KUMPARAN PRIMER DAN

SEKUNDER DITEMPATKAN PADA BATANG INTI YANG SAMA
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
RUGI – RUGI PADA TRAFO TANPA BEBAN
Iex : ARUS PENGUATAN TRAFO
Ihe : ARUS HISTERISIS + EDDY

Io Iex CURRENT
Io : ARUS YANG DISERAP TRAFO

TANPA BEBAN
UP o ES
EP Ihe
Iex 900 KETINGGALAN TERHADAP EP, SEDANGKAN Ihe SEFASA DENGAN EP

MAKA Io = Iex – Ihe
Ihe
COS  o = -------
Io
Ihe = Io. COS  o
ADANYA Ihe MENIMBULKAN RUGI – RUGI BESI (Pc)
Pc = Ep. Io. COS  o, ATAU
Pe = Ep.Ihe
BESARNYA RUGI-RUGI BESI DAPAT DIKURANGI DENGAN CARA MEMBUAT

INTI BERLAPIS-LAPIS DAN BAHAN YANG KURVA HISTERISNYA KURUS
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
RUGI – RUGI TRAFO BERBEBAN
X1 X2 R1
R1
I1
G I1 BEBAN
SELAIN ADANYA RUGI-RUGI BESI, OLEH KARENA ADANYA ARUS YANG

MENGALIR PADA KUMPARAN PRIMER DAN SEKUNDER SERTA PADA
MASING-MASING KUMPARAN, MAKA AKAN MENIMBULKAN RUGI-RUGI YANG
DISEBUT RUGI-RUGI TEMBAGA (Pcu)
Pcu = I12 . R1 + I22 . R2

RUGI – RUGI SELURUHNYA TRAFO (P TOTAL)
P TOTAL = Pc + Pcu
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
PENGARUH FATOR DAYA BEBAN PADA TRAFO
BEBAN INDUKTIP (LAGGING) BEBAN KAPASITIF (LEADING)

E2
12
12 X 2
 U2
E2
E1 12 X2
12 R 2
E1
12 R2
12 U2
 1
1+2 1+2
12
2
U2 E2
2 U2
12 U2
BEBAN INDUKTIP (LAGGING) TEGANGAN TERMINAL SEKUNDER

TEGANGAN TERMINAL SEKUNDER LEBIH BESAR DARI PADA GGL
LEBIH KECIL DARI PADA GGL KUMPARAN SEKUNDER
KUMPARAN SEKUNDER
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
EFISIENSI TRAFO
EFISIENSI TRAFO DALAM KEADAAN BERBEBAN, BESARNYA

BERUBAH – UBAH TERGANTUNG BESARNYA BEBAN
 Pc  K 2 .Pcu 
 %   100   x100%
 S .Cos.  
beban trafo
k 
beban penuh
S = DAYA SEMU TRAFO
PCU = RUGI – RUGI TEMBAGA PADA KEADAAN BEBEN PENUH

PC = RUGI – RUGI BESI
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

_______________________________________________________________________
PT PLN (PERSERO)
GRAFIK EFISIENSI TRAFO
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
GRAFIK EFISIENSI TRAFO
CONTOH :
TRAFO DENGAN PCU = 0,2 % DAN PC = 0,7 %

EFISIENSI TRAFO PADA BEBAN PENUH (1/1 ) ADALAH PADA TITIK X =
99,1 %.
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PENGATURAN TEGANGAN TRAFO
ADALAH SELISIH TEGANGAN BELITAN TANPA BEBAN DENGAN

TEGANGAN PADA KEADAAN BERBEBAN PADA TERMINAL TERSEBUT
PADA BEBAN DAN FAKTOR DAYA YANG DITENTUKAN PADA TERMINAL
TERSEBUT
U2n
Uz
Ux
0 U2b D F
 A  UR
I B E
U2N = TEGANGAN SEKUNDER NOMINAL TANPA BEBAN : OC

U2N = TEGANGAN SEKUNDER BERBEBAN : O4
UR = RUGI TEGANGAN KARENA TAHANAN R : AB
UX = RUGI TEGANGAN KARENA REAKTANSI X : BC
U2  UR.  UX
U 2n .  U 2b.  Uz
SECARA ENPIRIS DIANGGAP OC = OF
= OA + AF
= OA + (AO + AF)
AD + DF = RUGI TEGANGAN
= UR. COS  + U X SIN 
= I . ( R. COS  + X SIN  )

PT PLN (PERSERO)
TEGANGAN HUBUNGAN SINGKAT (IMPEDANSI)
TEGANGAN HUBUNG SINGKAT
• ADALAH BESARNYA TEGANGAN YANG HARUS DIBERIKAN PADA

FREKWENSI NOMINAL KE TERMINAL SALURAN TRAFO, UNTUK
MENGALIRKAN ARUS NOMINAL MELALUI TERMINAL INI, BILA TERMINAL
LAINNYA DI HUBUNG SINGKAT
In PRIMER In SEKUNDER
A A
V VV
• BESARNYA TEGANGAN HUBUNG SINGKAT DALAM VOLT BERBEDA

UNTUK SEKUNDER DAN PRIMER
• BESARNYA TEGANGAN HUBUNG SINGKAT DALAM PERSEN (%) SAMA
Uk
Uk (%) = ------------ x 100 %
Un
• DIPERLUKAN SEBAGAI SYARAT PARALEL TRAFO DAN MENENTUKAN

PENYETELAN RELE / PEMILIHAN PELEBUR SEBAGAI PENGAMANAN
HUBUNG SINGKAT
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
VEKTOR GROUP TRAFO
1.5. VEKTOR GROUP TRAFO
- SERING JUGA DISEBUT BILANGAN “ JAM ” YAITU MENUNJUKAN

PERBEDAAN FASA ANTARA GGL SEKUNDER DAN TEGANGAN
PRIMER ANTARA TERMINAL YANG SEJENIS.
- DITENTUKAN DENGAN CARA PENYAMBUNGAN ANTARA BELITAN
TRAFO
- DIPERLUKAN UNTUK PARALEL TRAFO
CONTOH :
A B C
A VEKTOR GROUP “ YYN 0 ”
 KUMPARAN PRIMER
a DIHUBUNGKAN BINTANG
 KUMPARAN SEKUNDER
n DIHUBUNGKAN BINTANG
DENGAN NETRAL
c b DIKELUARKAN
 SELISIH FASA ANTARA
a b c n C B PRIMER DAN SEKUNDER =
00
A B C
A
VEKTOR GROUP “ YYN 6”
b  KUMPARAN PRIMER
c
DIHUBUNGKAN BINTANG
 KUMPARAN SEKUNDER
DIHUBUNGKAN BINTANG
DENGAN NETRAL
a DIKELUARKAN
C B  SELISIH FASA ANTARA
a b c n PRIMER DAN SEKUNDER
= 1800
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
Catatan : _______________________________________________________________

PT PLN (PERSERO)
MEMPARALEL TRAFO
R
20 KV S
T
R
S
400/230 V
T
N
SYARAT PARALEL :
1. TEGANGAN SISI PRIMER HARUS SAMA
2. PERBANDINGAN TRANSFORMASI HARUS SAMA
3. VEKTOR GROUP HARUS SAMA
4. TEGANGAN HUBUNG SINGKAT HARUS SAMA
5. DAYA NOMINAL HARUS SAMA, PENYIMPANGAN DIPERKENANKAN
MAKSIMAL 40 % (1 : 3)
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_

PT PLN (PERSERO)
PENGAWATAN PADA TRAFO TEGANGAN
~
BEBAN
A N
a b
Catatan : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________
_
_______________________________________________________________________

Alat Ukur Listrik: Berbagi Dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Alat Ukur Listrik: Berbagi Dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

PT PLN (PERSERO)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

ALAT UKUR LISTRIK

DEFINISI : ALAT UKUR ADALAH ALAT YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK

SYARAT – SYARAT ALAT UKUR LISTRIK

• ALAT UKUR TIDAK BOLEH MEMBEBANI / MEMPENGARUHI YANG DIUKUR

• MEMPUNYAI KESEKSAMAAN YANG TINGGI, YAITU ALAT HARUS

• MEMPUNYAI KEPEKAAN (SENSITIFITAS) YANG TINGGI, YAITU BATAS

• MEMPUNYAI STABILITAS YANG TINGGI SEHINGGA MENOLONG DALAM

• KEMAMPUAN BACA (READIBILITAS) YANG BAIK, HAL INI BANYAK

• KEMANTAPAN (RELIABILITAS) ALAT YANG TINGGI, YAITU ALAT YANG

 KESALAHAN SISTEM (SYSTEMATIC ERROR) DISEBUT PULA KESALAHAN

• KESALAHAN KALIBRASI, YAITU PADA WAKTU PENERAAN SEMULA,

• KESALAHAN MANUSIA (HUMAN ERROR), YAITU SI PENGUKUR DAPAT

• EXPERIMENTAL ERROR, YAITU KESALAHAN YANG DIAKIBATKAN

• KESALAHAN TEKNIK (ERROR OF TECHNIQUE), YAITU KESALAHAN

 KESALAHAN SISTEM (SYSTEMATIC ERROR) DISEBUT PULA KESALAHAN

 KESALAHAN KARENA SALAH (ILLEGITIMATE ERROR)

KESALAHAN INI ADALAH MEMANG BERSIFAT KESALAHAN DAN

• BLUNDER : YAITU KESALAHAN YANG BODOH DAN SEBETULNYA

• COMPUTATIONAL ERROR : YAITU KESALAHAN DALAM CARA

• CHAOTIC ERROR : YAITU KESALAHAN YANG DIAKIBATKAN OLEH

MISALNYA GANGGUAN LISTRIK, HALILINTAR, GETARAN YANG KERAS

 KELAS KESALAHAN METER

 METER DENGAN KESALAHAN 0,1 S.D. 0,5 (1) % ATAU DISEBUT

 METER DENGAN KESALAHAN KESALAHAN 1,5 S.D. 2,5 DISEBUT

 METER DENGAN KESALAHAN DI ATAS 2,5 % DISEBUT METER PRESISI

PENUNJUKAN ALAT UKUR

 ALAT UKUR ANALOG : YAITU ALAT UKUR YANG MEMPUNYAI

 ALAT UKUR DIGITAL : YAITU ALAT UKUR YANG MEMPUNYAI ALAT

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK UNTUK PEMAKAIAN (BUKAN UNTUK

 PRINSIP KERJA YANG PALING BANYAK DARI ALAT – ALAT UKUR

 KWH DAN KVARH METER : SISTEM INDUKSI

SISTEM ELEKTRO DINAMIS

2 2. KUMPARAN BERGERAK UNTUK

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai Perusa

SISTEM ELEKTRO MAGNIT

BILA KUMPARAN (1) DILALUI ARUS

PRINSIP KERJA KWH METER

• PIRINGAN DARI BAHAN LOGAM RINGAN (ALUMUNIUM) YANG DIPASANG

• INDUKSI KUMPARAN ARUS PADA PIRINGAN MENIMBULKAN GGL DAN

• INDUKSI KUMPARAN TEGANGAN MENYEBABKAN INTINYA MENJADI

• KARENA PIRINGAN BERBENTUK BULAT SIMETRIS DAN BERTUMPU PADA

• KECEPATAN PUTARAN PIRINGAN SEBANDING DENGAN BESARNYA

• BANYAKNYA PUTARAN DIHITUNG OLEH ALAT HITUNG (REGISTER) YANG

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai Perusa

ADALAH ALAT / INSTRUMEN UKUR SEBAGAI PENJUMLAH PEMAKAIAN

SIMBOL KWH METER

MERUPAKAN HASIL PERKALIAN DAYA AKTIP DENGAN WAKTU RUMUS :

ENERIGI AKTIP = P(WATT) X t (JAM)

ENERGI AKTIP HASIL PERKALIAN TEGANGAN, ARUS, FAKTOR DAYA DAN

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai Perusa

ARAH PUTARAN KWH METER

ARAH PUTARAN PIRINGAN KE KANAN

ARAH PUTARAN PIRINGAN KE KIRI

KWH METER 3 FASA

MERUPAKAN GABUNGAN KWH SATU FASA SEBANYAK 3 (TIGA) BUAH

DIAGRAM LISTRIK KWH METER 3 FASA

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai Perusa

DIASUMSIKAN BEBAN SEIMBANG

1. KEARAH MANA PUTARAN PIRINGAN KWH METER ?