Anda di halaman 1dari 14

P3K DI TEMPAT KERJA + GIZI

KERJA DAN PENYELENGGARAAN


MAKAN DI TEMPAT KERJA
KELOMPOK III
FAJRI, DIO, ELSA, ARIF, BOBI, RAHMAH, ALIFTA
DASAR HUKUM
• UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
• Permenakertrans No/.15/MEN/VIII/2008 tentang p3k di
tempat kerja
• Kepdirjen binwasnakers No.KEP.53/DJPPK/VIII/2009 tentang
pedoman pelatihan dan pemberian lisensi petugas p3k di
tempat kerja
• SE. Menakertrans No.SE.01/MEN/1979 tentang pengadaan
kantin dan ruang makan
• SE. Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan
catering yang mengelola makanan bagi tenaga kerja
• kemenaker 102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur
dan upah lembur
• Permenkes No.28 TAHUN 2019 tentang angka kecakupan
gizi yang dianjurkan untuk masyarakat indonesia dengan
rahmat tuhan YME
P3K DI TEMPAT KERJA
Pengertian p3k Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut
dengan P3K ditempat kerja, adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan
tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami
sakit atau cidera di tempat kerja.
A. Tujuan
• Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
• Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban.
• Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) kalau perlu.
• Mencari dan mengatasi pendarahan.
• Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)
• Melakukan diagnosis.
• Menangani korban dengan prioritas yang logis.
• Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi.
• Menunjang penyembuhan
• Mengurangi rasa sakit dan rasa takut.
• Mencegah infeksi.
• Merencanakan pertolongan medis dan transportasi korban dengan tepat.
B. Uraian
 Ps.3 Syarat Petugas P3K Di Tempat Kerja :
• Harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari instansi
ketenagakerjaan.
• Syarat-syarat pemberian lisensi petugas P3K Di Tempat Kerja:
Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;Sehat jasmani dan
rohani;Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K; Memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K di tempat
kerja memiliki sertifikat pelatihan P3K di Tempat Kerja.
• Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
 Fasilitas P3K di Tempat Kerja (Pasal 8)
• Fasilitas P3K di Tempat Kerja meliputi: Ruang P3K; b. Kotak P3K
dan isi;c. Alat evakuasi dan alat transportasi; dand. Fasilitas
tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
• Alat pelindung diri khusus : peralatan yang disesuaikan dengan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam
keadaan darurat.
• Peralatan khusus : alat untuk pembasahan tubuh cepat (shower)
dan pembilasan/pencucian mata
RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
DENGAN JUMLAH PEKERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI TEMPAT KERJA

Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K


25 – 150 Orang 1 Orang
Tempat kerja dengan 1 orang untuk setiap
potensi bahaya rendah >150 Orang 150 orang atau
kurang
≤100 Orang 1 Orang
Tempat kerja dengan 1 orang untuk setiap
potensi bahaya tinggi >100 Orang 100 orang atau
kurang
HAMBATAN SOLUSI
• Penanganan p3k yang sering salah terjadi • Perlunya pelatihan khusus petugas p3k dalam
• Kurangnya pengetahuan tentang pengadaan menangani sebuah kasus
P3K di tempat kerja • Perlunya diberikan pemahaman bagi anggota
P3K
• Perusahaan kurang memprioritaskan adanya
petugas P3K • Dengan adanya fasilitas dan petugas P3K, maka
perusahaan dapat mengurangi berbagai
• Petugas tidak mengetahui apa saja fasilitas P3K
konsekuensi yang ditimbulkan akibat
di tempat kerja
kecelakaan kerja
• Adanya sosialisasi mengenai apa saja fasilitas
yang diperlukan di tempat kerja
GIZI KERJA & PENYELENGGARAAN
MAKANAN DI TEMPAT KERJA
Penyediaan dan pemberian masukan zat gizi kepada tenaga kerja
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan selama berada di
tempat kerja guna mendapatkan tingkat kebutuhan dan
produktivitas kerja setinggi-tingginya.
Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No 715 tahun
2003, menyatakan ; Bahwa masyarakat perlu dilindungi dari
makanan dan minuman yang dikelola jasaboga yang tidak
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi, agar tidak membahayakan
kesehatan.
Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No 942 tahun
2003, ,menyatakan ; bahwa masyarakat perlu dilindungi dari
makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan agar tidak membahayakan kesehatanya.
Tujuan:
• Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja
• Meningkatkan produktivitas
• Meningkatkan derajat Kesehatan
• Menurunkan absensi
• Terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar pekerja
• Suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja
• Mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja Kembali
• Pengawasan relatif lebih mudah
• Untuk mempertahankan dan meningkatkan ketahanan tubuh 
• Menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori terhadap tuntutan tugas pekerja
• Untuk efisiensi dan produktifitas kerja dalam rangka mencapai tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan
tenaga kerja
• Untuk memenuhi kebutuhan energi selama bekerja sesuai dengan jenis aktivitas seseorang/tenaga kerja,
sehingga tercipta Kesehatan dan meningkatkan produtivitas tenaga kerja
FOODHANDLER
• Jasaboga : Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan
yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. (kemenkes 715 tahun 2003)
• Hygiene : Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
(kemenkes No 942 tahun 2003)
• Penjamah makanan : Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan
dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian
kemenkes 715 tahun 2003 pasal 1 ayat 7.
• Berdasarkan (ACP) Association Culinary Professional, penjamah makanan selanjutnya akan di sebut sebagai
“food handler”
Pasal 2 (kemenkes No 942 tahun 2003)
food handler / Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan
harus memenuhi persyaratan antara lain:
• Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya;
• Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya);
• Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian;
• Memakai celemek, dan tutup kepala;
• Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
• Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan;
• Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya);
• Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau
hidung
• Kemenaker 102/MEN/VI/2004 Pasal 7 point b. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya; Memberikan
makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam
atau lebih.
• UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja : Pasal 3 ayat 1 point H mencegah dan mengendalikan
timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun phychis, peracunan, infeksi dan penularan. dan point L
memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
• Sesuai pasal 6 kemenkes 715 tahun 2003 berbunyi Pengusaha dan/atau penanggung jawab jasaboga wajib
menyelenggarakan jasaboga yang memenuhi syarat hygiene sanitasi sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan ini

Memiliki seorang penanggung Memiliki Sertifikat hygiene Mendapatkan ijin usaha dari
jawab yang punya sanitasi dari dinas kesehatan pemerintah daerah atau
pengetahuan atau sertifikat kabupaten atau kota pemkot
hygiene sanitasi makanan
JASA BOGA HYGIENE
Jasaboga dikategorikan menjadi 3 golongan, yaitu • Sesuai dengan Permenkes No 715 dan No 942
• Jasaboga A. Yakni jasaboga yang melayani tahun 2003, pengertian Hygiene sanitasi adalah
upaya untuk mengendalikan factor makanan,
kebutuhan masyarakat umum. Pada golongan
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
jasaboga ini, kemudian dibagi menjadi 3 kriteria
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
yaitu; A1, A2, dan A3
atau gangguan kesehatan.
• Jasaboga B. Yaitu jasaboga yang melayani
• Maka dari itu Setiap jasaboga harus memiliki
kebutuhan khusus
sertifikat Hygiene yang dikeluarkan oleh dinas
• Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang kesehatan kabupaten atau kota.
melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum
internasional dan pesawat udara
HAMBATAN SOLUSI
• Pekerja mengabaikan gizi, ketika bekerja • Membuat jadwal piket membersihkan dapur, kamar
makan dan alat keperluan
• Asupan gizi yang kurang ketika melakukan pekerjaan
• Perlunya diberikan Training Food Handler
• Pengusaha kurang memperhatikan kandungan gizi
yang terdapat di kantin perusahaan • Pemeriksaan kesehatan rutin berkala minimal 6 bulan
sekali bagi petugas penjamah makanan
• Terlalu banyak makanan cepat saji di kantin
• Memberikan penyuluhan kepada para pekerja tentang
perusahaan
pentingnya gizi
• Kurang nya sosialisasi dari pihak perusahaan terhadap • Membuat / mendesain kantin perusahaan tempat para
pekerja tentang gizi pekerja senyaman mungkin
• Para pekerja terlalu sering mengkonsumsi makanan • Tidak mengunakan perhiasan selama mengolah makanan;
instan yang tidak diketahui gizi gizi yang terkandung
• Segera melapor kepada supervisor apabila yang
• Rendah nya pemahaman pekerja pada gizi yang harus bersangkutan muntah dan diare di tempat kerja, di rumah
di konsumsi atau di tempat lain dan menderita infeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai