Anda di halaman 1dari 14

PPH PASAL 24

PROJAS JURUSAN AKUNTANSI


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2021
22/9/22

Pengertian PPh Pasal 24


Pada dasarnya PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang
dapat diperhitungkan atas pemotongan pajak/ pajak yang dibayar/ pajak yang
terutang di luar negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh  :
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar

negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini
dalam tahun pajak yang sama.
Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar

pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh
melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.
Indonesia menganut Tax credit yang ordinary credit method dengan

menerapkan per country limitation


22/9/22
Penghasilan yang boleh diperhitungkan/ dikreditkan tersebut antara lain
penghasilan dari luar negeri berupa :
penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
1.

pengalihan saham dan sekuritas lainnya;


penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
2.

penggunaan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu


bentuk usaha tetap.
penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak
3.

gerak dan harta gerak;


penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
4.

kegiatan;
Penghasilan BUT luar negeri;
5.

penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan


6.

atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam


perusahaan pertambangan;
keuntungan karena pengalihan harta tetap;
7.
22/9/22

Penggabungan Penghasilan
Penggabungan Penghasilan yg berasal dari LN
dilakukan sbb:

Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan
dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan
tersebut (accrual basis)

Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan
dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut (cash basis)

Penggabungan penghasilan yang berupa dividen
(pasal 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam tahun
pajak pada saat perolehan dividen tersebut di
tetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan
22/9/22

Batas Maksimum kredit Pajak masing-


masing Negara

Apabila penghasilan luar negeri berasal dari


beberapa negara, maka perhitungan batas
maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-
masing negara
22/9/22

Rugi Usaha di Luar Negeri


Dalam menghitung penghasilan kena pajak,
kerugian yang diderita oleh Wajib Pajak di luar
Negeri tidak boleh dikompensasikan dengan
penghasilan yang diterima di dalam negeri
( Indonesia)
22/9/22

Langkah-langkah untuk menentukan Kredit Pajak
Maksimum (Pasal 24), sbb:

1. Menghitung PPh Terutang atas penghasilan di dalam negeri


dan luar negeri:

(Penghasilan Netto DN dan LN) X Tarif Pasal 17

2. Melakukan perbandingan masing-masing negara atas


penghasilan netto dengan total penghasilan di dalam
Negeri dan luar negeri:
Penghasilan Netto Negara Y X PPh Terutang (1) = A
Total Penghasilan Netto

3. Menghitung PPh yang sudah dibayarkan di masing-masing negara di LN

4. Batas Maksimum Pajak yang dapat dikreditkan adalah:


Memilih yang terkecil diantara hasil perhitungan (2) dan
hasil perhitungan (3)
22/9/22

Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri


Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar
di luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada
Dirjen Pajak dengan melampirkan :


Laporan Keuangan dari penghasilan di luar negeri

Fotocopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan
di luar negeri

Dokumen pembayaran pajak di luar negeri

Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang
atau dibayar di luar negeri tersebut dilakukan
bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.
22/9/22

Contoh Kasus PPh Pasal 24


Soal 1
PT Banyu Biru berkedudukan di Jakarta memperoleh penghasilan neto
selama Tahun 2019 dengan peredaran bruto 52 Miliar sebagai berikut :
a. di negara X, memperoleh penghasilan Netto Rp 1.000.000.000 dengan tarif
pajak sebesar 40% (Rp 400.000.000,00)
b. di negara Y, memperoleh penghasilan Netto Rp 3.000.000.000 dengan
tarif pajak sebesar 25% (Rp 750.000.000,00)
c. di negara Z, menderita kerugian Rp 2.500.000.000
d. Penghasilan netto usaha di dalam negeri Rp 4.000.000.000
JAWAB :
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan luar negeri :
a. Laba di Negara X Rp 1.000.000.000
b. Laba di Negara Y Rp 3.000.000.000
c. Laba di Negara Z Rp 0 +
Jumlah penghasilan luar negeri Rp 4.000.000.000
22/9/22

Penghasilan dalam negeri = Rp 4.000.000.000


Jumlah penghasilan neto adalah :
Rp 4.000.000.000+ Rp 4.000.000.000
= Rp 8.000.000.000,00
PPh Badan = Rp 8.000.000.000 x 25%
= Rp 2.000.000.000
2. Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk
masing-masing negara adalah :
a. Untuk negara X = Rp.1.000.000.000,00 x Rp2.000.000.000,00
Rp 8.000.000.000,00
= Rp 250.000.000,00
22/9/22
b. Untuk negara Y = Rp.3000.000.000 x Rp 2.000.000.000
Rp 8.000.000.000
= Rp 750.000.000

2. Beban pajak dibayarkan di luar negeri


Negara X = Rp 400.000.000
Negara Y = Rp 750.000.000

3. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah:


Negara X = Rp 250.000.000
Negara Y = Rp.750.000.000 +
Rp 1.000.000.000
PPh Pasal 29 :
PPh Terutang : Rp 2.000.000.000
Kredit Pajak (Psl 24) : Rp 1.000.000.000

Rp 1.000.000.000
Soal 2
22/9/22
PT Buana berkedudukan di Semarang, mempunyai Penghasilan Kena Pajak
dari peredaran bruto Rp 55 Miliar :
Indonesia = Rp. 200.000.000,-
Brunei Darussalam = Rp. 200.000.000,- ( tarif yang berlaku 10%)
Filipina = Rp. 100.000.000,- ( tarif yang berlaku 20%)
Singapura = Rp. 200.000.000,- ( tarif yang berlaku 30%)
a. Berapa kredit pajak masing-masing negara ?
b. Berapa PPh yang harus dibayar di Indonesia ?

JAWAB :
Jumlah Penghasilan Rp. 700.000.000,-
Beban PPh Badan = 25% x 700.000.000
= Rp 175.000.000
Brunei Darussalam :
PPh yang dibayar 10% x Rp. 200.000.000,- = 20.000.000,-
Bagian penghasilan :
( Rp. 200.000.000,- / 700.000.000,- ) x Rp. 175.000.000 = Rp. 50.000.000,-
Kredit Pajak = Rp. 20.000.000,-
22/9/22

Filipina :
PPh yang dibayar 20% x Rp. 100.000.000 = Rp. 20.000.000,-
Bagian penghasilan :
( Rp. 100.000.000,- / 700.000.000,- ) x Rp. 175.000.000 = Rp. 25.000.000,-
Kredit Pajak = Rp. 20.000.000,-

Singapura :
PPh yang dibayar 30% x Rp. 200.000.000 = Rp. 60.000.000,-
Bagian penghasilan :
( Rp. 200.000.000,- / 700.000.000,- ) x Rp. 175.000.000 = Rp. 50.000.000,-
Kredit Pajak = Rp. 50.000.000,-

Kredit pajak:
Rp. 20.000.000,- + Rp 20.000.000 + Rp. 50.000.000,- = Rp. 90.000.000,-


PPH pasal 29

PPH Terutang : Rp 175.000.000

Kredit pajak ps 24 : Rp 90.000.000
Rp 85.000.000
22/9/22

Terima Kasih dan Semoga


bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai