Anda di halaman 1dari 55

INDIKATOR

PERENCANAAN
PEMBANGUNAN

Ernan Rustiadi
Indikator adalah ukuran kuantitatif
dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.

 sesuatu yang dihitung/diukur


 dasar menilai atau melihat kinerja
(perencanaan, pelaksanaan, maupun
setelah selesai dan berfungsi)
 untuk meyakinkan dan menunjukkan
kemajuan menuju tujuan dan sasaran
Menurut Friend (2000): tiga sisi (interface)
konsep umum mengenai indikator
pembangunan berkelanjutan.

Sisi 1: Culture-ecology interface


Sisi 2: Culture-economy interface
Sisi 3: Economy–ecology interface
Ekologi

1 3

2
Budaya Ekonomi
Tiga cara menetapkan indikator
pembangunan:

(1) indikator berbasis tujuan pembangunan,

(1) indikator berbasis kapasitas sumberdaya,


dan

(1) indikator berbasis proses pembangunan


“Growth” (Produktifitas,
Efisiensi, dan Pertumbuhan)

Indikator
Berdasarkan “Equity” (Pemerataan,
“Tujuan Keadilan, dan Keberimbangan)
Pembangunan”

“Sustainability” (Keberlanjutan)

Sumberdaya Alam

Indikator Sumberdaya Manusia


Berdasarkan
Indikator Kinerja
“Kapasitas
Pembangunan
Sumberdaya Sumberdaya Buatan
Wilayah
Pembangunan”

Sumberdaya Sosial

Input

Implementasi/Proses

Indikator
Output
Berdasarkan
“Proses
Pembangunan” Outcome

Benefit

Sistematika penyusunan konsep- Impact


konsep indikator kinerja
pembangunan wilayah
Berbagai Indikator
Produktifitas, Efisiensi dan Pertumbuhan (Growth)
a. Pendapatan wilayah: PDRB, PDRB Pendapatan Asli
per Kapita, Pertumbuhan PDRB, Daerah (PAD)
Regional Income, Personal
dalam
income, Disposable income
b. Kelayakan Finansial/Ekonomi: nomenklatur
NPV, BC Ratio, IRR, BEP, dll pembangunan di
c. Spesialisasi, Keunggulan Indonesia
Komparatif /Kompetitif Sektor mencerminkan
Basis pendapatan yang
d. Produksi-produksi Utama (tingkat diperoleh oleh
produksi, produktifitas, dll)
Migas, Produksi Padi/Beras, pemerintah
Karet, Kelapa Sawit, dll daerah.
Total Nilai Produksi Barang
dan Jasa

atas dasar harga pasar

PDRB (nilai
Struktur Keterkaitan
Intermediate cost
tambah bruto)
Berbagai Konsep
Pendapatan Wilayah
dan Masyarakat
PDRN Penyusutan

PDRN atas dasar Pajak tidak Langsung = (Pajak penjualan, bea ekspor,
biaya faktor bea cukai, dll) + (subsidi harga

Wilayah lain/
Central Gout

Pendapatan
Net Capital Flow = Capital Inflow - Capital Outflow
wilayah neto

Regional Personal
Income
Pajak/Iuran Usaha dan Profit yang tidak dibagikan
(pendapatan
masyarakat)

Regional
+ Transfer Pemerintah ke
Disposable Pajak iuran perorangan/RT
RT
Income
Sumber-sumber
Penerimaan
Daerah

Hasil Pengelolaan Lain-lain Hubah,


Pendapatan Asli Dana Kekayaan Daerah Dana, Darurat
Pinjaman Daerah
Daerah (PAD) Perimbangan Lainnya yang Penerimaan
Dipisahkan Lainnya

Pajak

Dana Alokasi Khusus


Dana Alokasi Umum

Penjualan Saham
Retribusi

Dalam Negeri

Bagian Laba
Luar Negeri
Bagi Hasil

Dividen
Keuntungan
Perusda
Pengelolaan Aset
Daerah
Lain-lain

Pajak Bumu dan Kebutuhan di Luar


Bangunan Alokasi Umum

BPHTB Prioritas Nasional

Hasil hutan, tambang


Dana Reboisasi
umum, perikanan

Minyak Bumi Matching Grant

Gas Alam

Sumber: UU 25/99 tentang Perimabangan Keuangan Antara pemerintah Pusat dan Daerah

Gambar. Sumber-sumber Penerimaan Daerah


Sebagian (APBD) pada dasarnya merupakan
kegiatan-kegiatan investasi pembangunan.
Pengaruh PAD terhadap peningkatan pendapatan
wilayah memiliki lag waktu:

RI t   ( PAD t  n )
dimana RIt adalah pendapatan wilayah pada tahun
ke-t dan PADtn adalah besarnya PAD pada tahun
(beberapa tahun) sebelumnya.
Total nilai barang dan jasa (nilai tambah)
yang dihasilkan di suatu wilayah yang telah
dihilangkan unsur-unsur intermediate cost-
nya dikenal sebagai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic
Product (GDP)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 (dalam Juta Rupiah)
Rata-rata
(PDRB) No Propinsi
1975 1988 2000 2003
pertumbuhan
per tahun

Provinsi 1 Daerah Istimewa Aceh 192,135 5,009,734 9,129,358 9,899,263 1.17

atas dasar 2 Sumatera Utara 683,121 4,999,215 24,016,595 24,016,630 1.06

harga
3 Sumatera Barat 221,647 1,596,840 7,868,238 17,868,238 1.30
4 Riau 1,734,981 8,500,905 21,633,369 21,635,953 0.75

konstan 5 Jambi 94,116 697,268 3,368,572 3,368,572 1.06

1993 6
7
Sumatera Selatan
Bengkulu
458,976
34,932
4,509,326
395,948
12,591,905
1,744,250
12,599,071
1,744,250
0.98
1.16
8 Lampung 228,831 1,644,969 7,174,254 22,380,316 1.36
9 D.K.I Jakarta 1,036,917 11,469,201 59,694,420 59,491,932 1.20
10 Jawa Barat 1,726,514 15,167,864 55,568,752 63,149,579 1.07
11 Jawa Tengah 1,178,660 10,652,348 40,941,667 37,362,405 1.03
12 D. I. Yogyakarta 146,205 976,436 4,353,595 12,994,039 1.33
13 Jawa Timur 1,881,520 14,420,047 56,856,521 53,246,133 0.99
14 Bali 152,916 1,354,561 7,521,841 7,521,841 1.16
15 Kalimantan Barat 170,241 1,404,183 7,274,000 7,274,000 1.12
16 Kalimantan Tengah 65,903 686,569 4,095,778 4,133,556 1.23
17 Kalimantan Selatan 124,464 1,197,537 6,382,553 6,333,624 1.17
18 Kalimantan Timur 485,089 5,309,167 22,380,316 22,380,316 1.14
19 Sulawesi Utara 149,458 825,027 3,220,688 4,117,109 0.98
20 Sulawesi Tengah 53,559 486,776 2,383,700 8,111,759 1.49
21 Sulawesi Selatan 358,503 2,449,971 10,101,948 8,962,028 0.96
22 Sulawesi Tenggara 38,922 420,778 1,672,193 1,588,457 1.10
23 Nusa Tenggara Barat 99,821 689,965 4,510,571 4,509,148 1.13
Sumber: BPS
24 Nusa Tenggara Timur 93,718 632,362 2,946,892 2,936,892 1.02
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 1993 (Rupiah)
Rata-rata pertumbuhan per
No Provinsi
1998 1999 2000 tahun
PDRB
per 1 Daerah Istimewa Aceh 2.685.076 2.530.332 2.323.445 -0,13

kapita 2 Sumatera Utara 1.996.988 2.024.927 2.062.840 0,03


3 Sumatera Barat 1.790.035 1.808.158 1.851.996 0,03
4 Riau 4.467.537 4.449.921 4.372.170 -0,02
5 Jambi 1.342.734 1.357.300 1.399.393 0,04
6 Sumatera Selatan 1.795.544 1.813.377 1.825.163 0,02
7 Bengkulu 1.212.165 1.224.609 1.115.389 -0,08
8 Lampung 1.034.159 1.059.646 1.065.892 0,03
9 D.K.I Jakarta 6.914.252 6.883.322 7.139.559 0,03
10 Jawa Barat 1.411.393 1.413.173 1.555.498 0,09
11 Jawa Tengah 1.254.201 1.287.441 1.311.255 0,04
12 D. I. Yogyakarta 1.556.764 1.561.541 1.607.702 0,03
13 Jawa Timur 1.596.984 1.606.242 1.635.406 0,02
14 Bali 2.377.722 2.364.761 2.387.842 0,00
15 Kalimantan Barat 1.896.126 1.918.163 1.811.096 -0,04
16 Kalimantan Tengah 2.342.622 2.303.142 2.207.403 -0,05
17 Kalimantan Selatan 2.043.661 2.106.834 2.138.908 0,04
18 Kalimantan Timur 8.918.509 9.105.940 9.127.763 0,02
19 Sulawesi Utara 1.338.906 1.405.401 1.609.643 0,17
20 Sulawesi Tengah 1.121.786 1.130.886 1.095.454 -0,02
21 Sulawesi Selatan 1.230.697 1.251.233 1.254.778 0,02
22 Sulawesi Tenggara 925.699 922.864 918.596 -0,01
23 Nusa Tenggara Barat 877.144 892.934 1.125.223 0,23
24 Nusa Tenggara Timur 728.821 734.610 770.801 0,05
25 Maluku 1.497.127 1.150.566 1.115.534 -0,27
Nilai PDRB yang telah dikurangi nilai-nilai
penyusutan dikenal sebagai Produk Domestik
Regional Neto (PDRN).

Tidak semua pendapatan dalam PDRB akan


benar-benar menjadi menjadi pendapatan
wilayah karena adanya capital outflow (uang
yang mengalir ke luar wilayah)

Capital Outflow:
Return (keuntungan/balas jasa) pemilik modal
Pendapatan (pajak) untuk pemerintah
pusat/daerah lain
 Tidak semua pendapatan wilayah menjadi pendapatan
masyarakatnya (personal income)
 Karena adanya pajak pendapatan perusahaan ( corporate
income taxes) dan iuran/pungutan-pungutan
masyarakat.

 Namun tidak semua pendapatan masyarakat/perorangan


(personal income) siap untuk dibelanjakan,
 Sebagian pendapatan masyarakat digunakan membayar
Pajak Penghasilan, Pajak Bumi Bangunan, dan pajak-
pajak/iuran-iuran

 Pendapatan yang benar-benar siap untuk dibelanjakan


(disposable income) adalah bagian pendapatan yang
benar-benar dapat digunakan untuk dibelanjakan atau
ditabung.
Tidak semua pendapatan wilayah
otomatis akan menjadi pendapatan
masyarakatnya (personal income),
Pendapatan
Pemerintah Pusat
PDRB (Pajak,
Pembagian hasil,
dll)
Pendapatan
Penyusutan
Usaha/kegiatan

Pendapatan
Bersih Usaha/ Pajak/

kegiatan Retribusi
Usaha
Personal
Income

Pendapatan
Usaha yang
tdk dibagikan

Pajak/iuran
Disposable Rumah
Income Tangga
Keberimbangan, Pemerataan dan Keadilan
a. Distribusi Pendapatan: Gini Ratio,

b. Ketenagakerjaan/Pengangguran: Pengangguran
Terbuka, Pengangguran Terselubung dan setengah
Pengangguran

c. Kemiskinan: Good-service Ratio, Konsumsi Makanan,


Garis Kemiskinan (Pendapatan setara beras, dll)
d. Regional Balance: Spatial Balance (primacy index,
entropy, index Williamson), Sentral Balance dan
Capital Balance
Dimensi pemerataan, keberimbangan,
dan keadilan terdiri atas dimensi-
dimensi:

1) institusi/ kelompok/ stakeholder,


2) spasial, dan
3) sektor.
Kelayakan Finansial
dan
Kelayakan Ekonomi
Kelayakan finansial dan ekonomi:

1. Payback Period,
2. Benefit Cost Ratio (BCR),
3. Net Present Value (NPV),
4. Net Benefit Cost Ratio (Net BCR)
Internal Rate of Return (IRR).
(a) Net Present Value (NPV)
NPV merupakan nilai sekarang dari suatu usaha atau
industri dikurangi dengan biaya sekarang dari suatu
industri pada tahun tertentu.

n (Bt  Ct)
NPV  
t 1 (1  i)t

Bt : manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha atau


proyek pada time series (tahun, bulan, dan sebagainya) ke-t (Rp)
Ct : biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan proyek pada time
series ke-t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat
modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya)
(Rp)
i : merupakan tingkat suku bunga yang relevan
t : periode ( 1,2,3…,n)
Pengambilan Keputusan atas Kelayakan dengan Kriteria NPV

NPV

Layak Tidak Layak

0 NPV=0 Tingkat Diskonto


(%)
(b) Net Benefit Cost Ratio (NBC ratio)
BC ratio dipakai secara eksklusif untuk mengukur
manfaat sosial dalam analisis ekonomi dan jarang
dipakai untuk analisis investasi private.

n
NetBCR   (Bt  Ct )/(1  i)t
t 1

atau

n t
 Bt /(1  i)
B/C  t 1
n t
 C t /(1  i)
t 1
(c) Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai diskonto yang


membuat NVP dari kegiatan usaha sama dengan nol.
Dengan demikian IRR merupakan tingkat bunga
maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha
tersebut untuk sumberdaya yang digunakan.

NPV '
' '' '
IRR  i  (i  i )
'
NPV  NPV ''

Dimana: i’: tingkat discount rate (DR) pada saat NPV positif ; 
i” : tingkat discount rate (DR) pada saat NPV negatif ; NPV’:
nilai NPV positif ; NPV”: nilai NPV negatif .
(d) Analisis Break Event Point (BEP)
Analisis Break Event Point (BEP) digunakan untuk mengetahui
jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu kegiatan
usaha atau sebagai penentu batas.

TB dan TP
TP

BEP

BV

Dimana TP : Total penerimaan ; TB : Total biaya ; TBT : Total biaya


tetap ; TBV: Total biaya variabel ; Q : Volume penjualan ; BV :
Biaya variabel per unit.
Unsur-Unsur Perbedaan dalam Analisis Finansial dan Analisis
Ekonomi
Perbedaan Analisis
No Unsur
Finansial Ekonomi (Sosial)
1 Harga Didasarkan atas harga yang Harga yang dipakai adalah harga bayangan (shadow
berlaku setempat (market price) yang merupakan opportunity cost.
price) atau harga yang
diterima pengusaha
2 Subsidi Subsidi menambah manfaat Subsidi merupakan biaya. Harga pasar harus
industri disesuaikan untuk menghilangkan pengaruh
subsidi jika subsidi menurunkan harga barang-
barang input, maka besarnya subsidi harus
ditambahkan pada harga pasar barang-barang
input.
3 Pajak Pajak diperhitungkan sebagai Pajak tidak diperhitungkan dalam biaya industri
biaya karena merupakan transfer payment.
4 Upah Tingkat upah yang berlaku Upah yang digunakan adalah upah bayangan (shadow
Tenaga setempat wages) yang merupakan opportunity cost.
Kerja
5 Dibedakan atas: Besarnya bunga modal biasanya tidak dipisahkan/
Bunga - Bunga yang dibayarkan dikurangkan dari hasil kotor, atau tidak
Modal kreditor (dianggap biaya) diperhitungkan dalam biaya
- Bunga modal tidak
dianggap biaya
Analisis ekonomi ditujukan untuk
mengestimasi nilai ekonomi suatu aktifitas
usaha/program dilihat dari sisi perekonomian
masyarakat.

Dalam analisis ekonomi dilakukan


penyesuaian harga finansial agar dapat
menggambarkan nilai sosial secara
menyeluruh baik untuk input maupun output
suatu usaha/program investasi.
Ada beberapa cara untuk menyatakan nilai
ekonomi tersebut ke dalam nilai tukar domestik
yakni:

1) menggunakan harga bayangan nilai tukar luar


negeri (shadow price of foreign exchange),
yang akan meningkatkan nilai produk yang
diperdagangkan karena muncul premium
terhadap nilai tukar luar negeri yang
disebabkan oleh kebijakan perdagangan, dan
2) menggunakan nilai tukar resmi dan
menerapkan faktor konversi terhadap
opportunity cost atau nilai pemanfaatan barang
yang tidak diperdagangkan yang dinyatakan ke
dalam nilai tukar domestik.
Sektor ekonomi wilayah:
(1)sektor basis dimana kelebihan dan
kekurangan yang terjadi dalam proses
pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan
terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar
wilayah. Artinya industri basis ini akan
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
pasar domestik daerah maupun pasar luar
wilayah/daerah.
(2)Sedangkan sektor non basis/sevice: adalah
sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya
melayani pasar di daerahnya sendiri, dan
kapasitas ekspor ekonomi daerah belum
berkembang.
Location Quotient:

Indikasi Sektor basis, sektor yang surplus,


keunggulan komparatif

X ij / X i.
LQij 
X . j / X ..
dimana: Xij = derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i
Xi. = total aktifitas di wilayah ke-i
X.j = total aktifitas ke-j di semua wilayah
X.. = derajat aktifitas total wilayah
analisis shift-share
Indikasi keunggulan Kompetitif
sektor/komoditas/kegiatan

 X ..(t1)   X i (t1) X ..(t1)   X ij (t1) X i (t1) 


SSA    1      
X  X X  X X 
 ..( t 0 )   i ( t 0 ) ..( t 0 )   ji ( t 0 ) i ( t 0 ) 

a b c

Dimana : a = komponen share ; b = komponen proportional shift; c =


komponen differential shift, dan ; X.. = Nilai total aktifitas dalam total wilayah ; Xi
= Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah; Xij = Nilai aktifitas tertentu
dalam unit wilayah tertentu ; t1 = titik tahun akhir ; t0 = titik tahun awal.
Kurva Distribusi Pendapatan (Kurva Lorenz) dan Kurva Marxian
Utopia
100
Kurva Marxian Utopia
80
Kurva Lorenz
Persentase Kumulatif
Pendapatan (f(x)) 60

40

20

0 20 40 60 80 100
Persentase Kumulatif Penduduk (x)

GR = Gini Ratio

f(x) = fungsi dari kurva


distribusi pendapatan
suatu wilayah.
Penyerapan Tenaga Kerja
(Tingkat Pengangguran)

Indikator penyerapan tenaga kerja dan tingkat


pengangguran dapat dipandang sebagai bentuk
operasional dari konsep indikator tujuan ekonomi atau
growth (produktifitas dan efisiensi). Namun indikator ini
juga sering dianggap bagian dari konsep indikator
kapasitas sumberdaya manusia (SDM).
Kemiskinan

Secara hakiki, kemiskinan didefinisikan sebagai


suatu keadaan dimana tingkat pendapatan
seseorang menyebabkan dirinya tidak dapat
mengikuti tata nilai dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Walau laju pertmbuhan ekonomi meningkat,
Pengangguran dan Kemiskinan juga naik…
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Terbuka, dan
Jumlah Orang Miskin (%)
Laju P engangguran Tbk (% )

12.0

16.0
10.5
17.4 16.7
2005
18.2 2004
9.0 2003
18.0 2002
7.5
2001
6.0
3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0
Pertumbuhan Ekonomi (%)

Sumber: BPS (diolah).


Catatan: Persentase penduduk miskin tahun 2005 (16,0%) adalah per
Februari. Per Maret 2006, jumlah orang miskin mencapai 39,05 juta
jiwa (17,75%)  63% ada di perdesaan.
Kemiskinan paling banyak diderita rumah tangga
pertanian…
Distribusi Persentase Penduduk Miskin Menurut Lapangan Pekerjaan Kepala
Rumah Tangga

70
63.80
60
59.58 58.83 57.70
54.17 57.69
51.94
50

40
(% )

34.31 35.57 34.38


33.17 34.66
30 29.80
24.40
20
13.76 11.80
12.52
10 12.66
5.75 7.92
5.60 Sumber: BPS
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tidak Berkerja/Lainnya Pertanian Industri

 Orang Indonesia miskin bukan karena malas bekerja (“tidak


bekerja + sektor lainnya” cuma 34%).
 Mereka miskin karena produktivitas rendah atau upah riil
rendah.
Sebagian Besar Penduduk Miskin tinggal di
Perdesaan

60

50
Penduduk Miskin (juta)

40
Kota
30 Desa
Total
20

10

0
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Kota 9.42 17.6 15.64 12.3 8.6 13.3 12.2 11.4 12.4
Desa 24.59 31.9 32.33 26.4 29.3 25.1 25.1 24.8 22.7
Total 34.01 49.5 47.97 38.7 37.9 38.4 37.3 36.2 35.1
Tahun
Persentase Jumlah KK Petani & Jumlah KK Miskin
Menurut Pulau Besar Utama

90.00

80.00

70.00

60.00

50.00

40.00 Jumlah KK petani


Jumlah KK miskin
30.00

20.00

10.00

0.00
TENGGARA

PAPUA
SUMATERA

MALUKU
SULAWESI
KALIMANTAN
JAWA-BALI

Sumber:
NUSA

Podes 2006
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten/Kota
Tangerang
Kabupaten
Indramayu
Kabupaten
Pandeglang

Kabupaten/
Kota Bandung

Kabupaten/
Kota Sukabumi
Kabupaten
Ciamis

GAMBAR 6. TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA (%)


MENURUT KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH PROPINSI JAWA BARAT, 1996
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten/Kota
Tangerang
Kabupaten
Indramayu
Kabupaten
Pandeglang

Kabupaten/
Kota Bandung

Kabupaten/
Kota Sukabumi
Kabupaten
Ciamis

GAMBAR 7. TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA (%)


MENURUT KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH PROPINSI JAWA BARAT, 1999
Kapasitas Sumberdaya Manusia

pembangunan:
Suatu proses memperluas pilihan‑pilihan bagi
penduduk (a process of enlarging people's choices).

Penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the


ultimate end), bukan alat, cara atau instrumen
pembangunan sebagaimana yang dilihat oleh model
formasi modal manusia (human capital formation)
UNDP sejak 1990 menggunakan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI)

Merupakan indikator komposit tunggal

Mengukur tiga dimensi pokok


pembangunan manusia yang dinilai
mencerminkan status kemampuan dasar
(basic capabilities) penduduk.
Kapasitas
Sumberdaya Manusia

a. Knowledge (Education)
b. Skill (Keterampilan)
c. Competency
d. Etos Kerja/Sosial
e. Pendapatan/Produktivitas
f. Kesehatan
g. Human Development index (HDI)
h. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kapasitas Sumberdaya Alam
Klasifikasi umum sumberdaya alam:
1. sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non
renewable resources)
2. sumberdaya alam yang dapat diperbarui (renewable
resources).

Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui:


sumberdaya stok, bersifat exhaustible seperti logam,
minyak bumi, mineral, dan gas adalah sumberdaya
dengan supply terbatas.

Exploitasi sumberdaya ini akan menurunkan


cadangan dan ketersediaannya.
Sumberdaya yang dapat diperbarui:

Sebagai “flow”,

Sumberdaya yang supplynya dapat mengalami


regenerasi secara terus menerus baik secara biologi
maupun bukan melalui proses biologi.

Ada yang benar-benar supply-nya tidak terbatas (infinite)

Ada juga yang dapat diperbarui sepanjang laju


pemanfaatannya tidak melampaui titik kritis pemanfaatan

Diperbarui melalui proses biologi (ikan, hutan, dll) dan


bukan biologi (air dari mata air, situ, dll).
Sumberdaya Alam

Konsumsi
Produksi

Limbah

Residual

Keterkaitan antar sumberdaya alam dengan aktifitas


ekonomi (Anwar, 2005)
Kriteria Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Berkelanjutan

Komponen
Sumberdaya Kriteria Pemanfaatan berkelanjutan
alam
Sumberdaya alam Laju ekstraksi/pemanenan tidak melebihi laju
dapat regenerasinya
diperbarui
Sumberdaya alam Laju ekstraksi/pemanenan tidak melebihi laju
tidak dapat kemampuan produksi subtitusinya
diperbarui
Laju produksi tidak melebihi laju
Limbah pemanfaatan oleh aktifitas industri lain
dan laju pendaurannya
Sumberdaya Sosial

Fungsi dan Peranan Kelembagaan


Kelembagaan (institution), sebagai:
a. aturan main (rule of game)
dan
b. organisasi

berperan penting dalam mengatur penggunaan/alokasi


sumberdaya secara efisien, merata, dan berkelanjutan
(sustainable).
Sering terjadi kesalahpahaman bahwa kelembagaan
diartikan identik atau dicampur-adukkan dengan sistem
organisasi.

Dalam konsep ekonomi kelembagaan (institutional


economic), maka organisasi merupakan suatu bagian (unit)
pengambil keputusan yang didalamnya diatur oleh sistem
kelembagaan atau aturan main (behavior rule).

Aturan main mencakup kisaran yang luas dari bentuk yang


berupa konstitusi dari suatu Negara, sampai kepada
kesepakatan antara dua pihak (individu) yang menyepakati
suatu aturan yang secara bersama mengenai pembagian
manfaat dan beban (biaya) yang harus ditanggung oleh
masing-masing pihak guna mencapai tujuan tertentu.
Secara operasional indikator perkembangan
kelembagaan dapat dilihat dari:

(1) perkembangan peraturan,


perundang‑undangan serta
kebijakan‑kebijakan; dan

(2) ada tidaknya, serta perkembangan


lembaga‑lembaga (organisasi) masyarakat baik
formal maupun non formal sosial, maupun
lembaga pemerintahan.
Indikator Proses
Input

Implementasi/proses

Output

Outcome

Benefit

impact

Struktur Proses Pembangunan


Input: indikator-indikator mengenai kapasitas dari
sumberdaya pembangunan, baik yang mendasar maupun
antara.

Iimplementasi adalah segala besaran yang menunjukan


upaya yang dilakukan dalam rangka mengolah masukan
menjadi keluaran.

Keluaran (output): sesuatu yang diharapkan langsung


dicapai dari suatu kegiatan implementasi
pembangunan yang dapat berupa fisik dan/atau non
fisik. Indikator keluaran umumnya berupa keragaan-
keragaan hasil produksi.

Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu


yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
- Biofisik Wilayah (SDA & Lingkungan
Indikator
- SDM
Input Dasar
- Social Capital
(Capital )
- Infrastruktur (sumberdaya Buatan)
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

- Investasi Swasta
Input Antara - DAU (APBN)
- Anggaran Pembangunan

Keterkaitan antar
JANGKA PENDEK
ADM Pemerintah

Proses/
- Manajemen/administrasi Pembangunan
- Dinamika Masyarakat
Indikator-Indikator
Implementasi
- Good Governance
Proses
- PAD
Pembangunan
Output
- Produksi-produksi Bruto
- PDRB Wilayah
- Bangunan Fisik, Saranan dan Prasarana

- Pendapatan Keluarga Personal (Disposable


Income); Regional Income
Outcome
- Penyerapan Tenaga Kerja/Pengangguran
- Keragaan-Keragaan Intenal Sistem Usaha

- Kesejahteraan Masyarakat
Manfaat - Indeks Kualitas Hidup (IPM, HDI)
(Benefit ) - Pemerataan dan Keadilan
- Sustainability

- Dampak Eksternal Inter-Regional


Dampak - Dampak Jangka Panjang
- Pencemaran
Tugas Pendalaman tentang aspek teknis
Indikator Pembangunan
a.Konsep/definisi (theoritis dan teknis, Universal dan nasional)
b.Cara penghitungan
c.Data eksisting di Indonesia

1. Kemiskinan
2. Indeks Pembangunan Manusia
3. Pengangguran
4. Pendapatan rumah tangga
5. “Nilai Tukar” (Petani)
6. Ketimpangan pendapatan (vertikal)
7. Ketimpangan antar wilayah/daerah
8. Total Factor Productivity
9. Daya saing daerah
10.Margin tata niaga
11.Daya beli/purchasing power parity
12.Pendidikan
13.Kesehatan
14.Good governance
15.Social Capital

Anda mungkin juga menyukai