Anda di halaman 1dari 6

OPERASI TRIKORA SEBAGAI UPAYA

MENGEMBALIKAN IRIAN BARAT KE WILAYAH


NEGARA KESATUAN INDONESIA

Disusun Oleh Kelompok 10 :

1. Nimas dewina adani putri ( 202101090023 )


2. Safina fitriani ( 202101090025 )
3. Dina mustaqimah ( 202101090042 )
4. Lailatul isnaini ( 202101090040 )
Proses Operasi Trikora dilakukan untuk mengembalikan
Irian Barat ke Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Proses operasi Trikora yang dilakukan Bangsa Indonesia sebagai upaya mengembalikan Irian Barat ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah karena dalam Sidang BPUPKI telah menyepakati bahwa wilayah
Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda, yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, dari
provinsi Aceh sampai Irian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno selaku Panglima tertinggi
ABRI menggumumkan Tri Komando Rakyat di Yogyakarta dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat.
Menindaklanjuti perintah Tri Komando Rakyat yang diperintahkan oleh Presiden Soekarno bahwa pembentukan
Komando Mandala pada tanggal 2 Januari 1962 yang bersifat gabungan (unified command) dari unsur AD, AL, dan
AU yang meliputi wilayah Indonesia bagian Timur dengan tugas: Menyelenggarakan operasi-operasi militer dalam
perjuangan merebut wilayah Irian Barat yang diduduki Belanda,dan sebagai tindak lanjut pembentukan Komando
Mandala tersebut, maka harus segera disusun organisasi dan personilnya. Pada tanggal 15 Januari 1962 ketika jam
menunjukan pukul 12:15 waktu 1 (zone time) malam hari, di angkasa terlihat dua buah pesawat yang terbang pada
ketinggian 3.000 kaki melintasi formasi patroli ALRI. Dari bayangan yang terlihat diperkirakan bahwa pesawat-
pesawat terbang itu adalah milik Belanda jenis Neptune dan Firefly. Kedua kapal itu adalah dua buah kapal
perusak, milik Belanda, yang menyebabkan terbakar dan tenggelamnya kapal perang Indonesia bersama-sama
dengan Komodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno, serta beberapa awak kapalnya. Pertempuran ini pecah pada
tanggal 15 Januari 1962 dan menenggelamkan KRI Macan Tutul serta mengugurkan Komodor Yos Sudarso yang
telah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, yaitu “Kobarkan semangat Pertempuran”.
Upaya untuk mengembalikan Irian Barat ke Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Adapun upaya-upaya yang dilakukan Bangsa Indonesai dalam mengembalikan Irian Barat ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, pertama melalui upaya diplomasi politik, upaya diplomasi sudah
dimulai sejak cabinet Natsir (1950) yang selanjutnya dijadikan program oleh setiap kabinet, Perjuangan
secara diplomsi ditempuh dengan dua tahap, yaitu:
a) secara bilateral melalui perundingan dengan Belanda.
b) Diplomasi dalam forum PBB.
Pemerintah Indonesia membawa masalah Irian Barat di dalam acara Sidang Majelis Umum Perserikatan
Bangsa Bangsa, upaya Indonesia menemui kegagalan karena tidak pernah memperoleh tanggapan yang
positif dari sebagian besar anggota PBB. Kedua melalui upaya Ekonomi, sampai tahun 1957 upaya melaui
jalan damai belum membawa hasil, maka Bangsa Indonesia mengambil-alih salah satunya adalah
Nasionalisasi de javasche Bank menjadi Bank Indonesia tahun 1951. Pemerintah Indonesia secara bertahap
mulai mengambil langkah yang konkrit dalam pembebasan Irian Barat. Keempat melalui pergerakan militer,
Perjuangan Militer merupakan perjuangan melalui jalur perang atau konfrontasi bersenjata yang seringkali
menjadi kekuatan yang paling ditonjolkan oleh suatu negara, dengan tujuan untuk menunjukan kesungguhan
Indonesia dalam memperjuangkan apapun yang menjadi haknya, menunjukan sikap tidak kenal menyerah
dalam merebut Irian Barat.
Kondisi Politik pada saat Peristiwa Irian Barat

Dari paparan dan ulasan mengenai peristiwa Trikora dapat dikatakan bahwa upaya pembebasan Iirian Barat
tidak terlepas dari berlalunya upaya diplomasi karena sikap inkonsensistensi Belanda. Para elit politik yang
berjuang di forum internasional telah menunjukkan ketegasan mengenai wilayah irian barat yang merupakan
bagian dari Republik Indoenisa. Masalahnya sikap Belanda enggan menyerahkan irian barat turut didukung
oleh negara lainnya. Hal kemudian mendorong presiden Soekarno membatalkan secara sepihak hasil KMB
pembatalan ini dipicu oleh sikap Belanda yang terus mengulur waktu sehingga Indonesia memperlihatkan
sikap anti kolonialismenya.
Sikap anti kolonialisme dan anti imperialisme sebagai bagian internal politik keamanan diwujudkan dalam
Trikora untuk merebut irian barat dan dwikora untuk menghadapi Neokolonialisme Inggris di Malaysia .
Terdapat beberapa aspek yang digarisbawahi dalam melihat peran dan keterlibatan intelijen dalam politik
konfrontasi Irian Barat.Pertama peran intelijen pada tahap infiltrasi sebetulnya memiliki arti strategis karena
disitulah dimulai peran intelijen yang sesungguhnya, yakni mengumpulkan data dan informasi.
Kedua sikap antipati Soekarno terhadap Belanda yang semakin memuncak karena masalah Irian Barat
menyebabkan dia terdorong ingin segera dilakukan kegiatan provokasi militer. Ada kemungkinan provokasi
ini dijadikan sebagai “pesan politik” kepada Belanda bahwa Indonesia serius dalam upaya pembebasan Irian
Barat. Namun tidak terbaca jelas apakah ada kaitan antara keterlibatan intelijen dan kemauan Soekarno.
Lanjutan .....

Ketiga, intelijen yang terlibat dalam upaya pembebasan Irian Barat dapat dikatakan murni intelijen militer. Hal ini
karena pengerahan intelijen dilakukan untuk menyokong digelarnya operasi militer di Irian Barat dalam bentuk
serangan fisik secara terbuka terhadap Belanda. Kerja intelijen militer ini dilakukan mulai dari tahap persiapan,
penyusupan, hingga membentuk basis-basis kekuatan di daerah-daerah yang berhasil dikuasai.
Keempat, walaupun peran dan fungsi intelijen tidak maksimal hingga akhirnya pertempuran Laut Arafuru yang tidak
seimbang terjadi intelijen kembali menunjukkan perannya saat Komando Mandala. Peran ini terlihat dalam tahap
ilfiltrasi dan terlihat koordinasi dan komunikasi yang baik antara intelijen TNI AL, AU dan AD. Tindakan intelijen
militer saat itu berimplikasi pada persiapan teknis yang matang untuk operasi Jayawijaya. Kematangan persiapan ini
menyebabkan Belanda berpikir ulang bahwa kekuatan fisik Indonesia tidak bisa dianggap sepele. Akhirnya Belanda
mau menyerahkan Irian Barat lewat jalur damai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai