Anda di halaman 1dari 7

(PEMBEBASAN IRIAN BARAT : PASANG SURUT HUBUNGAN INDONESIA-

BELANDA PADA TAHUN 1961-1962)

ARTIKEL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia, yang diampu
oleh Reza Azhari, S.Pd

oleh :
(Imelda Desiska)
(XII IPA 1)

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 KOTA SUKABUMI


Jalan R.H. Didi Sukardi No. 124 Telp/Fax. (0266) 221371/229068 Kota Sukabumi –
43143
(Pembebasan Irian Barat : Pasang Surut Hubungan Indonesia-Belanda pada Tahun
1961-1962)
Oleh : Imelda Desiska
Penulis adalah pelajar di SMAN 1 Kota Sukabumi, kelas 12 IPA 1

Abstrak
Indonesia dengan Belanda memiliki hubungan secara diplomatis yang istilahnya pasang surut.
Semua bermula ketika Belanda enggan mengakui kedaulatan Irian Barat sebagai wilayah dari
NKRI pada perjanjian Konferensi Meja Bundar. Berbagai cara Indonesia lakukan untuk
merebut wilayah Irian Barat namun, masih saja belum berhasil. Dibentuklah suatu operasi
militer yang dinamakan Operasi Mandala sebagai jalan terakhir untuk memperingati Belanda
akan keseriusan Indonesia dalam mempertahankan wilayah NKRI. Operasi militer yang
dijalankan Indonesia terhadap Belanda dikatakan berhasil ditandai direbutnya wilayah Irian
Barat dari kekuasaan Belanda. Secara diplomatis, kedaulatan wilayah Irian Barat atas
Indonesia diakui oleh Belanda yang merupakan hasil dari Perjanjian New York.
Kata kunci : Irian Barat, Operasi Mandala, Perjanjian New york

A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara kedaulatan yang memiliki banyak sekali peristiwa sejarah yang
telah dilaluinya. Sejarah merupakan peristiwa kejadian atau apa yang telah terjadi di masa
lampau. Setiap peristiwa meninggalkan bekas yang kemudian di gunakan sebagai “Saksi”
atau “Bukti” bahwa kejadian itu benar–benar terjadi. Sejarah juga menjadi tolak ukur dalam
setiap perubahan yang terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang. Indonesia telah
memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945 namun, banyak wilayah di Indonesia
yang masih belum merdeka. Gejolak perjuangan melawan kolonialisme terus digemakan
dengan baik secara diplomasi maupun secara gencatan senjata. Salah satu peristiwa sejarah
yang pernah dilalui Indonesia adalah operasi pembebasan Irian Barat yang dapat disebut juga
Operasi Mandala. Pada masa itu, Indonesia menjalin hubungan bilateral dengan Belanda
sehingga, operasi pembebasan ini memiliki pengaruh terhadap hubungan antara Indonesia
dengan Belanda pada masa itu. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat artikel dengan
judul “Pembebasan Irian Barat : Pasang Surut Hubungan Indonesia-Belanda pada
Tahun 1961-1962.”
B. Metode Penelitian
Dalam rangka penulisan artikel ini penulis menggunakan metode penelitian studi
kepustakaan yaitu berisi teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah penelitian. Pada
bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan
literatur yang tersedia. Adapun beberapa literatur sumber yang penulis gunakan antara lain ,
buku arsip nasional, skripsi, dan beberapa sumber lain yang relevan. Selama menulis artikel
ini, penulis sedikit kesulitan saat memetakan urutan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa itu serta minimnya literatur yang penulis dapatkan. Namun, pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan artikel ini.

C. Pembahasan

Diplomasi Politik
Irian Barat merupakan daerah yang didominasi penduduk berkulit hitam dengan kekayaan
alam berupa bahan galian tambang yang melimpah. Hal inilah yang membuat para penjajah
terutama Belanda begitu ingin menguasai wilayah Irian Barat dengan jangka waktu yang
lama. Irian Barat adalah wilayah yang menjadi perebutan antara pemerintah Indonesia dengan
kolonial Belanda. Keinginan Belanda yang ingin kembali menjajah wilayah Indonesia kali ini
tidak dibiarkan begitu saja dengan didasari pernyataan yang terdapat dlam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan “bahwa kemerdekaan ialah hak setiap bangsa, maka penjajahan atas
dunia harus dihapuskan.”. Diplomasi adalah proses politik damai antar negara dengan tujuan
membentuk sebuah struktur dan mengatur hubungan sistem internasional agar
mengakomodasi kepentingan suatu negara. Dalam perjuangan pembebasan Irian Barat,
langkah awal yang dilakukan pemerintah Indonesia yaitu dengan menggunakan diplomasi
politik. Bentuknya antara lain melakukan perundingan bilateral dengan Belanda dan mencari
dukungan politik dalam pertemuan-pertemuan internasional seperti KMB, KAA, GNB dan
PBB 1.
Konferensi Meja Bundar yang berlangsung dari tanggal 23 Agustus - 02 September 1949
di Den Haag, Belanda. Perundingan ini menghasilkan persetujuan yang intinya Belanda harus
menyerahkan kedaulatan kepada pemerintah RI. Pada saat perundingan, Belanda sudah
menyanggupi akan kedaulatan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, pemerintah Belanda
masih saja belum menyerahkan kedaulatan Irian Barat hingga pada tahun 1957 pemerintah
Indonesia mengakhiri politik damai dengan Belanda setelah melalui PBB masih saja belum
membuahkan hasil. Kegagalan dalam usaha menyelesaikan sengketa Irian Barat melalui
perundingan damai membuat Indonesia merubah sikap berjuangnya yang tadinya defensif
menjadi ofensif sehingga, Pada tahun 1960, Indonesia memberhentikan hubungan
diplomatiknya dengan Belanda secara sepihak. Hal ini merupakan pertanda bahwa hubungan
antara Indonesia dengan Belanda mulai mengalami keretakkan. Masih persoalan yang sama
yaitu masalah Irian Barat. Belanda masih saja belum mengakui kedaulatan Irian Barat sebagai
wilayah dari NKRI sedangkan, pada perjanjian Konferensi Meja Bundar yang intinya
berisikan mengenai pengakuan kedaulatan NKRI termasuk Irian Barat 2 .

Konfrontasi Militer
Presiden Soekarno yang merupakan presiden Indonesia pada saat itu tidak tinggal diam.
Pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat Yogyakarta, Soekarno mengumumkan “Tri
Komando Rakyat (TRIKORA)” di alun-alun utara Yogyakarta sebagai langkah pertama
pelaksanaan dari Trikora ini adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama
“Komando Mandala Pembebasaan Irian Barat.” Adapun isi dari Trikora yang diserukan oleh
presiden Soekarno kala itu adalah sebagai berikut 3:
1. Gagalkan negara boneka Papua
2. Kibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di Papua
3. Siapkan diri untuk mobilisasi umum
Pada tanggal 2 Januari 1962, didirikan Sebuah Komando pembebasan Irian Barat, yang
diberi nama “Mandala”. Istilah Mandala adalah suatu bagian wilayah gelanggang perang yang
didalamnya meliputi bagian-bagian daratan, lautan dan udara yang diperlukan untuk operasi-
operasi militer. Suatu daerah Mandala ditentukan oleh Panglima Tertinggi Angkatan
Bersnjata Republik Indonesia (ABRI) atas saran dari Gabungan Kepala Staf, yang biasanya
menetapkan sesuatu daerah yang luasnya sesuai dengan keperluan penempatan, pendudukan
dan administrasi dari pasukan-pasukan yang ditempatkan. Operasi Mandala adalah sebuah
misi khusus untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda. Brigjen Soeharto ditunjuk untuk
menjadi panglima pada operasi mandala oleh Soekarno pada 11 Januari 1962. Adapun tugas
dari Komando Mandala adalah menyelenggarakan operasi-operasi militer, memimpin pasukan
bersenjata dan barisan-barisan pertahanan rakyat serta potensi nasional lainnya untuk
membebaskan Irian Barat. Dalam proses operasi pembebasan, operasi Mandala ini dilakukan
melalui tiga fase yaitu fase infiltrasi, fase eksploitasi dan fase konsolidasi. Fase infiltrasi
bertujuan untuk membuat formasi musuh terpisah antara satu dengan yang lainnya, memaksa
musuh untuk mengerahkan cadangannya sebelum waktunya, dan juga untuk memperlemah
kedudukan musuh baik dibidang politik, ekonomi maupun militer, serta dapat memperoleh
waktu untuk melakukan operasi pokok. Fase eksploitasi bertujuan untuk melaksanakan
operasi militer untuk merebut wilayah Irian Barat yang dikuasai Belanda. Pada tahap ini,
Indonesia sudah mulai melakukan serangan terbuka kepada Belanda dan menduduki semua
pos pertahanan musuh di Irian Barat. Terakhir yaitu, fase konsolidasi yang mana Indonesia
sudah berdaulat atas kekuasaanya pada wilayah Irian Barat. Indonesia mengerahkan beberapa
operasi seperti, operasi jalur darat, laut dan udara. Inilah yang membuat Indonesia berhasil
melakukan perebutan kekuasaan wilayah atas Belanda di Irian Barat 4.

Diplomasi Tertutup

Setelah melalui konflik yang panjang antara Indonesia dengan Belanda, akhir dari konflik
ini adalah dengan perundingan yang disebut Perjanjian New York. Perjanjian New York ini
menjadi solusi perundingan selanjutnya antara kedua negara yang sebelumnya terlibat konflik
dengan mengerahkan armada militernya masing-masing, sementara PBB sendiri sebagai
penengahnya. Jalan keluar dari konflik ini atas desakan dari Amerika Serikat untuk
mengambil jalan diplomasi untuk mengambil alih Irian Barat dari Belanda. Pada 15 Agustus
1962, Indonesia bertemu kembali dengan Belanda untuk menghadiri perundingan. Delegasi
dari Indonesia pada saat itu adalah Adam Malik sedangkan, delegasi Belanda adalah Jan
Herman van Roijen. Perundingan ini ditengahi oleh AS dengan Ellsworth Bunke sebagai
diplomat AS. Hasil dari perundingan ini adalah Perjanjian New York yang mana menyatakan
bahwa,
1. Setelah pengesahan persetujuan antara Indonesia dan Belanda, selambat-lambatnya
tanggal 01 Oktober 1962, pemerintahan sementara PBB yaitu UNTEA akan tiba di
Irian Barat untuk melakukan serah terima pemerintahan dari tangan Belanda,
2. Pemerintahan Sementara PBB akan memakai tenaga-tenaga Indonesia baik sipil
maupun alat keamanan bersama dengan putra-putra Irian Barat, dan sisa pegawai
Belanda yang masih diperlukan
3. Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah berada di Irian Barat di bawah pengawasan
PBB
4. Angkatan perang Belanda secara berangsur-angsur dipulangkan,
5. Antara Irian Barat dan daerah Indonesia lainnya berlaku lalu lintas bebas,
6. Tanggal 31 Desember 1962, bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera
PBB,
7. Pemulangan anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai pada tanggal 01 Mei
1963, maka selambat-lambatnya 01 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima
pemerintahan di Irian Barat dari pemerintahan sementara PBB.

Perjanjian New York menjadi jalan keluar untuk menghentikan ketegangan antara
Indonesia dan Belanda dalam menuntaskan kasus sengketa Irian Barat dengan PBB sebagai
titik penegahnya. Tentu saja hal ini dilakukan agar konflik kedua negara ini tidak semakin
meluas sehingga melibatkan banyak negara-negara yang akan mengancam perdamaian dunia.

D. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan mengenai rangkaian peristiwa yang sudah dipaparkan maka,


dapat diambil kesimpulan bahwa awal mula hubungan diplomatis antara Indonesia dengan
Belanda yaitu pada saat perjanjian Konferensi Meja Bundar yang mana, dari perjanjian
tersebut Belanda tidak mematuhi hasil dari perundingan tersebut. Maka dari itu, Indonesia
masih terus mencoba untuk melakukan perundingan namun, masih belum berhasil untuk
menjadikan Irian Barat sebagai daerah kedaulatan NKRI. Oleh karena itu, dibuatlah operasi
militer yang dinamakan Operasi Mandala untuk merebut kedaulatan Irian Barat dari
kekuasaan Belanda. Pada akhirnya, Indonesia dengan Belanda melakukan perundingan ulang
secara diplomatis dan dari hasil perundingan tersebut Irian Barat dinyatakan masuk ke dalam
kedaulatan NKRI. Hal ini bermula dari Belanda yang enggan menyerahkan kedaulatan Irian
Barat kepada Indonesia yang memicu Indonesia untuk melakukan tindakan lanjutan untuk
mempertahankan wilayah NKRI.

E. Daftar Pustaka

1. Arsip Nasional RI | Guide.


2. BERLIAN SUSETYO. STRATEGI DIPLOMASI INDONESIA DALAM PEMBEBASAN 
IRIAN BARAT TAHUN 1949-1962. (STKIP PGRI LUBUKLINGGAU, 2018).
3. HERLAMBANG IPANG SUDRAJAT. Operasi Mandala Dalam Rangka Pembebasan Irian
Barat : Pasang Surut Hubungan Indonesia - Belanda 1961-1962. (UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL, 2015).
4. FAJAR TAFTAZANI. OPERASI MANDALA (UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT
KE–NKRI TAHUN 1962. (UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN, 2018).
 
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Imelda Desiska


No. Hp : 0857-2105-2798
Akun Instagram : @imeldadsk
Status : Pelajar
Sekolah : SMAN 1 Kota Sukabumi
Kelas : XII IPA 2
Alamat :

Anda mungkin juga menyukai