Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

USAHA PEMBEBASAN IRIAN BARAT &


KONFRONTASI MALAYSIA

GURU PEMBIMBING
Heru Haris Widiantoro S.Pd

DISUSUN OLEH
Dela Septiani (6)
Elisa Artha L. G. (9)
Imelia Putri W. (11)
Jesiyanti (12)
Kade Putri A. (14)

SMAN 14 BANDAR LAMPUNG


XII IPS 2

TP. 2021/2022
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
 PENYEBAB KONFLIK IRIAN BARAT & UPAYA PENGEMBALIAN IRIAN BARAT...........6
A. PERJUANGAN MELALUI DIPLOMASI...................................................................7
B. PERJUANGAN MELALUI EKONOMI....................................................................8
C. PERJUANGAN MELALUI POLITIK........................................................................9
D. PERJUANGAN DENGAN KONFRONTASI BERSENJATA.....................................10
 KONFRONTASI ANTARA INDONESIA – MALAYSIA...........................................13
 KEPUTUSAN AKHIR MENGENAI IRIAN BARAT & KEMBALINYA INDONESIA DI
PBB 16
BAB III...............................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................17
A. KESIMPULAN........................................................................................................17
B. SARAN..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setelah tahun 1945 atau masa sesudah kemerdekaannya, Indonesia masih tetap
memperjuangkan salah satu wilayahnya, tepatnya mengenai pembebasan Irian
Barat yang telah di upayakan sejak Konferensi Meja Bundar (KMB) 1950.

Irian Barat atau Irian Jaya merupakan wilayah yang terletak di “Merauke”
Indonesia. Sebelum menjadi wilayah NKRI, Irian Barat sempat diperebutkan
dengan Belanda. Semua upaya pun dilakukan agar Irian Barat tidak jatuh ke
tangan asing. Puncaknya jatuh pada keputusan hasil sidang KMB bahwa masalah
Irian Barat akan ditangguhkan dalam satu tahun. Akan tetapi setelah setahun
kemudian, Belanda masih belum juga menunjukan itikad baiknya mengenai
penyerahan Irian Barat. Hal tersebutlah yang mendorong Indonesia untuk kembali
memperjuangkan hak nya atas wilayah bagian NKRI tersebut, tentunya dengan
segala upaya demi mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
utuh dan berdaulat.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang melatarbelakangi Konflik Irian Barat?


2. Bagaimana perjuangan Indonesia dalam upaya pengembalian Irian Barat
ke wilayah NKRI?
3. Apa saja Konfrontasi Bersenjata yang dilakukan di daratan Irian Barat?
4. Bagaimana sikap Indonesia-Belanda serta PBB untuk menengahi masalah
Irian Barat tersebut?
5. Bagaimanakah keputusan akhir dari pembebasan Irian Barat?
6. Mengapa antara Indonesia-Malaysia pernah terjadi ketegangan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Memaparkan latar belakang penyebab Konflik Irian Barat.


2. Menjelaskan upaya Indonesia dalam memperjuangkan pembebasan Irian
Barat.
3. Memaparkan beberapa Konfrontasi Bersenjata di daratan Irian Barat.
4. Menjelaskan keterlibatan PBB dalam menangani permasalahan Irian Barat
antara Indonesia-Belanda.
5. Memaparkan keputusan akhir mengenai pembebasan Irian Barat.
6. Mendeskripsikan penyebab ketegangan antara Indonesia-Malaysia.
BAB II

PEMBAHASAN

 PENYEBAB KONFLIK IRIAN BARAT & UPAYA


PENGEMBALIAN IRIAN BARAT

Beberapa tahun setelah diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar


(KMB) pada 27 Desember 1949 di Den Haag. Belanda masih juga tidak mau
beriktikad baik untuk membicarakan masalah Irian Barat. Wilayah ini terletak di
tepi bagian barat Pulau Irian dan merupakan Provinsi terluas di Indonesia serta
memiliki kekayaan alam dan mineral yang melimpah. Irian Barat merupakan
wilayah bekas jajahan Belanda dan merupakan wilayah Indonesia menurut sidang
BPUPKI.

Berikut beberapa faktor penyebab munculnya permasalahan Irian Barat antara


Indonesia-Belanda yaitu sebagai berikut.

 Terjadinya serah terima kedaulatan dari Pemerintah Hindia Belanda


kepada Indonesia kecuali wilayah Irian Barat.
 Belanda ingin Irian Barat menjadi negara terpisah karena etnis yang
berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia, dan menjadi negara dibawah
kekuasaan Belanda.
 Belanda menolak Irian Barat diserahkan secara de jure pada Konferensi
Uni Indonesia-Belanda.
 Gagalnya nota politik tentang perundingan Indonesia-Belanda mengenai
Irian Barat.

Walaupun sulit, Indonesia tetap melakukan beberapa upaya dalam merebut


kembali hak atas wilayah Irian Barat. Hal ini ditandai dengan Perjuangan melalui
Diplomasi, Perjuangan melalui Ekonomi dan Politik, hingga Konfrontasi
Bersenjata pun dilakukan.

A. PERJUANGAN MELALUI DIPLOMASI


Perjuangan melalui diplomasi ditandai dengan diselenggarakannya
Perjanjian New York yang disaksikan pula oleh PBB pada 15 Agustus 1962,
bertempat di Markas Besar PBB New York, Amerika Serikat. Perjanjian New
York adalah sebuah perjanjian yang diprakarsai oleh Amerika Serikat pada 1962
yang juga menghadirkan perwakilan delegasi Indonesia dan Belanda.

 Delegasi : Adam Malik (Indonesia) – Dr. Jan Herman van Roijen


(Belanda) – Ellsworth Bunke (Amerika Serikat).
 Perjanjian ini bertujuan untuk merundingkan masalah pemindahan
kekuasaan atas Irian Barat dari Belanda ke Indonesia melalui suatu badan
otoritas eksekutif sementara yang telah dibentuk oleh PBB.
Badan tersebut bernama UNTEA (United Nation Temporary Executive
Authority).

UNTEA memiliki beberapa tugas pokok, diantaranya :

1). Menerima penyerahan pemerintahan atau wilayah Irian Barat dari


pihak Belanda.
2). Menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian Barat selama
suatu masa tertentu.
3). Menyerahkan pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak Republik
Indonesia.

Setelah melakukan perundingan atas masalah tersebut, akhirnya


diputuskan suatu perjanjian antara Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat.
Perjanjian itu kemudian dikenal dengan nama Perjanjian New York.
Isi Perjanjian New York sebagai berikut.
 Mulai tanggal 1 Oktober 1962 kekuasaan Belanda atas Irian Barat
berakhir.
 Mulai tanggal 1 Oktober 1962 sampai dengan 1 Mei 1963 Irian
Barat berada di bawah kekuasaan PBB.
 Mulai tanggal 31 Desember 1962 Bendera Merah Putih berkibar di
samping bendera PBB.
 Pada 1 Mei 1963, secara resmi PBB menyerahkan Irian Barat
kepada pemerintah Republik Indonesia, dan bendera PBB
diturunkan.
 Indonesia menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian Jaya sebelum akhir tahun 1969.

B. PERJUANGAN MELALUI EKONOMI


Perjuangan melalui ekonomi ditempuh dengan cara sebagai berikut.
1) Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember
1951. Melalui Undang-Undang Nomor 24 tahun 1951, tujuan Nasionalisasi Bank
adalah untuk menaikkan pendapatan, menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastis.

Bank Indonesia berfungsi sebagai Bank Sentral dan Bank Sirkulasi.

2) Pemerintah Indonesia melarang maskapai penerbangan Belanda (KLM)


melakukan aktivitas di wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai salah satu
bentuk protes terhadap Belanda yang tidak mau berunding serius dengan
Indonesia dalam masalah pengembalian Irian Barat.

3) Pemerintah Indonesia melarang beredarnya terbitan berbahasa Belanda.


Memasuki awal abad-20, kesadaran rakyat bumiputera Hindia Belanda bahwa
mereka sedang dijajah mulai bangkit. Tulisan-tulisan bernada kritikan terhadap
pemerintahan Belanda sudah mulai beredar.

4) 2 Desember 1957 terjadi Pemogokan Buruh secara total pada perusahaan-


perusahaan Belanda di Indonesia. Keberanian para buruh untuk pasang badan atas
kegagalan sengketa Irian Barat di KMB jadi salah satu yang paling diingat.
Mereka bergerak menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Akibatnya,
buruh membuat dominasi perusahaan besar Belanda berjuluk “The Big Five”
hancur tak bersisa.

5) 5 Desember 1957 semua perwakilan Konsuler Belanda di Indonesia


dihentikan.

6) Indonesia mengambil alih atau nasionalisasi secara sepihak terhadap


perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Beberapa perusahaan tersebut
antara lain :

- Netherlandsche Handel Maatscappij (NHM) menjadi Bank Dagang Negara.

- Bank Escompto & Percetakan de Unie.


C. PERJUANGAN MELALUI POLITIK
Pada tahun 1960, Indonesia memutuskan hubungan diplomasi dengan
Belanda. Dalam Sidang Majelis Umum PBB tahun 1961, masalah Irian Barat
kembali dibahas. Salah seorang diplomat Amerika Serikat, Ellsworth Bunker
mengajukan usulan mengenai penyelesaian masalah Irian Barat kepada kedua
belah pihak yang bersengketa. Inti usulan tersebut agar pihak Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dan penyerahan itu dilakukan melalui
PBB dalam waktu dua tahun. Pemerintah Republik Indonesia pada prinsipnya
dapat menyetujui usul tersebut dengan syarat waktu dua tahun itu diperpendek.
Ternyata, pemerintah Kerajaan Belanda mempunyai pendapat sebaliknya, yaitu
akan mau melepaskan Irian Barat dengan membentuk terlebih dahulu perwalian di
bawah PBB kemudian membentuk negara Papua.

Setelah mendapat kesepakatan bersama antar pihak yang bersengketa,


maka dapat diputuskan tentang pembentukan UNTEA oleh PBB sebagai perantara
penyerahan Irian Barat dari pihak Belanda.

D. PERJUANGAN DENGAN KONFRONTASI BERSENJATA


 Peristiwa Trikora (Tri Komando Rakyat)

Saat Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945,


kemerdekaan tersebut seharusnya berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.
Namun, pihak Belanda justru masih menganggap wilayah Papua Barat sebagai
bagian dari Kerajaan Belanda. Bahkan, Belanda hendak menjadikannya sebuah
negara merdeka yang berdiri sendiri dan nantinya akan menjadi negara boneka
dibawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Inilah yang kemudian melatarbelakangi
Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora).

Trikora merupakan sebuah peristiwa konflik yang terjadi selama 2 tahun


tepatnya pada 19 Desember 1961 – 15 Agustus 1962, yang memiliki tujuan utama
untuk merebut wilayah Papua (Irian Barat) dari tangan Belanda. Pengumuman
pelaksanaan Trikora secara resmi dilakukan oleh Presiden Soekarno di Alun-Alun
utara Kota Yogyakarta pada 19 Desember 1961.
Dalam pidatonya, Presiden Soekarno menyebutkan tiga point penting yang
menjadi isi dari Trikora, yaitu :

1). Gagalkan Pembentukan “Negara Boneka Papua” oleh Kolonial Belanda.

2). Kibarkan bendera Sang Merah Putih Di Irian Barat sebagai wilayah tanah air.

3). Bersiaplah untuk melakukan mobilisasi secara umum guna mempertahankan


kesatuan dan kemerdekaan bangsa dan tanah air Indonesia.

Kemudian pada tanggal 11 Januari 1962, Presiden Soekarno membentuk


Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dengan Mayor Jenderal Soeharto
sebagai Panglima Mandala. Markas Besar Komando Mandala ditempatkan di
Ujung Pandang, Makassar. Selain Komando Mandala, beberapa pasukan pun ikut
dikerahkan dalam operasi Trikora ini, seperti Pasukan Gerak Tjepat AURI,
RPKAD TNI AD, APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia), serta Kopaska
milik TNI AL.

Beberapa dampak dari peristiwa Tri Komando Rakyat (Trikora) adalah sebagai
berikut.

 Wilayah Irian Barat menjadi wilayah Indonesia melalui Pepera.

 Terjadinya Pertempuran di Laut Aru.

 Terjadinya Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat).

 Terbentuknya Gerakan OPM.


 Pertempuran Laut Aru

Sebelum Komando Mandala bertindak menggerakkan kesatuan-kesatuan,


ternyata telah terjadi insiden bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Laut
Aru. Peristiwa ini terjadi pada 15 Januari 1962 di Laut Aru, Maluku. Pertempuran
ini disebabkan karena kapal perang Angkatan Laut Indonesia yaitu RI Matjan
Tutul yang sedang patroli diserang oleh kapal jenis Destroyer serta pesawat jenis
Neptune dari Belanda. Dalam pertempuran ini, gugurlah Kapten Laut Wiratno dan
Komodor Yos Sudarso.

Pertempuran Laut Aru merupakan salah satu peristiwa militer yang cukup penting
dan patut dikenang, karena itulah setiap tanggal 15 Januari diperingati sebagai
Hari Dharma Samudera.
 KONFRONTASI ANTARA INDONESIA – MALAYSIA
Kurun waktu tahun 1961 muncul rencana pembentukan federasi
Malaysia yang terdiri dari persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak,
Brunei dan Sabah. Indonesia menentang pembentukan Malaysia. Presiden
Soekarno menganggap bahwa Pembentukan negara Malaysia adalah proyek
neokolonialisme Inggris, yang “membahayakan revolusi Indonesia yang
belum selesai”. Karena itu Malaysia harus dicegah berdirinya dan jika tetap
dipaksakan berdirinya maka harus dihancurkan. Keberatan Indonesia juga
dikarenakan adanya fakta berupa adanya perjuangan rakyat Kalimantan Utara
yang dipimpin oleh A.M Azhari yang dilumpuhkan oleh Inggris dan
ditengarai oleh agenda lain di wilayah tersebut. Indonesia juga menunjuk
klaim Filipina, bahwa wilayah Sabah adalah bekas kerajaan Sulu yang
disewakan kepada Inggris dan harus dikembalikan kepada Filipina. Sehingga
Indonesia berfikir bahwa status wilayah yang di sengketakan haruslah jelas
status hukumnya.

Untuk melaksanakan niat itu dilancarkanlah konfrontasi bersenjata yang


dilakukan oleh sukarelawan yang sebagaian diambil dari ABRI dan sebagaian dari
masyarakat luas. Berlandaskan pada Dwi Komando Rakyat (Dwikora), yang
dicetuskan pada tanggal 3 Mei 1963 dan disampaikan oleh Presiden Soekarno
dalam apel besar sukarelawan di Jakarta.

 Isi dari Dwikora sebagai berikut.

1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia.


2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak,
dan Brunei untuk membubarkan Negara Boneka Malaysia.

 Konfrontasi antara Indonesia – Malaysia membawa beberapa akibat


sebagai berikut.
1. Timbulnya politik Poros Jakarta – Peking.
2. Hilangnya simpati rakyat Malaysia terhadap Indonesia.
3. Kerugian materi yang sudah dikeluarkan untuk biaya konfrontasi.

Dwikora ini ditindaklanjuti dengan menggelar operasi militer bersandi Operasi


Siaga. Pasukan dan gerilyawan indonesia berusaha masuk ke daerah Malaya,
Singapura dan Kalimantan Utara. Dalam rangka penyelesaian sengketa dengan
Malaysia secara damai, atas prakarsa Filipina, maka pada tanggal 9 - 17 April
1963 diadakan Konferensi tingkat wakil-wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) dari
Indonesia, Malaya, dan Filipina. Pertemuan ini membicarakan rencana
pembentukan federasi Malaysia dan suatu konfederasi antara ketiga negara
tersebut dalam rangka kerja sama. Selain itu, pertemuan tersebut merupakan
suatu persiapan Konferensi tingkat menteri Luar Negeri yang akan diadakan pada
Juni 1963.

Semula pembentukan federasi Malaysia itu akan dilakukan pada 31


Agustus 1963 di London, akan tetapi diundurkan. Ternyata pada tanggal 16
September 1963, walaupun misi PBB belum memyampaikan hasil laporan
penyelidikannya mengenai kehendak rakyat di daerah-daerah itu, pembentukan
Malaysia tetap dilaksanakan. Pemerintah Republik Indonesia berpendapat, bahwa
tindakan itu suatu pelanggaran terhadap pernyataan bersama, yang tegas
menyebutkan: penyelidikan kehendak rakyat Sabah dan Serawak harus terlebih
dahulu dilaksanakan sebelum Federasi Malaysia diumumkan.

Dalam muncaknya ketegangan, terjadilah Demistrasi di Kuala Lumpur terhadap


kedutaan besar Republik Indonesia dan demonstrasi di Jakarta, Kedutaan besar
Malaysia, dan Kedutaan besar Inggris. Maka pada 17 September 1963 hubungan
diplomatik dengan Kuala Lumpur oleh pemerintah Republik Indonesia diputuskan
secara sepihak. Maka pada akhirnya pecahlah permusuhan anatara RI dengan
Malaysia sejak di deklarasikan Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Pada sidang Umum PBB tahun 1960, Presiden Soekarno hadir dan
mengucapkan suatu pidato dengan judul “Membangun Dunia Kembali”. Isi pidato
tersebut menyebutkan antara lain “Kemungkinan Retooling PBB”. Ternyata saran
Presiden Soekarno itu tidak mendapat sambutan yang serius dari PBB.

Ketika Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan, maka Presiden Soekarno


mengulangi lagi pidato “Membangun Dunia Kembali”, yaitu “PBB sekarang
adalah pencerminan dari keadaan dunia tahun 1945”, sewaktu masih belum
banyak terdapat negara-negara di Asia. Konstelasi dunia, komposisi dunia sudah
berubah, tetapi PBB tidak berubah. PBB tetap tinggal seperti PBB tahun 1945.
Itulah sebabnya maka PBB perlu dirombak.

Isi pidato Presiden Soekarno di PBB saat itu adalah mengaitkan masuknya
Malaysia ke dalam Dewan Keamanan dengan alasan Indonesia untuk keluar dari
PBB. Kepala perwakilan Republik Indonesia di PBB menyampaikan kepada
Sekretaris Jenderal PBB bahwa isi pidato Presiden Soekarno tersebut dengan
tujuan, supaya para anggota PBB tidak menyokong masuknya Malaysia menjadi
anggota Dewan Keamanan dan memilih Indonesia untuk berada di organisasi
PBB. Inilah taktik terakhir diforum untuk memecilkan Malaysia, yang hasilnya
adalah Indonesia yang keluar sendiri dari PBB, karena pada 7 Januari 1965
Malaysia diterima menjadi anggota Dewan Keamanan, sedangkan Malaysia yang
menjadi sasaran politik Konfrontasi Dwikora Indonesia. Maka dengan terpaksa,
Presiden Soekarno memutuskan untuk mengeluarkan Indonesia dari PBB.
Pernyataan resmi keluarnya pihak Indonesia dari PBB disampaikan melalui Surat
Menteri Luar Negeri, dr. Subandrio pada 20 Januari 1965. Akibat keluarnya
Indonesia dari PBB adalah Indonesia semakin terkucilkan dari pergaulan
Internasional.

 KEPUTUSAN AKHIR MENGENAI IRIAN BARAT &


KEMBALINYA INDONESIA DI PBB

 Sebagai kelanjutan penyelesaian


masalah Irian Barat, Pemerintah
Indonesia melaksanakan “Pepera” di
Irian Jaya (Papua) di bawah
pengawasan PBB tahun 1969.
Pelaksanaan Pepera dilakukan secara
demokratis dan transparan dengan
melibatkan masyarakat Irian Jaya
serta partisipasi, bantuan, dan saran
PBB melalui utusan khususnya yaitu Duta Besar Ortiz Sanz dari Bolivia.

Pada akhirnya Pepera telah diterima oleh masyarakat Internasional melalui sebuah
Resolusi No. 2504 dalam Sidang Umum PBB ke-24 pada 19 November 1969
yang mengukuhkan perpindahan kekuasaan di wilayah Irian Jaya dari Belanda
kepada Indonesia.

 Setelah pergantian kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, dan


sehubungan dengan membaiknya hubungan Indonesia – Malaysia,
Pemerintah Indonesia pada 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan
melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan akhirnya
Indonesia memutuskan untuk menjadi anggota PBB kembali pada tanggal
28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama
kalinya.
Sebagai anggota PBB, Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga di bawah
naungan PBB. Selain itu, Indonesia juga terlibat langsung dalam Pasukan
Perdamaian PBB, dan mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi
perdamaian di berbagai negara yang mengalami konflik. Indonesia juga telah tiga
kali ditetapkan sebagai anggota tidak tetap DK (Dewan Keamanan), tercatat pada
periode 1974-1975, periode 1995-1996, dan periode 2007-2009.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah berjuang melalui beberapa Konfrontasi, akhirnya Indonesia
mendapatkan haknya mengenai wilayah Irian Barat yang telah sah menjadi bagian
dari wilayah Republik Indonesia dan berganti nama menjadi Irian Jaya (Papua).
Ini menandakan bahwa Indonesia telah bersatu dan berdaulat dalam wilayahnya,
yang tentunya didapatkan dari kegigihan Indonesia untuk memperjuangkan
pembebasan bagi wilayah Irian Barat dari kungkungan Belanda.

Hal ini digambarkan dalam dibuatnya Monumen Pembebasan Irian Barat di


tengah-tengah Lapangan Banteng, Jakarta. Monumen ini dibuat untuk mengenang
para pejuang Trikora dan masyarakat Irian Barat yang memilih menjadi bagian
dari Republik Indonesia.

B. SARAN
Dengan ditulisnya materi ini, diharapkan kepada pembaca dan seluruh rakyat
Indonesia agar tidak melupakan sejarah serta perjuangan para kusuma bangsa
dalam memperjuangkan kebebasan bagi Irian Barat, karena sejarah ini merupakan
bukti secara de facto maupun de jure tentang kembalinya Irian Jaya (Papua) ke
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Ratna. 2016. Sejarah untuk SMA/MA kelas 12 kelompok peminatan.


Jakarta: Erlangga.
Putrisekarwidaryati. 2020. Perjuangan merebut Irian Barat Bidang Ekonomi,
Geografi SMA. Jakarta.
Lilik Harisuprihanto. 2021. Sejarah Indonesia kelas XII SMA/MA. Surakarta: CV
Grahadi.
John Saltford. 2002. Anatomy of a Betrayal.
Dosen Pendidikan 2. 2021. Persetujuan New York, IPS Sejarah.
Iqbal Hakim. 2021. Peristiwa Trikora, IPS Sejarah.
Kemlu.go.id. 2019. Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta Pusat: Kementrian Luar
Negeri Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai