Anda di halaman 1dari 6

Tugas Pancasila Rangkuman

Anggota Kelompok:
- Jeniffer D11220119
- Monica C14220025
- Audrey D11220293
- Thalia D11220290
- Klarissa E12220073
- Charista E12220116
- Nathalia E12220120
- Hans E12220100

Kemerdekaan : Pembebasan Irian Barat

Sesuai isi Konferensi Meja Bundar, Irian Barat akan diserahkan oleh Belanda satu tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS. Namun pada kenyataannya lebih dari setahun pengakuan
kedaulatan Indonesia, Belanda tidak kunjung menyerahkan Irian Barat. Dalam penyelesaian
masalah ini, Pemerintah Indonesia melakukan upaya diplomasi bilateral dengan Belanda.
Namun, tidak membuahkan hasil.

Selain itu, masalah Irlandia Barat telah menjadi agenda Majelis Umum PBB berkali-kali setiap
tahun sejak 1954, namun tidak pernah mendapat tanggapan positif. Karena beberapa upaya
diplomasi gagal, pemerintah Indonesia akhirnya mengambil sikap keras terhadap Belanda
dalam beberapa hal yaitu

1. Pembubaran Uni Indonesia-Belanda Pada tahun 1956, Indonesia secara sepihak


membalikkan temuan KMB dan secara otomatis membubarkan serikat pekerja
Indonesia-Belanda. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1956 tanggal 3 Mei 1956,
Indonesia menyatakan bahwa persatuan antara Indonesia dan Belanda tidak ada.
2. Pengakhiran Hubungan Diplomatik Secara Sepihak Indonesia secara sepihak
memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1960,
setelah itu semua warga negara Belanda yang bekerja di Indonesia dideportasi.
Pemerintah Indonesia kemudian mengusir semua warga negara Belanda yang tinggal di
Indonesia dan memanggil kembali duta besar Indonesia dan orang asing ke Belanda.
3. Pembentukan Provinsi Irian Barat Upaya pembebasan Irian Barat terus berlanjut hingga
akhirnya pemerintah Indonesia mendirikan Provinsi Irian Barat dengan ibukota di
Soasiu, Tidore.
Akhir dari konfrontasi Indonesia-Belanda Konfrontasi antara pemerintah Indonesia dan Belanda
terus berlanjut. Puncaknya terjadi ketika Soekarno mendeklarasikan Trikora (Tri Komando
Rakyat) pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Berikut isi dari trikora tersebut

● Gagal membentuk negara boneka Papua, seperti yang dilakukan kolonial Belanda.
● Pengibaran Bendera Merah Putih di Irian Barat
● Mempersiapkan mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan
tanah air dan bangsa

Antara Maret dan Agustus 1962, Komando Mandala melakukan operasi laut dan udara di Irian
Barat. Operasi infiltrasi berhasil mendaratkan tentara dan relawan ABRI di berbagai lokasi di
Iran bagian barat. Misalnya Operasi Banteng di Fak-Fak dan Kaimana, Operasi Serigala di
sekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di Merauke dan Operasi Jatayu di Sorong,
Kaimana dan Merauke. Semula Belanda mencemooh persiapan Komando Mandala. Mereka
menilai tidak mungkin tentara Indonesia menyerbu wilayah Iria. Namun, operasi infiltrasi
Indonesia berhasil dan akhirnya Belanda setuju untuk duduk di meja perundingan untuk
menyelesaikan sengketa Irlandia barat. Perjanjian New York Pada tanggal 15 Agustus 1962 di
New York, pemerintah Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian yang dikenal dengan
Perjanjian New York. Isi Perjanjian New York adalah:

● Kontrol Belanda atas Irlandia Barat berakhir pada 1 Oktober 1962.


● Irlandia Barat berada di bawah perlindungan PBB oleh United Nations Temporary
Executive Authority (UNTEA) hingga 1 Mei 1963.
● Pada 1 Mei 1963, Irian Barat akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan
dilaksanakan survei (pepera) penduduk Irian Barat untuk menentukan apakah akan
tetap sendiri atau terus bergabung dengan Indonesia pada tahun 1969 di bawah
pengawasan PBB.

Berdasarkan Temuan Pepera, (1969) Komite Penasehat Pepera memutuskan dengan suara
bulat bahwa Irlandia Barat tetap ingin bergabung dengan Indonesia. Ortiz Sanz, seorang
diplomat PBB yang bertugas di Iran barat, melaporkan hasil negosiasi atas tindakan tersebut di
Majelis Umum PBB ke-24.

Dari rangkuman diatas ini, menurut pandangan kami, pemerintah Indonesia sudah baik dalam
menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia karena wilayah daerah Irian Barat berhasil direbut
kembali dan dijaga sehingga tidak lepas dari wilayah Indonesia. Lalu juga pada peristiwa
pembebasan Irian Barat ini termasuk kedalam pancasila ke tiga yaitu persatuan dan kesatuan
Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap dari pemerintah Indonesia yang berjuang dengan
keras mempertahankan wilayah Irian Barat agar tidak direbut belanda dan agar tetap menjadi
wilayah milik Indonesia.
Orde lama : Proklamasi Republik maluku selatan

Republik Maluku Selatan (RMS) adalah sebuah republik di Maluku yang diproklamasikan pada
tanggal 25 April 1950. Pemberontakan RMS dipimpin oleh mantan Menteri Kehakiman NIT
(Negara Indonesia Timur) Soumokil, yang tujuannya untuk melepaskan wilayah Maluku dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Awal mula dari adanya pemberontakan RMS dilatarbelakangi oleh kondisi politik di Maluku yang
tidak menentu, terutama setelah Konferensi Meja Bundar. Persoalan pemicu pemberontakan
RMS ini bermula dari pemikiran beberapa orang Ambon yang berkuasa pada masa NIT. Hal ini
mengakibatkan masyarakat di Ambon mengalami pertentangan sehingga terpecah menjadi dua
kelompok, yakni kelompok republik yang berorientasi pada nasionalisme Indonesia.
Di sisi lain, kelompok federal atau pro-Belanda yang tergabung dalam organisasi Gabungan
Sembilan cenderung mendukung kolonialisme Belanda.

Pada tanggal 13 April 1950, Dr. Soumokil mengadakan rapat dengan berbagai pihak dari
Ambon. Pada tanggal 23 April 1950, Dr. Soumokil mengadakan Pertemuan rahasia di Tulehu.
Dari hasil pertemuan tersebut lahirlah gagasan untuk mendirikan Republik Maluku Selatan dan
disepakati juga bahwa pemerintah daerah akan bertanggung jawab atas pelaksanaan
proklamasi Republik Maluku Selatan.

Pemerintah daerah yang ditunjuk untuk mendeklarasikan Republik Maluku Selatan adalah
Kepala Daerah Maluku Selatan J. Manuhutu. J. Manuhutu dipaksa hadir dalam rapat yang
diadakan oleh Dr. Soumokil. Akhirnya, di bawah tekanan pasukan KNIL, J. Manuhutu
menyetujui perintah proklamasi Republik Maluku Selatan. Kemudian, pada tanggal 25 April
1950, pemerintah Maluku Selatan mengikrarkan proklamasi Republik Maluku Selatan. Selain
itu, dr. Soumokil menjabat sebagai Presiden RMS.

Menjelang waktu proklamasi, Dr. Soumokil berhasil mengumpulkan kekuatan pasukan KNIL
dan Baret Hijau yang terlibat dalam pemberontakan Andi Aziz di Ambon. Faktanya, dr.
Soumokil terlibat dalam pemberontakan Andi Aziz. Namun, ia berhasil melarikan diri ke Maluku
dan memindahkan pasukan KNIL dari Makassar ke Ambon. Pemberontakan Andi Aziz dan
Pemberontakan RMS memiliki tujuan yang sama, yaitu ketidakpuasan terhadap proses
pengembalian RIS ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut pandangan kelompok kami, kejadian RMS ini berhubungan dengan sila tiga dan
empat. Yang dimana sila tiga itu membahas tentang persatuan Indonesia sedangkan, sila
empat itu membahas tentang musyawarah mufakat. Dalam peristiwa RMS ini bermula dari
wilayah Maluku yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang didasari oleh pemikiran beberapa orang Ambon yang berkuasa pada masa NIT. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pertentangan yang membuat masyarakat Ambon terpecah menjadi
dua kelompok.
Orde baru : Supersemar

Supersemar adalah surat yang mengawali peralihan kepemimpinan nasional dari


pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru. Lewat surat yang dikeluarkan pada 11 Maret 1966 ini,
terjadi penyerahan mandat kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto. Supersemar
dikeluarkan dengan tujuan mengatasi konflik dalam negeri saat itu, yang salah satunya
peristiwa G30S/PKI pada 1 Oktober 1965.
Supersemar adalah singkatan dari Surat Perintah Sebelas Maret 1966. Supersemar
terjadi karena gejolak di dalam negeri usai peristiwa G30S/PKI pada 1 Oktober 1965. Dalam
peristiwa itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) dituding sebagai dalang di balik pembunuhan
tujuh jenderal. Hal ini kemudian memicu amarah para pemuda anti komunis, yang selanjutnya
membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada Oktober 1965, lalu dilanjut
pembentukan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), KABI, KASI, KAWI, dan
KAGI, semuanya tergabung Front Pancasila yang dilindungi tentara. Mereka menyuarakan
protes kepada Soekarno, yang dianggap tidak mengusut G30S dan buruknya perekonomian di
masa pemerintahannya.Aksi unjuk rasa semakin kencang saat inflasi pada awal 1966 telah
mencapai 600 persen lebih. Pada 12 Januari 1966, Front Pancasila melakukan demonstrasi di
halaman Gedung DPR-GR dan melayangkan tiga tuntutan. Berikut isi tiga tuntutan yang
kemudian dikenal dengan Tritura.
1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
3. Penurunan harga
Dirasa situasi semakin kacau, Soeharto meminta Presiden Soekarno memberikan surat
perintah untuk mengatasi keadaan apabila diberi kepercayaan. Setelah pesan tersebut sampai,
Soekarno langsung menandatangani surat perintah untuk mengatasi konflik pada 11 Maret
1966 sore. Setelah Supersemar dikeluarkan oleh Soekarno, Soeharto mengambil sejumlah
keputusan lewat SK Presiden No 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 atas nama
Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/PBR.
Terdapat beberapa kontroversi dalam terjadinya Supersemar,
1. Keberadaan naskah Supersemar asli hingga saat ini belum diketahui dan terdapat tiga versi
yang ada tidak otentik
2. Supersemar yang diberikan bukan atas kemauan Soekarno, tetapi di bawah tekanan
3. Supersemar merupakan perintah pengendalian keamanan, tetapi dimaknai oleh jenderal
yang membawa surat dari Istana Bogor ke Jakarta sebagai penyerahan kekuasaan.
Dari terjadinya peristiwa Supersemar ini memberikan sebuah dampak yang besar,
1. Kedudukan Soekarno sebagai Presiden RI kian tergerus, sementara posisi Soeharto semakin
menguat.
2. PKI dibubarkan oleh Soeharto dan menangkap para menteri yang diduga terlibat dalam
G30S
3. Pada 7 Maret 1967, MPRS mencabut status Soekarno yang menjabat sebagai presiden
seumur hidup
4. Pada 27 Maret 1968, Soekarno lengser dari kursi kepresidenan dan Soeharto menjadi
presiden
5. Supersemar menjadi tonggak lahirnya Orde Baru yang bertahan hingga 1998
6. Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat dan Malaysia menguat Indonesia kembali
bergabung dengan PBB

Pandangan kami mengenai peristiwa Supersemar ini adalah pada saat itu suara rakyat
masih belum ditanggapi dengan benar, hal ini terbukti dari demonstrasi yang dilakukan oleh
pemuda anti komunis tidak ditanggapi oleh Presiden Soekarno. Dapat disimpulkan bahwa pada
saat itu sila ke 4 yaitu tentang permusyawaratan kurang terlaksana dengan baik karena suara
rakyat tidak didengar. Hasil dari peristiwa Supersemar terjadi pembagian kekuasaan atau
dualisme kekuasaan antara Soekarno dan Soeharto. Peristiwa Supersemar menyebabkan
tatanan pemerintah mulai berubah, hal ini dimulai dari Soeharto Panglima Komando Operasi
Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang mana berakhir Soeharto memerintah sebagai
presiden dan memimpin secara diktator.
Reformasi : Krisis Moneter Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie yang kala itu maju menggantikan Presiden Soeharto yang
lengser pada 20 Mei 1998 dihadapkan dengan pekerjaan rumah yang besar. Salah satunya
adalah keadaan ekonomi yang porak poranda yang berdampak pada hilangnya kepercayaan
publik pada pemerintah. Beberapa pekan setelah dia menduduki kursi presiden, nilai tukar
rupiah sempat ambrol hingga mencapai level terlemahnya sepanjang sejarah, yakni di level Rp
16.800/US$ pada 1 Juni 1998. Sentimen pasar memang sangat buruk di tengah ambruknya
ekonomi negara Asia lainnya. Habibie mengemban tugas menyelamatkan ekonomi tanpa
didampingi wakil presiden.

Untuk mengatasi krisis ekonomi, pemerintahan BJ Habibie mengambil beberapa


kebijakan penting. Beberapa kebijikan yang diambil:
1. Di bidang moneter, dimulai dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar,
menaikkan suku bunga Sertifikat BI menjadi 70% dan menerapkan bank sentral
independen.
2. Di bidang perbankan, diterbitkan obligasi senilai Rp. 650 triliun untuk menalangi
perbankan, menutup 38 bank dan mengambil alih tujuh bank.
3. Di bidang fiskal, sejumlah proyek infrastruktur dibatalkan, juga perlakuan khusus
bagi mobil nasional, dan membiayai program Jaring Pengaman Sosial.
4. Di bidang korporasi, utang swasta direstrukturisasi melalui skema Indonesian Debt
Restructuring Agency (INDRA) dan Prakarsa Jakarta, serta menghentikan praktek
monopoli yang selama ini dilakukan Bulog dan Pertamina.

Di tengah gonjang ganjingnya situasi polhukam saat itu, pemerintah harus dengan
cepat mengambil keputusan walau berisiko tinggi. Terbukti, gerakan cepat pemerintah saat
itu membawa hasil. Satu tahun kemudian, reformasi ekonomi yang diterapkan saat itu
memiliki beberapa dampak antara lain jatuhnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari
semula Rp. 7.000 menjadi Rp. 17.000. Namun di sisi lain pertumbuhan ekonomi tampak
menunjukkan perbaikan dari yang sebelumnya -13% menjadi 2%, angka inflasi pun sukses
diturunkan dari 77,6% menjadi 2%.

Menurut pendapat kami, tindakan BJ Habibie sudah sesuai dengan sila ke 4


Pancasila. Karena pengamalan nilai sila ke-4 dapat dilakukan dengan cara mengerjakan
dan menyelesaikan setiap tugas dari hasil musyawarah. Perilaku seperti ini bisa dikatakan
sebagai perilaku yang menunjukkan rasa tanggung jawab. Walaupun Habibie harus
mengambil langkah cepat dan berisiko tinggi, pasti dia sudah mendiskusikannya dengan
baik bersama orang-orang pemerintahannya.

Selain itu, BJ Habibie juga tidak egois dan mengedepankan kepentingan negara
yang juga sesuai dengan sila ke-4 Pancasila. Ditengah situasi yang tidak menguntungkan,
dia tetap menjalankan tugas sebagai presiden dengan baik. Sehingga perekonomian
Indonesia dapat membaik.

Anda mungkin juga menyukai