Anda di halaman 1dari 37

SURVEILANS

GIZI
PUSKESMAS SEI MESA TAHUN 2020
Monev Surveilans Gizi Melalui e-PPGBM Sebagai
Informasi Pencapaian Kinerja Program
Berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 440/5746/Bangda tanggal 4 November 2019
tentang Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota bahwa
stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang mengakibatkan gagal tumbuh, gagal kognitif,
dan gangguan metabolisme sehingga akan menurunkan kualitas hidup generasi mendatang dan menjadi
beban bagi negara.

Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja perbaikan gizi masyarakat secara cepat, akurat,
teratur dan berkelanjutan, perlu dilaksanakannya Monitoring dan Evaluasi Surveilans Gizi melalui
aplikasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Progress
penginputan data dasar dan penginputan intervensi serta faktor determinan masalah gizi melalui aplikasi
e-PPGBM pada bulan penimbangan mengalami kenaikan yang sangat signifikan tetapi masih terdapat
permasalahan dalam penyediaan data dari lintas program. Terdapat penambahan inputan Imunisasi dan
perbaikan inputan ibu hamil dalam aplikasi e-PPGBM.
Oleh karena itu sangat diperlukan penguatan surveilans gizi untuk mencegah dan
menanggulangi masalah gizi termasuk stunting, bersama dengan lintas program dan
sektor terkait, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam hal ini Dinas Kesehatan
Provinsi juga melibatkan Puskesmas-Puskesmas untuk melakukan assessment agar
informasi gizi yang bersumber dari aplikasi e-PPGBM dapat dimanfaatkan dalam
rangka monitoring dan evaluasi program gizi. Oleh sebab itu perlu dilakukan
Kegiatan Orientasi Surveilans Gizi Melalui e-PPGBM dengan tujuan agar
Tersedianya informasi status gizi balita by name by address sebagai
monitoring dan evaluasi program gizi serta dasar perumusan kebijakan untuk
rencana intervensi gizi kedepannya.  
JUMLAH INPUT EPPGBM PKM SEI
MESA
Persen Sasaran Terinput Terhadap Sasaran
Jumlah Sasaran Balita (PUSDATIN 2020) Jumlah Sasaran Balita Terinput
Pusdatin (%)
NO PUSKESMAS / KELURAHAN

L P ∑ L P ∑ L P ∑

1  SUNGAI MESA 745 726 1.471 241 240 481 32,35 33,06 32,7

  1 SEBERANG MESJID 291 293 584 130 152 282 44,67 51,88 48,29

  2 MELAYU 454 433 887 111 88 199 24,45 20,32 22,44


Rekap Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U

Status Gizi Balita


BB/U
PUSKESMAS /
NO
KELURAHAN
Sangat Kurang Kurang Berat Badan Normal Risiko Lebih

0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln

1  SUNGAI MESA 0 0 0 0 161 476 7 8

  1 SEBERANG MESJID 0 0 0 0 77 280 4 5

  2 MELAYU 0 0 0 0 84 196 3 3
Rekap Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U

Status Gizi Balita


TB/U
PUSKESMAS /
NO
KELURAHAN
Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi

0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln

1  SUNGAI MESA 0 0 1 8 167 476 0 0

  1 SEBERANG MESJID 0 0 1 7 80 278 0 0

  2 MELAYU 0 0 0 1 87 198 0 0
Rekap Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB
Status Gizi Balita

PUSKESMAS / BB/TB
NO
KELURAHAN Gizi Buruk Gizi Kurang Normal Risiko Gizi Lebih Obesitas
0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln 0 - 23 Bln 0 - 59 Bln

1    SUNGAI MESA 0 0 0 2 160 471 2 5 0 0

SEBERANG
  1 0 0 0 2 76 276 2 4 0 0
MESJID

  2 MELAYU 0 0 0 0 84 195 0 1 0 0
Dari Hasil Input e-PPGBM tersebut diperoleh
hasil jumlah Stunting Di wilayah Kerja
Puskesmas Sei Mesa
Jumlah Balita Melakukan Pengukuran TB
NO PUSKESMAS / KELURAHAN Jumlah Update % Terhadap % Terhadap % Terhadap
Stunting
TB Total Input Pusdatin Update TB

 SUNGAI MESA
1 484 100,62 32,9 8 1,65

  1 SEBERANG MESJID 285 101,06 48,8 7 2,46

  2 MELAYU 199 100 22,44 1 0,5


STUNTING
(CEGAH STUNTING ITU PENTING)

PKM SEI MESA

KESMAS KALIMANTAN SELATAN 2017 9


STUNTIN
STUNTING
G
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
balita akibat dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal setelah anak
lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2
tahun).
4
Tingkat ‘Kecerdasan’ Anak Indonesia
di urutan 64 terendah dari 65 negara*
2 Singapura

17 Vietnam

50 Thailand
Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh
OECD PISA (Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for
52 Malaysia
International Student Assessment), suatu
organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi
510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara,
64 Indonesia
termasuk Indonesia, dalam bidang membaca,
matematika, dan science. 4
PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA
DIBANDING NEGARA TETANGGA

Hanya Kamboja, Laos dan Timor Leste yang memiliki angka


stunting lebih dari Indonesia

7
PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN PER KABUPATEN/KOTA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2017)

No Kab/Kota 2015 2016 2017


1 Tanah Laut 38,49 26,97 40,7
2 Kotabaru 32,82 36,39 46,7
3 Banjar 30,09 26,89 26,1
4 Barito Kuala 39,03 35,91 36,3
5 Tapin 37,78 35,84 45,7
6 HSS 48,08 28,76 39,9
7 HST 37,65 35,94 39,1
8 HSU 53,54 48,00 39,4
9 Tabalong 44,64 32,71 36,2
10 Tanah Bumbu 31,50 25,41 17,9
11 Balangan 40,32 15,77 35,3
12 Banjarmasin 32,13 33,64 31,5
13 Banjarbaru 21,48 20,99 29,0
Kalimantan Selatan
37,25 31,12 34,1
SEL OTAK PADA ANAK NORMAL
DAN STUNTED

Sel Otak pada anak normal Sel Otak pada anak stunting tidak
memiliki percabangan jaringan normal dan jaringan otak lebih
yang luas. pendek.
 Gangguan kemampuan kognitif
 Anak lebih sehat dan cerdas anak, menurunkan kekebalan
tubuh dan gangguan metabolisme
4
STUNTING BERDAMPAK PADA TINGKAT KECERDASAN, KERENTANAN TERHADAP
S TUNTING
PENYAKIT, MENURUNKAN PRODUKTIFITAS DAN KEMUDIAN MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN EKONOMI, MENINGKATKAN KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN.
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting….

Memperburuk
Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas kesenjangan/inequality
Pasar kerja
Mengurangi 10% dari Kemiskinan antar-
total pendapatan seumur generasi
hidup
Hilangnya 11% GDP

Mengurangi pendapatan pekerja dewasa


hingga 20%

Sumber : diolah dari laporan World Bank Investing in Early Years brief, 2016
4
CONTINUUM OF CARE

e rtam a
u pa np • Posyandu
ri kehid Lansia
u ha • KB bagi PUS
Serib • PKRT
• Peningkatan
• Kesehatan kualitas Hidup
reproduksi • Deteksi PM Mandiri
• UKS • Konsuling gizi dan PTM
HIV/AIDS dan
• Perlambatan
• Imunisasi • Kesehatan OR
IBU HAMIL, • SDIDTK NAPZA proses
anak sekolah
BERSALIN, • Imunisasi • Tablet Fe dan kerja Degeneratif
 ASI
• Penjaringan
DAN NIFAS • Gizi • Konseling • Brain Healty
anak usia
EKSKLUSIF • Kolaborasi Kespro
• P4K PAUD, BKB, dan
sekolah Life Style
 IMUNISASI • PMT • PKRT
• Buku KIA Posyandu
• ANC terpadu DASAR • Deteksi dan
• Kelas Ibu Hamil Simulasi kognitif
LENGKAP
• APN
• Kemitraan Bidan  PEMBERIAN
Dukun
MAKAN
• KB PP
• PONED/ PONEK  PENIMBANGA 18
Windows of Opportunity
Periode
Remaja
Putri
HAMIL & PASCA
LAHIR

2 TAHUN PERTAMA

Windows of Opportunity Period


Victora, et al., 2010
Shrimpton, et al., 2001
MENGAPA 1000 HARI PERTAMA???
AAWAL TITIK NuL
KEHAMILAN

PERTUMBUHAN JANIN SANGAT


CEPAT
- KOGNITIF
- MOTORIK
CETAK BIRU - NEUROTIK

(Save the Childern, 2012)


NUTRISI MAKRO NUTRIEN
PROTEIN
KALORI
MIKRO KARBOHID

DIBUTUHKAN SAAT AWAL


KEHAMILAN DAN PASCA LAHIR ≥ 2
TAHUN
FAKTOR RISIKO STUNTING

1. Kemiskinan &
a. Pola Asuh Pendidikan
b. Akses Layanan Kesehatan
2. Budaya (Perilaku)
c. Akses Pangan Bergizi a. Remaja Putri
b. Ibu hamil
d. Akses Air Bersih & Sanitasi c. Ibu menyusui
d. Bayi
e. Balita

Sumber: Kemenkes RI, 2016


7
POLA ASUH

• Praktek pengasuhan anak yg kurang baik


• Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan
gizi pada masa sebelum kehamilan sampai setelah
melahirkan.
• Tidak memberikan ASI eksklusif (0-6 bln) & MP-ASI (0-
24 bln).
7
AKSES MAKANAN BERGIZI

• Kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan


bergizi.
• Sulitnya mendapatkan makanan bergizi  harga belum
tentu terjangkau & kurangnya pengetahuan ttg jenis-
jenis makanan bergizi.
• Tidak memenuhi kebutuhan vitamin dan zat besi.
7
AKSES AIR BERSIH & SANITASI

• Masih banyak masyarakat yang BAB di ruang terbuka.


• Masih banyak masyarakat yang belum ber PHBS.

7
INTERVENSI STUNTING
a. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Umumnya dilakukan pada
sektor kesehatan. Dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan, bayi
hingga balita.

b. Intervensi Gizi Sensitif


Dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. kegiatan yang umumnya makro dan
dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. 7
INTERVENSI GIZI SPESIFIK

a.Pada ibu hamil


• Pemberian PMT Ibu hamil  mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis.
• Pemberian tablet besi  mengatasi kekurangan zat besi
dan asam folat.
• Pencegahan kekurangan yodium, kecacingan dan penyakit
menular pada ibu hamil. 7
INTERVENSI GIZI SPESIFIK
b. Pada ibu menyusui dan anak 0-6 bulan
• Promosi kesehatan ttg pemberian ASI Eksklusif.
• Pelatihan dan pendidikan ttg IMD.

Pada ibu menyusui dan anak 7-23 bulan


• Motivasi penerusan pemberian ASI
• Pendampingan pemberian MP-ASI.
• Pencegahan kecacingan, diare dan malaria.
• Suplementasi zink, fortifikasi zat besi dlm makanan 7
INTERVENSI GIZI SENSITIF

1. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.


2. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
3. Melakukan fortifikasi bahan pangan.
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga
Berencana (KB)
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)

7
INTERVENSI GIZI SENSITIF
7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi dan
TTD pada remaja.
11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.

7
FAKTOR RISIKO LAIN

a.Usia menikah dan usia ibu hamil


b.Pengasuh anak bukan orang tua (ibu kandung)  ayah atau
nenek
c. Kebiasaan memotong kuku, cuci tangan pakai sabun,
kebiasaan buang air besar, mencuci peralatan makan 
penyakit penyerta/ infeksi penyakit menular
d.Pendidikan >< Pengetahuan Ibu 7
FAKTOR RISIKO LAIN

e. Jenis pekerjaan ibu


f. Status gizi ibu, tinggi badan ibu
g. Kepatuhan minum tablet tambah darah
h. Jumlah tanggungan dalam keluarga
i. Prioritas pemberian makanan bergizi  alasan memilih
makanan
j. Jumlah pengeluaran untuk makanan bergizi 7
TINDAK LANJUT

Pencegahan dan intervensi gizi melalui pendekatan


lifecycle :
1| •Pada remaja: transformasi UKS, pemberantasan
kecacingan, Tablet Tambah Darah, KIE kesehatan bagi
calon pengantin, Penundaan Perkawinan atau kehamilan
sampai usia 20 tahun
•Pada ibu hamil dan menyusui: Peningkatan mutu
Antenatal care dalam penerapan 10T, Seluruh Ibu Hamil
melaksanakan Kelas Ibu Hamil, Peningkatan cakupan
dan compliance tablet tambah darah, Pemberian
makanan tambahan.
TINDAK LANJUT

• Pada bayi 0-5 bulan: Menjamin semua bayi baru lahir


mendapat IMD, ASI Ekslusif, pelayanan KN1, dan
1| mendapatkan pelayanan MTBM dan pemantauan
pertumbuhan dan SDIDTK.
• Pada bayi 6-23 bulan: Menjamin semua mendapat ASI,
MP-ASI, vitamin dan pelayanan MTBM/MTBS
pemantauan pertumbuhan dan SDIDTK.
• Pada bayi 24-59 bulan dan pra sekolah: Menjamin semua
mendapat vitamin A, pertumbuhan dan DIDTK/PAUD,
pelayanan pengembangan anak usia dini holistic
integratif (PAUDHI), Makanan tambahan.
TINDAK LANJUT

Pemaksimalan program intervensi gizi dan gerakan


masyarakat yang sudah diprogramkan pemerintah 
2| maksimalkan secara efisien alokasi anggaran

Sinergi dalam pelaksanaan (kegiatan, anggaran, waktu) dan monitoring


3| secara periodik.  lintas sektor terkait
Evaluasi efektivitas dan efisiensi dilaksanakan berdasarkan monitoring
4| yang handal.  pemnatauan di tingkat masyarakat terhadap capaian
indikator penurunan angka stunting dan target pada tiap faktor risiko
stunting

Anda mungkin juga menyukai