Tak sekali dua kali Bung Karno mengungkap kecintaan terhadap Irian Barat.
Hampir dalam tiap momentum Bung Karno selalu menunjukkan kecintaan
akan Irian Barat. Bahkan Bung Karno sempat menganalogikan Irian Barat
layaknya bagian dari tubuh, yang jika salah satu bagian telah hilang, maka
keseimbangan tak akan didapat.
“Dibandingkan dengan wilayah kepulauan
kami, Irian Barat hanya selebar daun kelor,
tetapi Irian Barat adalah sebagian dari tubuh
kami. Apakah seseorang akan membiarkan
salah satu anggota tubuhnya diamputasi tanpa
melakukan perlawanan?” ungkap Bung Karno.
Segala sesuatu pada akhirnya terpusatkan ke
perjuangan Irian Barat. Saking pentingnya
Irian Barat, Rosihan Anwar mengungkap
Bung Karno sampai melupakan masalah
harga-harga barang yang kala itu meningkat.
Satu sisi, Bung Karno melakukan hal itu
untuk mewujudkan mimpi supaya Irian Barat
menjadi bagian dari Indonesia. Sisi lainnya,
rakyat Indonesia lainnya dalam kondisi
merana.
Langkah Bung karno ini juga digambarkan
oleh Sukawarsini Djelantik dalam buku
Asia-Pasifik: Konflik, Kerja Sama, dan
Relasi dan Antarkawasan (2015), sebagai
bentuk kepentingan politik dan ekonomi.
Karena Irian Barat negara kaya sumber daya
alam (SDA), Indonesia kemudian
berkepentingan secara ekonomi.
Sebagaimana diketahui, Bung karno tahu
Irian Barat tak hanya menyimpan minyak
bumi, tetapi juga uranium. Di zaman atom
seperti saat kala itu, temuan tersebut begitu
penting.
DIMULAINYA UPAYA PEMBEBASAN
IRIAN BARAT
Upaya pembebasan Irian Barat sendiri bermula ketika Belanda menolak mengakui Irian Barat sebagai bagian NKRI.
Sikap itu disampaikan Belanda dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB), 23 Agustus-2 November 1449.
Delegasi Indonesia dan Belanda berselisih pandang. Indonesia meyakini Irian Barat adalah bagian dari Indonesia
Timur yang masuk dalam wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sementara, Belanda berpendapat Irian Barat tak memiliki hubungan dengan wilayah Indonesia yang lain. Karenanya
Belanda ingin Irian Barat diberi status khusus. Arsip Nasional Indonesia (ANRI) mencatat dua pihak akhirnya sepakat
menyelesaikan masalah lewat negosiasi lanjutan antara Kerajaan Belanda dan RIS.
Negosiasi dilakukan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan, 27 Desember 1949.
Namun perundingan soal status Irian Barat tak juga menemui titik terang, meski satu
tahun telah berlalu sejak pengakuan kedaulatan Belanda. ANRI juga merekam dua
pertemuan, yang digelar di Jakarta pada Maret 1950 dan di Den Haag pada Desember
1950.
Dua pertemuan sama-sama beragendakan pengumpulan fakta. Hasilnya dilaporkan ke
Uni Indonesia-Belanda. Lagi-lagi buntu karena dua pihak melaporkan hasil berbeda.
Indonesia pun kemudian menempuh jalur konfrontasi politik-ekonomi. Indonesia sempat
memutus relasi Uni Indonesia-Belanda pada 15 Februari 1956.
Indonesia juga membatalkan persetujuan KMB secara sepihak pada 27 Maret 1956.
Selain itu Indonesia membentuk Provinsi Otonomi Irian Barat pada 15 Agustus 1956.
Langkah lain diambil dengan menasioalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda,
mulai dari maskapai penerbangan, pelayaran, perusahaan gas, pabrik gula, hingga bank.
Belanda membalas aksi Indonesia
dengan meningkatkan kekuatan militer.
Puncaknya, Indonesia memutus
hubungan diplomatik dengan Kerajaan
Belanda pada 17 Agustus 1960. Pasca-
putusnya hubungan itu, Soekarno yang
juga menjabat Panglima Tertinggi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
makin gencar melatih dan
mempersiapkan srategi militer.
Pemerintah Indonesia juga mengirim Indonesia juga mengambil langkah diplomatis ke
anak-anak muda dari berbagai daerah di sejumlah negara sahabat, mengumpulkan
Papua pada 1961. Langkah itu diambil dukungan komunitas internasional. Hasil
sebagai respons pengusiran masyarakat signifikan didapat. Dari Uni Soviet, Indonesia
pro-NKRI oleh Belanda. Tak cuma mendapat senjata berat hingga pesawat peluncur
mengusir, pada periode 1950-1960,
bom jarak jauh, Tupolev-16 dan kapal penjelajah,
Belanda juga mendatangkan masyarakat
yang anti-Indonesia ke Irian Barat. Sverdlov, yang belakangan dinamai KRI Irian.
Pada 1961, Indonesia membentuk Komando Tertinggi Pembebasan Irian
Barat (KOTI). Soekarno, sebagai panglima tertinggi juga mengumumkan Tri
Komando Rakyat (Trikora).