Anda di halaman 1dari 53

TATA RUANG

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI

Dr. Nur Rizkiyah, M.Pd

Jl. A.H. Nasution No. 264, Bandung 40294. Telp (022) 7802251-53 Fax (022) 7802726 1
Email: info@pusjatan.pu.go.id, www.pusjatan.pu.go.id
LABORATORIUM

Laboratorium (disingkat Lab.) adalah suatu


bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan
peralatan dan bahan-bahan berdasarkan
metode keilmuan tertentu untuk melakukan
percobaan ilmiah, penelitian, praktek
pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi,
dan/atau produksi bahan tertentu secara
terkendali.

2
Penataan Alat Laboratorium
LABORATORIUM

Pengelolaan
Laboratorium

Pengelola / Fasilitas Aktivitas


Pengguna Laboratorium Laboratorium

Untuk memberdayakan laboratorium diperlukan beberapa keterampilan :


dapat menata, mengadministrasikan, dan menginventarisasi alat dan bahan.

3
Penataan Alat Laboratorium
LABORATORIUM

PENGENDALIAN KONDISI AKOMODASI


DAN KONDISI LINGKUNGAN
1.Pengaturan tata penempatan alat dan
kelistrikan sesuai standar dan spesifikasi
masing-masing alat.
2.Pengaturan tata ruang dikondisikan
sedemikian rupa agar tercapai sistem
kerja yang sehat dan aman terutama
terhadap personil laboratorium sehingga
membuat sistem kerja yang efektif tetapi
tidak mempengaruhi mutu hasil uji.

4
Penataan Alat Laboratorium
LABORATORIUM

Laboratorium pengujian harus memiliki :

Ruang pengolahan / pembuatan benda


uji, ditempatkan sedemikian rupa
berdekatan dengan ruang alat pengujian
sehingga memudahkan terjadinya proses
pengujian.

5
Penataan Alat Laboratorium
LABORATORIUM

Ruang administrasi :
1.Ditempatkan sedemikian rupa hingga
tidak mempengaruhi kegiatan pengujian.
2.Jauhkan dari tempat pengolahan
contoh dan peralatan uji.

Ruang penerimaan contoh uji :


Disediakan tempat khusus penerimaan
contoh uji di unit pelayanan pelanggan
dan dilengkapi dengan tempat untuk
penyimpanan contoh uji.

6
Tata Kelola Laboratorium
LABORATORIUM

Ruang Penyelia dan Teknisi :


Ruang ini ditempatkan terpisah dari
tempat kegiatan pengujian tetapi
berdekatan dengan ruang kerja
pengujian.

Ruang Manajer :
Ruangan tersendiri dan terpisah serta
berada dalam lingkungan laboratorium
pengujian.

7
Tata Kelola Laboratorium
LABORATORIUM

Alat laboratorium yang akan


dioperasikan harus dalam kondisi :
1. Siap untuk dipakai (ready for use)
2. Bersih
3. Berfungsi dengan baik
4. TERKALIBRASI.

8
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
Penataan dan penyimpanan alat
didasarkan pada keadaan laboratorium
yang ditentukan oleh :
1.Fasilitas,
2.Tata letak laboratorium,
3.Keadaan alat (Jenis alat, Jenis bahan
pembuat alat, atau Jenis percobaan)
4.Kepentingan pemakai yang ditentukan
berdasarkan kemudahan dicari dan dicapai,
serta keamanan dalam penyimpanan dan
pengambilannya.

9
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
Cara penyimpanannya :
1.Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur
ataukah hanya sebagai penyimpan bahan
kimia saja
2.Kualitas alat termasuk kecanggihan dan
ketelitian
3.Keperangkatan
4.Nilai/ harga alat
5.Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6.Sifat alat termasuk kepekaan terhadap
lingkungan
7.Bahan dasar penyusun alat, dan
8.Bentuk dan ukuran alat
9.Bobot / berat alat
10
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
Cara Penyimpanan Bahan Kimia :
•Secara Alfabetis
•Berdasarkan Golongan (klasifikasi)
•Berdasarkan Kelompok (sifat)
•Pedoman Umum Penyimpanan
•Setelah digunakan dikembalikan di tempat semula
•Dikontrol secara periodik
•Pertimbangan menyimpan berdasarkan jangkauan
untuk menghindari kecelakaan
•Botol besar disebelah bawah, kecil di atas lemari
ditempat khusus
•Disimpan pada tempat yang sesuai dan terpisah
(padat, cair, gas, mudah terbakar, higroskopis,
mudah menguap)

11
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :

•Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
•Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
•Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan
dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak
mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol
berwarna bening.
•Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
•Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula
menggunakan botol ber-kran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya
saja sesuai kebutuhan. Sisa bahan disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada
botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan
sisa tadi mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
•Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.

12
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
Penyimpanan dan penataan bahan kimia
diantaranya meliputi :
1.Aspek pemisahan (segregation),
2.Tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
3.Pelabelan (labeling),
4.Fasilitas penyimpanan (storage facilities),
5.Wadah sekunder (secondary containment),
6.Bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
7.Inventarisasi (inventory), dan
8.Informasi resiko bahaya (hazard
information).

13
Penataan Alat Laboratorium
KARTU KONTROL ALAT

No. Formulir
FORMULIR Terbitan/ Revisi
Tanggal Terbit
Tanggal Revisi
LABORATORIUM.
PENGUJIAN
KARTU ALAT Halaman 1 dari 1

Nama Alat :
Kapasitas :
Merek / Negara Pembuat :
Kondisi :
Tanggal kalibrasi terakhir:

Volume Pemakaian Paraf


Tanggal Jenis Pengujian Jumlah Uji Jumlah Jam
Teknisi

         
         
         
         
         

14
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
SKEMA PENEMPATAN ALAT UJI
LABORATORIUM TANAH

MEJA 1

BAK AIR BAK AIR


(Untuk mencuci (Untuk mencuci
BERAT JENIS
OVEN pengujian pengujian
TANAH
Hydrometer & Berat Hydrometer &
SIEVE Berat Jenis Tanah) 1.00 m
Jenis Tanah)
SHAKER

SAMPLE SPLITTER + TALAM PIKNOMETER


(DALAM BUFET) (DALAM BUFET)

4.00 m

15
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium

16
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
SKEMA PENEMPATAN ALAT-ALAT PENGUJIAN AGREGAT DAN BETON

MEJA BAGIAN ATAS

MESIN MESIN
WASHTAFEL WASHTAFEL
KUAT KUAT OVEN
TEKAN TARIK
BETON BAJA

EXIT

MESIN
KUAT TIMBANGAN KAPASITAS 2500 GRAM,
TIMBANGAN KAPASITAS 20 KG
TEKAN CORONG + PENUMBUK SSD
BETON MESIN
KUAT
TEKAN
DAN
LENTUR
MORTAR
TEMPAT PENGUJIAN ANALISA
TEMPAT PENGUJIAN BERAT JENIS
SARINGAN,

TIMBANGAN
KAPASITAS 8 KG

17
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium
SKEMA PENEMPATAN ALAT-ALAT PENGUJIAN AGREGAT DAN BETON

MEJA BAGIAN BAWAH

CETAKAN SILINDER BELERANG,


BETON 15/30, UJI TABUNG GAS, ALAT NDT
SLUMP CAWAN BESAR

EXIT

BOLA BAJA ABRASI, PERLENGKAPAN


MELTING POT, ALAT CAPING, PRINTER
MESIN UJI TEKAN BETON DAN TARIK
MESIN UJI TEKAN MORTAR
BAJA, PERLENGKAPAN CORE DRILL

SARINGAN, CORONG + PENUMBUK


TOOL KIT
SSD

18
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium

19
Penataan Alat Laboratorium
Penataan Alat
Laboratorium

20
Penataan Alat Laboratorium
SIMBOL/RAMBU
LABORATORIUM

21
Penataan Alat Laboratorium
SIMBOL/RAMBU
LABORATORIUM

22
Penataan Alat Laboratorium
• Beraktivitas di laboratorium mikrobiologi, akan senantiasa berhubungan erat
dengan beberapa 3 hal berikut (World Health Organization, 2005):
1.Substansi biologi:
• Mikroorganisme merupakan substansi biologi. Di laboratorium mikrobiologi,
substansi ini meliputi virus, bakteri, dan jamur. Mikroorganisme berukuran sangat
kecil, tidak dapat dilihat, dan dapat bersifat aerosol (mudah terhirup). Salah satu
jenis jamur memiliki struktur berupa spora. Struktur ini mudah terbawa udara dan
jika tanpa sengaja terhirup dapat menyebabkan infeksi jamur (mikosis).
2.Substansi kimia
• Aktivitas yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi antara lain identifikasi
dengan pewarnaan sederhana sampai dengan kultur untuk menentukan jenis dan
spesies pathogen. Reagen berupa bahan kimia diperlukan sesuai dengan tujuan
pemeriksaan. Setiap kemasan dari reagen kimia memiliki simbol-simbol khusus
yang harus dipahami oleh pengguna. Reagen dapat bersifat iritan, toksik, mudah
terbakar, karsinogenik, dan lain-lain (Tille, 2017).
3.Substansi fisika
• Alat yang digunakan dalam membantu pemeriksaan atau identifikasi terhadap
mikroorganisme dapat berupa Bunsen yang menggunakan spiritus, memiliki sifat
mudah terbakar. Tabung reaksi jika tidak berhati-hati menggunakannya dapat
terjadi pecah dapat melukai anggota tubuh.

23
• Pemahaman terhadap ketiga substansi tersebut merupakan hal yang penting.
Selain memahami terhadap substansi, ketertiban dan kedisiplinan di
Laboratorium mikrobiologi sangat diperlukan agar terhindar dari kecelakaan
kerja.Perlindungan perlindungan terhadap diri sendiri dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan di laboratorium meliputi hal-hal berikut (Occupational
Safety and health Administration, 2011) :
1.Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa jas praktikum, kacamata
goggle (jika diperlukan), sarung tangan yang sesuai ukuran, sepatu tertutup,
dan masker.
2.Bekerja di laboratorium tidak diperbolehkan secara sendirian. Hal ini sebagai
upaya pencegahan jika terjadi kecelakaan saat bekerja. Orang lain yang ada di
laboratorium dapat memberikan pertolongan pertama dan memanggil
pertolongan.
3.Tidak diperkenankan membawa, menyimpan, makan dan minum di dalam
laboratorium. Menyimpan makanan di refrigerator laboratorium dapat
terkontaminasi oleh mikroorganisme. Demikian juga dengan makan dan
minum di laboratorium, memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh
melalui mulut (foodborne disease).

24
4.Tidak diperbolehkan menggunakan kosmetik, kontak lensa. Saat terjadi keadaan yang tidak
diinginkan misalnya mata kemasukan benda asing, maka, menggnakan kontak lensa menjadi
permasalahan baru. Terjadi gangguan penglihatan dan tangan tidak dapat membantu karena
kemungkinan terkontaminasi dengan materi yang ada di laboratorium. Proses pembilasan
menjadi lebih sulit karena terhalang oleh lensa kontak.
5.Tidak diperbolehkan merokok, mengunyah permen. Reagen dapat bersifat mudah terbakar,
sehingga jika tumpah dan terkena api dari rokok dapat meneybabkan terjadinya kebakaran.
6.Tidak diperkenankan memipet menggunakan mulut. Memipet dengan mulut tidak dapat
ditentukan kekuatannya. Reagen yang dilakukan pemipetan dengan tekanan tinggi dari mulut
dapat ikut masuk ke mulut dan tertelan. Jika berupa reagen dapat menyebabkan keracunan,
iritasi, dan toksik pada tubuh. Jika berupa sampel yang diduga mengandung mikroba, maka
dapat menyebabkan infeksi pada tubuh.
7.Menggunakan alat-alat sesuai prosedur (misalkan: ose harus dibakar dan dipijarkan
sebelum dan setelah digunakan). Setiap alat di laboratorum memilki instruksi kerja. Hal ini
harus dipelajari, diperhatikan, dan diikuti untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam
bekerja di laboratorium.
8.Memasukkan alat dan bahan yang telah digunakan ke dalam tempat sampah yang sesuai.
Sampah laboratorium yang tidak dibuang sesuai dengan ketentuannya, dapat mencemari
lingkungan. Reagen-reagen yang berbahaya tidak diperbolehkan dibuang melalui saluran air
pada umumnya. Larutan ini harus dikumpulkan dan untuk selanjutnya dilakukan
pembuangan bersamaan dengan bahan berbahaya lainnya di dalam insinerator.
25
9.Selalu mencuci tangan dengan cara yang benar sebelum dan setelah tindakan. Selain itu,
mencuci tangan juga dilakukan pada beberapa hal sebagai berikut (Centers for Disease
Control and Prevention, 2019) : Sebelum, selama, dan saat menyiapkan makanan/hidangan
a.Sebelum menyantap makanan
b.Sebelum dan setelah merawat seseorang yang sakit karena muntah atau diare
c.Sebelum dan setelah melakukan perawatan luka (menjahit)
d.Setelah selesai buang air besar dan air kecil atau saat keluar dari kamar mandi
e.Setelah mengganti popok
f.Setelah bersin atau batuk dan menggunakan tangan untuk menutupnya
g.Setelah menyentuh, memberikan makan, dan membersihkan kotoran binatang peliharaan
h.Setelah menyentuh atau membuang sampah
Alat pelindung diri membutuhkan pemeliharaan dan penyimpanan yang benar. Berikut
adalah cara yang digunakan:
1.Sebelum memulai bekerja di laboratorium, memastikan semua alat perlindungan diri
tersedia dan berfungsi dengan baik.
2.Alat pelindung diri yang telah kadaluarsa, rusak, harus segera dibuang sesuai prosedur
pembuangan yang berlaku.
3.Setelah pemakaian alat pelindung diri, selalu melakukan pembersihan dengan benar.
4.Menyimpan alat pelindung diri dari debu, sinar matahari secara langsung agar terjaga
keberfungsiannya.
26
• Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan
oleh orang yang beraktivitas di laboratorium untuk melindungi atau meminimalkan terekspos dengan
subtansi yang berbahaya baik biologis, kimia, fisika (hazards) (Occupational Safety and health
Administration, 2011) yang dapat membahayakan tubuh baik berupa perlukaan, kecacatan, maupun
kematian.
• Prinsip APD harus mampu memproteksi secara keseluruhan dari anggota tubuh, mulai dari kulit, mata,
yang berpotensi terjadi trauma tertusuk, abrasi, atau dermatitis kontak alergi/iritan, kecacatan dan
kematian. Masing-masing APD memiliki fungsi dan cara penggunaan tertentu. Sehingga sebelum
menggunakan APD harus dipastikan dapat menggunakan. Alat Pelindung Diri harus tersedia dalam
tempat yang mudah didapatkan dan selalu dalam keadaan tersedia. Oleh karena itu, sebelum melakukan
praktikum atau penelitian, semua alat dipastikan ketersediaan dan dapat digunakan dengan baik dan benar.
• Alat pelindung diri (APD) prinsipnya terdiri atas 6 hal:
1.Pelindung mata
• Di dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi tidak disarankan menggunakan kontak lensa. Alat
pelindung mata di laboratorium dapat berupa kacamata goggle. Alat ini digunakan untuk bahan-bahan
yang bersifat aerosol atau mudah memercik. Trauma mata dapat mengakibatkan kerusakan mata serius
sampai menimbulkan kebutaan.

27
 2.Pelindung badan
 Jas laboratorium berfungsi dalam memproteksi tubuh dari kontak
dengan bahan-bahan berbahaya di dalam laboratorium, atau kontak
dengan mikroorganisme. Syarat jas laboratorium yang digunakan
adalah panjang sampai selutut dan lengan panjang dengan bagian ujung
lengan berkaret.
Jas laboratorium harus digunakan dengan benar yaitu, tertutup semua
kancing. Bagi yang menggunakan jilbab, maka jilbab harus
dimasukkan ke dalam jas laboratorium untuk menghindari jas terkena
kontaminasi baik bahan infeksius maupun reagen yang digunakan
selama bekerja di laboratorium.
 Jika tidak menggunakan jilbab, maka rambut harus dalam keadaan
pendek atau diikat. Sehingga jika suatu saat menggunakan Bunsen,
tidak ada risiko berbahaya terpapar api dan menyebabkan kebakaran.
Jas harus dilepas saat keluar dari laboratorium. Jika jas laboratorium
terkontaminasi bakteri, maka harus dilakukan dekontaminasi misalkan
menggunakan khlorin terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
laundry.
28
3. Pelindung pernafasan Masker merupakan salah satu pelindung pernafasan.
Sehingga tidak dibenarkan menggunakan masker namun, hidung tetap terbuka.
Masker digunakan untuk mencegah kemungkinan uap yang menyebabkan iritasi atau
spora jamur yang mudah terbang di udara untuk masuk ke saluran pernafasan.
4.Pelindung telinga Suara mesin di laboratorium dapat menimbulkan kebisingan. Jika
terjadi secara terus menerus, dapat mengganggu fungsi pendengaran dan
menyebabkan ketulian. Keadaan ini dapat dihindari dengan menggunakan pelindung
telinga. Pelindung telinga dapat berupa busa yang dipasang di saluran pendengaran.
5.Pelindung tangan. Sarung tangan disposable wajib digunakan ketika peneliti atau
praktikan berada di laboratorium mikrobiologi. Penggunaan sarung tangan harus
mampu menutup sampai bagian karet dari jas laboratorium. Perhatikan bahwa sarung
tangan yang digunakan tidak robek atau berlubang, dan gunakan sesuai dengan
ukuran tangan, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar. Bahan Latex cukup sering
digunakan di dalam laboratorium karena memiliki keuntungan murah, dan
penampilan yang bagus, namun sering menyebabkan alergi. Jika sarung tangan yang
digunakan terkontaminasi dengan bahan infeksius atau diduga infeksius, atau robek,
lakukan penggantian dengan sarung tangan baru.

29
5.Cara mencuci tangan harus dilakukan dengan cara yang benar. Menggunakan air
mengalir dan sabun. Cara mencuci tangan yang benar sebagaimana diajarkan oleh
CDC dan WHO sebagai berikut (Centers for Disease Control and Prevention, 2019)
1)Basahi tangan dengan air mengalir, tuangkan sabun
2)Gosok tangan menggunakan sabun sampai berbusa mulai dari telapak tanagn,
punggung tangan jari-jari dan kuku.
3)Gosok tangan kurang lebih selama 20 detik.
4)Bilas dengan air bersih mengalir
5)Keringkan tangan dengan menggunakan handuk kering atau udara kering (mesin
pengering tangan).

30
Setelah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan alcohol, kemudian
menggunakan sarung tangan dengan cara yang benar. Teknik pemakaian sarung tangan non-steril sesuai
WHO adalah sebagai berikut:

Cara pelepasan sarung tangan juga harus dilakukan dengan benar agar dapat
melindungi diri sendiri dari kontaminasi bakteri. Cara pelepasan sarung tangan
ditunjukkan oleh Gambar
Sarung tangan disposable tidak perlu dicuci dan tidak
diperbolehkan untuk digunakan kembali. Sarung tangan
yang telah dilepaskan dimasukkan ke dalam tempat
sampah biohazard untuk didekontaminasi bersama
sampah biohazard lain sebelum dibuang. Pada saat
sedang menggunakan sarung tangan, maka harus
menghindari untuk menyentuh gagang pintu, telepon,
smartphone, karena dapat mengkontaminasi alat-alat
tersebut.
Setelah melepas sarung tangan, biasanya bearsamaan
dengan melepas jas praktikum, maka wajib mencuci
tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan
air mengalir mengikuti langkah cuci tangan WHO.
31
DOKUMENTASI

32
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

33
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

34
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

35
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

36
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

37
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

Sebelum Sesudah

38
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

39
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

40
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

41
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

42
Penataan Alat Laboratorium
DOKUMENTASI

43
Penataan Alat Laboratorium
Ruang Laboratorium Uji

44
Penataan Alat Laboratorium
Ruang Laboratorium Uji

45
Penataan Alat Laboratorium
Aktifitas Pengujian
Laboratorium

46
Penataan Alat Laboratorium
Aktifitas Pengujian
Lapangan

47
Penataan Alat Laboratorium
Penyimpanan Alat Lab

48
Penataan Alat Laboratorium
Penyimpanan Contoh Uji

49
Penataan Alat Laboratorium
Penyimpanan Contoh
Setelah Di Uji

50
Penataan Alat Laboratorium
Penyimpanan Bahan Kimia

51
Penataan Alat Laboratorium
Penyimpanan Limbah B3

52
Penataan Alat Laboratorium
Terima Kasih

Jl. A.H. Nasution No. 264, Bandung 40294. Telp (022) 7802251-53 Fax (022) 7802726
53
Email: info@pusjatan.pu.go.id, www.pusjatan.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai