Home

Kompetensi

Materi

Daft ar
Pustaka

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Ho
me
Tujuan &
• Pengertian Gangguan

Manfaat
• Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik
• Contoh Gangguan Hubung Singkat
Materi
• Gangguan Simetris
Daftar • Perhitungan Arus Gangguan
Pust aka
• Persamaan Perhitungan Arus Gangguan
• Gambar Diagram Garis Tunggal Sederhana

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Pengertian Gangguan

Home Gangguan
(interferes dalam
adalah suatu ketidak normalan
sistem tenaga listrik yang
Tujuan &
mengakibatkan
) mengalirnya arus yng tidak seimbang
Manfaat dalam sistem tig a fasa. Gangguan dapat ju ga
didefinisikan sebagai semua kecacat an yang
Materi mengganggu aliran normal arus ke beban.

Daftar
Pust aka

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Gangguan pada Sistem
Tenaga Listrik

Home Gangguan pada sistem tenaga

listrik adalah segala macam kejadian
Tujuan &
Manfaat yang menyebabkan kondisi pada
sistem tenaga listrik menjadi
abnormal. Salah satu yang
menyebabkan kondisi ini adalah
gangguan hubung singkat.

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Contoh Gangguan
Hubung Singkat
Home Gangguan simetris, misalnya 3
fasa ke tanah.
Tujuan &
Manfaat Gangguan tidak simetris, misalnya :
satu fasa ke tanah, hubung singkat dua
Materi
fasa dan hubung singkat dua fasa ke
Daftar tanah.
Pust aka

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Gangguan yang hampir semua gangguan yang
Home terjadi pada sistem daya adalah gangguan tidak
simetris,yang mungkin terdiri dari hubungan-singkat
Tujuan &
Manfaat tidak simetris gangguan tidak simetris
melalui impedansi atau penghantar yang terbuka.
Materi
Gangguan tidak simetris terjadi
Daftar sebagai gangguan Tunggal saluran- ke
Pust aka gangguan antar- saluran,atau Gangguan tanah,
ganda
saluran-ke tanah.Jalur arus gangguan dari saluran ke
saluran atau dari saluran ketanah dapat mengandung
atau tidak mengandung impedansi

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
Home Satu atau dua penghantar yang terbuka
mengakibatkan gangguan tidak simetris, baik
Tujuan & melalui pemutusan satu atau dua penghantar
Manfaat atau melalui bekerjanya sekering dan peralatan
lain yang tidak akanmembuka sekaligus ketiga
Materi
fasanya. Karena setiap gangguan tidak simetris
Daftar menyebabkan mengalirnya arus tidak seimbang
Pust aka dalam sistem, metoda komponen simetris bergu
na sekali dalam analisis untuk mengalirkan arus
dan tegangan di semua bagian sistem setelah
terjadinya gangguan.

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Perhitungan
Arus
Gangguan
Home Ketika gangguan simetris terjadi,
tidak terjadi
Tujuan &
Manfaat busur dikarenakan konduktor tidak
menyentuh tanah.
Materi
Perhitungan arus gangguan
Daftar dari dihitung
Pust aka
menggunakan persamaan berikut :

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Persamaan Perhitungan Arus Gangguan

Home

Tujuan &
Manfaat

Materi

Daft ar
Pustak
a

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 Gambar Diagram Garis Tunggal Sederhana

Home

Tujuan &
Manfaat

Materi

Daft ar
Pustak
a

Ne x t Back
toto_sukisno@uny.ac.id
 .

 UNTUK :  GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA

 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA

 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA KETANAH

 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH

 RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH HUKUM OHM

I = ARUS GANGGUAN H.S
V
I=
Z V = TEGANGAN SUMBER

Z = IMPEDANSI DARI SUMBER

KETITIK GANGGUAN,
IMPEDANSI EKIVALENT

 BIASANYA NILAI IMPEDANSI EKIVALENT INI YANG

MEMBINGUNGKAN PARA PEMULA.

114
 Lanjutan7.13.
 DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA

 UNTUK GANGGUAN 3 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN

ADALAH IMPEDANSI URUTAN
POSITIF
NILAI EKIVALEN Z1
TEGANGANNYA ADALAH E FASA

 UNTUK GANGGUAN 2 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN

ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
URUTAN POS. + URUTAN NEG.
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2

 UNTUK GANGGUAN 2 FASA KETANAH : TEGANGANNYA ADALAH E FASA-FASA

IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN

ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
URUTAN POS. + URUTAN NEG. +
URUTAN NOL
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 * Z0

Z2 + Z0

 UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN

ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
URUTAN POS. + URUTAN NEG. +
URUTAN NOL
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 + Z0
TEGANGANNYA ADALAH E FASA

115
 Lanjutan7.13.

 PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :

 GANGGUAN TIGA FASA V

: RUMUSNYA : I =
Z

V = TEGANGAN FASA - NETRAL

Z = IMPEDANSI Z1 ekivalen

V
 GANGGUAN DUA FASA : RUMUSNYA : I =
Z

V = TEGANGAN FASA - FASA

Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen

116
IBAA
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

- Gangguan simetris ( gangguan 3 fasa )

- Gangguan tak simetris
fasa – fasa
fasa – fasa ke tanah
fasa ke tanah

Bila terjadi gangguan tak simetris akan menimbulkan

Ketidak seimbangan arus maupun tegangan.

Untuk memecahkan masalah diatas maka digunakan

“ TEORI KOMPONEN SIMETRIS “

IBAA
 SISTEM 3 FASA SEIMBANG

@ ARUS MASING MASING FASA DAN

@ TEGANGAN FASA ( LINE ) SAMA

Ia  I  
A

Z
E a  V00
E c  V120 0 Z Z
B
C
E b  V240 0 I b  I2400  

I c  I1200  

IBAA
 TEORI KOMPONEN SIMETRIS

TEORI INI DIKEMUKAKAN OLEH C L PORTESQUE ( 1918 )

CARANYA ADALAH DENGAN MENGURAIKAN VEKTOR
3 FASA YANG TAK SEIMBANG MENJADI 3 PASANG
VEKTOR YANG SEIMBANG :

# KOMPONEN URUTAN POSITIP

# KOMPONEN URUTAN NEGATIP
# KOMPONEN URUTAN NOL

IBAA
 Va1
KOMPONEN URUTAN POSITIP ( INDEK 1 )
1200
TERDIRI DARI 3 PASOR YANG SAMA BESAR
NYA , DAN ALING BERBEDA FASA SEBESAR
120 SATU SAMA LAINNYA
( URUTAN SAMA DENGAN PASOR ASLINYA ) Vc1 Vb1

KOMPONEN URUTAN NEGATIP ( INDEK 2 ) Va2

TERDIRI DARI 3 PASOR YANG SAMA DAN 1200

BERBEDA FASA 120
( URUTANNYA BERLAWANAN DENGAN
VEKTOR ASLINYA ) Vb2 Vc2

KOMPONEN URUTAN NOL ( INDEK 0 ) Va0

Vb0
TERDIRI DARI 3 PASOR YANG SAMA DAN Vc0
SEFASA .

IBAA
 OPERATOR “ a “

Suatu operator yang berfungsi untuk memutar vektor dengan

Sudut 120 dan berlawanan arah dengan arah jarum jam ,

a  1120 0
a  1120 0
a  11200  cos 120 0  j sin 120 0 
120 0  0,5  j 0,866
240 0 a 2  1240 0  cos 240 0  j sin 2400 
a 3  13600  0,5  j 0,866
a 3  13600  cos 360 0  j sin 360 0 
1  j0
2 0
a  1240
1 a  a2  0
IBAA
 HUBUNGAN KOMPONEN SIMETRIS DENGAN
BESARAN FASA

Va1  Va1
Vb1  a 2 Va1
Vc1  aVa1
Va  Va1  Va2  Va0 Va  Va1  Va2  Va0
Vb  Vb1  Vb2  Vb0 Vb  a 2 Va1  aVa2  Va0
Va2  Va2
Vc  Vc1  Vc2  Vc0 Vc  aVa1  a 2 Va2  Va0
Vb2  aVa2
Vc2  a 2 Va2

Va0  Vb0  Vc 0

IBAA
 SYNTHESIS

TEGANGAN Va  Va1  Va2  Va0

Vb  a 2 Va1  aVa2  Va0
Vc  aVa1  a 2 Va2  Va0

ARUS I a  I a1  I a2  I a0
I b  a 2 I a1  aI a2  I a0
I c  aI a1 a 2 I a2  I a0

IBAA
.
Bila komponen simetrisnya diketahui
Dapat digambarkan vektor aslinya. Va1

120 0

Va Vb1
Vc1

Va2

120 0

Vb Vb2 Vc2

Vc
Va0
Vb0
Vc0

IBAA
 BESARNYA KOMPONEN URUTAN NOL

Va  Va1  Va2  Va0

2
Vb  a Va1  aVa2  Va0 1 a2  a  0
Vc  aVa1  a 2 Va2  Va0 1 a  a2  0

Va  Vb  Vc  [1  a 2  a]Va1  [1  a  a 2 ]Va2  3Va0

Va  Vb  V c  3Va0

1
Va0  [Va  Vb  Vc ].................(4)
3

IBAA
 BESARNYA KOMPONEN URUTAN Negatip

Va  Va1  Va2  Va0 .... 1

Vb  a 2 Va1  aVa2  Va0 ....  a 2
Vc  aVa1  a 2 Va2  Va0 ....  a

Va  Va1  Va2  Va0

a 2 Vb  a 4 Va1  a 3 Va2  a 2 Va0
aVc  a 2 Va1  a 3 Va2  aVa0

Va  a 2 Vb  aVc  [1  a 4  a 2 ]Va1  [1  a 3  a 3 ]Va2  [1  a 2  a]Va0

 0  3Va2  0

1
Va 2  {Va  a 2Vb  aVc }
3

IBAA
 BESARNYA KOMPONEN URUTAN POSITIP

DENGAN CARA YANG SAMA DAN DENGAN MENGALIKAN

PERS ( 2 ) DENGAN BESARAN
...... 1
......  a
......  a 2

MAKA DIPEROLEH BESARNYA KOMPONEN URUTAN POSITIP

1
Va1  {Va  aVb  a 2Vc }
3

IBAA
 ANALYSIS

1
TEGANGAN Va0  {Va  Vb  Vc }
3
1
Va1  {Va  aVb  a 2 Vc }
3
1
Va2  {Va  a 2 Vb  aVc }
3

1
ARUS I a0  {I a  I b  I c }
3
1
I a1  {I a  aI b  a 2 I c }
3
1
I a2  {I a  a 2 I b  aI c }
3
IBAA
 IMPEDANSI URUTAN

PENGERTIAN IMPEDANSI URUTAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BERBEDA DENGAN PENGERTIAN KOMPONEN URUTAN PADA ARUS
DAN TEGANGAN

IMPEDANSI URUTAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

IMPEDANSI URUTAN POSITIP (Z1) ADALAH IMPEDANSI DARI

SIRKUIT 3 FASA YANG SIMETRIS YANG DIDAPAT DENGAN
MEMBERIKAN TEGANGAN URUTAN POSITIP DAN HANYA
MENGALIR ARUS URUTAN POSITIP SAJA

IMPEDANSI URUTAN NEGATIP (Z2) DAN IMPEDANSI URUTAN

NOL ( Z0 ) ADALAH IMPEDANSI YANG DIDAPAT SEPERTI HAL
DIATAS HANYALAH TEGANGAN DAN ARUS YANG MENGALIR
ADALAH URUTAN NEGATIP DAN NOL

IBAA
 IMPEDANSI URUTAN

PERALATAN LISTRIK YANG STATIS SEPERTI TRAFO

TENAGA. SALURAN TRANSMISI. ATAU DISTRIBUSI NILAI
IMPEDANSI URUTAN POSITIP SAMA DNGAN URUTAN
NEGATIP .
SEDANG PERALATAN YANG BERPUTAR SEPERTI
GENERATOR BESARNYA AGAK BERBEDA , SEDANG
IMPEDANSI URUTAN NOL SANGAT BERBEDA DENGAN
IMPEDANSI URUTAN POSITIP DAN NEGATIP .

IBAA
 IMPEDANSI URUTAN GENERATOR

RANGKAIAN IMPEDANSI URUTAN POSITIP. NEGATIP DAN NOL

DARI GENERATOR :
N1 N2 N0

Ea1 Ea 2 Ea 0

Va1 Va 2 Va 0
I1 I2 I0

PERSAMAAN DARI KETIGA URUTAN KOMPONEN SIMETRIS

Va1  E a1  I a1 Z1
Va2  E a2  I a2 Z 2 ..... (1)
Va0  E a0  I a0 Z 0
IBAA
TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN GENERATOR SEIMBANG
SEHINGGA

E a2  E a0  0
E a1  E a

MAKA PERSAMAAN ( 1 ) MENJADI

Va1  E a1  I a1Z1
Va2  0  I a2 Z 2 ..... (2)

Va0  0  I a0 Z 0

IBAA
 I a0
A
In  Ia  Ib  Ic Zg0
Zg0
 3I a0  3I 0 ..... (3) Ea 0
Ec 0 Eb 0
Zg0 Zg0 Ib0
C
In Zn B
I c0
TEGANGAN URUTAN NOL 3I a 0

Va0   I n Z n  E a0  I a0 Zg0
 E a0  3I a0 Z n  I a0 Zg0 .. . . . (4)
 E a0  I a0 (Z g0  3Z n )

IBAA
 SEHINGGA RANGKAIAN IMPEDANSI URUTAN NOL DAPAT
DIGAMBARKAN SBB;

E a0 E a0
I a0 Tidak mengalir
I a0 Zg0 I a0
Zg0 Titik netral tidak ditanahkan

Zn

IBAA
 IMPEDANSI TRAFO DAYA 2 KUMPARAN

SAMBUNGAN URUTAN NOL URTAN POSITIP&NEGATIP

L ZL ZH H
L ZL ZH H
L H

L ZL ZH H
L H L ZL ZH H
ZnH 3ZnH

L ZL ZH H
L H L ZL ZH H

L ZL ZH H
L H L ZL ZH H

L H ZH
L H ZL 3ZnL 3ZnH ZH L ZL H
ZnL ZnH

L ZL ZH H
H L ZL ZH H
L

L ZL ZH H
L H L ZL ZH H

L ZL ZH H
L H L ZL ZH H

IBAA
 PENGHANTAR

RANGKAIAN 

Z1 Z2 Z0

XC1 XC1 XC2 XC2 XC0 XC0

2 2 2 2 2 2

URUTAN POSITIP URUTAN NEGATIP URUTAN NOL

RANGKAIAN T

Z1 Z1 Z2 Z2 Z0 Z0
2 2 2 2 2 2

XC1 XC2 XC0

URUTAN POSITIP URUTAN NEGATIP URUTAN NOL

IBAA
 PERSAMAAN HUBUNG SINGKAT PADA GENERATOR
( Generator diandaikan dalam keadaan tanpa beban )

1. HUBUN SINGKAT 3 FASA

Kondisi awal pada titik

Gangguan ; Va  Vb  Vc  0 ... (5)

A
1
V1  (Va  aVb  a 2 Vc )
3
1
V2  (Va  a 2 Vb  aVc ) (6)
C B 3
1
V0  (Va  Vb  Vc )
3

IBAA
 DENGAN MEMASUKAN PERS. (5) KE (6) :

V1  E1  I1Z1  0 V2  I 2 Z 2  0 V0  I 0 Z0  0
E I2 Z2  0
E1  I1Z1  0  I1  1 Z0  0  I0  0
Z1 ZZ  0  I2  0

ARUS PADA FASA a : I a  I1  I 2  I 0  I1  0  0

E1

Z1
E1
JADI ; Ia  , , , , , , , (7)
Z1
2 E1 . . . . . . . (8)
Ib  a
Z1
E1 . . . . . . . (9)
Ic  a
Z1
IBAA
 JADI ARUS HUBUNG SINGKAT 3 FASA :

E1
I HS3 φ  . . . . . . (10)
Z1
Diagram satu garis dan a
rangkaian urutannya D

E1 Ic
Z1G

Ia
3FASA
N1
c b
Ib
E1
Va = Vb = Vc = 0

Z1G
I1 Diagram vektor untuk
Gangguan 3 fasa

F1
IBAA
 2. HUBUN SINGKAT 2 FASA

Kondisi awal pada titik

Gangguan ;
Vb  Vc
I b  Ic
Ia  0

A
Vb  a a V1  aV2  V0
Vc  aV1  a 2 V2  V0
karena , Vb  Vc , maka
C B a 2 V1  aV2  V0
 aV1  a 2 V2  V0
(a 2  a)V1  (a 2  a)V2
maka , V1  V2 ........(13)
IBAA
DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS RUMUS
KOMPONEN SIMETRIS MAKA ARUS HUBUNG
SINGKAT DUA FASA DIPEROLEH ;

ARUS HUBUNG SINGKAT 2 FASA ;

3E1
I hs2φ  ................(21)
Z1  Z 2

IBAA
 Diagram satu garis

Zg

2 fasa Diagram urutan

Vektor diagram

c N1 N2

Ic E1

I1 I2
VCF a Z1g Z2g

Ib F1 F2

IBAA
3. HUBUN SINGKAT 1 FASA TANAH

A Kondisi awal pada titik

Gangguan ;
I b  Ic  0
Va  0
C B
Menentukan komponen
Komponen simetris ;

1 1 1
I1  (I a  aI b  a 2 I c )  (I a  o)  I a
3 3 3
1 1 1
I 2  (I a  a 2 I b  aI c )  (I a  0)  I a
3 3 3
1 1 1
I 0  (I a  I b  I c )  (I a  0)  I a
3 3 3
1
JADI : I1  I 2  I 0  I a ........................(25)
3
IBAA
DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS RUMUS KOMPONEN
SIMETRIS MAKA ARUS GANGGUAN SATU FASA KE
TANAH DAPAT DIPEROLEH

Arus hubung singkat 1 fasa ke tanah :

3E1
I hs1φ  ........ (30)
Z1  Z 2  Z3

IBAA
 Diagram satu garis

Zg
N1 N2 N0

E1
1 fasa
I1 I2 I0
Z2g Z0g
Vektor diagram Z1g

VbF c F2
F1 F0

Diagram urutan

Ia
VcF
b
IBAA
 SATUAN PERUNIT ( PU )

RANGKAIAN 3 FASA : VA b  3Vb  I b

VA b
Ib 
3Vb
Vb Vb
Zb  
3I b 3VA b
3Vb
2 2
Vb KVb
 
VA b MVA b

Nilai(sebe narnya)
Nilai(pu) 
Nilai(Dasa r)
MVA b
Z(pu)  Zseb  2
KVb
IBAA
ARUS DASAR :

MVA b 1000
Ib 
3KVb
IMPEDANSI DASAR :
2
KVb
Zb 
MVA b

KVb br 2 MVA b br
Z pu br  Z pu lm  [ ] [ ]
KVb lm MVA b lm

br = baru lm = lama

BILA : KVb br  KVb lm

MVA b br
Z pu br  Z pu lm 
MVA b lm

IBAA
CONTOH ( 1 ) ; TRAFO DAYA 3 FASA

13,8 KV 138 KV

15 MVA
XT = 10% = 0,1 PU

13,8KV 2
X (  )sisi13,8KV   0,1  1,27Ω
15MVA
138KV 2
X (  )sisi138KV   0,1  127Ω
15MVA

138KV 2
X (  )138KV  X (  )sisi13,8KV  [ ]
13,8KV
Rasio Tegangan Kwadrat

IBAA
CONTOH ( 2 ) ; TRAFO DAYA 3 FASA

G 138 KV
13,8 KV

20 MVA
Xg = 30% 15 MVA
XT = 10% = 0,1 PU

13,8KV 2
Xg (ΩΩ   0,3  2,86Ω  13,8KV
20MVA

138 2
Xg (ΩΩ  2,86  [ ]  286Ω
13,8
MVA b 20MVA
Xg (%)  X seb  2
 286  2
 30%
KVb 138KV

 Xg  30%  20MVA : 138KV

 30%  20MVA;13,8 KV
IBAA
DIKETAHUI SUATU SISTEM SEPERTI GAMBAR
BILA MVAb =100 ;KVb = SESUAI DENGAN TEGANGAN NOMINAL NYA .
TENTUKAN ARUS DASAR ( ib) , IMPEDANSI DASAR ( Zb ) , SERTA
IMPEDANSI JARINGAN DALAM PERUNIT.

G T1 T2
70KV 20KV

Z=15+J40 Z=6,79+J8,8
50MVA 50MVA 2,5MVA
22% 10% 10%

MVAb = 100
1000  100
PADA SISTEM 70 KV : Ib   825A
70 3
70 2
Zb   49Ω
100

IBAA
PADA SISTEM 20 KV : 1000  100
Ib  2887A
20 3
20 2
Zb   4Ω
100
IMPEDANSI DALAM PU :
100
Xg  j0,22   j0,44pu
50
100
X t1  j0,10   j0,20pu
50
15  j40
Z AB   0,31  j0,82pu
49
100
X T2  j0,10   j0,20pu
25
6,79  j8,8
ZCD   1,7  j2,2pu
4

IBAA
 RANGKAIAN EKUIVALEN URUTAN POSITIP ;

Xg XT1 ZAB XT1 ZCD

J0,44 J0,20 0,31+j0,82 J0,20 1,7+j2,2

1pu E

F1 F2 F3 F4 F5

TENTUKAN BESARNYA ARUS HUBUNG SINGKAT

DI F1 , F2 , F3 . F4 , F5 .

IBAA
 PROSEDUR KALKULASI ARUS HUBUNG SINGKAT
DI SISTEM TEGANGAN TINGGI

1. GAMBAR SISTEM TERSEBUT DALAM KUTUB TUNGGAL .

2. BERI DATA DARI SELURUH KOMPONEN YANG ADA :
= TEGANGAN SETIAP SEKSI DALAM KV
= IMPEDANSI GENERATOR DAN TRAFO DAYA
YANG DINYATAKAN DALAM % ( PU ).
= IMPEDANSI DARI SALURAN TRANSMISI –
DISTRIBUSI DALAM OHM/KM ATAU TOTAL OHM
3. TENTUKAN :MVAb ; KVb ; Ib
4. TENTUKAN JENIS GANGGUAN ; 3fasa ; 2 fasa ; 1 fasa ke tanah
5. GAMBAR RANGKAIAN IMPEDANSI MENURUT KOMPONEN
SIMETRIS : POSITIP ; NEGATIP ; DAN NOL YANG DINYATAKAN
DALAM PU .
6. SEDERHANAKAN RANGKAIAN IMPEDANSI URUTAN : GUNAKAN
RUMUS TRANSFORMASI DELTA KE BINTANG DAN
BINTANG KE DELTA
7. HITUNG ARUS HUBUNG SINGKAT DALAM PU KEMUDIAN
DIUBAH KE DALAM AMPER .

IBAA
 RUMUS TRANSFORMASI 


ΔΥ ΥΔ
Z AB  Z AC ZC
ZA  Z AB 
Z AB  Z BC  Z CA Z A Z B  Z B ZC  Z A ZC
Z AB  Z BC ZA
ZB  Z BC 
Z AB  Z BC  Z AC ZA ZB  ZB ZC  ZC ZA
Z AC  Z BC ZB
ZC  Z AC 
Z AB  Z BC  Z AC Z A Z B  Z B ZC  ZC Z A

A A B
B
ZAB

ZA ZB

ZAC
ZBC ZC
C C

IBAA
SISTEM

R TR G LINE H TS S

X1GH  X 2GH
X1GR X1TS
X 0GH
X 2GR X 2TS
X 0GR X TR X TS X 0TS

1. RANGKAIAN URUTAN POSITIP ;

BUS N1

E E

X 1GR X1GS
X TR X1GH X TS
X F1

IBAA
 RANGKAIAN EKUIVALEN URUTAN POSITIP

N1
X1L  X1GR  X TR
E
X1R  X1GH  X TS  X1GS
X1L
I1R  I1
I1L I1R X1R  X1L
X1L X1R X1R
I1L  I1
X1R  X1L
X
F1
N1

X1L X1R
I1 X1 
X1L  X1R

F1 X

IBAA
SISTEM

R TR G LINE H TS S

X1GH  X 2GH
X1GR X1TS
X 0GH
X 2GR X 2TS
X 0GR X TR X TS X 0TS

1. RANGKAIAN URUTAN NEGATIP ;

BUS N2

X 2GR X 2GS
X TR X 2GH X TS
X F2

IBAA
 RANGKAIAN EKUIVALEN URUTAN NEGATIP

N2
X 2L  X 2GR  X TR
X 2R  X 2GH  X TS  X 2GS
X 2L
I 2R  I2
I 2L I 2R X 2R  X 2L
X 2L X 2R X 2R
I 2L  I2
X 2R  X 2L
X
F2
N2

I2 X 2L X 2R
X2 
X 2L  X 2R

F2 X

IBAA
SISTEM

R TR G LINE H TS S

X1GH  X 2GH
X1GR X1TS
X 0GH
X 2GR X 2TS
X 0GR X TR X TS X 0TS

1. RANGKAIAN URUTAN NOL ;

BUS N0

X TS X 0GS
X 0GR
X TR X 0GH

X F0
OPEN

IBAA
 RANGKAIAN EKUIVALEN URUTAN NOL

N0

X 0L  X 0GR  X TR
X 0R  X TS  X 0GH
X 0L X 0R X 0R
I 0L I 0R I 0L  I0
X 0L  X 0R
X X 0L
F0 I 0R  I0
X 0R  X 0L

3E
N0 I HS1 φ 
X1  X 2  X 0
I HS1 φ (kanan)  I1R  I 2R  I 0R
X0 X 0L X 0R
I0 X0  I HS1 φ (kiri)  I1L  I 2L  I 0L
X 0L  X 0R

F0 X
IBAA
 Lembar Latihan
DIKETAHUI SUATU SISTEM SEPERTI GAMBAR

150KV
50MVA 50MVA
A B C
40Km 50Km

X1GA  X 2GA
X1L  X 2 L  0,4/Km X1GC  X 2GC
X 0L  1,2/Km  20%
 20%
X1TC  X 2TC X 0GC  10%
X 0GA  10% X1TA  X 2TA
 X 0TA  X 0TC
 10%  10%

TENTUKAN :1. BESARNYA ARUS HUBUNG SINGKAT 3 FASA ; 2 FASA DAN

1 FASA KE TANAH
2. DISTRIBUSI ARUS PADA SAAT GANGGUAN 1 FASA DI C
3. TEGANGAN PADA BUS C .

IBAA
 Lembar jawaban
Impedansi Generator,Trafo dan Transmisi.
X1G A  X 2 G A  j20%  j0,2pu
X1TA  X 2 TA  X 0 TA  j10%  j0,1pu
Xtotal Generator Trafo
Xtotal - Gen  Trafo
di A
X1GTA  X 2 GTA  j0,2  j0,1  j0,3pu

X1G C  X 2 G C  j20%  j0,2pu

X1TC  X 2 TC  X 0 TC  j10%  j0,1pu
Xtotal Generator Trafo
Xtotal - Gen  Trafo di C
X1GTB  X 2 GTB  j0,2  j0,1  j0,3pu

150 2
Xd   450Ω
50
X1AB  X 2 AB  40  j0,4  j16Ω
j16
  j0,0355pu
450 X Transmisi A - B
X 0 AB  40  j1,2  j48Ω
j48
  j0,1067pu
450
 Lembar jawaban

X1BC  X 2 BC  50  j0,4  j20Ω

j20
  j0,0444pu
450 X Transmisi B-C
X 0 BC  50  j1,2  j60Ω
j60
  j0.1333pu
450

IMPEDANSI URUTAN POSITIP/NEGATIP

N1
E1

X1G A  j0,2
X1TA  j0,1 X1G C  j0,2

X1AB  j0,0355 X1TC  j0,1

X1BC  j0,0444

X F1
 Lembar jawaban

RANGKAIAN URUTAN NOL

N0

X 0 ki  X 0 TB  X 0 ka 
j0,1 j0,1 j0,1
C
A X 0 AB  B X 0 BC 
j0,1067 j0,1333
F0
N0
X 0 ki  [X 0 TA  X 0 AB]//[X 0 TB  X 0 BC
I 0 ki I 0 ka
X 0 ki X 0 ka  {[j0,1  j0,1067]// j0,1}  j0,1333
j0,2007 j0,1 j0,2067  j0,1
  j0,1333
j0,2067  j0,1
 j0,2007pu
X F0
X 0 ka  j0,1
 Lembar jawaban

j0,2007  j0,1
X 0 tot  X 0 ki//X 0 ka   j0,0667pu
j0,2007  j0,1
EΥ 1pu
I0  
X1tot  X 2 tot  X 0 tot j0,0667  j0,0667  j0,1
1pu
  j2,4882pu  j478,866A
j0,4019

ARUS HUBUNG SINGKAT 1FASA KE TANAH

I hs1φ  3I 0  3  2,4882
 7,4646 pu
 7,4646 192,4557
 1436,6048 A
 Lembar jawaban

N1 I1ki  I 2 ki
E1 
j0,3
 I1
I1ki I1ka j0,3799  j0,3
X1ki  X1ka  j0,3 j0,3
  2,4882
j0,3799 j0,6799
 1,0979pu
N2 X F1 I 0  I1  I 2
 1,0979 192,4557
I 2 ki I 2 ka  211,2965A
X 2 ki  X 2 ka  j0,3 I1ka  I 2 ka
j0,3799 j0,3799
 I1
N0 X F2 j0,3799  j0,3
j0,3799
I 0 ki I 0 ka   2,4882
j0,6799
X 0 ki  X 0 ka  j0,1
 1,3903pu
j0,2007
 1,3903  192,4557
F0
X  267,5718A
 Lembar jawaban

j0,1 j0,2007
I 0 ki  I0 I 0 ka  I0
j0,2007  j0,1 j0,2007  j0,1
j0,1 j0,2007
  2,4882   2,4882
j0,3007 j0,3007
 0,8275pu  1,6607pu
 0,8275 192,4557  1,6607 192,4557
 159,2511A  319,611A

DISTRIBUSI ARUS URUTAN POSITIP / NEGATIP

N1 I A  I A - B  I B-C
I A  I1ki I C  I1ka  1,0979pu
j0,3  1,0979pu j0,3  1,3909pu  211,2965A

I C  1,3909pu
j0,0355pu B j0,0444pu C
 267,5718A
A
2,4882pu
I A - B  I B-C  I A
F1 (478,866A)
 1,0979pu  211,2965A
 Lembar Jawaban

DISTRIBUSI ARUS URUTAN NOL

N0
I A  0,2698pu I B  0,5577pu I C  1,6607pu
j0,1 j0,1 j0,1

j0,1067 j0,1333
F0
I A-B I B-C  I 0 ki  0,8275pu 2,4882pu
478,866A

j0,1
IA  IAB  I 0 ki
j0,1  j0,1  j1067
j0,1
  0,8275pu  j0,2698pu  51,926A
j0,3067
j0,2067
IB   0,8275pu  j0,5577pu  107,3310A
j0,3067
I BC  I 0 ki  0,8275pu  159,2511A
 Lembar Jawaban

Arus Fasa di A
I a  2I1  I 0  2  211,2965  51,926  474,519A
I b  I c  I1  I 0  211,2965  51,926  159,3705A
Arus Fasa di B
I a  2I1  I 0  0  107,3310  107,3310A
I b  I c  I1  I 0  0  107,3310  107,3310A
Arus Fasa di C
I a  2I1  I 0  2  267,5718  319,611  854,7546A
I b  I c  I1  I 0  -267,5718  319,611  52,04A
Arus Fasa di A-B
I a  2I1  I 0  2  211,2965  51,926  474,519A
I b  I c  I1  I 0  -211,2965  51,926  -159,3705A
Arus Fasa di B-C
I a  2I1  I 0  2  211,2965  159,2511  581,8441A
I b  I c  I1  I 0  -211,2965  159,2511  -52,0454A
 Lembar Jawaban
Distribusi Arus pada sistem untuk gangguan satu fasa ke tanah
di Bus C

474,519A 474,519A 581,8441A 854,7546A

-159,3705A -159,3705A -52,04A 52,04A

-159,3705A -159,3705A -52,04A 52,04A

3Io= 3Io 958,8346A 3Io

155,778A
3Io 3Io
107,3310A 1436,60A

107,3310A

321,993A 107,3310A
3Io
 Lembar Jawaban
Tegangan Fasa pada Bus C

150KV
Vfasa   86,6KV  1pu
3
V1  E  I I .X1GTC  1,0  1,3909  j0,3  1,0  j0,41709
 j0,58291pu
V2  I 2 .X 2 GTC  1,3909  j0,3   j0,41709pu
V0  I 0 .X 0GTC  1,6607  j0,1   j0,16607pu
Va  V1  V2  V0  j0,58291  j0,41709  j0,16607  0pu
Vb  a 2 V1  aV2  V0
 1240 0  0,5829190 0  1120 0  0,41709  900  j0,16607
 0,58291  30 0  0,4170930 0  j0,16670
 0,58291  j0,291455  0,36121  j0,20854  j0,16607
 0,86602  j0,248985  0,9011  16,04 0 pu  78,035  16,04 0 KV
Vc  aV1  a 2 V2  V0
 11200  0,58291900  1240 0  0,41709  900  j016607
 0,582912100  0,41709150 0  j0,16670
 0,58291  j0,291455  0,36121  j0,20854  j0,16670
 0,86602  j0,248985  0,9011196,07 0 pu  78,043196,07 0 KV
 Lembar Jawaban
Distribusi Arus pada sistem untuk gangguan satu fasa ke tanah
di Bus C

474,519A 474,519A 581,8441A 854,7546A

-159,3705A -159,3705A -52,04A 52,04A

-159,3705A -159,3705A -52,04A 52,04A

3Io= 3Io 958,8346A 3Io

155,778A
3Io 3Io
107,3310A 1436,60A

107,3310A
Va  0
321,993A 107,3310A
3Io Vb  78,035  16,04 0 KV
Vc  78,043196,07 0 KV