Anda di halaman 1dari 13

PANDANGAN ISLAM TENTANG PAJAK DAN ZAKAT

KELOMPOK 12
JA’FAR UMAR THALIB 2270031087
ADAM IRFANI 2270031088
YAHYA KURNIAWAN 2270031102
PENGERTIAN ZAKAT DAN
ZAKAT DALAM BAHASA PAJAKZAKAT DALAM SEGI
ARAB ISTILAH
‫ زكاة‬dari segi bahasa berarti  'bersih', harta tertentu yang wajib dikeluarkan
'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang’. oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya).
HIKMAH ZAKAT
Dari sisi yang memberi zakat Dari sisi yang menerima

Zakat akan membebaskan si penerima dari


kenutuhan, sehingga dapat merasa hidup
Zakat mensucikan diri dari sifat kikir
tentram dan dapat meningkatkan khusyu
ibadah kepada Allah SWT.
Zakat menghilangkan sifat dengki dan
Zakat mendidik berinfaq dan memberi
benci.

Zakat merupakan manfestasi syukur atas


nikmat Allah SWT

Zakat mengobati dari cinta dunia


KENTENTUAN TENTANG
ZAKAT
 Dalil Tentang Zakat
 Kekayaan yang Wajib Zakat
 Kriteria Harta yang Wajib Dizakatkan DALIL TENTANG ZAKAT
 Macam-Macam Harta yang Wajib
Dizakati Ambillah Shadaqah (Zakat) dari sebagian
 Mustahik Zakat harta mereka, dengan Zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah SWT Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. (Q.S. At-Taubah [9]: 103).
KEKAYAAN YANG WAJIB ZAKAT
Quran tidak memberikan ketegasan tentang jenis kekayaan yang wajib zakat, dan
syarat-syarat apa yang mesti dipenuhi, dan berapa besar yang harus dizakatkan.
Persoalan tsb diserahkan kepada Sunnah Nabi.

Memang terdapat beberapa jenis kekayaan yang disebutkan Quran seperti: emas dan
perak (At-Taubah: 34), tanaman dan buah-buahan (Al-An’am: 141); dan penghasilan
dari usaha yang baik (Al-Baqarah: 267). Namun demikian, lebih daripada itu Quran
hanya merumuskannya dengan rumusan yang umum yaitu "kekayaan“ ("Pungutlah
olehmu zakat dari kekayaan mereka,....." QS 9:103).
KRITERIA HARTA YANG WAJIB DIZAKATKAN

• Zakat binatang ternak


• Zakat emas dan perak / zakat uang
• Zakat kekayaan dagang
• Zakat pertanian
• Zakat madu dan produksi hewani
• Zakat barang tambang dan hasil laut
• Zakat investasi pabrik, gedung, dll
• Zakat pencarian dan profesi
• Zakat saham dan obligasi
MUSTAHIK ZAKAT

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin. pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berutang untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
PAJAK
Di dalam Al-Qur’an memang tidak ditemukan kata “pajak” memang bukan berasal dari
bahasa Arab, melainkan berasal dari bahasa jawa yaitu “ajeg” yang artinya pungutan
tertentu pada waktu tertentu.

Dalam bahasa Arab, pajak dikenal dengan nama Adh-Dharibah atau bisa juga disebut
Al-Maks, yang artinya adalah “Pungutan yang ditarik dari rakyat oleh para penarik
pajak”.
PAJAK DALAM ISLAM
Para ulama dari zaman sahabat, tabi’in hingga sekarang
berbeda pendapat di dalam menyikapi kebijakan pajak.

Pendapat Pertama Pendapat Kedua

Menyatakan bahwa pajak tidak boleh sama sekali dibebankan kepada


kaum muslimin, karena kaum muslimin sudah dibebani kewajiban • ]\
zakat. Di antara dalil-dalil syar’i yang melandasi pendapat ini adalah
sebagaimana berikut:
• Firman Allah SWT Ta’ala
• “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan cara yang batil….” (Q.S. An-Nisa’: 29)
• Dalam ayat ini Allah SWT melarang hamba-Nya saling memakan
harta sesamanya dengan jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak
adalah salah satu jalan yang batil untuk memakan harta sesamanya.
• Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
• “Janganlah kalian berbuat zhalim (beliau mengucapkannya tiga kali,
pent). Sesungguhnya tidak halal harta seseorang muslim kecuali
dengan kerelaan dari pemiliknya.” (HR. Imam Ahmad V/72
no.20714)
Pendapat Kedua

Menyatakan bahwa pajak boleh diambil dari kaum muslimin, jika memang negara sangat membutuhkan dana,
dan untuk menerapkan kebijaksanaan inipun harus terpenuhi dahulu beberapa syarat. Diantara para ulama yang
membolehkan pemerintahan Islam mengambil pajak dari kaum muslimin adalah imam al-Juwaini di dalam
kitab Ghiyats al-Umam hal. 267, Imam al-Ghazali di dalam al-Mustashfa I/426, Imam asy-Syathibi di dalam al-
I’tishom II/358, Ibnu Abidin dalam Hasyiyah Ibnu Abidin II/336-337, dan selainnya. 
SEBAB MUNCULNYA PAJAK DALAM ISLAM
• Karena Ghanimah dan Fay’i berkurang
• Terbatasnya tujuan penggunaan Zakat
• Jalan pintas untuk pertumbuhan ekonomi
• Imam (Khalifah) berkewajiban memenuhi kebutuhan
rakyatnya
SYARAT – SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
Para ulama yang membolehkan Pemerintahan Islam memungut pajak dari kaum muslimin,
meletakkan beberapa syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, diantaranya adalah sebagai berikut:

• Negara komitmen dalam penerapan syariat Islam.


• Negara sangat membutuhkan dana untuk keperluan dan maslahat umum.
• Tidak ada sumber lain yang bisa diandalkan oleh Negara, baik dari zakat, jizyah, al ‘usyur, kecuali
dari pajak.
• Harus ada persetujuan dari para ulama dan tokoh masyarakat.
• Pemungutan dan distribusinya harus adil dan merata, tidak boleh terfokus pada tempat-tempat
tertentu, apalagi yang mengandung unsur dosa dan maksiat.
• Pajak ini sifatnya sementara dan tidak diterapkan secara terus menerus, tetapi pada saat-saat tertentu
saja, ketika Negara dalam keadaan genting atau ada kebutuhan yang sangat mendesak saja.
• Harus dihilangkan dulu pendanaan yang berlebih-lebihan dan hanya menghambur-hamburkan uang
saja.
• Besarnya pajak harus sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada waktu itu saja.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai