Anda di halaman 1dari 9

 

Nama Kitab : Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Dikenal


dengan nama Tafsir Ibn Katsir
Nama Penulis : ‘Imad ad-Din Abu al-Fida’, Isma’il bin
Umar bin Katsir al-Qurasyi al-
Busyrawi ad-Dimasyqi, al-Fakih al-
Muarrikh, al-Mufassir asy Syafi’i. 
Dikenal dengan nama Ibn Katsir.
Penerbit : Dar al-Kutub al-Ilmiah
Kota Penerbit : Beirut, Lebanon
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Juz/Jilid: 4 Juz/Jilid
No Juz/ Surat Hlm
Jilid

1 I al-Fatihah – an-Nisa’ 576.


2 II Al-Ma’idah –an-Nahl 567
3 III Al-Isra’ – Yasin 549.
4 IV As-Shaffat – an-Nas 551
Nama Kitab : Tafsir al-Fahr ar-Razi. Lebih dikenal
dengan nama Tafsir al-Kabir dan
Mafatih al-Ghaib.
Nama Penulis: Nama lengkap Muhammad bin
‘Umar bin al-Husain bin ‘Ali al-Qurasyi at-
Tamimiy al-Bakriy at- Tibristani ar-Razi.
Lebih dikenal dengan nama ar-Razi
(543H/1149M – 606 H/1210M.)
Penerbit : Dar Kutub al-Ilmiah.
Kota Penerbit: Beirut
Tahun Terbit : Tahun 1990M.
Jumlah Juz/Jilid : 16 Jilid
No Juz Surat Hlm

1 I Pendahuluan, al-Fatihah 265

2 II  Al-Baqarah: 34 239

3 III Al-Baqarah: 168, 169 224

4 IV Al-Baqarah: 225 224

5 V Ali Imran: 30-132 249

6 VI An-Nisa’ 255

7 VII Al-Maidah 239

8 VIII Al-Anfal 239

9 IX Yunus: 1 243

10 X Ar-Ra’d: 3 243

11 XI Al-Isra: 61-63 240

12 XII Al-Hajj: 1-2 272

13 XIII Al-Qashash: 56-57 296

14 XIV Az-Zumar: 53-59 318

15 XV An-Najm 291

16 XVI An-Naba’ - an-Nas 226


 

َ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوا ْبتَ ُغوا ِإلَ ْي ِه ْال َو ِسيلَةَ َو َجا ِه ُدوا فِي َسبِيلِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan . (QS. Al-
Maidah 35)
JENIS TAWASUL MENURUT IBNU KATSIR

Tawassul itu terdiri dari dua jenis: 1. Tawassul yang di syari’atkan 2. Tawassul yang dilarang.
Tawassul yang di syari’atkan ialah tawassul yang di syari’atkan oleh Allah dan disampaikan oleh
Rasulullah Saw. Yang terbagi menjadi tiga:
• Tawassul dengan zat Allah, sifat-sifatnya yang agung dan dengan Asma’ul Husna
• Tawassul kepada Allah dengan amal shaleh orang yang bertawassul
• Tawassul dengan do’a kaum muslimin, dan tidak ada bedanya antara do’a muslim lebih tinggi
kepada muslim yang lebih rendah atau sebaliknya. Inilah tawassul yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw, para sahabatnya, para pelaku masa yang terpilih, dan setiap orang yang mengikuti
jalan mereka hingga hari kiamat.
HUKUM TAWASUL

• Ibnu katsir dan ar-Razy berpendapat bahwa boleh • Imam al sya’rawi berpendapat bahwa Tawassul di
melakukan tawasul tapi hanya sebatas yang perbolehkan jika seseorang memohon kepada Allah
disyariatkan Allah dan disampaikan Rasulullah dengan didasari kecintaannya kepada siapa yang ia
yakini lebih dekat kepada Allah dari pada dirinya,
Saw yaitu yang pertama Tawassul dengan zat
maka ketika itu cintanya berperanan bermohon, dan
Allah, sifat-sifatnya yang agung dan dengan
dalam saat yang sama ia yakin tidak akan
Asma’ul Husna. Yang kedua Tawassul kepada memperoleh dari Allah sesuatu yang tidak wajar di
Allah dengan amal shaleh orang yang bertawassul perolehnya, sementara itu apabila seseorang percaya
dan yang terakhir Tawassul dengan do’a kaum bahwa orang yang ia tawasuli akan memberinya apa
muslimin yang tidak di izinkan oleh Allah maka hal ini
terlarang bahkan imam Sya’rawi mengkafirkannya
Muqaranah

Ketiga penafsir yakni ibnu katsir, ar-Razy dan asy-sya’rawi sepakat bahwa makna dari lafadz wasilah adalah
sesuatu yang di jadikan pengantar kepada pencapaian tujuan. Mereka juga mengatakan bahwa makna lain dari wasilah
adalah salah satu tempat di surga yang derajatnya paling tinggi dan dekat menurut arsy.

Namun dalam masalah hukum tawasul, terdapat perbedaan pandangan. Ibnu katsir dan ar-Razy berpendapat bahwa
boleh melakukan tawasul tapi hanya sebatas yang disyariatkan Allah dan disampaikan Rasulullah Saw yaitu yang
pertama Tawassul dengan zat Allah, sifat-sifatnya yang agung dan dengan Asma’ul Husna. Yang kedua Tawassul kepada
Allah dengan amal shaleh orang yang bertawassul dan yang terakhir Tawassul dengan do’a kaum muslimin dan tidak ada
bedanya antara do’a muslim lebih tinggi kepada muslim yang lebih rendah atau sebaliknya. Inilah tawassul yang di
lakukan oleh Muhammad Saw, para sahabatnya, para pelaku masa yang terpilih, dan setiap orang yang mengikuti jalan
mereka hingga hari kiamat.
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa ada perbedaan pendapat
antara para penafsir tentang hukum bertawasul. Ibnu katsir dan ar-Razy memperbolehkan tawasul
dengan syarat tidak tawasul kepada makhluq. Sementara asy-sya’rawi memperbolehkan tawasul
kepada makhluq dengan syarat ia meyakini bahwa yang bisa mengabulkan doanya hanyalah Allah
semata, sementara orang yang ditawasuli hanya sebatas perantara saja.

Anda mungkin juga menyukai