Tafsir Muqarron
Tafsir Muqarron
2 II Al-Baqarah: 34 239
6 VI An-Nisa’ 255
9 IX Yunus: 1 243
10 X Ar-Ra’d: 3 243
15 XV An-Najm 291
َ ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوا ْبتَ ُغوا ِإلَ ْي ِه ْال َو ِسيلَةَ َو َجا ِه ُدوا فِي َسبِيلِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح
ُون َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan . (QS. Al-
Maidah 35)
JENIS TAWASUL MENURUT IBNU KATSIR
Tawassul itu terdiri dari dua jenis: 1. Tawassul yang di syari’atkan 2. Tawassul yang dilarang.
Tawassul yang di syari’atkan ialah tawassul yang di syari’atkan oleh Allah dan disampaikan oleh
Rasulullah Saw. Yang terbagi menjadi tiga:
• Tawassul dengan zat Allah, sifat-sifatnya yang agung dan dengan Asma’ul Husna
• Tawassul kepada Allah dengan amal shaleh orang yang bertawassul
• Tawassul dengan do’a kaum muslimin, dan tidak ada bedanya antara do’a muslim lebih tinggi
kepada muslim yang lebih rendah atau sebaliknya. Inilah tawassul yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw, para sahabatnya, para pelaku masa yang terpilih, dan setiap orang yang mengikuti
jalan mereka hingga hari kiamat.
HUKUM TAWASUL
• Ibnu katsir dan ar-Razy berpendapat bahwa boleh • Imam al sya’rawi berpendapat bahwa Tawassul di
melakukan tawasul tapi hanya sebatas yang perbolehkan jika seseorang memohon kepada Allah
disyariatkan Allah dan disampaikan Rasulullah dengan didasari kecintaannya kepada siapa yang ia
yakini lebih dekat kepada Allah dari pada dirinya,
Saw yaitu yang pertama Tawassul dengan zat
maka ketika itu cintanya berperanan bermohon, dan
Allah, sifat-sifatnya yang agung dan dengan
dalam saat yang sama ia yakin tidak akan
Asma’ul Husna. Yang kedua Tawassul kepada memperoleh dari Allah sesuatu yang tidak wajar di
Allah dengan amal shaleh orang yang bertawassul perolehnya, sementara itu apabila seseorang percaya
dan yang terakhir Tawassul dengan do’a kaum bahwa orang yang ia tawasuli akan memberinya apa
muslimin yang tidak di izinkan oleh Allah maka hal ini
terlarang bahkan imam Sya’rawi mengkafirkannya
Muqaranah
Ketiga penafsir yakni ibnu katsir, ar-Razy dan asy-sya’rawi sepakat bahwa makna dari lafadz wasilah adalah
sesuatu yang di jadikan pengantar kepada pencapaian tujuan. Mereka juga mengatakan bahwa makna lain dari wasilah
adalah salah satu tempat di surga yang derajatnya paling tinggi dan dekat menurut arsy.
Namun dalam masalah hukum tawasul, terdapat perbedaan pandangan. Ibnu katsir dan ar-Razy berpendapat bahwa
boleh melakukan tawasul tapi hanya sebatas yang disyariatkan Allah dan disampaikan Rasulullah Saw yaitu yang
pertama Tawassul dengan zat Allah, sifat-sifatnya yang agung dan dengan Asma’ul Husna. Yang kedua Tawassul kepada
Allah dengan amal shaleh orang yang bertawassul dan yang terakhir Tawassul dengan do’a kaum muslimin dan tidak ada
bedanya antara do’a muslim lebih tinggi kepada muslim yang lebih rendah atau sebaliknya. Inilah tawassul yang di
lakukan oleh Muhammad Saw, para sahabatnya, para pelaku masa yang terpilih, dan setiap orang yang mengikuti jalan
mereka hingga hari kiamat.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa ada perbedaan pendapat
antara para penafsir tentang hukum bertawasul. Ibnu katsir dan ar-Razy memperbolehkan tawasul
dengan syarat tidak tawasul kepada makhluq. Sementara asy-sya’rawi memperbolehkan tawasul
kepada makhluq dengan syarat ia meyakini bahwa yang bisa mengabulkan doanya hanyalah Allah
semata, sementara orang yang ditawasuli hanya sebatas perantara saja.