Anda di halaman 1dari 15

PENCAMPURA

Teknologi Farmasi Sediaan Steril S1-6B

N OBAT
SUNTIK Oleh Kelompok 8 :
Hesti Rahmatia 2001053
Nadea Zahra Ramadhani 2001065
Nilam Sari 2001067
Rizki Abi Rahman 2001075
Syairah Afrani 2001084
Dosen Pengampu :
Apt. Ferdy Firmansyah, M.Farm
Obat suntik=Obat Steril
PMK No 72 Tanun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit, dispensing sediaan steril

harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan

Tehnik Aseptik

Penyiapan Pencampuran Pemberian


Tempat Pencampuran Obat Suntik

Ruang Steril
• H Cytotoxic
• Parenteral
• Nutrisi
• Repacking Kondisi Khusus
• IV Admixture • AV Admixture 1 Bahan Obat
• Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron, tidak lebih • Pilih Ruangan yang paling bersih
350.000 partikel • Seluruh pintu dann cendela harus selalu
• Jumlah jasad renik : ≤ 100 / m3 tertutup
• Suhu 18 – 22°C • Tidak Ada bak cuci
• Kelembaban 35 – 50% • Tidak ada rak atau papa tulis permanen
• High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter • Lantai didesinfektan setiap hari
• Tekanan udara di dalam ruang lebih positif • Dinding mudah dibersika
• dari pada tekanan udara di luar ruangan.
Teknik Pencampuran Obat Suntik
• Memeriksa kelengkapan dokumen dengan prinsip 5 BENAR (Pasien, Obat,
Dosis, Rute dan Waktu Pemberian)
• Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, no. batch
dan kadaluarsa) serta melengkapi form permintaan.
• Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
• Menghitung kesesuaian dosis.

Penyiapan • Memilih jenis pelarut yang sesuai.


• Menghitung volume pelarut yang digunakan.
• Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.
• Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket.
• Melengkapi dokumen pencampuran
• Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box
PENCAMPURAN
Melakukan Menghidupkan
Menggunakan Alat
dekontaminasi dan Laminar Air Flow
Pelindung Diri
desinfeksi sesuai (LAF) sesuai
(APD).
prosedur tetap. prosedur tetap

Menyiapkan meja
Menyiapkan Melakukan
kerja LAF dengan
kantong buangan desinfeksi sarung
memberi alas
sampah dalam LAF tangan dengan
penyerap cairan
untuk bekas obat. alkohol 70 %.
dalam LAF.

Mengambil alat
Melakukan
kesehatan dan
pencampuran
obat-obatan dari
secara aseptis
pass box.
Tehnik Membuka ampul larutan obat
memindahkan
obat dari
ampul Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam
(a) Pindahkan semua larutan obat dari ampul, tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle
leher ampul dengan
Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul dalam syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan
atau dengan melakukan gerakan J- kembali larutan obat yang berlebih kembali ke ampul.
motion. Tutup kembali needle.
(b) Seka bagian leher ampul dengan
alkohol 70 %, biarkan mengering.
Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke
(c) Lilitkan kassa sekitar ampul. dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
(d) Pegang ampul dengan posisi 45º, dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
patahkan bagian atas ampul dengan Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran
arah menjauhi petugas. Pegang ampul yang sesuai untuk penyuntikan.
dengan posisi ini sekitar 5 detik.
(e) Berdirikan ampul. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi
ke dalam kantong buangan tertutup.
(f) Bungkus patahan ampul dengan
kassa dan buang ke dalam kantong
buangan.
Tehnik Membuka vial larutan obat
memindahkan
Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial
obat dari ampul
Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahanlahan memutar untuk
(a) Buka penutup melarutkan obat.
vial. Ganti needle dengan needle yang baru.
(b) Seka bagian
Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong sesuai volume yang
karet vial dengan
diinginkan.
alkohol 70 %,
Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.
biarkan
mengering. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan
(c) Berdirikan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
vial Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
(d) Bungkus penyuntikan.
penutup vial Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas angkat jarum dan
dengan kassa dan buang ke kantong buangan tertutup.
buang ke dalam Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer lock cap”.
kantong buangan
tertutup Seka cap dan syringe dengan alkohol.

Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan
tertutup.
Memberi label yang Membungkus dengan
Memasukkan spuit
sesuai untuk setiap kantong hitam atau
atau infus ke dalam
spuit dan infus yang alumunium foil untuk
wadah untuk
sudah berisi obat hasil obat-obat yang harus
pengiriman.
pencampuran. terlindung dari cahaya.

Membuang semua Mengeluarkan wadah


bekas pencampuran yang telah berisi spuit
obat ke dalam wadah atau infus melalui pass
pembuangan khusus box.
Macam Macam Preparasi
• Keuntungan: Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan
proses rekonstitusi lagi
Preparasi dari larutan
• Kekurangan: Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan,
yang memerlukan
mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan
pelarut tambahan
(untuk vial), dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul),
sebelum digunakan
menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri
• Contoh: Ranitidine, amiodaron
• Berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang dapat
dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan
Preparasi tersedia obat untuk dieliminasi ke dalam syringe untuk pembuatan
(siap untuk digunakan)
• Kekurangan:Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial), mudah
tanpa pelarut
mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk vial),
tambahan
dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
• Contoh: adenosine, gentamisin, metoklopramid
• Keuntungan: Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan, kecilnya
Preparasi tersedia kontaminasi mikrobakteri, mudah digunakan, menghemat waktu
(siap untuk digunakan) • Contoh: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat 60
mg dalam 60 ml PCA syringe
Cara
Pemberian
Intravena
Injeksi bolus (vol≤ 10 ml, waktu 3-5 menit)
dan Infus (Infus dapat diberikan secara
singkat (intermittent) atau terus-menerus
(continuous).)

Intrarektal
Pemberian injeksi melalui Subkutan
sumsum tulang belakang. Pemberian injeksi di bawah
Volume cairan yang kulit.
dimasukkan sama dengan
volume cairan yang
dikeluarkan.
Intramuskular
Pemberiaan injeksi di otot.
Permasalahan
• Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah larutan yang osmolaritasnya
tinggi atau pHnya ekstrim, meskipun banyak obat menyebabkan kekejangan vena (misalnya, dopamin).
• Ekstravasasi adalah bocornya obat dari vena ke dalam jaringan di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena
batang jarum menembus vena, atau karena obat bersifat korosif dan merusak vena. Larutan yang
osmolaritasnya tinggi dan pH larutan yang ekstrim lebih sering menyebabkan ekstravasasi.
• Tromboflebitis kadang-kadang disebut flebitis adalah radang vena yang penyebabnya hampir sama dengan
penyebab ekstravasasi.
• Embolisme atau sumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap yang kontak dengan darah
atau gumpalan sel-sel darah akibat reaksi obat.
• Infeksi sering kali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu sebabnya banyak infeksi yang
dikatkan infus yang disebabkan bakteri gram positif koagulase-negatif yang umum terdapat pada kulit.
• Reaksi alergi tidak hanya terjadi sebagai respon terhadap bahan aktif dalam sediaan, tetapi juga terhadap
bahan-bahan tambahan dalam produk misalnya kremafor. Tanda-tanda alergi meliputi bersin-bersin, sesak
nafas, demam, sianosis, pembengkakan jaringan lunak, dan perubahan tekanan darah.
• Beberapa obat bila diberikan terlalu cepat dapat menyebabkan berbagai komplikasi antara lain hipotensi,
kolaps, bradikardi, dan kesulitan pernafasan. Hal ini digambarkan sebagai speed shock.
• Ketidakcampuran secara fisik
• Obat dapat bereaksi secara kimiawi dengan komponen lain dalam larutan infus atau mengendap dalam larutan
campuran akhir. Obat-obat tersebut dapat menempel pada wadah plastik atau gelas; atau dapat diadsorbsi oleh
wadahnya.
Jurnal

Tujuan Penelitian: Mengevaluasi atau menilai penerapan tindakan aseptis


oleh tenaga teknis kefarmasian selama penyiapan dan penyimpanan
antibiotik, termasuk alat pelindung diri (APD), ruangan dan peralatan,
selama pencampuran dan penyimpanan injeksi antibiotik di ruang rawat
inap RS UNS.
Hasil
Hasil Pengamatan Petugas menggunakan peralatan lengkap yaitu menggunakan baju pelindung, masker dan sarung
Alat Pelindung tangan sebanyak 21 (42,86%). 24 petugas (48,98%) menggunakan pakaian pelindung,masker,
Diri (APD) sarung tangan dan penutup kepala. Empat petugas (8,16%) menggunakan pakaian pelindung,
masker sekali pakai, sarung tangan, kacamata dan tutup kepala.
Ruangan dan RS UNS belum tersedia sarana dan prasarana yang lengkap seperti alat LAF, maka
Peralatan pencampuran obat suntik dilakukan di ruang khusus dan ruang terpisah yang dilakukan dengan
teknik aseptik, menggunakan APD yang lengkap dengan pengatur suhu ruangan AC central untuk
memonitoring suhu ruangan. Setelah tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap maka
pencampuran obat suntik dilakukan sesuai dengan standar
Kesesuaian • Pada proses penyiapan sediaan injeksi obat antibiotik masih terdapat 1 TTK yang belum sesuai
prosedur aseptis dengan tidak melakukan pemeriksaan kondisi obat-obatan yang diterima.
penunjang • Pada proses penyiapan sediaan injeksi obat antibiotik masih terdapat 2 TTK yang belum sesuai
pencampuran dalam proses memilih jenis pelarut.
sediaan steril • Pada proses penyiapan sediaan injeksi obat antibiotik seluruh TTK belum sesuai dengan
proses ketentuan yaitu memasukkan alat kesehatan, label dan obat-obatan, mencampur melalui transfer
pencampuran box ke dalam ruang steril.
• Berdasarkan hasil uji evaluasi kesesuaian pencampuran sediaan injeksi antibiotik obat di RS
UNS sesuai standar Kementerian Kesehatan No 72 tahun 2016 rata-rata lolos 82%, dan tidak
lolos 15,83%. Nilai persentase rata-rata yang relatif besar menunjukkan bahwa meskipun
proses pencampuran injeksi antibiotik di rumah sakit belum mencapai kepatuhan 100%,
namun sudah dilakukan sesuai standar Kementerian Kesehatan.
Daftar Pustaka
● Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI, 2009,
Pedoman Pencampuran Obat Suntik Dan
Penanganan Sediaan Sitostatika. Ditjen Binfar &
Alkes, Depkes RI: Jakarta.
● Noviyanti & Murtisiwi. 2022. Evaluasi Tindakan
Aseptis Tenaga Teknis Kefarmasian pada Proses
Rekonstitusi dan Penyimpanan Injeksi
Antibiotik di Ruang Rawat Inap RS UNS.
Journal of Pharmacy Vol. 11 No. 1: 31-40
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai