Anda di halaman 1dari 33

Oleh :

Nita Yunianti Ratnasari


 Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan
Lambert,1985,h.35).
 Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.
 Terlepas dari penyebab kehilangan yang
dialami setiap individu akan berespon
terhadap situasi kehilangan, respon terakhir
terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh
kehilangan sebelumnya.
 Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain, misalnya amputasi, kematian orang yang
sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk
dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
 Kehilangan seseorang  seseorang yang
dicintai
 Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of
self)
 Kehilangan objek eksternal
 Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
 Kehilangan kehidupan/ meninggal
 Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat
bermakna atau orang yang berarti adalah salah
satu yang paling membuat stress dan
mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang
mana harus ditanggung oleh seseorang.
 Kematian juga membawa dampak kehilangan
bagi orang yang dicintai. Karena keintiman,
intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau
jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri
atau anak biasanya membawa dampak emosional
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
 Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan
diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Anggapan ini meliputi perasaan terhadap
keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan
mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri
mungkin sementara atau menetap, sebagian
atau komplit.
 Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
 Kehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap
benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
 Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari
lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam
waktu satu periode atau bergantian secara
permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka
akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
 Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
 Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi
respon berduka dalam lima fase, yaitu :
1. pengikaran,
2. marah,
3. tawar-menawar,
4. depresi dan
5. penerimaan.
 Reaksi pertama individu yang mengalami
kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu
memang benar terjadi, dengan mengatakan “
Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “
itu tidak mungkin terjadi “.
 Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa

dengan penyakit terminal, akan terus mencari


informasi tambahan.
 Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah :
letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa tahun.
 Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu
kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
 Individu menunjukkan rasa marah yang
meningkat yang sering diproyeksikan kepada
orang lain atau pada dirinya sendiri.
 Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif,
berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik
yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
 Individu telah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke
fase tawar-menawar dengan memohon
kemurahan pada Tuhan.
 Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “
kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa “.
 Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja
yang sakit, bukan anak saya”.
 Individu pada fase ini sering menunjukkan
sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat penurut, tidak mau bicara,
menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb.
 Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain :

menolak makan, susah tidur, letih, dorongan


libido manurun.
 Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada
obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang.
 Individu telah menerima kehilangan yang
dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang
yang hilang mulai dilepaskan dan secara
bertahap perhatiannya akan beralih kepada
obyek yang baru.
 Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang
ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya
lakukan agar cepat sembuh”.
 Apabila individu dapat memulai fase ini dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia
akan mengakhiri proses berduka serta
mengatasi perasaan kehilangannya dengan
tuntas.
 Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka
ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah / kronis.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
kronis berhubungan dengan koping individu
tak efektif sekunder terhadap respon
kehilangan pasangan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
intoleransi aktivitas
Tujuan Umum : 
 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan Khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling perbaya
dengan perawat.
 Klien dapat memahami penyebab dari harga diri :
rendah.
 Klien menyadari aspek positif dan negatif dari
dirinya.
 Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat,
jujur dan terbuka.
 Klien mampu mengontrol tingkah laku dan
menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang
lain.
 Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/ Rasa percaya merupakan dasar dari
hubungan terapeutik yang mendukung
dalam mengatasi perasaannya.
 Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan
pikiran dan perasaannya. R/ Motivasi
meningkatkan keterbukaan klien.
 Jelaskan penyebab dari harga diri yang
rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab
diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
perasaannya.
 Dengarkan klien dengan penuh empati, beri
respon dan tidak menghakimi. R/ Empati dapat
diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan
klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
 Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek
positif dan negatif dari dirinya. R/ Meningkatkan
harga diri.
 Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien
mampu melakukan aktivitasnya. R/ Pujian
membuat klien berusaha lebih keras lagi.
 Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/.
Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-
hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
 Tujuan :
 Klien merasa harga dirinya naik.
 Klien mengunakan koping yang adaptif.
 Klien menyadari dapat mengontrol

perasaannya.
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :
 Membina hubungan saling percaya dan
keterbukaan.
 Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan
ego yang dimilikinya.
 Memaksimalkan partisipasi klien dalam
hubungan terapeutik.

 R/. Kesadaran diri sangat diperlukan dalam


membina hubungan terapeutik perawat –
klien.
 Membantu klien menerima perasaan dan
pikirannya.
 Membantu klien menjelaskan konsep dirinya
dan hubungannya dengan orang lain melalui
keterbukaan.
 Berespon secara empati dan menekankan
bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.
 R/. klien yang dapat memahami perasaannya
memudahkan dalam penerimaan terhadap
dirinya sendiri.
 Membantu klien menerima perasaan dan
pikiran.
 Mengeksplorasi respon koping adaptif dan

mal adaptif terhadap masalahnya.


 R/. Respon koping adaptif sangat dibutuhkan

dalam penyelesaian masalah secara


konstruktif.
 Membantu klien mengidentifikasi alternatif
pemecahan masalah.
 Membantu klien menkonseptualisasikan

tujuan yang realistik.


 R/. Klien membutuhkan bantuan perawat

untuk mengatasi permasalahannya dengan


cara menentukan perencanaan yang realistik.
 Membantu klien untuk melakukan tindakan
yang penting untuk merubah respon
maladaptif dan mempertahankan respon
koping yang adaptif.
 R/. Penggunaan koping yang adaptif

membantu dalam proses penyelesaian


masalah klien.
 Mengamati perilaku klien.
 Bersama klien membahas perasaannya.
 R/. Dengan mengobservasi tingkat depresi

maka rencana perawatan selanjutnya disusun


dengan tepat.
 Menghargai perasaan klien.
 Mengidentifikasi dukungan yang positif
dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
 Memberikan kesempatan untuk menangis
dan mengungkapkan perasaannya.
 Bersama klien membahas pikiran yang
selalu timbul.
 R/. Individu dalam keadaan berduka sering
mempertahankan perasaan bersalahnya
terhadap orang yang hilang.
Tujuan Umum :
 Klien mampu melakukan perawatan diri

secara optimal.
Tujuan khusus :
 Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
 Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi

dan bersih.
 Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan

bersih.
 Klien dapat merawat kukunya sendiri.
 Libatkan klien untuk makan bersama diruang
makan. R/. Sosialisasi bagi klien sangat
diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
 Menganjurkan klien untuk mandi. R/. Pengertian
yang baik dapat membantu klien dapat mengerti
dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
 Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/.
Diharapkan klien mandiri.
 Membantu dan menganjurkan klien untuk
menghias diri. R/. Diharapkan klien mandiri.
 Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.
R/. Diharapkan klien mandiri

Anda mungkin juga menyukai