Anda di halaman 1dari 37

TUGAS DAN KEWENANGAN PEMERINTAH

DAERAH DI BIDANG KETENAGALISTRIKAN


Sesuai UU N0 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan dan UU No 23 Tahun 2014 tentang Otonomi
Daerah

JM SIHOMBING
ENITA R NAINGGOLAN

PUSDIKLAT KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU, TERBARUKAN


DAN KONSERVASI ENERGI
Tarakan, 14 s.d 19 Maret 2016
LANDASAN HUKUM

(1) Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang


Ketenagalistrikan.
(2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah.
(3) Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 jo. No. 23 Tahun
2014 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
(4) Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2012 tentang Jual Beli
Listrik Lintas Negara.
(5) Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2012 tentang Usaha
Jasa Penunjang Ketenagalistrikan.
LANDASAN HUKUM
(1) Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
(2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
(3) Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 jo. No. 23 Tahun 2014 tentang Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik.
(4) Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2012 tentang Jual Beli Listrik Lintas Negara.
(5) Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang
Ketenagalistrikan.
(6) Peraturan Menteri ESDM No. 28/2012 Tentang Tata Cara Permohonan Wilayah Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum.
(7) Peraturan Menteri ESDM No. 29/2012 Tentang Kapasitas pembangkit TL untuk
Kepentingan Sendiri yang dilaksanakan berdasarkan Izin Operasi.
(8) Peraturan Menteri ESDM No. 35/2013 Tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan.
(9) Peraturan Menteri ESDM No. 36/2013 Tentang Tata Cara Permohonan Izin Pemanfaatan
Jaringan TL untuk Kepentingan Telematika.
(10) Peraturan Menteri ESDM No. 05/2014 Tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi
Ketenagalistrikan.
(11) Peraturan Menteri ESDM No. 28/2014 Tentang Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang
Ketenagalistrikan.
(12) Peraturan Menteri ESDM No. 01/2015 tentang Kerjasama Penyediaan Tenaga Listrik
dan Pemanfaat Bersama Jaringan Tenaga Listrik
(13) Peraturan Menteri ESDM No. 31/2015 tentang Penyediaan Tenaga Listrik untuk
Bangunan dalam Kawasan Terbatas
PENGUASAAN

1. Usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan


penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah.
2. Pemerintah atau pemda sesuai kewenangannya melakukan
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan usaha
(penguasaan regulasi).
3. Pemerintah atau pemda melaksanakan usaha penyediaan
tenaga listrik (penguasaan kepemilikan).
TUJUAN

Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk


menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah
yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
ASAS

Pembangunan ketenagalistrikan menganut asas:


1. manfaat;
2. efisiensi berkeadilan;
3. berkelanjutan;
4. optimalisasi ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya
energi;
5. mengandalkan pada kemampuan sendiri;
6. kaidah usaha yang sehat;
7. keamanan dan keselamatan;
8. kelestarian fungsi lingkungan; dan
9. otonomi daerah.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT (MENTERI)

1. penetapan kebijakan ketenagalistrikan nasional;


2. penetapan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan;
3. penetapan pedoman, standar, dan kriteria di bidang ketenagalistrikan;
4. penetapan pedoman penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen;
5. penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN);
6. penetapan wilayah usaha;
7. penetapan izin jual beli tenaga listrik lintas negara;
8. penetapan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk badan usaha yang
wilayah usahanya lintas provinsi; dilakukan oleh badan usaha milik
negara; dan menjual tenaga listrik dan/atau menyewakan jaringan tenaga
listrik kepada pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang
ditetapkan Pemerintah;
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT (MENTERI)

9. penetapan Izin Operasi yang fasilitas instalasinya mencakup lintas provinsi;


10. penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dari pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik yang dikeluarkan oleh Pemerintah;
11. penetapan persetujuan harga jual tenaga listrik dan harga sewa jaringan
dari pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
12. penetapan persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang
Izin Operasi yang ditetapkan oleh Pemerintah;
13. penetapan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilakukan oleh
badan usaha milik negara atau penanam modal asing/mayoritas sahamnya
dimiliki oleh penanam modal asing;
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT (MENTERI)

14. penetapan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan


telematika pada jaringan milik pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik atau Izin Operasi yang ditetapkan oleh Pemerintah;
15. pembinaan dan pengawasan kepada badan usaha di bidang
ketenagalistrikan yang izinnya ditetapkan oleh Pemerintah;
16. pengangkatan inspektur ketenagalistrikan;
17. pembinaan jabatan fungsional inspektur ketenagalistrikan untuk seluruh
tingkat pemerintahan; dan
18. penetapan sanksi administratif kepada badan usaha yang izinnya
ditetapkan oleh Pemerintah.
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH

1. penetapan peraturan daerah di bidang ketenagalistrikan;


2. penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) ;
3. penetapan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk badan usaha yang
wilayah usahanya lintas kabupaten/kota;
4. penetapan persetujuan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga
listrik untuk badan usaha yang menjual tenaga listrik dan/atau
menyewakan jaringan tenaga listrik kepada badan usaha yang izinnya
ditetapkan oleh pemerintah Daerah;
5. penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dari pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;
6. penetapan Izin Operasi yang fasilitas instalasinya mencakup lintas
kabupaten/kota;
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH

7. penetapan persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang


Izin Operasi yang izinnya ditetapkan oleh pemerintah daerah;
8. penetapan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan
telematika pada jaringan milik pemegang izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik atau Izin Operasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;
9. pembinaaan dan pengawasan kepada badan usaha di bidang
ketenagalistrikan yang izinnya ditetapkan oleh pemerintah daerah;
10. pengangkatan inspektur ketenagalistrikan untuk daerah; dan
11. penetapan sanksi administratif kepada badan usaha yang izinnya
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
1. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terkait perizinan
ketenagalistrikan ditarik menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi
(Gubernur).
2. Berdasarkan Permen ESDM No 35 Tahun 2014 tentang Pendelegasian
Wewenang Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan dalam rangka Pelaksanaan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala BKPM, maka kewenangan
Menteri terkait Izin ketenagalistrikan yang dilimpahkan ke BKPM adalah sbb:
- Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
- Izin Operasi;
- Penetapan Wilayah Usaha;
- Penerbitan izin usaha jasa penunjang TL yang dilakukan oleh BUMN atau penanam
modal asing/mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing;
- Izin Jual Beli TL Lintas Negara;
- Izin Pemanfaatan Jaringan TL untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan
Informatika dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2014
Sub urusan: Ketenagalistrikan

No Pemerintah Pusat Pemda Provinsi Pemda Kabupaten


/Kota
1 Penetapan wilayah usaha penyediaan Rekomendasi penetapan
tenaga listrik dan izin jual beli tenaga wilayah usaha dilengkapi
listrik lintas negara. dengan batasan wilayah usaha
dan peta lokasi yang dilengkapi
dengan titik koordinat.

2 Penerbitan izin usaha penyediaan Penerbitan izin usaha


tenaga listrik lintas Daerah provinsi, penyediaan tenaga listrik dan
badan usaha milik Negara dan penjualan tenaga listrik serta
penjualan tenaga listrik serta penyewaan jaringan kepada
penyewaan jaringan kepada penyedia penyedia tenaga listrik dalam
tenaga listrik lintas Daerah provinsi Daerah provinsi.
atau badan usaha milik negara.
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2014
Sub urusan: Ketenagalistrikan

No Pemerintah Pusat Pemda provinsi Pemda


kabupaten
/ kota
3 Penerbitan izin operasi yang fasilitas Penerbitan izin operasi yang
instalasinya mencakup lintas Daerah fasilitas instalasinya dalam Daerah
provinsi atau berada di wilayah di provinsi.
atas 12 mil laut.

4 Penetapan tarif tenaga listrik untuk Penetapan tarif tenaga listrik untuk
konsumen dan penerbitan izin konsumen dan penerbitan izin
pemanfaatan jaringan untuk pemanfaatan jaringan untuk
telekomunikasi, multimedia, dan telekomunikasi, multimedia, dan
informatika dari pemegang izin yang informatika dari pemegang izin
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah provinsi.
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2014
Sub urusan: Ketenagalistrikan
No Pemerintah Pusat Pemda provinsi Pemda
kabupaten
/ kota
5 Persetujuan harga jual tenaga listrik Persetujuan harga jual tenaga
dan sewa jaringan tenaga listrik, listrik dan sewa jaringan tenaga
rencana usaha penyediaan tenaga listrik, rencana usaha penyediaan
listrik, penjualan kelebihan tenaga tenaga listrik, penjualan kelebihan
listrik dari pemegang izin yang tenaga listrik dari pemegang izin
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah provinsi.

6 Penerbitan izin usaha jasa penunjang Penerbitan izin usaha jasa


tenaga listrik yang dilakukan oleh penunjang tenaga listrik bagi
badan usaha milik Negara atau badan usaha dalam
penanam modal asing/mayoritas negeri/mayoritas sahamnya dimiliki
sahamnya dimiliki oleh penanam oleh penanam modal dalam
modal asing. negeri.
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2014
Sub urusan: Ketenagalistrikan
No Pemerintah Pusat Pemda provinsi Pemda
kabupaten
/ kota
7 Penyediaan dana untuk kelompok Penyediaan dana untuk kelompok
masyarakat tidak mampu, masyarakat tidak mampu,
pembangunan sarana penyediaan pembangunan sarana penyediaan
tenaga listrik belum berkembang, tenaga listrik belum berkembang,
daerah terpencil dan perdesaan. daerah terpencil dan perdesaan.
PEMANFAATAN SUMBER ENERGI PRIMER

1. Sumber energi primer dimanfaatkan secara optimal sesuai


dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) untuk penyediaan TL
berkelanjutan.
2. Pemanfaatan sumber energi primer mengutamakan sumber
energi baru dan energi terbarukan.
3. Pemanfaatan sumber energi primer yang terdapat di dalam
negeri diutamakan untuk kepentingan ketenagalistrikan
nasional.
4. Pemerintah menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai
pemanfaatan sumber energi untuk usaha penyediaan tenaga
listrik.
HARGA JUAL, SEWA JARINGAN DAN TARIF TENAGA
LISTRIK

1. Ditetapkan pemerintah/pemda atau berdasarkan persetujuan


pemerintah/pemda sesuai kewenangannya
2. Harga keekonomian/prinsip usaha yang sehat.
3. Asas keadilan.
4. Pemerintah mensubsidi konsumen tidak mampu.
PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK
UNTUK TELEMATIKA

1. Dilakukan sepanjang tidak mengganggu


kelangsungan penyediaan tenaga listrik.
2. Dilakukan dengan persetujuan pemilik jaringan.
3. Dilakukan berdasarkan izin pemanfaatan jaringan
yang diberikan oleh Pemerintah/pemda.
JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA

 Pembelian tenaga listrik lintas negara, dapat dilakukan


apabila:
1. Belum terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik setempat;
2. Hanya sbg penunjang kebutuhan tenaga listrik setempat;
3. Tidak merugikan kepentingan negara dan bangsa yang
terkait dengan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan
ekonomi;
4. Untuk meningkatkan mutu dan keandalan;
5. Tidak mengabaikan kemampuan penyediaan listrik dalam
negeri;
6. Tidak menimbulkan ketergantungan dari luar negeri.
JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA

 Penjualan tenaga listrik lintas negara, dapat


dilakukan apabila:

1. Kebutuhan tenaga listrik setempat telah


terpenuhi;
2. Harga jual tenaga listrik tidak mengandung
subsidi;
3. Tidak mengganggu mutu dan keandalan.
RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN

1. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) disusun


berdasarkan Kebijakan Energi Nasional.
2. RUKN ditetapkan Pemerintah setelah berkonsultasi dengan
DPR.
3. RUKN disusun dengan mengikutsertakan pemda.
4. RUKD disusun berdasarkan RUKN dan ditetapkan pemda
setelah berkonsultasi dengan DPRD.
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (1)
 Hak:
1. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah
permukaan;
2. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;
3. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;
4. masuk ke tempat umum atau perorangan dan
menggunakannya untuk sementara waktu;
5. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah
tanah;
6. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di
atas atau di bawah tanah; dan
7. memotong dan/atau menebang tanaman yang
menghalanginya.
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (2)
 Kewajiban:
1. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar
mutu dan keandalan;
2. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
konsumen dan masyarakat;
3. memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan;
dan
4. mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN (1)

 Hak
1. mendapat pelayanan yang baik;
2. mendapat tenaga listrik secara terus-menerus
dengan mutu dan keandalan yang baik;
3. memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya
dengan harga yang wajar;
4. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada
gangguan tenaga listrik; dan
5. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman
yang diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian
pengoperasian oleh pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik sesuai syarat yang diatur
dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN (2)

 Kewajiban
1. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang
mungkin timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik;
2. menjaga keamanan instalasi tenaga listrik milik
konsumen;
3. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan
peruntukan;
4. membayar tagihan pemakaian tenaga listrik; dan
5. menaati persyaratan teknis di bidang
ketenagalistrikan.
TANAH UNTUK USAHA PENYEDIAAN TL

1. Tanah yang dipergunakan secara langsung diberi ganti


rugi, pengadaan tanah dilakukan sesuai dengan
peraturan perundangan di bidang pertanahan.
2. Tanah yang dipergunakan secara tidak langsung
(dilintasi transmisi TL) diberi kompensasi.
3. Ketentuan dan tata cara pembayaran kompensasi diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
LINGKUNGAN HIDUP DAN KETEKNIKAN

1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi


ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup.
2. Usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan untk mewujudkan kondisi
andal, aman bagi instalasi dan mahluk hidup, dan ramah
lingkungan.
3. Instalasi TL wajib memeliki sertifikat laik operasi.
4. Peralatan dan pemanfaat tenega listrik wajib memenuhi SNI.
5. Tenaga teknik wajib memeiliki sertifikat kompetensi.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

1. Pemerintah/pemda melaksanakan pembinaan dan


pengawasan terhadap usaha ketenagalistrikan
dalam memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan perijinan.
2. Pengawasan pelaksanaan ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan dilakukan inspektur
ketenagalistrikan.
INSPEKTUR KETENAGALISTRIKAN (PIK) (KEPMENPAN
NO.21/KEP/M.PAN/4/2002)

1. PIK adalah PNS yg diberi tugas, tanggung jawab, wewenang


dan hak untuk melakukan pelaksanaan inspeksi
ketenagalistrikan.
2. Jabatan fungsional PIK (jabatan fungsional keahlian) termasuk
dlm rumpun pengawasan kualitas & keamanan.
3. PIK adalah pejabat fungsional yg berkedudukan sbg pelaksana
teknis dlm melakukan inspeksi ketenagalistrikan pd DESDM dan
Pemda.
4. Tugas pokok: melakukan inspeksi, pengujian, penelaahan
proses dan gejala berbagai aspek ketenagalistrikan,
mengembangkan metoda dan teknik inspeksi, melaporkan dan
menyebarluaskan hasil inspeksi.
SANKSI ADMINISTRATIF (1)

 Sanksi administratif terdiri atas:


1. teguran tertulis;
2. pembekuan kegiatan sementara; dan/atau
3. pencabutan izin usaha.

 Sanksi administratif ditetapkan oleh Menteri,


gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya
SANKSI ADMINISTRATIF (2)

Perbuatan berikut dapat dikenai sanksi administratif:


1. Tidak mengutamakan produk dan dalam negeri.
2. Tidak memenuhi kewajiban dalam penyediaan TL.
3. Menerapkan harga jual/sewa jaringan TL tanpa persetujuan
Pemerintah/Pemda.
4. Menerapkan tarif TL tidak sesuai dengan penetapan
Pemerintah/pemda.
5. Melakukan jual beli TL lintas negara tanpa izin Pemerintah.
6. Tidak memenuhi ketentuan per-UU-an di bidang lingkungan
hidup.
7. Memanfaatkan jaringan TL untuk telematika tanpa ijin
Pemerintah/pemda.
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN (1)

Perbuatan berikut dapat dikenai sanksi pidana:


1. Melakukan usaha ketenagalistrikan tanpa izin.
2. Tidak memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan,
mengakibatkan kematian orang atau mengganggu
kelangsungan penyediaan TL.
3. Menggunakan TL yang bukan haknya (pencurian).
4. Menggunakan tanah untuk usaha penyediaan TL tanpa
memberi ganti rugi atau kompensasi terhadap yang berhak
atas tanah.
5. Mengoperasikan instalasi TL tanpa sertifikat laik operasi.
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN (2)

6. Memproduksi, mengedarkan, atau


memperjualbelikan peralatan dan pemanfaat TL
tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia.

 Selain penyidik Kepolisian, dibentuk penyidik


pegawai negeri sipil (PPNS) untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan.
KETENTUAN PERALIHAN
1. PT PLN dianggap telah memiliki Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
Paling lama 2 (dua) tahun, Pemerintah telah melakukan penataan dan
penetapan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik kepada BUMN tsb.
Keterangan:
Kuasa Usaha Ketenagalistrikan berlaku paling lama 2 tahun.
PP 17 Tahun 1990: Perusahaan yang didirikan dengan PP 18 Tahun 1972
sebagaimana telah diubah dengan PP 54 Tahun 1981 dilanjutkan
berdirinya dan ditetapkan sebagai PKUK.
PP 23 Tahun 1994: Perum Listrik Negara yang didirikan dengan PP 17
Tahun 1990 dialihkan bentuknya menjadi perusahaan perseroan
(persero) sebagai PKUK.
2. IUKU, IUKS, IUPTL yang dikeluarkan berdasarkan UU 15/85 berlaku
sampai habis masa berlakunya.
KETENTUAN PENUTUP

1. Pada saat UU ini mulai berlaku, UU Nomor 15 Tahun 1985


tentang Ketenagalistrikan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
2. Peraturan pelaksanaan UU Nomor 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti berdasarkan UU ini.
TERIMA KASIH

37

Anda mungkin juga menyukai