Anda di halaman 1dari 138

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

REGULASI KETENAGALISTRIKAN

Oleh:
ARIEF INDARTO
“Diklat Teknis Pengenalan Bidang, Proses Bisnis dan Kegiatan
Ketenagalistrikan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)(Sistem Distance Learning)”

Jakarta, 2 Nopember 2020


Arief Indarto Widyaiswara Madya - salam kenal -
PPSDM KEBTKE, KESDM

• Diklat Teknis bid Ketenagalisrikan dan Energi


Baru Terbarukan
• Asesor Kompetensi Madya Pembangkit dan
Distribusi Tenaga Listrik LSK PPSDM KEBTKE

• Asesor Kompetensi Muda Transmisi dan Instalasi


Pemanfaatan Tenaga Listrik LSK PPSDM KEBTKE
• Asesor Audit Energi dan Manager Enetrgi LSP
BPSDM ESDM
• Dikpim Tk III (Self Mastery)
• Latsar CPNS (Pelayanan Publik)

Elektro
Teknik
Magister Management

Kalisari, Pasar Rebo- Jakarta Timur

ariefindarto@gmail.com

081289998029
INSTALASI PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

3.5 liter bbm

10 kWh
DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG
1. Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
2. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik
2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 tentang Jual Beli Listrik Lintas Negara
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2012 jo. Peraturan Menteri ESDM Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara Permohonan
Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum;
2. Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 jo. Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan;
3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2015 tentang Penyediaan Tenaga Listrik dalam Kawasan Terbatas;
4. Permen ESDM Nomor 46 Tahun 2017 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan
5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2018 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan;
6. Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Bidang
Ketenagalistrikan.
7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik;
8. Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2019 tentang Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri Yang Dilaksanakan
Berdasarkan Izin Operasi;
4
PENGELOLAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
(Undang-undang Ketenagalistrikan Nomor 30 Tahun 2009)

“Tujuan Pembangunan Ketenagalistrikan: Menjamin


ketersediaan (availibity) tenaga listrik dalam jumlah
yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar
(affordability) dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan” (accesability dan Sustainability) (Pasal 2
ayat (2)

5
PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN

6
pengawasan
Pasal 3 Menetapkan: melaksanakan uptl
Pasal 4
Dikuasai: Penyelenggaraan:

Pasal 4
Pelaksanaan UPTL (Pasal 18)
KEWENANGAN PENGELOLAAN

8
KEWENANGAN PENGELOLAAN
(UU 20 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan)

No Pemerintah Pusat (18 Kewenangan) Pemda provinsi (11 Pemda


Kewenangan) kabupaten
(Pasal 5 ayat 1) / kota (12
( Pasal 5 ayat 2)
Kewenangan)
1 ❖ Penetapan wilayah usaha ❖ Rekomendasi penetapan
penyediaan tenaga listrik dan wilayah usaha (dilengkapi
❖ izin jual beli tenaga listrik lintas dengan batasan wilayah
negara. usaha dan peta lokasi yang
dilengkapi dengan titik
koordinat.)

2 ❖ Penerbitan izin usaha penyediaan ❖ Penerbitan izin usaha


tenaga listrik lintas Daerah penyediaan tenaga listrik non
provinsi, badan usaha milik BUMN dan
Negara dan ❖ penjualan tenaga listrik serta
❖ penjualan tenaga listrik serta ❖ penyewaan jaringan kepada
❖ penyewaan jaringan kepada penyedia tenaga listrik dalam
penyedia tenaga listrik lintas Daerah provinsi.
Daerah provinsi atau badan usaha
12-5-2015 milik negara.
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2014
Sub urusan: Ketenagalistrikan
No Pemerintah Pusat (18 Pemda provinsi (11 Pemda kabupaten
Kewenangan) Kewenangan) / kota (12
Kewenangan)

3 ❖ Penerbitan izin operasi yang ❖ Penerbitan izin operasi


fasilitas instalasinya yang fasilitas instalasinya
mencakup lintas Daerah dalam Daerah provinsi.
provinsi atau berada di
wilayah di atas 12 mil laut.
4 ❖ Penetapan tarif tenaga ❖ Penetapan tarif tenaga
listrik untuk konsumen dan listrik untuk konsumen
❖ penerbitan izin dan
pemanfaatan jaringan ❖ penerbitan izin
untuk telekomunikasi, pemanfaatan jaringan
multimedia, dan untuk telekomunikasi,
informatika dari pemegang multimedia, dan
izin yang ditetapkan oleh informatika dari
Pemerintah Pusat. pemegang izin yang
12-5-2015
ditetapkan oleh
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2014
Pasal 14 : Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan serta energi dan sumber
daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi

No Pemerintah Pusat (18 Pemda provinsi (11 Pemda


Kewenangan) Kewenangan) kabupaten
/ kota (12
Kewenangan)
5 ❖ Persetujuan harga jual tenaga ❖ Persetujuan harga jual tenaga
listrik dan listrik dan
❖ sewa jaringan tenaga listrik, ❖ sewa jaringan tenaga listrik,
❖ rencana usaha penyediaan tenaga ❖ rencana usaha penyediaan
listrik, tenaga listrik,
❖ penjualan kelebihan tenaga listrik ❖ penjualan kelebihan tenaga
dari pemegang izin yang listrik dari pemegang izin yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah provinsi.
6 ❖ Penerbitan izin usaha jasa ❖ Penerbitan izin usaha jasa
penunjang tenaga listrik yang penunjang tenaga listrik bagi
dilakukan oleh badan usaha milik badan usaha dalam
Negara atau penanam modal negeri/mayoritas sahamnya
asing/mayoritas sahamnya dimiliki dimiliki oleh penanam modal
oleh penanam modal asing. dalam negeri.
12-5-2015
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
1. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terkait perizinan
ketenagalistrikan ditarik menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi
(Gubernur) Pasal .
2. Berdasarkan Permen ESDM No 35 Tahun 2014 tentang Pendelegasian
Wewenang Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan dalam rangka
Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala BKPM, maka
kewenangan Menteri terkait Izin ketenagalistrikan yang dilimpahkan ke
BKPM adalah sbb:
- Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
- Izin Operasi;
- Penetapan Wilayah Usaha;
- Penerbitan izin usaha jasa penunjang TL yang dilakukan oleh BUMN atau
penanam modal asing/mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing;
- Izin Jual Beli TL Lintas Negara;
- Izin Pemanfaatan Jaringan TL untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia,
dan Informatika dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
12-5-2015
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (KEN)

14
15
Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan
(Undang-Undang 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan)

◼ Pemanfaatan Sumber Energi Primer


✓ Sumber energi primer yang terdapat di dalam negeri dan/atau berasal dari luar negeri
harus dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional untuk
menjamin penyediaan tenaga listrik yang berkelanjutan (Pasal 6 ayat (1)).
✓ Pemanfaatan sumber energi primer yang terdapat di dalam negeri diutamakan untuk
kepentingan ketenagalistrikan nasional (Pasal 6 ayat (3)).
◼ Kebijakan Bauran Energi Primer untuk Pembangkitan Tenaga Listrik
✓ Pemanfaatan sumber energi primer setempat dengan memprioritaskan pemanfaatan
energi baru dan terbarukan dengan tetap memperhatikan aspek teknis, ekonomi, dan
keselamatan lingkungan.

✓ Penggunaan BBM diminimalkan dan dibatasi, kecuali untuk menjaga keandalan sistem,
dan mengatasi krisis penyediaan tenaga listrik jangka pendek atau daerah-daerah yang
tidak memiliki sumber daya alam lain.

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat * 16


KESDM
REALISASI & TARGET RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

9,15%
23% 25%
30% 31%
20,12% 37,15%
REALISASI TARGET TARGET
2019 2025 2050
22% 20%
25% 24%
33.58

Batubara Minyak Bumi


Batubara Minyak Bumi Batubara Minyak Bumi
Gas Bumi EBT Gas Bumi EBT Gas Bumi EBT

1. Pembangkit : 69,1 GW 1. Pembangkit : 115 GW 1. Pembangkit : 430 GW


2. Konsumsi Energi : 0.8 TOE/Kapita 2. Konsumsi Energi : 1.4 TOE/Kap 2. Konsumsi Energi : 3.2 TOE/Kap
3. Konsumsi Listrik : 1.084 kWh/Kap 3. Konsumsi Listrik : 2.500 kWh/Kap 3. Konsumsi Listrik : 7.000 kWh/Kap

17
www.ebtke.esdm.go.id Ditjen EBTKE @djebtke @djebtke 17
RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN (RUK)

18
LANDASAN HUKUM PERENCANAAN BIDANG ENERGI DAN
KETENAGALISTRIKAN [1/2]

UU 30/2007 UU 30/2009
(Energi) (Ketenagalistrikan)

PP 79/2014 PP 14/2012
(Kebijakan Energi Nasional-KEN)
jo PP 23/2014
Pasal 11 ayat (2)
Kebijakan Energi Nasional ditetapkan oleh
(Kegiatan Usaha
Pemerintah dengan Persetujuan DPR Penyediaan Tenaga Listrik)

Rencana Umum Energi Nasional Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional


(RUEN) (RUKN)
(PerPres 22 Tahun 2017) (Kepmen ESDM 143 K/20/MEM/2019)
Pasal 12 ayat (2b) Pasal 7 ayat (1) Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Dewan Energi Nasional bertugas RUKN disusun berdasarkan pada KEN dan (RUPTL)
menetapkan RUEN ditetapkan oleh Pemerintah setelah [RUPTL PT PLN (Persero) - Kepmen ESDM
berkonsultasi dengan DPR RI NOMOR 39 K/20/MEM/2019]
Pasal 8
RUKD Usaha penyediaan tenaga listrik untuk
(disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kepentingan umum dilaksanakan sesuai
Tingkat I dan Tingkat II setelah berkonsultasi dengan RUK dan RUPTL
dengan DPRD)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 19
KEN-RUEN-RUKN
Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Konsumsi Listrik Per Kapita Kapasitas Pembangkit
Rata-Rata 20 Tahun (%) 2025 (kWh) 2025 (GW)
160
9,0 3.000

7,8 7,8 140 135,5


8,0 2.500 2.500
2.500
7,0 120 115 118
Eksisting Non PLN 6
6,0 Kebutuhan KI,
6,0 2.000 KEK, Smelter
100 18
1.616
5,0
80 RUPTL
1.500 PLN
4,0 49
60
3,0 1.000
40
2,0 Eksisting
PLN
500 45
20
1,0

0,0 -
0
KEN RUEN RUKN *) KEN RUEN RUKN *)
KEN RUEN RUKN *) (2019-2038)
(2019-2038) (2019-2038)
*) Sudah memperhitungkan konservasi energi
PROSES PROYEKSI DEMAND DAN SUPPLY TENAGA LISTRIK
Data Historis (Input) Analisa Regresi (Model)
• Jumlah penduduk • Kebutuhan energi listrik:
• Jumlah rumah tangga ✓ Rumah tangga : f (PDRB total, jumlah konsumen
• Inflasi /Indeks Harga Konsumen rumah tangga, tarif listrik rumah
• PDRB real: tangga)
− Total
✓ Bisnis : f (PDRB bisnis, tarif listrik bisnis)
− Bisnis (perdagangan, hotel dan restoran, jasa
perusahaan) ✓ Publik : f (PDRB publik, tarif listrik publik)
− Publik (jasa-jasa) ✓ Industri : f (PDRB industri, tarif listrik
− Industri (industri bukan migas) industri)
• Konsumsi listrik • Pertumbuhan PDRB: target Pemerintah
• Jumlah konsumen/pelanggan
• Jumlah konsumen/pelanggan:
• Tarif listrik ✓ Rumah tangga : rasio elektrifikasi x jumlah rumah
• Rasio elektrifikasi tangga
✓ Bisnis : f (PDRB bisnis)
✓ Publik : f (PDRB publik)
✓ Industri : f (PDRB industri)
• Rasio elektrifikasi : ditargetkan (± 99% pada tahun 2020)
Supply
• Skenario tarif : nilai riil tetap (nilai nominal naik
Prakiraan Produksi Energi Listrik (GWh)
(= prakiraan kebutuhan energi listrik + losses & pemakaian sendiri)
sebesar inflasi)
• Inflasi : target Pemerintah
• Pertumbuhan penduduk: proyeksi BPS
Prakiraan Beban Puncak (MW)
(= prakiraan produksi energi listrik / (load factor x 8.760 jam)
Hasil Simulasi (Output)
Prakiraan Kebutuhan Daya (MW) Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik (GWh):
(= prakiraan beban puncak + reserve margin) ✓ Rumah tangga
✓ Bisnis
✓ Publik
Prakiraan Kebutuhan Tambahan Daya (MW) ✓ Industri
(= prakiraan kebutuhan daya – kapasitas existing)
RUKN 2019-2038
PERATURAN PEMERINTAH 23 TAHUN 2014 TENTANG
KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PROYEKSI KEBUTUHAN DAN REALISASI PENJUALAN TENAGA LISTRIK
RUPTL 2019-2028

4,6% 3,0% -1,7%


(TWh) (%)
500 7,2 8
6,5 6,8 6,8
6,2 6,2 6,2 433
400 5,6 407
361 383 6,3 6
320 340
6,2 YoY
300
279 300 Kumulatif YoY
245 262 4 Realisasi 2019 s.d April 2020 April 2020
200 PERTUMBUHAN
RATA-RATA 2
100 Total Penjualan (TWh) 6,4% Realisasi penjualan Realisasi penjualan Realisasi penjualan
Pertumbuhan (%) 2019 adalah sebesar kumulatif s.d. April April 2020 adalah
0 0
243,1 TWh 2020 adalah sebesar sebesar 19,4 TWh
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
80,5 TWh
PENJUALAN KUMULATIF S.D APRIL 2020 PENJUALAN APRIL 2020

6,1% 9,1% 4,4% 8,2%


8,1% 9,1% 5,0% 7,1%

1,5% -4,4%
15,3% 17,9%

Persentase penjualan pada masing-masing pulau jika dibandingkan dengan total penjualan nasional adalah Sumatera (15,5%), Jawa-Madura-Bali (72,8%),
Kalimantan (4,6%), Sulawesi (4,6%), Maluku-Papua (1,2%) dan Nusa Tenggara (1,3%).
REALISASI DAN RENCANA PEMBANGKIT RUPTL 2019-2028
12.000
PLTBio/Sa
PLTA/M & PS 795
9.558 2%
9.716 17%
10.000 PLTD
207
PLTU/MT/USC
27.392 56.976 0%

48%
8.000 7.515
7.287
7.476 MW PLTG/GU/MG
12.605
22%
6.397 6.226
VRE PLTP
6.000 1.8254.619
3% 8%
4.634

4.000
3.153
2.423
2.174
2.000

-
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
PLTD 105 46 2 3 47 3 - - - -
VRE 50 97 255 489 470 54 400 - 2 8
PLTBio/Sa 10 142 60 357 50 103 19 5 15 35
PLTG/GU/MG 934 3.914 1.017 3.155 1.535 845 40 280 400 485
PLTA/M & PS 202 671 1.234 200 350 1.716 3.074 149 486 1.477
PLTP 192 161 147 455 245 415 2.759 45 145 55
PLTU/MT/USC 3.142 4.686 3.681 2.856 4.590 3.090 1.184 1.695 1.375 1.093
Total 4.634 9.716 6.397 7.515 7.287 6.226 7.476 2.174 2.423 3.153

Realisasi termasuk percepatan COD Kapasitas sesuai dengan Summary Report Program Strategis PT PLN (Persero)
USAHA KETENAGALISTRIKAN

27
USAHA KETENAGALISTRIKAN (UU 30/2009 pasal 8)

28
USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (UU 30/2009 pasal 9 dan 10)
Peraturan Menteri ESDM No. 35 Tahun 2013 Jo. Permen ESDM No. 12 Tahun 2016

A. Untuk Kepentingan Umum

• Jenis usaha: 1. pembangkitan tenaga listrik;


Dapat dilakukan secara terintegrasi
2. transmisi tenaga listrik;
berdasarkan Penetapan Wilayah Usaha
2. distribusi tenaga listrik; dan/atau (PPU/Public Private Utility)
3. penjualan tenaga listrik.

• Diselenggarakan berdasarkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) yang diterbitkan oleh
Menteri/Gubernur sesuai kewenangannya.
• Pelaku Usaha: BUMN, BUMD, Swasta, Koperasi, dan Swadaya masyarakat yang berusaha di bidang
penyediaan tenaga listrik

B. Untuk Kepentingan Sendiri

• Diselenggarakan berdasarkan Izin Operasi (IO) yang diterbitkan oleh Menteri/Gubernur sesuai
kewenangannya.
• Menteri menetapkan besaran kapasitas pembangkit untuk IO

29
32
PERIZINAN

37
SKEMA IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN
Sesuai UU 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

PENETAPAN WILAYAH USAHA

38
PENERBIT IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL)
Kewenangan Penerbitan IUPTL

Menteri ESDM Gubernur


• BUMN (PLN); • Badan usaha yang wilayah usahanya lintas Kabupaten/Kota.
• Badan usaha yang wilayah usahanya lintas Provinsi; • Badan usaha yang wilayah usahanya dalam satu
• Badan usaha yang menjual tenaga listrik kepada pemegang Kabupaten/Kota.
izin usaha yang diterbitkan Menteri. • Badan usaha yang menjual tenaga listrik kepada pemegang
izin usaha yang diterbitkan Gubernur.

Kewenangan Menteri / Gubernur setelah IUPTL terbit:


1. Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen.
2. Penetapan persetujuan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan.
3. Penetapan Tingkat Mutu Pelayanan (IUPTL berdasarkan PWU).
4. Penetapan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telematika.
5. Pembinaan dan pengawasan.
6. Penetapan sanksi administratif.

39
IZIN USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK
PP 62/2012 tentang Usaha Jasa Penunjang TL
Pasal 17 :
▪ Izin usaha jasa penunjang tenaga listrik diberikan sesuai
dengan klasifikasi, kualifikasi, dan/atau sertifikat yang
dimiliki badan usaha;
▪ Izin diberikan oleh:
a.Menteri : -badan usaha milik negara dan badan
usaha swasta yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh penanam modal
asing
-usaha jasa pemeriksaan dan pengujian
di bidang instalasi pemanfaatan tenaga
listrik tegangan rendah
b.Bupati/Walikota: badan usaha yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh penanam modal dalam
negeri
NB : Sesuai ketentuan UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, penerbitan Izin Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik untuk badan usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
penanam modal dalam negeri diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi.
IZIN USAHA JASA PENUNJANG (2)
Pasal 18:
▪ Permohonan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik harus
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
▪ Persyaratan administratif:
a. Identitas pemohon;
b. Akta pendirian badan usaha;
c. Profil badan usaha;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Surat keterangan domisili dari pejabat yang berwenang.
▪ Persyaratan teknis:
a. sertifikat badan usaha sesuai dengan klasifikasi dan
kualifikasinya, kecuali untuk usaha jasa pemeriksaan
dan pengujian di bidang Instalasi Pemanfaatan Tenaga
Listrik tegangan rendah dan LSBU;
b. tenaga teknik yang bersertifikat;
c. penanggung jawab teknik;
d. sistem manajemen mutu.
KLASIFIKASI USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK (1/2)

• Konsultansi
• Pemeliharaan • Pembangunan & • Pendidikan dan
Jenis Usaha
• Pengoperasian Pemasangan Pelatihan
• Pemeriksaan & Pengujian

Bidang Instalasi Industri


P T D Pemanfaa Asesor Penunjang
t

PLTU/G/ TT, TET, P, T, D, Instalasi Peralatan,


Sub Bidang TM, TR TT, TM, TR
GU/P/A/ GI pemanfaatan Pemanfaat
MH/D/N/
EBT

P = Pembangkit TT = Tegangan Tinggi PLTU = Pembangkit Listrik Tenaga Uap


T = Transmisi TET = Tegangan Ekstra Tinggi PLTG/U = Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap
Keterangan D = Distribusi TM = Tegangan Menengah PLTMH = Pembangkit Listrik Mikro Hidro
GI = Gardu Induk TR = Tegangan Rendah PLT EBT = Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat *


KESDM
KLASIFIKASI USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK (2/2)

Jenis Usaha Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik

Bidang
P T D Pemanfaat

Sub Bidang Konsultansi, Pembangunan & Pemasangan, Pemeriksaan &


Pengujian, Pengoperasian, Pemeliharaan, Litbang, Diklat,
Lab, Penguji, Asesor Ketenagalistrikan, Usaha lain yang
terkait langsung dengan BIDANG Usaha Penunjang
Ket:
P= Pembangkitan Tenaga Listrik
T= Transmisi Tenaga Listrik
D= Distribusi Tenaga Listrik
Pemanfaat = Instalasi Pemanfaat Tenaga Listrik

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat *


KESDM
Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang
Jenis Usaha
• Konsultansi • Penelitian dan
• Pembangunan & Pengembangan
• Usaha jasa lain
pemasangan • Laboratorium
yg secara
• Pemeriksaan & Pengujian pengujian peralatan
langsung
• Pengoperasian dan pemanfaat
berkaitan dg
• Pemeliharaan tenaga listrik
penyediaan
• Pendidikan dan Pelatihan • Sertifikasi peralatan
tenaga listrik
• Sertifikasi Kompetensi dan pemanfaat
Tenaga Teknik tenaga listrik

Kualifikasi Pasal 71

Akan diatur dalam


1. Usaha Besar
Sesuai ketentuan Permen ESDM
2. Usaha Menengah, dan
peraturan perundang- (Permen ESDM
3. Usaha Kecil.
undangan 36/2013
Ditetapkan berdasarkan:
Pemanfaatan
• Tingkat kemampuan usaha (
Modal di setor dan Batas Nilai1 Pek.) Jaringan untuk
• Keahlian kerja perseorangan Telematika)
(Bidang, sub bidang, spesialisasi)

KESDM *
KUALIFIKASI USAHA JASA PENUNJANG
PELAPORAN KEGIATAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK …1/3

Sesuai Pasal 13 Peraturan Menteri ESDM 35 Tahun 2013 tentang Tatacara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan, bahwa:
(1) Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik wajib melaporkan kegiatan usahanya secara berkala
setiap 6 (enam) bulan
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat antara lain: LAPORAN disampaikan
a. Data umum kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik; secara manual/
b. Tahap usaha penyediaan tenaga listrik; pengiriman berkas.
c. Data kemajuan pembangunan instalasi penyediaan tenaga listrik;
d. Data realisasi investasi; Untuk mempercepat
e. Data realisasi tingkat komponen dalam negeri; dan mempermudah
f. Data tenaga kerja; proses pelaporan
g. Data instalasi penyediaan tenaga listrik beserta sertifikat laik operasi; secara online, maka
h. Data pengusahaan tenaga listrik; dibangunlah aplikasi
i. Data jumlah konsumen; SIPPLO
j. Data pembelian dan penggunaan energy primer;
k. Data produksi dan penjualan tenaga listrik;
l. Data gangguan operasi;
m. Data pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan; dan
n. Data pelaksanaan corporate social responsibility
PERIZINAN SEKTOR LAIN PADA KEGIATAN USAHA KETENAGALISTRIKAN …1/3
1 Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) Terintegrasi 3 Izin Pembelian & Interkoneksi Tenaga Listrik Lintas Negara Kewenangan Ditjen Gatrik
2 Izin Penjualan & Interkoneksi Tenaga Listrik Lintas Negara 4 Izin Pemanfaatan Jaringan Telematika (Diterbitkan Menteri ESDM)
1 Wilayah Kerja Panas Bumi 14 Izin Pipa Gas
2 Izin Panas Bumi 15 Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
3 Izin Survey di Hutan Lindung & Hutan Produksi 16 Izin Pengoperasian Tersus/TUKS
4 Izin Lokasi 17 Izin Pengerukan
5 Izin Lokasi Perairan 18 Izin Reklamasi
6 Izin Pengelolaan Perairan 19 Izin Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Kewenangan
7 Izin Lingkungan 20 Izin Operasi Tersus/TUKS 24 Jam Pemerintah Pusat
8 Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan / Perjanjian Kerjasama 21 Izin Konstruksi Sumber Daya Air
9 Izin Mendirikan Bangunan 22 Izin Pengusahaan Sumber Daya Air (Diterbitkan Menteri)
10 Izin Membangun Kabel Listrik Bawah Laut 23 Izin Pemanfaatan Air Permukaan
11 Izin Pekerjaan Kabel Bawah Laut 24 Izin Telekomunikasi Khusus/ Izin Stasiun Radio
12 Izin Membangun Transmisi di Atas Perairan 25 Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Penghasil
13 Izin Pembangunan/Penyesuaian/Perpanjangan Tersus/TUKS 26 Izin Pembuangan Air Limbah
1 Izin Prinsip Kesesuaian Tata Ruang (IPPR) 12 Perjanjian Kerjasama Kawasan Hutan Konservasi
2 Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) 13 Izin Mendirikan Bangunan
3 Izin Trase 14 Izin Gangguan
4 Penetapan Lokasi 15 Izin Site Plan Kewenangan
5 Izin Pengangkutan Peralatan Konstruksi 16 Rekomendasi Peil Banjir Pemerintah Daerah
6 Izin Temporary Jetty 17 Izin Pengalihan Aliran Sungai
7 Izin Peledakan 18 Rekomendasi Analisis Dampak Lalu Lintas (Diterbitkan Gubernur
8 Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) 19 Izin Pengangkutan Bahan Bakar /Bupati/Walikota)
9 Izin Lokasi Perairan 20 Izin Pengelolaan Limbah B3 Untuk Penghasil
10 Izin Pengelolaan Perairan 21 Izin Pembuangan Air Limbah
11 Izin Lingkungan
47
PERIZINAN SEKTOR LAIN PADA KEGIATAN USAHA KETENAGALISTRIKAN …2/3
1. Perizinan Sektor Lain, antara lain:
a. Izin terkait Pemanfaatan Sumber Daya Air
Saat ini terdapat beberapa izin terkait pemanfaatan Sumber Daya Air, antara lain terkait Izin Pemanfaatan
Air Tanah (di dalamnya terdapat juga Izin Pengeboran Air Tanah, Izin Penggalian Air Tanah, dan Izin
Pemakaian Air Tanah), dan Izin Pengusahaan Sumber Daya Air, serta terdapat pula Izin Pemanfaatan Air
Permukaan.
b. Izin terkait Terminal Khusus/TUKS
Saat ini terdapat 5 Izin terkait Terminal Khusus/TUKS yang dapat disatukan, yaitu Izin Pembangunan Terminal
Khusus/TUKS, Izin Operasi Terminal Khusus/TUKS, dan Izin Operasi 24 jam, serta Izin SBNP dan Izin
Pengerukan/Reklamasi yang diterbitkan oleh HUBLA
c. Izin Lingkungan
Saat ini terdapat beberapa izin terkait Lingkungan Hidup, antara lain Izin Lingkungan, Izin Pengelolaan Limbah
B3 yaitu TPS LB3, Pemanfaatan, Penimbunan, dan Pengelolaan LB3, dan Izin Pembuangan Limbah Cair
yaitu IPAL ke Laut atau Air Permukanan
d. Izin terkait Peralatan Boiler dan Turbin
Saat ini, izin terkait Peralatan Boiler dan Turbin diterbitkan oleh ESDM (untuk peralatan Boiler dan Turbin) dan
Disnaker (untuk aspek K3), sementara dalam izin yang diterbitkan ESDM sudah mempertimbangkan aspek K3
48
PERIZINAN SEKTOR LAIN PADA KEGIATAN USAHA KETENAGALISTRIKAN …3/3
2. Biaya terkait Perizinan, antara lain:
Biaya terkait perizinan pemanfaatan Sumber Daya Air. Saat ini, untuk pemanfaatan sumber daya air dikenakan
biaya-biaya tertentu, seperti BJPSDA untuk pemanfaatan sumber daya air, Pajak Air Permukaan untuk pemanfaatan
air permukaan, dan Pajak Air Tanah untuk pemanfaatan air tanah.

3. Pemenuhan kewajiban IPPKH


Ketentuan eksisting mewajibkan menyediakan lahan kompensasi dengan ratio 1:2 (kawasan hutan <30%). Kendala:
mengalami kesulitan dalam menyediakan Lahan Pengganti yang harus menjadi satu bagian dari Kawasan Hutan
eksisting. Terkait hal tsb, diusulkan penyediaan lahan kompensasi diganti dalam bentuk lain (misal PNBP), dan
hanya dihitung berdasarkan lahan yang dipakai langsung (untuk tapak tower dan tidak termasuk RoW)

4. Jangka waktu izin lain disesuaikan dengan jangka waktu izin utama (IUPTL), antara lain:
a. Izin Operasi Terminal Khusus/TUKS, Izin Sarana Bantu Navigasi diberikan untuk jangka waktu 10 tahun,
sementara PLN membutuhkan selama jangka waktu sesuai operasi PLTU (>10 tahun)
b. Pemanfaatan BMN untuk SKTM dan SKTT diberikan jangka waktu yang tidak seragam (1-5 tahun), sementara
PLN membutuhkan selama jangka waktu pemanfaatan

49
REGULASI LINGKUNGAN HIDUP DAN KETEKNIKAN

50
PENDAHULUAN
1. Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan
tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang
wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan
2. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 3 aspek penting yang diatur oleh
pemerintah melalui UU 30/2009 tentang Ketenagalistrikan, yaitu:

Program Ketenagalistrikan (Ps 7)

Pengusahaan Ketenagalistrikan (Ps 8)

Lingkungan Hidup dan Keteknikan (Ps 42 & 43)


Keteknikan

Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)

Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik


Untuk Kepentingan Telekomunikasi,
Multimedia dan Multimedia

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat


Mengapa perlu ketentuan
Keselamatan Ketenagalistrikan ?

Menimbang: (UU No.30/2009)


bahwa di samping bermanfaat, tenaga listrik juga dapat
membahayakan sehingga penyediaan dan pemanfaatannya
harus memperhatikan ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan
POKOK PELAKSANAAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
(UU NO.30/2009 Ps 44)

Pasal 1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib


memenuhi ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan
(K2)
Pasal 4. Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi
wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi (LSO)
Pasal 5. Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik
wajib memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia
(SNI)
Pasal 6. Setiap Tenaga Teknik (TT) dalam usaha
ketenaglistrikan wajib memiliki Sertifikat Kompetensi 54
KETENTUAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN (2)
Pasal 2. TUJUAN :
KETENTUAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN (1)
Pasal 3. MELIPUTI :

Pemenuhan Standardisasi Peralatan Dan


Pemanfaat Tenaga Listrik;

Pengamanan Instalasi Tenaga Listrik

Pengamanan Pemanfaat Tenaga Listrik


SKEMA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI
(Permen 38/2018 ttg Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan)

DIRJEN
a.n. MENTERI

Syarat Adm. Permen ESDM No Dalam melakukan audit Akreditasi, Direktur Jenderal
3820168 PAK dapat membentuk Panitia Akreditasi
Ketenagalistrikan (Pasal 23 Permen ESDM no
38/2018)
Syarat teknis (Pasal 18 Syarat teknis (Pasal 10 dan 12
Syarat teknis (Pasal 14
ayat (1) Permen ESDM ayat (1) Permen ESDM No
dan 16 ayat (1) Permen AKREDITASI
No 38/2018) 38/2018)
LSBU ESDM No 38/2018) LSK LIT

Sertifikat
SBU (Pasal 34 Kompetensi (Pasal SLO (Pasal 12 Permen
Permen ESDM No 25 Permen ESDM No ESDM No 10/2016) SERTIFIKASI
10/20146 10/2016)
Badan Usaha Jasa Penunjang Tenaga Teknik Instalasi Tenaga Listrik

konsultansi, pembangunan dan


pemasangan, pemeriksaan dan
Catatan:
pengujian, pengoperasian,
LIT = Lembaga Inspeksi Teknik (LIT TL dan LIT TR) SBU = Sertifikat badan Usaha
pemeliharaan instalasi tenaga
LSK = Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK TT dan SLO = Sertifikat Laik Operasi
listrik, dan sertifikasi kompetensi
( LSK TT dan LSK Asesor
tenaga teknik ketenagalistrikan
TAHAPAN LEGALITAS BADAN USAHA

PM ESDM 38/2018 PM ESDM 12/2016


PM ESDM 39/2018
Pasal 70
Sertifikat Sertifikat Badan Izin Usaha Jasa
Badan Usaha Kompetensi Penunjang Akreditasi/
Usaha
(BU) Tenaga Teknik Tenaga Listrik Penunjukan
(SKTTK) (SBU) (IUJPTL)

LIT & LSK wajib


- Setiap BU wajib
mendapat
memiliki SBU Wajib
akreditasi dari
dari Lembaga mendapat Izin Menteri atau
Sertifikasi Badan dari Menteri Penunjukan dari
Usaha (LSBU) atau Gubernur Menteri/gubernur
- Kecuali
- Kecuali LIT TR
Lembaga
Tidak ada
Pemerintah, dan
Penunjukan
- LIT TR
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
PENERAPAN …10
PROSES SERTIFIKASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK
Tenaga Teknik LSK-TT/A GATRIK MUTU LAYANAN
Permen 38/2018
ttg Tata Cara Permohonan Pasal 61 Data
Peserta Uji
Akreditasi dan
3 (tiga) hari kerja
Sertifikasi tidak Se
Ketenagalistrikan suai?
ya
Perorangan, BU,
PIUPTL, PIO, Persiapan
PIUJPTL, Daftar Jadwal SKTTK Tim
TUK 7 (tujuh) hari kerja
Pemilik IPTL, peserta Uji Uji Okjab Uji
Instalasi tidak
Se
Pemerintah Pasal 62 suai?

ya

Uji Kompetensi
Pasal 63 3 (tiga) hari kerja
Tulis Lisan Praktek

Hasil Uji

tidak
Belum Kom
Kompeten peten?

ya 7 (tujuh) hari kerja


Sertifikat Kompetensi Nomor
(LSK Akreditasi) Registrasi

Hasil Sertifikasi Pasal 60 Sertifikat Kompetensi Total:


Kompetensi (LSK Penunjukan) 20 hari kerja 60
skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
PENERAPAN …1 lanjutan
KUALIFIKASI KOMPETENSI KETENAGALISTRIKAN
1. Kualifikasi kompetensi ketenagalistrikan menetapkan level Okupasi Jabatan.
2. Okupasi Jabatan adalah kedudukan yang menempatkan tugas, wewenang,
hak dan tanggung jawab yang melekat pada seorang dalam suatu satuan
organisasi atau bidang pekerjaan. Okupasi Jabatan mengemas beberapa
Standar Kompetensi, ke dalam:
a. Kompetensi Inti; dan
b. Kompetensi Pilihan.
Tenaga Teknik JKK Asesor Ketenagalistrikan

Ahli Utama Level 9


Ahli Madya Level 8
Ahli muda Level 7 Asesor Utama
Teknisi/Analis Utama Level 6 Asesor Madya
Teknisi/Analis Madya Level 5 Asesor Muda
Teknis/Analis Muda Level 4
Operator/Pelaksana Utama Level 3
Operator/Pelaksana Madya Level 2
Operator/Pelaksana Muda Level 1

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 61


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

KODE PADA DOKUMEN SKTTK


Versi ke –01

D.35.1 1 3.01.KUALIFIKASI.3.KITLTD
Kode KBLI:
“KETENAGALI Sub Bidang: JKK-KKNI :
STRIKAN 1. Konsultansi 1. Pelaksana Area Pekerjaan:
2. Pembangunan Muda 1. KITLTU =
dan pemasangan 2. Pelaksana PLTU
Bidang: 3. Pemeriksaan dan Madya 2. KITLTG=PLT
1. Pembangkit Pengujian 3. Pelaksana G
2. Transmisi 4. Pengoperasian Utama 3. KITLTP=PLT
3. Distribusi 5. Pemeliharaaan 4. Teknisi Muda P
4. Instalasi 6. Pendidikan dan 5. Teknnisi 4. KITLTD=PLT
Pemanfaatan pelatihan Madya D
5. Penjualan 7. Sertifikasi 6. Teknisi Utama 5. Dst…
6. Integrasi Kompetensi 7. Ahli Muda
8. Sertifikasi Badan 8. Ahli Madya\
usaha 9. Ahli Utama
9. Pekerjaan Lainnya
skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

OKUPASI JABATAN (2)

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 63


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 64


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

KEPDIRJEN: PEDOMAN SKTTK

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 65


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

OKUPASI JABATAN (1)

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 66


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

KODE PADA DOKUMEN SKTTK


Urutan Unit Versi ke –01

D.35.1 3 5.00. 001 .1


Kode KBLI:
“KETENAGALI Sub Bidang:
STRIKAN 1. Konsultansi Area Pekerjaan:
2. Pembangunan 00. Semua
dan pemasangan Instalasi
Bidang: 3. Pemeriksaan dan 01 Distribusi
1. Pembangkit Pengujian Tegangan
2. Transmisi 4. Pengoperasian Menengah
3. Distribusi 5. Pemeliharaaan 02 Distribusi
4. Instalasi 6. Pendidikan dan Tegangan
Pemanfaatan pelatihan Rendah
5. Penjualan 7. Sertifikasi
6. Integrasi Kompetensi
8. Sertifikasi Badan
usaha
9. Pekerjaan Lainnya
skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 68


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 69


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

skttk.djk.esdm.go.id kontak.skttk@djk.esdm.go.id 021-5225180 ext 4071 70


SERTIFIKAT LAIK OPERASI
Berdasarkan UU No. 30/2009 Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi RI No.
2009
tentang Ketenagalistrikan 2015
58/PPU-XII/2015 tanggal 22 September 2015
a. “Setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenaga listrik tanpa
Pasal 44 ayat (4) Pasal 54 ayat (1) sertifikat laik operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4)
Setiap instalasi Setiap orang yang mengoperasikan dipidana dengan denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus
tenaga listrik yang instalasi tenaga listrik tanpa sertifikat juta rupiah” . (Frasa pidana Penjara paling lama 5 (lima) tahun
beroperasi wajib laik operasi dipidana dengan pidana dihilangkan).
memiliki sertifikat penjara paling lama 5 tahun dan b. Jika PLN tetap mengalirkan listrik untuk instalasi rumah tangga dan
laik operasi denda paling banyak Rp 500 juta. terjadi kebakaran akibat ketiadaan SLO maka PLN – lah yang
bertanggungjawab atas dampak kerugian yang timbul.

Kesimpulan Putusan MK:


1. Memperkuat Pemberlakuan kewajiban kepemilikan SLO pada instalasi
tenaga listrik
2. PLN bertanggung jawab dampak kerugian yang timbul, jika
menyambungkan listrik konsumennya tanpa memiliki SLO

Sertifikat Laik Operasi (SLO) merupakan bukti


pengakuan formal suatu instalasi tenaga listrik telah
MASA BERLAKU SLO
berfungsi sebagaimana kesesuaian persyaratan yang
ditentukan dan dinyatakan laik operasi
Instalasi pembangkit tenaga listrik
SLO tidak berlaku apabila terdapat: perubahan
kapasitas, perubahan instalasi, direkondisi, atau Instalasi transmisi dan distribusi tenaga listrik
direlokasi.
Instalasi pemanfaatan tenaga listrik TT dan TM
SLO yang telah habis masa berlakunya dapat
diperpanjang setelah melalui sertifikasi ulang Instalasi pemanfaatan tenaga listrik TR
SKEMA SERTIFIKASI LAIK OPERASI
INSTALASI PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

Pemilik Jual Beli Listrik


Instalasi TT/TM PIUPTL/PIO
Permohonan Permohonan
Sertifikasi Penyambungan
Menerbitkan
(Pasal 50) BU
SLO
Jasa Pembangunan IPTL
(4 (empat) hari kerja) Dan Pemasangan Permohonan
BU Jasa Konsultansi Sertifikasi
PP (Pasal 52)
Perencanaan Kesesuaian
(Pasal 52) (Pasal 50)
persyaratan P & P
Pemeriksaan dan
LIT Penujian (PP) LIT Menerbitkan
(BU Jasa PP) Kesesuaian terhadap
INSTALASI**) (Pasal 49)
(BU Jasa PP) SLO
persyaratan P & P
Kesesuaian terhadap
PP Audit (Pasal 51, JTJL))
persyaratan P & P
Akreditasi
Akreditasi Audit
Akreditasi
Akreditasi
Penunjukan*) dan LIT*) Evaluasi dan Penilaian
MENTERI DJK
Penetapan SLO Ijin Usaha Jasa Penunjang
Permohonan Penetapan
SLO
Menerbitkan SLO***) Permohonan Sertifikasi
⚫ *) Selama belum ada Lembaga Inspeksi Teknis(LIT) ya ng berakreditasi, Menteri dapat menunjuk LIT yang
memiliki ijin usaha Jasa Penunjag untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian (witnessing).
⚫ Kriteria LIT: memenuhi persyaratan Permen 38/2018 tentang Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan
⚫ PP= Pemeriksaan dan Pengujian
⚫ **) Instalasi Penyediaan dan Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Tegangan Tinggi/Menengah yang tersambung dengan IPTL (IUPTL/IO)
⚫ ***) Ditetapkan oleh Menteri
SKEMA SERTIFIKASI LAIK OPERASI
INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

Menerbitkan
Pemilik SLO
Permohonan Instalasi TR PIUPTL
Sertifikasi Permohonan
Penyambungan
(Pasal 56) BU
Menerbitkan (Pasal 59)
Jasa Pembangunan
SLO
Dan Pemasangan Pemeriksaan dan
BU Jasa Konsultansi Pengujian*)
Perencana

Pemeriksaan dan Kesesuaian terhadap


LIT-TR Penujian (PP) INSTALASI persyaratan P & P
(BU Jasa PP) Kesesuaian terhadap TR
persyaratan P & P
(Pasal 55)

Penetapan

Evaluasi dan
Penilaian

MENTERI DJK

⚫ Kriteria LIT: memenuhi persyaratan Permen 5/2014 tentang Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan
⚫ PP= Pemeriksaan dan Pengujia
⚫ *) Belum terdapat LIT TR yang ditetapkan Menteri dan LIT TR tidak dapat menerbitkan SLO dalam 3 hari
SERTIFIKAT PRODUK
1. Peralatan Ketenagalistrikan harus memenuhi standar yang
berlaku, antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI) dan IEC,
yang dibuktikan dengan kepemilikan Sertifikat Produk.

2. Sertifikat Produk diterbitkan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun oleh


LSPro Akreditasi setelah lulus pengujian.

3. Sesuai Permen 2 Tahun 2018 tentang Pemberlakuan Wajib


Standar Nasional Indoensia di Bidang Ketenagalistrikan, terdapat
9 SNI Wajib Bidang Ketenagalistrikan.

4. Manfaat Sertifikat Produk:


a. Peralatan yang telah mendapatkan label SNI dipastikan telah
memenuhi persyaratan keteknikan yang berlaku.
b. Selain itu, dengan mendapatkan label SNI, daya saing
peralatan tersebut terhadap peralatan sejenis akan meningkat.
5. Pelaksana Sertifikasi Produk adalah Lembaga Sertifikasi Produk
(LSPro) yang mendapatkan Akreditasi dari Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
6. LSPro dalam melaksanakan sertifikasi produk pemanfaatan dan
peralatan listrik terhadap SNI wajib, harus mendapatkan
penugasan dari Direktur Jenderal Ketenagalistrikan.

74
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM)
Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) www.djlpe.go.id
SKEMA PEMBERLAKUAN STANDAR WAJIB +)
KESELAMATAN PERALATAN LISTRIK
(Hasil Kesepakatan dengan Stakeholders pada tanggal 07 Januari 2003)

Standar Nasional Indonesia Lembaga Akreditasi


(SNI) (KAN)

Pasal 77 Pemberlakuan SNI wajib oleh Menteri ESDM Tembusan


(Persyaratan Keselamatan untuk Akreditasi
Produk Peralatan Listrik) No. ……...
SNI No. 04-3892.1-2001
SNI No. 04-6203.1-2001
Lembaga Sertifikasi
Produk Aplikasi/Registrasi
Otoritas Aplikasi untuk
Otoritas Listrik
Industri dan Perizinan ++) Sertifikasi Produk
Pabrikan Laboratorium Uji *) Penunjukan/
Perdagangan Peralatan Listrik Penugasan (KESDM
(Kemenperin)
Pasal 79 cq. DJK)
Lembaga Sertifikasi
Sistem Mutu *)

Produk Penilaian Kesesuian


Peralatan Listrik
Bertanda SNI
Tembusan
Sertifikat Produk
Pengawasan/
Peralatan Listrik
Registrasi
Importir/ Pemberitahuan
Distributor (Produk yang
Tidak tidak memenuhi
persyaratan)

Peredaran Barang Ada


Produk Beredar Penyimpangan

Ya
Pengawasan
Barang beredar
Sanksi**)
Keterangan: djlpe 07012003
+) Tanpa SNI, produk peralatan listrik dilarang beredar, ++) Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

*) Laboratorium Uji dan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu dapat terpisah, tapi masing-masing harus telah diakreditasi oleh KAN., memiliki izin usaha jasa penunjang tenaga listrik

**) Pemberian sanksi kepada Lembaga Sertifikasi Produk berupa pencabutan akreditasi dilakukan oleh KAN dan pencabutan penugasan oleh Otoritas Listrik. 75
***) Sebelum ada Lembaga Sertifikasi Produk yang diakreditasi, maka Otoritas Listrik dapat menunjuk Lembaga Sertifikasi Produk untuk melakukan Sertifikasi bagi keselamatan peralatan listrik.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) www.djlpe.go.id
Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE)
SKEMA PEMBERLAKUAN STANDAR WAJIB +)
KESELAMATAN PEMANFAAT LISTRIK
(Hasil Kesepakatan dengan Stakeholders pada tanggal ………….)

Standar Nasional Indonesia Lembaga Akreditasi


(SNI) (KAN)

Pasal 77 Tembusan
Pemberlakuan SNI wajib oleh Menteri ESDM Akreditasi
(Persyaratan Keselamatan untuk No. ……...
Produk Pemanfaat Listrik)

Lembaga Sertifikasi
Produk Aplikasi/Registrasi
Otoritas Aplikasi untuk
Otoritas Listrik
Industri dan Perizinan ++) Sertifikasi Produk Penunjukan/
Pabrikan Laboratorium Uji *)
Perdagangan Pemanfaat Listrik Penugasan (KESDM
Pasal 79 cq. DJK)
(Kemenperin) Lembaga Sertifikasi
Sistem Mutu *)

Pemanfaat
Tenaga Listrik
Bertanda
Tembusan
S Sertifikat Produk
Pengawasan/
Pemanfaat Listrik
Registrasi
Importir/ Pemberitahuan
Distributor (Produk yang
Tidak tidak memenuhi
persyaratan)

Peredaran Barang Ada


Produk Beredar Penyimpangan

Ya
Pengawasan
Barang beredar
Sanksi**)
Keterangan: Draft djlpe: 08012003
+) Tanpa Tanda Keselamatan, produk peralatan listrik dilarang beredar
++) Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku
*) Laboratorium Uji dan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu dapat terpisah, tapi masing-masing harus telah diakreditasi oleh KAN., memiliki izin usaha jasa penunjang tenaga listrik
**) Pemberian sanksi kepada Lembaga Sertifikasi Produk berupa pencabutan akreditasi dilakukan oleh KAN dan pencabutan penugasan oleh Otoritas Listrik. 76
***) Sebelum ada Lembaga Sertifikasi Produk yang diakreditasi, maka Otoritas Listrik dapat menunjuk Lembaga Sertifikasi Produk untuk melakukan Sertifikasi bagi keselamatan peralatan listrik.
PERMEN 38 TAHUN 2013
TENTANG
KOMPENSASI ATAS TANAH, BANGUNAN DAN
TANAMAN YANG BERADA
DI BAWAH RUANG BEBAS SUTT DAN SUTET
DASAR HUKUM
1. UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
❖ Pasal 27, 30, 31, 32, dan 33
✓ Kewenangan Pemegang Izin menggunakan/melintasi tanah, bangunan dan
tanaman
✓ Ganti Rugi dan Kompensasi tanah, bangunan dan tanaman
✓ Tatacara Pemberian Ganti rugi dan Kompensasi sesuai peraturan yang berlaku
2. PP No. 14 Tahun 2012 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
❖ Pasal 33, 35, 36 dan 37
✓ Kompensasi diberikan untuk penggunaan tanah secara tidak langsung
✓ Obyek Kompensasi adalah tanah, bangunan dan tanaman di bawah ruang
bebas SUTT/SUTET
✓ Besaran kompensasi ditetapkan oleh Lembaga Penilai Independen
3. Permenkeu No. 125/PMK 01 Tahun 2008 tentang Jasa Penilai Publik
❖ Pasal 2, 3 dan 7
✓ Penilaian properti (tanah, bangunan dan tanaman) dilakukan oleh Penilai
Publik yang profesional dan independen
✓ Penilai Publik harus tergabung dalam suatu badan usaha yaitu Kantor Jasa
Penilai Publik (KJPP)
✓ Penilai Publik dan KJPP harus mendapat izin dari Menteri Keuangan
SUBJEK (PEMBERI KOMPENSASI)
Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pemegang Izin Operasi
wajib memberikan Kompensasi atas tanah, bangunan dan tanaman yang
berada di bawah ruang bebas SUTT atau SUTET sebelum melaksanakan
penarikan jaringan SUTT atau SUTET

OBJEK (PENERIMA KOMPENSASI)


➢ PP No. 14 Tahun 2012 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Kompensasi sebagaimana diberikan untuk penggunaan tanah secara tidak
langsung oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang
mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomis atas tanah, bangunan dan tanaman
yang dilintasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk SUTT dan SUTET
Kompensasi kepada pemegang hak atas tanah, bangunan dan tanaman
diberikan untuk:
a. Tanah dibawah ruang bebas jaringan transmisi tenaga listrik untuk SUTT atau
SUTET
b. Bangunan dan tanaman dibawah ruang bebas jaringan transmisi tenaga
listrik untuk SUTT atau SUTET

ROW (Right of Way) atau Ruang Bebas SUTET dan SUTT


FORMULA BESARAN KOMPENSASI
1. Formula perhitungan untuk kompensasi tanah yaitu :
❖ Kompensasi = 15% x Lt x NP
❖ Keterangan:
❖ Lt : Luas tanah di bawah ruang bebas
❖ NP : Nilai Pasar tanah dari lembaga penilai
2. Formula perhitungan kompensasi tanaman yaitu :
❖ Kompensasi = NPt
❖ Keterangan:
❖ NPt : Nilai Pasar tanaman dari lembaga penilai
3. Formula perhitungan kompensasi bangunan yaitu :
❖ Kompensasi = 15% x Lb x NPb
❖ Keterangan:
❖ Lb : Luas bangunan di bawah ruang bebas
❖ NPb : Nilai pasar bangunan dari lembaga penilai
Skema Pemberian Kompensasi
A. TAHAPAN KOMPENSASI

1 (Pasal 2) 2 (Pasal 3) 3 (Pasal 4) 4 (Pasal 5) 5 (Pasal 6)

B. PROSES PEMBERIAN KOMPENSASI


Ruang Bebas SUTET 275 kV dan 500 kV Sirkit ganda

Keterangan :

: Penampang melintang Ruang Bebas pada


Tengah Gawang
L : Jarak dari sumbu vertikal tiang ke konduktor
H : Jarak horizontal akibat ayunan konduktor
I : Jarak bebas impuls switsing
C : Jarak bebas minimum vertikal
D : Jarak andongan terendah di tengah gawang
(antar dua menara)

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat *


KESDM
Jarak bebas minimum vertikal dari konduktor pada SUTT, SUTET dan SUTTAS
SUTT SUTET SUTTAS

500
No. Lokasi 66 kV 150 kV 275 kV 500 kV 250 kV
kV
(m) (m) (m) (m) (m)
(m)

1. Lapangan terbuka atau daerah terbuka a) 7,5 8,5 10,5 12,5 7,0 12,5

2. Daerah dengan keadaan tertentu


- Bangunan, jembatan b) 4,5 5,0 7,0 9,0 6,0 9,0
- Tanaman/tumbuhan, hutan, perkebunan 4,5 5,0 7,0 9,0 6,0 9,0
b)

- Jalan/jalan raya/rel kereta api a) 8,0 9,0 11,0 15,0 10,0 15,0
- Lapangan umum a) 12,5 13,5 15,0 18,0 13,0 17,0
- SUTT lain, saluran udara tegangan rendah 3,0 4,0 5,0 8,5 6,0 7,0
(SUTR), saluran udara tegangan
menengah (SUTM), saluran udara
komunikasi, antena dan kereta gantung b)
- Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan 3,0 4,0 6,0 8,5 6,0 10,0
air pasang/tertinggi pada lalu lintas air b)

CATATAN
a) Jarak bebas minimum vertikal dihitung dari konduktor ke Permukaan bumi atau permukaan jalan/rel
b) Jarak bebas minimum vertikal dihitung dari konduktor sampai titik tertinggi/terdekatnya

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat *


KESDM
Jarak bebas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang pada
SUTT, SUTET dan SUTTAS
Jarak dari sumbu Jarak horizontal Jarak bebas impuls petir Total Pembulatan
vertikal menara / akibat ayunan (untuk SUTT dan SUTTAS)
tiang ke konduktor atau jarak bebas impuls
No Saluran Udara konduktor switsing (untuk SUTET)
.
H I L+H+I
L (m) (m) (m) (m)
(m)
1. SUTT 66 kV tiang baja 1,80 1,37 0,63 3,80 4,00

2. SUTT 66 kV tiang beton 1,80 0,68 0,63 3,11 4,00

3. SUTT 66 kV menara 3,00 2,74 0,63 6,37 7,00

4. SUTT 150 kV tiang baja 2,25 2,05 1,50 5,80 6,00

5. SUTT 150 kV tiang beton 2,25 0,86 1,50 4,61 5,00

6. SUTT 150 kV menara 4,20 3,76 1,50 9,46 10,00

7. SUTET 275 kV Sirkit ganda 5,80 5,13 1,80 12,73 13,00

8. SUTET 500 kV Sirkit tunggal 12,00 6,16 3,10 21,26 22,00

9. SUTET 500 kV Sirkit ganda 7,30 6,16 3,10 16,56 17,00

10. SUTTAS 250 kV 7,40 4,30 1,70 13,40 14,00

11. SUTTAS 500 kV 9,00 5,30 3,30 17,60 18,00

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat *


KESDM
REGULASI TARIF TENAGA LISTRIK (TTL)

86
SUBSIDI LISTRIK
REGULASI PEMBELIAN/HARGA JUAL TENAGA LISTRIK

98
PERATURAN PEMERINTAH 23 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

100
PERATURAN PEMERINTAH 23 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

101
Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2020 Perubahan ke 2
PM 50 Th 2017

Kepmen 55 K/20/MEM/2019:BPP pembangkitan nasional pada 1 April 2019 hingga 31 Maret 2020 ditetapkan
sebesar Rp 1.119 per kWh atau US$ 7,86 cent per kWh
Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2020 Perubahan ke 2 PM 50 Th 2017

Kepmen 55 K/20/MEM/2019:BPP pembangkitan nasional pada 1 April 2019 hingga 31 Maret 2020 ditetapkan
sebesar Rp 1.119 per kWh atau US$ 7,86 cent per kWh
Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2020 Perubahan ke 2 PM 50 Th 2017
PLT BBN

Kepmen 55 K/20/MEM/2019:BPP pembangkitan nasional pada 1 April 2019 hingga 31 Maret 2020 ditetapkan
sebesar Rp 1.119 per kWh atau US$ 7,86 cent per kWh
BPP Pembangkitan

Kepmen 55 K/20/MEM/2019:BPP pembangkitan nasional pada 1 April 2019 hingga 31 Maret 2020 ditetapkan
sebesar Rp 1.119 per kWh atau US$ 7,86 cent per kWh
Trend harga pembangkit EBT
Harga EBT Indonesia 25.0

(dalam US$ cent/kWh, Data ESDM)

13.4 13.5
10.5 11.0 11.6
9.6 10.2
8.8 8.9
5.9 5.5 5.8 6.4 5.7 5.8
3.7

PLTA PLTM PLTB PLTP PLTBm PLTBg PLTSa PLTS PLTS


Cirata

UEA (Dubai) : 5,85 US$ cent/kWh, 200 MW (2015), USA : 1,99 US$ cent/kWh, 400 MW (2019);
5,60 US$ cent/kWh, 200 MW (2015), Brazil : 1,75 US$ cent/kWh, 211 MW (2019);
2,99 US$ cent/kWh, 800 MW (2016), Portugal : 1,65 US$ cent/kWh, 150 MW (2019)
2,44 US$ cent/kWh, 700 MW (2017),
2,34 US$ cent/kWh, 300 MW (2018),
1,69 US$ cent/kWh, 900 MW (2019),
1,35 US$ cent/kWh, 900 MW (2020),
https://www.forbes.com/sites/dominicdudley/2019/10/17/cheapest-solar-energy-in-the-world/#6e0a90cc4772
REGULASI PENETAPAN WILAYAH USAHA (PWU)

112
PENETAPAN WILAYAH USAHA (PWU) PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2012 jo. Nomor 7 Tahun 2016
Ketentuan Wilayah Usaha:
1. Penetapan Wilayah Usaha (PWU) dilakukan oleh Menteri.
2. Satu badan usaha dalam satu wilayah usaha.
3. Berlaku untuk usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi serta usaha penyediaan tenaga listrik kepentingan umum
yang hanya meliputi distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan tenaga listrik

Persyaratan Kondisi
1. Wilayah yang diusulkan belum terjangkau oleh pemegang Wilayah Usaha yang sudah ada;
2. Pemegang Wilayah Usaha yang sudah ada tidak mampu menyediakan tenaga listrik atau jaringan
distribusi tenaga listrik dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik; atau
3. Pemegang Wilayah Usaha yang sudah ada mengembalikan sebagian atau seluruh Wilayah Usahanya
kepada Menteri.

Berakhirnya Wilayah Usaha


Wilayah usaha berakhir karena:
1. Pemegang Wilayah usaha tidak mendapatkan izin usaha penyediaan tenaga listrik;
2. Izin usaha penyediaan tenaga listrik berakhir dan tidak diperpanjang;
3. Izin usaha penyediaan tenaga listrik dicabut;
DASAR
PROSEDUR JUAL BELI TENAGA LISTRIK/SEWA JARINGAN
HUKUM
1. Penunjukan •Pembangkit EBT, Batubara mulut tambang, gas PP 14/2012 Jo PP
Langsung marginal 23/2014, Pasal 25;
• Jual beli TL pada daerah krisis yang ditetapkan Permen ESDM
pemerintah (semua jenis pembangkit) 1/2015
• Jual beli TL dari pembangkit ekspansi di lokasi yang
sama
(semua jenis pembangkit)
• Excess power dari pemegang IO
• Kerjasama antar usaha terintegrasi

2. PEMILIHAN • penambahan kapasitas di lokasi yang berbeda pada sistem PP 14/2012 Jo PP


LANGSUNG setempat antara badan usaha pemegang IUPL atau badan 23/2014, Pasal 25;
usaha baru yang dibentuk oleh pengembang (yang telah
beroperasi) (semua jenis pembangkit)
• Jual beli TL pembngkit non-BBM (program
diversifikasi
energi yang ditetapkan pemerintah).
3. PELELANGA •Jual beli TL dari pembangkit diluar tersebut di atas. PP 14/2012 Jo PP
N UMUM • Pengadaan transmisi/distribusi TL. 23/2014, Pasal 25;

PPU = private power utility


ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
REGULASI TINGKAT MUTU PELAYANAN (TMP)

122
TINGKAT MUTU PELAYANAN TENAGA LISTRIK

Permen ESDM No. 27/2017 jo Permen ESDM 18/2019 Tentang Tingkat Mutu
Pelayanan Dan Biaya Yang Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PT PLN
(Persero)
Pasal 3
1.Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara wajib
mengumumkan besaran tingkat mutu pelayanan tenaga listrik dan realisasinya
pada masing-masing unit pelayanan dan tempat-tempat yang mudah diketahui
Konsumen untuk setiap awal triwulan.
2.Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara wajib memenuhi
dan meningkatkan tingkat mutu pelayanan tenaga listrik.
Pasal 5 (1)
Besaran tingkat mutu pelayanan, ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan setiap awal tahun dengan memperhatikan usulan Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.
REGULASI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

124
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(Pasal 46 Ayat 2)

Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), Pemerintah dan
pemerintah daerah dapat:
a. melakukan inspeksi pengawasan di lapangan;
b. meminta laporan pelaksanaan usaha di bidang ketenagalistrikan;
c. melakukan penelitian dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha di bidang
ketenagalistrikan; dan
d. memberikan sanksi administratif terhadap pelanggaran ketentuan perizinan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(Pasal 46 Ayat 2)

 Dalam melaksanakan pengawasan keteknikan sebagaimana


dimaksud pada ayat (I), Pemerintah dan pemerintah daerah
dibantu oleh inspektur ketenagalistrikan dan/atau Penyidik
Pegawai Negeri Sipil.
 Dalam hal terjadi tindak pidana bidang ketenagalistrikan:
Selain Penyidik POLRI, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) diberi wewenang khusus
untuk melakukan penyidikan tindak pidana bidang ketenagalistrikan.
OBJEK INSPEKSI

• Instalasi Tenaga Listrik milik Usaha Penyediaan Tenaga


Listrik (BUMN, Swasta dan Koperasi).
• Usaha Penunjang Tenaga Listrik (Jasa Konsultan,
kontraktor dan Lembaga Inspeksi Teknis, dll).
• Peralatan, lengkapan dan pemanfaat listrik.
• Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik.
• Tenaga Teknik Bidang Ketenagalistrikan.
SOP INSPEKSI KETENAGALISTRIKAN
❑ Inspeksi Ketenagalistrikan dilaksanakan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan, yang bertujuan
untuk memberikan pedoman setiap tahapan inspeksi yang dilakukan
oleh Inspektur Ketenagalistrikan sehingga sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
❑ SOP Inspeksi Ketenagalistrikan telah disusun, yaitu:
1. SOP Inspeksi Proyek Pembangunan Instalasi Tenaga Listrik
2. SOP Inspeksi Pengoperasian dan Pembangunan Instalasi Tenaga
Listrik
3. SOP Inspeksi Gangguan, Kebakaran atau Kecelakaan Akibat
Listrik
4. SOP Inspeksi Penggunaan Listrik Yang Bukan Haknya
❑ Dalam melakukan inspeksi ketenagalistrikan, Inspektur
Ketenagalistrikan wajib dilengkapi Surat Tugas yang ditandatangani
oleh Ketua Inspektur Ketenagalistrikan
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
KESDM *
SANKSI

129
SANKSI ADMINISTRASI
KETENTUAN PIDANA dan DENDA
KETENTUAN PIDANA DAN DENDA
KETENTUAN PIDANA DAN DENDA
KETENTUAN PIDANA
Ketentuan Sanksi
• PP No. 62/2012: Pasal 23
• Setiap pemegang izin usaha penunjang tenaga listrik yang
melanggagar ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1) (tenaga
teknik wajib memilliki sertifikat kompetensi) atau ayat (2),
Pasal 20 huruf a, huruf b, huruf c, atau huruf d, dikenai sanksi
administratif oleh Menteri, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenanggannya.
REGULASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN (1)
(BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN)

❑ Tujuan Pembangunan Ketenagalistrikan


Untuk menjamin ketersediaan (availlabiliti) tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas
yang baik, dan harga yang wajar (affordabiliti) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan (accesabiliti dan sustainabiliti) (Pasal 2 ayat (2)).

❑ Penguasaan dan Pengusahaan


✓ Penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah berlandaskan prinsip otonomi daerah (pasal
3 ayat (1));
✓ Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dilakukan oleh BUMN dan BUMD (pasal 4 ayat (1));
✓ Untuk wilayah yang belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik, Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi kesempatan kepada BUMD,
badan usaha swasta, atau koperasi sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga
listrik terintegrasi (pasal 11 ayat (3)).

13-4-2015
PELAPORAN KEGIATAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK …2/3
Sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri ESDM 10 Tahun 2017 jo. Peraturan Menteri ESDM 10
Tahun 2018 tentang Pokok-Pokok dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik, bahwa:
(1) PJBL antara PT PLN (Persero) dengan Badan Usaha paling sedikit memuat antara lain ketentuan
mengenai: LAPORAN
a. jangka waktu PJBL; disampaikan secara
b. hak dan kewajiban penjual dan pembeli; manual / pengiriman
c. alokasi risiko; berkas.
d. jaminan pelaksanaan proyek;
e. komisioning dan COD; Untuk mempercepat
f. pasokan bahan bakar; dan mempermudah
proses pelaporan
g. transaksi;
secara online, maka
h. pengendalian operasi sistem;
dibangunlah aplikasi
i. penalti terhadap kinerja pembangkit;
SIPPLO
j. pengakhiran PJBL;
k. pengalihan hak;
l. persyaratan penyesuaian harga;
m. penyelesaian perselisihan; dan
n. keadaan kahar (force majeur).

Anda mungkin juga menyukai