Anda di halaman 1dari 39

MEKANIKA TANAH 2

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


PERMEABILITAS

Tanah merupakan susunan butiran padat dan


pori-pori yang saling berhubungan, sehingga air
dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai
energi yang lebih besar ke titik lainnya dengan
energi yang lebih kecil.
PERMEABILITAS

Studi tentang aliran air melalui pori-pori tanah


digunakan untuk:
• Memperkirakan jumlah rembesan air di dalam tanah
• Menyelidiki permasalahan yang menyangkut
pemompaan air untuk konstruksi di bawah tanah
• Menganalisis stabilitas bendungan tanah dan
konstruksi dinding penahan tanah yang terkena gaya
rembesan.
GRADIEN HIDROLIK

Energi total pada satu titik di dalam air yang


mengalir oleh Bernaulli dinyatakan dengan
penjumlahan tinggi tekan, tinggi kecepatan dan
tinggi elevasi:
 v2
h = ----- + ------ + z
w 2g
Dimana :h = tinggi energi total
 = tekanan
v = kecepatan
g = percepatan gravitasi
w= berat isi air
z = tinggi elevasi
GRADIEN HIDROLIK

Persamaan tersebut apabila digunakan untuk air


yang mengalir di dalam tanah perlu dirubah
mengingat tinggi tekan akibat kecepatan air
dapat diabaikan, sehingga menjadi:

h = ----- + z
w
Gambar di bawah ini menunjukkan hubungan
antara tekanan, elevasi dan tinggi energi total
dari suatu aliran di dalam tanah.
Gradien hidrolik ….
Tabung piezometer di tempatkan pada titik A dan
titik B sehingga tinggi muka air pada titik A dan titik
B tersebut disebut sebagai tinggi muka piezometer.
Kehilangan energi antara titik A dan titik B dapat
dituliskan dengan persamaan:

A B
h = hA – hB = ( ------- + zA ) – ( ----- + zB )
w w

Kehilangan energi h dapat dinyatakan dalam


bentuk persamaan tanpa dimensi :
h
I = -----
L
Gradien hidrolik ….
Konsep gradien hidrolik

h
A

A
hA B

hB
B
ZA L ZB
HUKUM DARCY ( 1856 )

Darcy memperkenalkan persamaan sederhana yang


dapat digunakan untuk menghitung kecepatan aliran air
yang mengalir di dalam tanah jenuh air, dan dinyatakan
sebagai :
v=k.i
Dimana :
v = kecepatan aliran, yaitu satu satuan air yang
mengalir di dalam satu satuan waktu yang melewati
satu satuan luas penampang yang melintang arah
aliran.
K = angka permeabilitas
i = gradien hidrolik (bilangan tanpa dimensi)
PENGUJIAN PERMEABILITAS
Pengujian permeabilitas dapat dilaksanakan di
laboratorium maupun di lapangan.
Pemilihan cara dan lokasi pengujian tersebut
tergantung dari kebutuhan, ketersediaan
peralatan, kemudahan pelaksanaan maupun
besarnya akurasi yang diinginkan.
PENGUJIAN PERMEABILITAS

PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH DI


LABORATORIUM
Ada dua metode pengujian tanah di laboratorium yang
biasa dilakukan, dan biasanya ditinjau dari jenis tanah
yang diuji.
• Untuk tanah berbutir kasar, bisanya dilakukan uji
permeabilitas dengan cara tinggi tekan tetap atau uji
constant head permeameter
• Untuk tanah berbutir halus biasanya dilakukan
dengan cara tinggi tekan berubah atau uji variabel
head permeameter.
Uji Permeabilitas Dengan Tinggi Tekan Tetap
(Constant Head Permemeter)

Pada umumnya dilakukan untuk pengujian permeabilitas pada


tanah berbutir kasar (lanau, pasir dan pasir kasar). Hal ini
mengingat bahwa karena rongga atau pori-pori diantara butir-butir
tanah relatif besar, maka air yang dapat melewatinya per satuan
waktu juga relatif besar sehingga dapat ditampung dengan jumlah
yang signifikan untuk diukur.
Dari hukum Darcy:
Q=k.i.A.t
h
i =( h/L)
Sehingga:
Q.L
L
k = -------------
Q A.h.t
Uji Permeabilitas Dengan Tinggi Tekan Variabel
(Variabel Head Permemeter)

Uji dengan metoda ini biasa dilakukan pada


tanah berbutir halus karena rongga diantara
butirnya cukup kecil, sehingga air yang lolos
melalui rongga-rongga butir nya juga kecil.
h h1 V = dh/dt dh
q in = - a ----
h2
dt
q out = A . v = A . k . i
Menurut hukum kontinuitas, q in = q out,
sehingga:
dh a.L h1
-a ----- = A . k . i, k = ----- ln -----
dt A.t h2
UJI PERMEABILITAS TANAH DI LAPANGAN

Pada umumnya uji permeabilitas tanah di lapangan


akan memberikan hasil data yang lebih akurat
walaupun tingkat ketelitian nilainya umumnya lebih
rendah.
Ada beberapa cara pengujian di lapangan yang sering
dilakukan dan biasanya tergantung dari kondisi
lapangan, pelapisan tanah dan jenis tanah yang diuji.
Karena ada banyak cara yang biasa dilakukan di
lapangan, maka hanya akan ada dua dari beberapa
cara uji di lapangan yang dibahas di bawah ini.
Pengujian Dengan Lubang Bor

Pada umumnya dilakukan dengan memanfaatkan lubang bor pada uji


boring, hasil ddengan menambahkan satu atau dua lubang bor
observasi dengan jarak tertentu si investigasi awal untuk deskripsi
awal seperti terlihat pada gambar. Menurut Ernst, Dunn, Anderson dan
Kiefer: d = 2r

y L

40 r y
Dimana: L = meter
K = --------------------------- . ------ . ------
( 20 + L/r ) ( 2 – y / L ) y t k = m/dt.
Uji Pumping Test

Dengan memanfaatkan hukum Darcy, dimana q = k . ix . Ax,


dengan:

Ax = luas penampang bagian jenuh = 2 . x . y


ix = gradien hidrolik pada P
q . log.e (r1/r2)
Q = k . 2  . x . y (dy/dx) K = ------------------
 ( h12 – h22 )

(x,y)

dr dh

h h2 h1

r r2

r1
PERMEABILITAS PADA TANAH BERLAPIS

Sering dijumpai di lapangan bahwa tanah terdiri dari lapisan-


lapisan horizontal. Untuk mendapatkan angka permeabilitas
ekivalen lapisan tanah secara keseluruhan dapat dilakukan cara
sebagai berikut:
Gambar disamping adalah contoh suatu penampang tanah
berlapis.
• h1; h2; h3 adalah tebal masing-masing lapisan
• kv1; kv2; kv3 adalah angka permeabilitas vertikal tiap lapisan
• kh1; kh2; kh3 adalah angka permeabilitas horizontal tiap lapisan
• H adalah tebal keseluruhan lapisan
h1 kh1
kv1

H h2 kv2 kh2

h3 kv3 kh3
PERMEABILITAS PADA TANAH BERLAPIS

Permeabilitas arah horizontal

Jumlah aliran total tiap satuan waktu adalah:


q = v . 1 . H = v1 . 1. h1 + v2 . 1 . h2 + v3 . 1 . h3

Apabila: kh1 ; kh2 ; kh3 adalah permeabilitas tiap lapisan:

v1 = kh1 . i1 v2 = kh2 . i2 dan v3 = kh3 . I3

Apabila: i1 = i2 = i3 = i ekivalen, maka :

kh eq = ( 1/H ) . ( kh1 . h1 + kh2 . h2 + kh3 . h3 )


PERMEABILITAS PADA TANAH BERLAPIS

Permeabilitas arah vertikal


Kecepatan aliran air arah vertikal adalah sama, tetapi kehilangan
energi totalnya = h merupakan penjumlahan kehilangan energi tiap
lapisan.
V = v1 = v2 = v3 dan H = h1 + h2 + h3
Dengan memanfaatkan hukum Darcy, maka:
Kv eq. = ( h/H ) = kv1 . i1 = kv2 . i2 = kv3 . i3

H = h1 . i1 + h2 . i2 + h3 . i3.
Dari persamaan tersebut diperoleh:
H
kv eq. = ----------------------------------
h1 h2 h3
------ + ------- + -------
kv1 kv2 kv3
PAHAM GRADIENT HIDROLIK
KRITIS
Pada pekerjaan pembuatan konstruksi turap yang tertancap di
dalam tanah lanauan harus dilakukan sampai menembus
lapisan air tanah yang cukup dalam. Apabila terjadi
kekuranghati-hatian dalam menentukan kedalaman tancapan,
turap akan mengalami suatu kondisi yang disebut boiling.
Apabila tekanan air sedemikian tinggi sehingga keluar pada
permukaan tanah galian, maka tekanan air ihi seakan-akan
hendak mengangkat tanah ke atas. Tekanan ke atas ini hanya
ditahan oleh berat sendiri tanah. Apabila gradien hidrolik pada
rembesan ini melampaui suatu batas tertentu, maka tekanan air
tidak akan dapat ditahan lagi oleh oleh berat sendiri tanah
sehingga akan terjadi keruntuhan boiling.
PAHAM GRADIENT HIDROLIK KRITIS

Untuk dapat menentukan gradien hidrolik ini dapat dilakukan


dengan menghitung tegangan yang bekerja pada suatu bidang x
– y pada kedalaman h di bawah muka tanah (lihat gambar).

Tegangan total pada bidang x – y = .H

Tegangan air poripada bidang x – y = w. ( H + h )

Tegangan effektif pada bidang x – y = .H - w ( H + h )

= H (  - w ) – h. w
PAHAM GRADIENT HIDROLIK

Tegangan effektif ini dapat turun sampai menjadi sama dengan


nol apabila:

H ( - w ) = h . w
h (  - w ) 
Sehingga : ---- = ----------- = ----- - 1
H w w
h
Dimana : --- = i = gradien hidrolik
H
PAHAM GRADIENT HIDROLIK

Dimana: H = h1 + h2
h = h2 + h3+ h3

V tinggi m.a.t turap ic


SF = ------- ≥ 1,5
h1 i ada
Muka tanah
Penggelembungan/heaving
h2
Tinggi tanah dan
x y muka air tanah
hilir
h3

Aliran rembesan
PAHAM GRADIENT HIDROLIK

Apabila tegangan effektif menjadi nol, maka tidak akan ada lagi
tegangan untuk menahan butir-butir tanah sehingga tanah akan
terangkat ke atas atau akan mendidih (boiling). Gradien hidrolik
yang menyebabkan boiling disebut sebagai gradien hidrolik
kritis = ic, dimana:
 - w
Ic = ----------------
w
Untuk melaksanakan penurapan galian dengan aman,
diperlukan angka keamanan sebagai berikut:
ic
SF = ---------- ≥ 1.5
i ada
TEGANGAN PADA MASSA TANAH

Setelah menerima beban pondasi atau bangunan lainnya,


tanah akan mengalami kenaikan tegangan yang besarnya
tergantung dari beban per satuan luas dan kedalaman
pondasinya.
Besarnya kenaikan tegangan tersebut perlu dihitung untuk
memperkirakan besarnya penurunan bangunan yang akan
terjadi.
Ada beberapa cara penyelesaian perhitungan tegangan pada
massa tanah, dan berikut ini akan diberikan prinsip-prinsip
perhitungan peningkatan tegangan vertikal pada tanah yang
diakibatkan oleh bermacam-macam beban.
TEGANGAN PADA MASSA TANAH
Cara Analisis Sederhana
Cara ini dilakukan dengan menganggap bahwa
beban vertikal akan disebarkan ke dalam tanah
dengan perbandingan 1:1. Cara ini berdasarkan
pada pendekatan empiris dengan anggapan
bahwa bidang dimana beban bekerja akan
bertambah luasnya secara sistematis terhadap
kedalamannya.
TEGANGAN PADA MASSA TANAH

Gambar di bawah ini adalah penampang sebuah pondasi lajur.


Pada kedalaman sebesar z terjadi penambahan luas bidang
beban sebesar (z/2) pada tiap sisinya sehingga lebar bidang
beban menjadi ( B + z ).

Untuk pondasi seluas ( B x L ) pada kedalaman z akan


mengalami tegangan vertikal sebesar:

beban o ( B x L )
z = ---------------------- = ---------------------
(B+z)(L+z) (B+z)(L+z)
TEGANGAN PADA MASSA TANAH

P
Tegangan kontak: o = ---------
(B x 1)

o . B . L
Tegangan pada z = z = ---------------------
(B+Z)(L+Z)
TEGANGAN PADA MASSA TANAH

Cara elastis juga dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya


tegangan dalam massa tanah akibat beban yang bekerja, walaupun
sebenarnya massa tanah bukan material yang elastis dan isotropis yang
sempurna.
Pada tegangan yang masih di bawah tegangan runtuh, regangannya
hampir sebanding dengan tegangan tersebut sehingga pendekatan ini
dapat diterapkan.

Beban Titik
Mula-mula persamaan ini dikembangkan oleh Boussinesq untuk
mengekspresikan tegangan pada suatu medium elastis liner, isotropis
dan homogen akibat dari suatu beban titik yang bekerja tegak lurus
permukaan. Besarnya tegangan vertikal dinyatakan dengan persamaan:

Q ( 3.z3)
z = -------------------
2  ( r2 + z2 ) 5/2
TEGANGAN PADA MASSA TANAH

Beban Titik
Mula-mula persamaan ini dikembangkan oleh
Boussinesq untuk mengekspresikan tegangan pada
suatu medium elastis liner, isotropis dan homogen
akibat dari suatu beban titik yang bekerja tegak lurus
permukaan. Besarnya tegangan vertikal dinyatakan
dengan persamaan:

Q ( 3.z3)
z = -------------------
2  ( r2 + z2 ) 5/2
S TA B I L I TA S L E R E N G

Lereng : kemiringan (beda Tinggi) permukaan tanah antara dua jarak yang
ditinjau.

Ditinjau dari terbentuknya:


a. Lereng buatan/man made slope, dapat dilakukan pada tanah
galian maupun urugan
b. Lereng alam, lereng yang terbentuk karena proses alamiah.

Ditinjau dari lamanya berdiri, stabilitas lereng dibedakan menjadi:


a. Short term stability/end of construction yaitu lereng yang
dibuat untuk maksud tertentu dalam jangka pendek.
b. Long term stability, yaitu lereng yang dibuat untuk maksud
pekerjaan itu sendiri.
STABILITAS LERENG
Setiap lereng berpotensi runtuh. Potensi runtuhnya dinyatakan dengan angka
keamanan (factor of safety = FoS). Semakin besar angka Fos, semakin kecil
potensi runtuhnya.
Ditinjau dari bentuknya, keruntuhan lereng dibedakan menjadi:
a. Gelinciran rotasi, dimana bidang gelincir berbentuk busur lingkaran.
Biasanya terjadi pada lereng urugan terbatas/finite buatan.
1. Gelinciran bidang dangkal (toe failure/shallow planner slides),
umum terjadi pada tanah residual dengan kemiringan lereng terjal.
2. Gelinciran bidang dalam (deep slides/base failure), umum
terjadi pada tanah deposited/transportes/sedimentary dari jenis kohesif
jenuh di daerah alluvial.
b. Gelinciran translasi, dimana bidang gelincir berbentuk memanjang
(sepanjang lereng) pada lereng tidak terbatas. Biasanya terjadi pada
daerah aluvial. Keruntuhan umumnya terjadi pada bagian paling lemah,
yaitu bagian pelapisan atau diskontinyu.
STABILITAS LERENG

Analisis stabilitas lereng dilakukan untuk menentukan:

a. Kemiringan lereng yang mungkin dengan kondisi beban yang


diberikan dan karakretistik tanah yang tersedia (bersifat perencanaan)
b. Menilai keamanan suatu lereng yang sudah ada, apabila
keseimbangan lereng tersebut (akan) diganggu.
c. Mengevaluasi faktor-faktor penyebab keruntuhan suatu lereng, baik
evaluasi terhadap penyebab maupun akibatnya.

Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan menghitung angka keamanan


lereng berulang-ulang dengan memindahkan titik pusat dan diameter
lingkaran gelincir sehingga diperoleh angka keamanan paling kecil yang
menjadi pedoman keamanan lereng tersebut.
STABILITAS LERENG
Pada umumnya diperlukan banyak data dan informasi untuk menganalisis
stabilitas lereng. Data-data yang diperlukan diataranya adalah:
1. Kekuatan geser undrained untuk shortterm stability analysis, dan kekuatan
geser drained untuk longterm stability analysis.
2. Berat satuan tanah, baik total maupun submerged
3. Besar, arah, intensitas dan frekuensi tegangan air pori
4. Kondisi geologis terbentuknya dan jenis tanah serta pelapisannya.

Nilai angka keamanan (FoS) dicari dengan membandingkan besarnya nilai


momen penahan terhadap momen penyebab. Nilai ambangnya adalah
1,5.

Ada beberapa metoda untuk mencari nilai angka keamanan, tetapi yang
paling umum adalah metoda Fellenius.
STABILITAS LERENG

o l = panjang busur lingkaran gelincir

x τ = kekuatan geser tanah (ton/m2)


τ τ = c + σ tan φ (Coulomb-Mohr)
R W = massa tanah = A . γ
x = jarak proyeksi posat lingkaran ke titik

W berat massa
l o = pusat lingkaran gelincir anggapan
R = jari-jari lingkaran gelincir
anggapan (m)
A = luas penampang bidang gelincir
(m2)
σ = tegangan tanah pada dasar busur
lingkaran gelincir = (W cos α)/l
STABILITAS LERENG

Momen penahan = l . τ. R = l . ( c + σ tan φ ) R


= l . ( c + ( W cos α / l ) . tan φ ) R

Momen penyebab = W . x = A . γ . x = A . γ . R sin α

l . ( c + ( W cos α / l ) . tan φ )
Angka keamanan = ----------------------------------------------
A . γ . sin α

Dari perhitungan, terlihat bahwa ada beberapa nilai yang sulit


ditentukan atau diukur, diantaranya adalah: l, A dan α.
Untuk itu Fellenius mengusulkan untuk membagi busur menjadi
beberapa segmen.
STABILITAS LERENG

W
α
l
W cos α
Momen penahan = l . τ . R = b sec α . ( C + --------------- . Tan φ) R
b sec α

= ( c . b sec α + W cos α . tan φ ) R


STABILITAS LERENG
Momen penyebab = W . X = W . r . Sin α

h1 + h2
Karena W = ------------- b . γ , maka :
2

c . b . Sec α + W cos α . Tan φ


Angka keamanan = ------------------------------------------
W sin α
Atau secara keseluruhan menjadi:
h1 + h2
Σ ( c. b sec α + ------------ b . γ. cos α . tan φ )
2
Angka keamanan = -----------------------------------------------------------
h1 + h1
Σ ( ----------- b . γ . sin α )
2
STABILITAS LERENG

Karena kekuatan geser yang digunakan adalah kekuatan geser total, maka
persamaam tersebut hanya berlaku untuk shortterm stability analysis.

Apabila data laboratorium tidak tersedia, maka untuk menghitung shortterm


stability analysis dapat digunakan data sondir dengan nilai qc, dimana nilai
φ = 0, sehingga persamaannya menjadi:
qc
Σ ( --------- . b . sec α )
20
Angka keamanan = ------------------------------------
h1 + h1
Σ ( ----------- b . γ . sin α )
2
STABILITAS LERENG
Untuk longterm stability analysis, kekuatan gesernya harus menggunakan
kekuatan geser efektif, dimana : σ = σ – U , sehingga:

Σ (c . b . Sec α + ( W cos α – U . b sec α ) . tan φ )


Angka keamanan = ----------------------------------------------------------------
Σ ( W sin α )

Dimana U = tegangan air pori.

Sedangkan untuk daerah yang berpeluang mengalami gempa perlu ditambah


dengan faktor pengaruh gempa, sehingga persamaannya menjadi:

Σ ( c . b . Sec α) + (W cos α – U.b sec α - W . e sin α.) tan φ )

Angka keamanan = ----------------------------------------------------------------------------


Σ ( W sin α – W . e cos α )

Dimana : e = faktor pengaruh gempa.

Anda mungkin juga menyukai